Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Peternakan Vol 5 No 1 Februari 2008 (28 - 37) ISSN 1829 - 8729

PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI

PAKAN RUMINANSIA PAOA PETERNAK RAKYAT

01 KECAMATAN RENGAT BARAT

KABUPATEN INORAGIRI HULU

DEWI FEBRINA DAN MAIRIKA LIANA


Fakultas Pmanian dan Peternalam Universitas Islam Negeri Sultan SyanfKasim Riau

Kampus Raja Ali Haji Jl. H.R. Soebrantas Km 16 Pekanbaru

Telp. (0761) 7077837, Fax (0761) 21129

ABSTRAC

The objective of this study was to evaluate characteristics of feeding management and utilization of crop
residues at the animal husbandry system in Pematang Reba, Indragiri Hulu. Data were obtained through a
survey and analyzed descriptively. The results of experiment indicated that animal raising system was mostly
carried out in a traditional way (90%), in which animals freely during the day and tigh at night (80%), kept their
animals only at night/semi intensive (7.5%) and freely during the day and kept their animal in cage at night
(2.5%). The number of farmers who kept their animal in cage (intensive) was lower, i.e 10%. The percentage of
farmers who utilized crop residues as feeding source was still low i.e 20%. There are not the farmers (0%) who
knew about feeding technology and applied those technologies.

Keywords : crop residues, .freding rechnology

PENDAHULUAN Berdasarka basil penelitian Siswati,


2006 diketahui bahwa Kecamatan Rengat
Barat mempunyai daya tampung ternak
Pengembangan sapi potong di suatu
ruminansia dengan nilai Kapasitas
daerah sudah saatnya dilakukan usaha
Penambahan Populasi Ternak Ruminansia
untuk memanfaatkan limbah pertanian
(KPPTR) 4.408,320 ST. Nilai KPPTR
mengmgat penyediaan rumput dan
dipengaruhi oleh : luas laban pertanian,
hijauan pakan lainnya sangat terbatas.
luas panen dan populasi temak
Lhnbah pertanian yang berasal dari
ruminansia. Di samping itu Kecamatan
lUnbah tanaman pangan seperti jerami
Rengat Barat merupakan daerah
jagung, jerami padi dan lain-lain
penggemukan sapi potong dan adanya
ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh
pabrik pupuk cair yang berasal dari urine
pola pertanian tanaman pangan di suatu
sapi yang dikumpulkan dari peternak.
wilayah.
disekitar pabrik
Menurut data tahun 2006
Berdasarkan hal di atas, telab
(AnnonUnus, 2006) di Kecamatan Rengat
dilakukan penelitian tentang Pemanfaatan
Barat Kabupaten Indragiri Hulu terdapat
LUnbah Pertanian Sebagai Pakan
laban pertanian 1.266 Ha yang ditanami
Ruminansia Pada .Peternak Rakyat di
dengan jagung 1.005 Ha, ubi rambat
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
176 Ha, kacang tanah 38 Ha, dan kedelai
Indragiri Hulu.
47 Ha serta terdapat laban sawah seluas
2.174 Ha. Dengan demikian terdapat
lUnbah pertanian. berupa jerami jagung,
jerami ubi rambat, jerami kacang tanah,
jerami kede1ai dan jerami padi yang dapat
dijadikan sebagai pakan ruminansia.
Pe11Ulnjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Padil Peternak Rakyat di Keca11Ultan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu

MATERI DAN METODA a. mean (rata-rata hitung)


n

Tempat dan Waldu Penelitian :LXi


X= l:::.L­
n
Penelitian dilaksanakan di
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
Dimana:
Indragiri Hulu pada bulan Desember
X = rata-rata sampel
2007. n
:L Xl =jumlah semua harga X yang
Materi Penelitian ada dalam kumpulan
Materi penelitian adalah peternak
rakyat di Kecamatan Rengat Barat n =banyak data dalam sampel
Kabupaten Indragiri Hulu
b. persentase (%)
Metoda Penelitian n

