Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 6

1. Hamzah Jaenuloh

2. Indah Yuliani

3. Rifko Hartanto

Nilai normal: kekuningan jernih

Dalam keadaan normal, warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi)
sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Perubahan warna urin dapat
terjadi karena beberapa hal.

Hitam: baru mengkonsumsi tablet besi (ferri sulfat), sedang minum obat parkinson
(levodopa), methemoglobunuria.

Biru: mengkonsumsi obat antidepresi (amitriptilin), antibiotik saluran kemih


(nitrofurantoin), atau karena infeksi Pseudomonas pada saluran kemih.

Coklat: gangguan fungsi ginjal, mengkonsumsi antibiotik (sulfonamid atau


metronidazol), dan konsumsi obat parkinson (levodopa).

Kuning gelap (seperti teh): hepatitis fase akut, ikterus obstruktif, kelebihan
vitamin B2 / riboflavin, antibiotika (nitrofurantoin dan kuinakrin).

Oranye-merah: dehidrasi sedang, demam, konsumsi antikoagulan oral, trauma


ginjal, konsumsi deferoksamin mesilat, rifampisin, sulfasalazin, laksatif
(fenolftalein).

Hijau: infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, konsumsi vitamin tertentu.

Bening (tidak berwarna sama sekali): terlalu banyak minum, sedang minum obat
diuretik, minum alkohol, atau diabetes insipidus.

Seperti susu (disebut juga chyluria): filariasis atau tumor jaringan limfatik.

Berat jenis

Nilai normal: 1.003 s/d 1.030 g/mL

Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, antara lain umur. Berat jenis urin dewasa
berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi
antara 1.002 sampai 1.006.
Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar
1.026.

Abnormalitas:

Berat jenis urin yang lebih dari normalmenunjukkan gangguan fungsi ginjal,
infeksi saluran kemih, kelebihan hormon antidiuretik, demam, diabetes melitus,
diare / dehidrasi.

Berat jenis urin yang kurang dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal
berat, diabetes insipidus, atau konsumsi antibiotika (aminoglikosida).

pH

Nilai normal: 5.0-6.0 (urin pagi), 4.5-8.0 (urin sewaktu)

pH lebih basa: habis muntah-muntah, infeksi atau batu saluran kemih, dan
penurunan fungsi ginjal. Dari faktor obat-obatan: natrium bikarbonat, dan
amfoterisin B.

pH lebih asam: diet tinggi protein atau diet tanpa kalori, diabetes melitus, asidosis
tuberkulosis ginjal, dan fenilketonuria. Dari faktor obat-obatan: diazoksid dan
vitamin C.

Glukosa

Nilai normal: negatif

Di Indonesia, glukosa urin biasanya diuji secara semikuantitatif dengan uji reduktor
(Benedict).

Warna Hasil

Biru Negatif

Hijau Sangat sedikit

Hijau kekuningan +1

Kuning kehijauan +2

Coklat +3

Merah bata +4
Pemeriksaan Benedict ini sebenarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa,
asam homogentisat, dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin C) dalam
urin; sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat. Asam
homogentisat bisa ada dalam urin dalam jumlah besar pada individu dengan
gangguan metabolisme asam amino alkohol (fenilalanin dan tirosin). Karena faktor
ini pemeriksaan glukosuria di negara maju telah diganti dengan Clinistix.

Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang
penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Makna
lain yang mungkin:

Penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi).

Penyakit hepar dan keracunan logam berat.

Faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid,


karbamazepin).

Nutrisi parenteral total yang berlebihan (hiperalimentasi) dengan infus glukosa.

Protein

Nilai normal: negatif (uji semikuantitatif), 0.03-0.15 mg/24 jam (uji kuantitatif)

Protein dapat diuji dengan asam sulfosalisilat 20%, asam sulfat 6%, atau dengan
reagen strip. Pemeriksaan dengan reagen strip lebih banyak digunakan saat ini.
Untuk anak-anak di bawah 10 tahun nilai kuantitatif normal protein dalam urin
sedikit lebih rendah daripada dewasa, yaitu <100 mg/24 jam.

Reagen strip Hasil Asam sulfosalisilat

0-0.05 gram/L Negatif Jernih

0.05-0.2 gram/L Sangat sedikit Keruh, tanpa butiran

0.3 gram/L +1 Keruh, butiran halus

1.0 gram/L +2 Keruh, butiran sedang

3.0 gram/L +3 Keruh, berkepingan

10.0 gram/L +4 Bergumpalan


Hasil abnormal (positif) dalam uji proteinuria dapat berarti:

Masalah nonginjal (gagal jantung kongestif, asites, infeksi bakteri, keracunan).

Keganasan (leukemia dan keganasan tulang yang bermetastasis).

Proteinuria sementara (pada dehidrasi, diet tinggi protein, stres, demam, post-
pendarahan).

Penyakit ginjal (lupus, infeksi saluran kemih, nekrosis tubular ginjal).

