KESEHATAN MASYARAKAT
“Vektor dan binatang pembawa penyakit”
Oleh :
Dosen Pengampu:
Vivi Triana, SKM, MPH.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini yang tentang “Vektor dan Binatang
Pembaya Penyakit” dengan lancar.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata kuliah Surveilans
Kesehatan Masyarakat. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Vivi Triana, SKM, MPH. selaku dosen pembimbing mata kuliah ini dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya selaku penulis dan
bagi para pembaca secara umumnya.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara atau transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit ?
2. Apa saja metode yang digunakan dalam pengendalian dari vektor penyakit ?
3. Apa saja langkah-langkah analisis data pada surveilans kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara penularan atau transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit
2. Mengetahui metode yang digunakan dalam pengendalian dari vektor penyakit
3. Mengetahui langkah-langkah analisis data surveilans kesehatan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Chagus disease
8. Reduvid
bug
Tick typus, tick paralysis, ensefalitis viral,
9. Sengkenit
tularemia, haemorrhagic fever, human babesiosis.
keras
Relapsing fever
10. Sengkenit
lunak
11. Trambiculid Scrub typhus
mite
Scabies
12. Itch-mite
Guinea-worm disease, fish tupewarm(D.latus)
13. Cyclops
6
2. Penularan biologis
Perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan agens penyakit berlangsung dalam
vector sebelum penularan terjadi. Contoh vector biologis antara lain nyamuk, pinjal, kutu,
tungau, lalat. Nyamuk sampai saat ini merupakan vector paling penting dalam penyakit
manusia. Nyamuk menularkan virus yang menyebabkan yellow fever dan demam berdarah
dengue, sekaligus menularkan 200 virus lainnya. Tungau, vector penting lainnya, menularkan
Rocky Mountain spotted fever, demam berulang dal Lyme Disease. Vektor serangga lainnya
adalah lalat (African sleeping sickness), pinjal (pes), kutu (tifus epidemic dan trench fever).
E. Penularan vektor
Berikut ini ada 3 jenis cara penularan Antrophoda disease:
1. Kontak langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke
orang lain melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan pedikulus
2. Transmisi secara mekanis
Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat.
Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis membawa agens penyakit dari
manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.
3. Transmisi secara biologis
Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam
tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis yaitu:
a. Propagative, agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi
didalam tubuh vector. Contoh: plague bacilli pada pinjal tikus.
b. Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi
didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasit malaria pada nyamuk anopheles.
c. Cyclo-developmental, agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak
bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasil filarial pada nyamuk culex,
dan cacing pita pada Cyclops.
7
a. Perubahan lingkungan hidup (environmental management), sehingga vektor dan
binatang penggangu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan (filling), pengeringan
(draining), dan pembuatan (dyking).
b. Manipulasi lingkungan hidup (environmental manipulation), sehingga tidak
memungkinkan vektor dan binatang penggangu berkembang dengan baik. Seperti
pengubahan kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air, lumut, dan penanaman
pohon bakau (mangrouves) pada tempat perkembangbiakan nyamuk.
2. Pengendalian biologi
Pengendalian ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian
insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Cara yang dilakukan dengan
memanfaatkan tumbuh-tumbuhan atau hewan, parasit, predator maupun kuman
patogen terhadap vector. Contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan.
3. Pengendalian Genetik
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan binatang penggangu
melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila male techniques), pengunaan
bahan kimia penghambat pembiakan (chemosterilant), dan
penghilangan (hybiriditazion). Masih ada usaha yang lain seperti :
a. Perbaikan sanitasi : bertujuan menghilangkan sumber-sumber makanan(food
preferences), tempat perindukan (breeding places), dan tempat tinggal (resting
paces), yang dibutuhkan vektor.
b. Peraturan perundangan : mengatur permasalahan yang menyangkut usaha karantina,
pengawasan impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan atau produk yang telah rusak
karena vektor dan sebagainya.
c. Pencegahan (prevention) : menjaga populasi vektor dan binatang pengganggu tetap
pada suatu tingkat tertentu dan tidak menimbulkan masalah.
d. Penekanan (supresion) : menekan dan mengurangi tingkat populasinya.
e. Pembasmian (eradication) : membasmi dan memusnakan vektor dan binatang
pengganggu yang menyerang daerah/wilayah tertentu secara keseluruhan.
4. Pengendalian kimia
Pada pendekatan ini, dilakukan beberapa golongan insektisida seperti golongan
organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat. Namun, penggunaan
insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.
Macam – macam insektisida yang digunakan:
a. Mineral (Minyak), misalnya minyak tanah, boraks, solar, dsb.
b. Botanical (Tumbuhan), misalnya Pyrethum, Rotenone, Allethrin, dsb. Insektisida
botanical ini disukai karena tidak menimbulkan masalah residu yang toksis.
c. Chlorined Hyrocarbon, misalnya DDT, BHC, Lindane, Chlordane, Dieldrin, dll.
Tetapi penggunaan insektisida ini telah dibatasi karena resistensinya dan dapat
mengkontaminasi lingkungan.
8
d. Organophosphate, misalnya Abate, Malathion, Chlorphyrifos, dsb. Umumnya
menggantikan Chlorined Hydrocarbon karena dapat melawan vektor yang resisten dan
tidak mencemari lingkungan.
e. Carbamate, misalnya Propoxur, Carbaryl, Dimetilen, Landrin, dll. Merupakan
suplemen bagi Organophosphate.
f. Fumigant, misalnya Nophtalene, HCN, Methylbromide, dsb. Adalah bahan kimia
mudah menguap dan uapnya masuk ke tubuh vektor melalui pori pernapasan dan
melalui permukaan tanah.
g. Repelent, misalnya diethyl toluemide. Adalah bahan yang menerbitkan bau yang
menolak serangga, dipakaikan pada kulit yang terpapar, tidak membunuh serangga
tetapi memberikan perlindungan pada manusia.
5. Upaya pengendalian binatang pengganggu
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, diantaranya steril
technique, citoplasmic incompatibility, dan choromosom translocation. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Menempatkan kandang ternak di luar rumah
b. Merekonstruksi rumah
c. Membuat ventilasi
d. Melapisi lantai dengan semen
e. Melapor ke puskesmas bila banyak tikus yang mati
f. Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya >20 cm dari lantai.
Tahapan ini merupakan permulaan kegiatan surveilans yang sangat penting untuk
menghasilkan data kejadian penyakit yang baik. Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan
secara aktif dan pasif. Sumber data yang digunakan dalam surveilans antara lain :
Laporan penyakit
Pencatatan kematian
Laporan wabah
Survey atau studi epidemiologi
Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir
Penggunaan obat, serum, vaksin
Laporan kependudukan dan lingkungan
Laporn status gizi dan kondisi sebagainya
9
Sedangkan jenis data surveilans meliputi : data kesakitan, data kematian, data
demografi, data geografi, data laboratorium, data kondisi lingkungan, data status gizi dan
kondisi pangan, data vektor dan reservoir, data dan informasi lainnya.
2. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan data yang sudah dikumpulkan ke dalam format-
format tertentu, menggunakan teknik-teknik pengolahan data yang sesuai. Dalam pengolahan
data, ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu ketepatan waktu dn sensitifitas data.
Pengolahan yang baik memenuhi kriteria antara lain :
Selama proses pengolahan data tidak terjadi kesalan sistematik.
Kecendrungan perbedaan anatara distribusi frekuensi dengan distribusi kasus dapat
diidentifikasi dengan bik,
Tidak ada perbedaan atau tidak ada kesalahan dalam menyajikan pengertian/definisi
Menerapkan metode pembuatan tabel, grafik, dan peta yang benar.
3. Analisis Data
Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk membantu dalam
penyusunan perencanaan program, monitoring, evaluasi dana dalam upaya pencegahan serta
penanggulangan penyakit.
Penganalisis data harus memahami dengan baik data yang akan dianalisa. Data yang
telah diolah dan disusun dalam format tertentu umumnya lebih mudah dipahami. Beberapa
cara berikut biasanya dilakukan untuk memahami data dengan baik antara lain :
Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup dengan
mempelajaritabel saja.
Pada data kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi dengan data dan
gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk mempermudah pemahaman akan tren,
variasi, dan perbandingan.
4. Interpretasi Data
10
pertanyaan penelitian terjawab, refleksi peneliti terhadap makna data, pandangan peneliti
yang dikontraskan dengan kajian literatur (teoretik), batasan penelitian, dan saran untuk
penelitian selanjutnya.
Dalam interpretasi dibahas bagaimana cara menemukan makna atau implikasi dari
data yang diperoleh. Hasil interpretasi data digunakan untuk mnegevaluasi proses dan hasil
perbaikan pembelajaran yang dilakukan.
5. Penyebaran Informasi
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit adalah dengan cara, sebagai berikut:
a. Kontak langsung, yaitu Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi
dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung.
b. Transmisi secara mekanis, misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan,
dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis membawa
agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.
c. Transmisi secara biologis, yaitu agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau
tanpa multiplikasi di dalam tubuh arthropoda.
Metode yang digunakan dalam pengendalian vektor penyakit adalah dengan
melakukan pengendalian di lingkungan, pengendalian secara biologi, pengendalian secara
genetik, pengendalian secara kimia, dan upaya pengendalian binatang pengganggu seperti
menempatkan kandang ternak di luar rumah.
3.2 Saran
Untuk menghindari timbulnya vektor penyakit, usaha yang dilakukan untuk
mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau memberantas
penyakit yang ditularkan oleh vektor atau ganguan yang diakibatkan oleh vektor. Ada banyak
cara pengendalian tetapi kami sarankan pengendalian tidak menimbulkan kerusakan atau
gangguan ekologis terhadap tata lingkungan hidup. Pengendalian lingkungan merupakan cara
terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh,
membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda.
12
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul. 2009. ILmu Kesehatan Masyrakat : Teori
dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
13