Metoda yang digunakan dalam %= :L xIOO%


;=n
penelitian adalah metoda survey/ Dimana:
pengamatan langsung di lapangan. % = persentase
Sebagai objek kajian ialah peternak
ruminansia di Kecamatan Reng~t Barat
Kabupaten Indragiri Huln.' Teknfk
t =jumlah semua harga x yg
pengambilan sampel dilakukan' secara ada dIm kumpulan
proporsional, yaitu sebanyak 30% dari n =banyak data da1am sampel
jumlah peternak di Kecamatan Rengat
Barat Kabupaten Indragiri Hulu.
Terdapat 128 Peternak di Kecamatan c. simpangan baku (standar deviasi)
Rengat Barat yang terdiri dari 8 kelompok
peternak, 40 peternak sebagai responden.
s = ~(Xi -x)2 .
n-l
Analisis Data Dimana:
Setelah data yang diperlukan S = simpangan baku
terkumpul, maka d.iJ.a.kuk8n pengolaban xi = jumlah harga x
data dengan analisis deskriptif sebagai x =rata-rata sampel
herlkut : 1) profil responden, 2) n = banyak data dalam sampe1
kepemilikan laban dan ternak, 3) jenis
tanaman yang ditanam, 4) aspek
pemeliharaan dan pakan ternak, dan 5)
pemanfaatan limbah pertanian sebagai
pakan
Nilai rataan, persentase dan
simpangan baku, dihitung menurut
Sudjana (1996) dengan rumus sebagai
berikut:
Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rakyat di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu

HASIL DAN PEMBAHASAN muda usia petemak umunmya rasa


keingintahuan terhadap sesuatu semakin
tinggi dan minat untuk mengadopsi
1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian terhadap introduksi teknologi semakin
tinggi.
Kecamatan Rengat Barat merupakan
salah satu 'Kecamatan di Kabupaten Tingkat pendidikan responden
Jndragiri Hulu dengan luas wilayah sebagian besar adalah tamat SD (47.5%) ,
± 65.561 Ha, yang terdiri dari 20% tamat SLTA, 15% tamat SLTP, 12.5%
18 Desa/Kelurahan/UPr, terletak pada tidak tamat SD. Pada umunmya tingkat
posisi 102 00 sampai 102 derajat 30 00 pendidikan responden masih rendah
Timur. Berdasarkan topografinya, sehingga sulit menyerap teknologi yang
Kecamatan Rengat Barat terdiri dari diberikan. Syafaat, dkk. (1995)
dataran rendah, dataran tinggi, rawa-rawa menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
dengan ketinggian 5 - 400 m dari pendidikan petemak maka akan semakin
permukaan laut dan berada pada jalur tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang
lintas Timur Sumatera. pada gilirannya akan semakin tinggi pula
produktivitas kerja yang dilakukannya.
Kecamatan Rengat Barat beriklim Oleh karena itu, dengan semakin
tropis basah dengan suhu yang relatif tingginya pendidikan petemak maka
tinggi, minimum 21,4 OC dan maksimum diharapkan kinerja usaha petemakan akan
32,8 OC. Kondisi udara lembab dengan semakin berkembang. Menurut Edwina,
curah hujan sekitar 2.448,94 rom per dkk (2006) tingkat pendidikan yang relatif
tahun. Batas-batas wilayah Kecamatan tinggi memungkinkan petemak mampu
Rengat Barat adalah : Sebelah Utara mengadopsi inovasi, penyuluhan serta
berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan, bimbingan untuk meningkatkan
sebelah Selatan berbatasan dengan usahanya.
Kecamatan Siberida, sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Urik, dan PengaIaman betemak responden
sebelah Timur berbatasan dengan bervariasi, 52.5% responden mempunyai
Kecamatan Rengat (Annonimus, 2006). pengalaman betemak kurang dari 5 tahun,
45% responden mempunyai pengalamam
2. Profil Responden betemak 6 - 25 tahun dan 2.5% responden
mempunyai pengalaman betemak lebih
Profil responden penelitian dapat dari 25 tahun. Umunmya pengalaman
dilihat pada Tabel1. beternak diperoleh dari orang tuanya
secara turun-temurun. Pengalaman
Berdasarkan Tabel 1 diketahui betemak yang cukup lama memberikan
bahwa 77.5% responden berjenis kelamin indikasi bahwa pertgetahuan dan
laki-Iaki, 90% berada pada tingkat umur keterampilan petemak terhadap
produktif (15 - 55 tahun) tidak ada manajemen pemeliharaan ternak
responden (0%) yang berumur di bawah mempunyai kemampuan yang lebih baik.
15 tahun dan sebanyak 10% responden Pengalaman beternak sangat berpengaruh
berumur > 55 tahun. Rata-rata umur terhadap keberhasilan usaha. Sesuai
responden 36.17 tahun ± 10.46. Faktor dengan pendapat Edwina, dkk (2006)
umur biasanya lebih diidentikkan dengan bahwa semakin' lama seseorang memiliki
produktivitas kerja, jika seseorang masih pengalaman betemak akan semakin
tergolong usia produktif ada mudah petemak mengatasi kesulitan­
kecenderungan produktivitasnya juga kesulitan yang dialaminya.
tinggi Menurut Chamdi (2003), semakin
Pemanjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rnkyat di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu

Tabell Pr0 fil Respond en Penetitian


No Uraian Jumlah (orang) Persentase(%)
Umur (tahun)
1. a. <14 0 0
b. 15-55 36 90.0
c. >55 4 10.0
Total 40 100
Rata-rata 36.17 Sd ±10.46
2. Jenis Kelamin
a. Lak-Iaki 31 77.5
b. Perempuan 9 22.5
Total 40 100
3. Pendidikan
a. Tidak lamat SO 5 12.5
b. TamatSD 19 47.5
c. TamatSLTP 6 15.0
d. TamatSLTA 8 20.0
e. Tamat Diploma 2 5.0
Total 100
4. MataPencaharian
a.Petani 22 55.0
b. Wiraswasta 10 25.0
c. Ibu Rumah Tangga 6 15.0
d.Pedagang 1 2.5
e. Pegawai Negeri 1 2.5
Total 40 100
5. Pengalaman Beternak
a.<5tahun 21 52.5
b. 6-25tahun 18 45.0
C.> 25tahun 1 2.5
Total 40 100
Rata-rata 8.43 j Sd±7.99
6. Jumlah tanggungan keluarga (orang)
a.<5 21 52.5
b.6-10 10 25.0
c.>10 9 22.5
Total 40 100
Rata-rata 5.40 Sd±l.72
Sumber : Data primer diolah

Tidak ada responden (0%) yang perltatiannya pada usaha pokok yaitu
mempunyai mata pencaharian sebagai sebagai petani sebingga pemeliharaan
peternak, sebanyak 22 responden (55%) ternaknyakurang diperhatikan. Hal ini
mempunyai ~ta pencaharian sebagai disebabkan karena· sebagian usaha
petani. Beternak masih dianggap sebagai peternakan dilakukan sebagai usaha
mata pencaharian sambilan sehingga sambilan sehingga perhatian peternak
curahan waktu terhadap ternak hanya terhadap usaha petemakannya kurang
sekitar 30% sehingga berpengaruh baik. Walaupun usaha ternak
terhadap perkembangan usaha sebagai usaha penunjang tetapi
peternakan yang berjalan lambat. kenyataannya memberikan sumbangan
Menurut Soedjana (1993), umumnya yang besar bagi pendapatan peternak
penduduk pedesaan mencurahkan (Priyanti, dkk, 1989).
Pemanjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rakyat di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu

Rata-rata jumlah tanggungan tanggungan keluarga semakin banyak


keluarga responden adalah' 5.40 orang pula kebutuhan yang akan eli penuhi oleh
± 1.72. Sebanyak 21 responden (52.5%) keluarga, tapi disisi lain, semakin banyak
mempunyai tanggungan keluarga kurang tanggungan keluarga maka akan semakin
dari 5 orang. Jumlah tanggungan banyak pula anggota keluarga yang akan
keluarga berpengaruh terhadap usaha membantu dalam usaha petemakan.
• petemakan semakin banyak jumlah
l

3. Kepemilikan Laban dan Temak

Tabe12 memperlihatkan kepemilikan laban dan ternak responden.

Tabel2 ~epeJmilikan Lahan dan Ternak


No Uraian Jumlah (orang) Persentase(%)
1. Jenis Lahan
a. Sawab 9 22.5
b. Kebun 31 77.5
c. Lahan penggembalaan 0 0
Total 40 100
2. Kepemllikan
a. Milik Sendiri 40 100
b. Sewa 0 0
c. Gaduhan 0 0
Total 40 100
3. Luas Laban
a. Y2ha 8 20.0
b.1ha 18 45.0
c.2ha 7 17.5
d.3.5ha 1 2.5
e.4ha 1 2.5
f. 4.5ha 1 2.5
g.6ha 3 7.5
h.7ha 1 2.5
Total 40 100
Rata-rata 0.55 SD±6.45
4. JenisTemak
a. Sapi 30 75.00
b. Kerbau 3 7.50
c. I<ambing 7 17.50
d. Domba 0 0
Total 40 100
5. Jumlah Temak (ekor)
a. <5 22 55.00
b. >5 18 45.00
Total 40 100·
Rata-rata 6.55 Sd±4.92
6. Kepemllikan Ternak
a. Milik Sendiri 34 85.00
b. Sewa 1 2.50
c. Gaduhan 5 12.50
Total 40 100
Sumber : Data pnmer diolah
PenulnJaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rakyat di Kecanultan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu

Berdasarkan data dari Tabel 2 4. Aspek Pemeliharaan dan Pakan


dike~~ bahwa semua responden (100%) Temak
memiliki lahan sendiri yang terdiri dari
lahan sawah dan kebun. Responden Tabel 3 memperlihatkan aspek
memperoleh laban secara turun temurun pemeliharaan dan pakan temak.
atau dengan cara mem.beli. Umumnya
responden adalah para transmigran, Pemeliharaan ternak di Kecamatan
kemudian memanfaatkan lahannya untuk Rengat Barat masih bersifat tradisional,
laban perkebunan dan beternak. dengan sistem semi intensif. Responden
Sebanyak 31 responden (77.5%) memiliki yang melepas temak disiang hari dan
kebun, 9 responden (22.5%) memiliki mengikatnya pada ma1am hari (tidak
lahan sawah dan tidak ada respoilden dikandangkan) sebanyak 32 responden
(0%) yang memiliki lahan pengembalaan. (80%), 4 responden (10%) menempatkan
Rata-rata kepemilikan lahan responden temak di dalam kandang sepanjang hari,
adalab 0.55 Ha dengan SD ± 6.45. 7.5% responden mengikat temak pada
siang hari dan mengandangkan temak
Jika ditinjau dati kepemilikan
pada malam hari serta 2.5% responden
temak, sebanyak 30 responden (75%)
yang melepaskan temak pada siang hari
memelihara sapi, 3responden (7.5%)
dan mengandangkannya pada malam hari
memelihara kerbau dan 7 responden
seperti terlihat pada Tabel 3. Umumnya
(17.5%) memelihara kambing. Alasan
sistem pemeliharaan ternak di pedesaan
responden memelihara sapi adalah :
dilakukan secara tradisional dan belum
karena sapi mudah dalam pemeliharaan
menggunakan teknologi dalam
serta daya jual sapi lebih tinggi
manajemen pemeliharaan (Devendra dan
dibandingkan kerbau atau kambing.
Bums 1994).
Rata-rata jumlah ternak yang
Alasan responden melepaskan
dipelihara responden adalah 6.55 ekor
temak pada siang hari dan mengikatnya
dengan standar deviasi 4.92. Responden
pada ma1am hari adalah karena menurut
memiliki ternak sendiri 85%, memiliki
responden lahan masih tersedia untuk
ternak gaduhan 12.5% dan memiliki
tempat menggembalakan temak dan
temak sewa 2,5%. Responden yang
hijauan masih teisedia terutama dimusim
memiliki ternak sendiri disebabkan
penghujan, dan keamanan temak lebih
responden mampu memelihara temak di
terjamin jika dilepas (berpencar), daripada
samping itu temak dapat dijadikan
dikandangkan. Alasannya, jika pada
sebagai tabungan, responden yang
malam hari ternak dikandangkan
memiliki ternak gaduhan karena
pencurian temak lebih mudah dan
responden memiliki kemampuan untuk
memungkinkan pencurian dalam jumlah
membeli temak tapi tidak mampu
yang lebih banyak. Berbeda jika dilepas
memelihara temak, dan responden yang
begitu saja, penCU$n akan sulit
memiliki temak sewa karena responden
dilakukan karena meinbutuhkan waktu
tidak memiliki temak sendiri dan tidak
untuk mengumpulkan temak. Sembiring,
memiliki lahan sehingga responden
dkk (2002) memberikan solusi untuk
menyewa temak tersebut untuk dipelihara
mengatasi pencurian temak adalah
dengan sistem bagi hasil.
petemak mengupayakan adanya kandang
kelompok (kolektif), yaitu sistem
pemeliharaan dengan membuatkan
kandang secara berkelompok dalam suatu
areal. Dalam penerapan sistem kandang
kelompok, petemak tidak hanya
Pemanjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Palla Peternak Rakyat di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu

memperoleh rasa aman dalam betemak sebagai tempat berteduh atau berlindung