Pada anak-anak sering karena sindroma nefrotik atau penyakit bawaan (ginjal
polikistik).

Faktor farmakologis (amfoterisin B, semua aminoglikosida, fenilbutazon,


sulfonamid).

Keton

Nilai normal: negatif

Uji ketonuria dimaksudkan untuk mendeteksi adanya produk sampingan


penguraian karbohidrat dalam urin. Ketonuria dulu diperiksa dengan metode
Rothera, dan sekarang digunakan dipstik. Hasil positif dapat ditemukan pada
ketoasidosis diabetik, alkoholisme, diet tinggi lemak, penyakit glikogen, dan
konsumsi obat-obatan tertentu (levodopa dan obat-obat anestetik).

Urobilinogen

Nilai normal: 0.1-1 Ehrlich U/dL (dipstik), atau positif s/d pengenceran 1/20
(Wallace-Diamond)

Urobilinogen klasik diperiksa dengan uji pengenceran Wallace-Diamond. Cara ini


sudah banyak digantikan oleh uji dipstik modern yang bersifat kualitatif.

Warna Hasil kualitatif

Kuning sampai kuning kehijauan Normal (negatif)

Kuning oranye Positif

Oranye kecoklatan Positif


Urobilinogenuria dapat disebabkan oleh

Penyakit hepar dan empedu (hepatitis akut, sirosis, kolangitis)

Infeksi tertentu (malaria, mononukleosis)

Polisitemia vera ataupun anemia

Keracunan timah hitam

Tidak ada urobilinogen sama sekali dalam urin bermakna ada obstruksi komplit
pada saluran empedu (kolelitiasis atau karsinoma pankreas). Dari faktor
farmakologis: kloramfenikol dan vitamin C menyebabkan urobilinogen urin
berkurang.

Bilirubin

Nilai normal: negatif, maksimal 0.34 μmol/L.

Bilirubinuria dapat disebabkan oleh:

Penyakit hepar (sirosis, hepatitis alkoholik), termasuk efek hepatotoksisitas.

Infeksi atau sepsis.

Keganasan (terutama hepatoma dan karsinoma saluran empedu).

Nitrit

Nilai normal: negatif (kurang dari 0.1 mg/dL, atau kurang dari 100.000
mikroorganisme/mL)

Nitrit urin digunakan untuk skrining infeksi saluran kemih.

Eritrosit

Nilai normal: 0-3 sel per lapang pandang besar

Eritrosit dalam urin yang berlebihan (mikrohematuria) dapat ditemukan pada urin
wanita menstruasi dan perlukaan pada saluran kemih; baik oleh batu, infeksi, faktor
trauma, maupun karena kebocoran glomerulus.
Leukosit

Nilai normal: 2-4 sel per lapang pandang besar

Leukosit yang berlebihan dalam urin (piuria) biasanya menandakan adanya infeksi
saluran kemih atau kondisi inflamasi lainnya, misalnya penolakan transplantasi
ginjal.

Sel epitel

Nilai normal: sekitar 10 sel per lapang pandang besar, berbentuk skuamosa.

Sel epitel yang lebih daripada jumlah normal berkaitan dengan infeksi saluran
kemih dan glomerulonefritis. Sedangkan bentuk sel epitel abnormal dikaitkan
dengan keganasan setempat.

Cast / inklusi

Nilai normal: ditemukan cast hialin dalam jumlah sedang, tanpa adanya inklusi.

Cast merupakan kumpulan sel-sel yang dikelilingi suatu membran.


Biasanya castselain hialin (misalnya cast eritrosit atau cast leukosit) menunjukkan
kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis kronik). Inklusi sitomegalik
menunjukkan infeksi sitomegalovirus (CMV) atau campak.

Kristal

Nilai normal: ditemukan kristal dalam jumlah kecil

Kristal yang ditemukan dalam urin tergantung pada pH urin yang diperiksa. Pada
urin asam dapat ditemukan kristal asam urat. Pada urin netral ditemukan kristal
kalsium oksalat. Pada urin basa mungkin terlihat kristal kalsium karbonat dan
kalsium fosfat. Ada juga sejumlah kristal yang dalam keadaan normal tidak ada;
antara lain kristal tirosin, sistin, kolesterol, dan bilirubin.

Bakteri, jamur, dan parasit

Nilai normal bakteri: negatif. Kecuali untuk urin midstream: < 1000/mL

Nilai normal jamur dan parasit: negatif

Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih mungkin ditemukan dalam
urinalisa, antara lain E.coli, Proteus vulgaris, Neisseria
gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan parasit yang mungkin
ditemukan dalam urin adalah Schistosoma haematobiumdan mikrofilaria spesies
tertentu.
Referensi

Chernecky CC & Berger BJ. 2008. Laboratory Tests and Diagnostic Procedure.
Philadelphia: Saunders Elsevier,

Kasper DL et.al (eds). 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York:
McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai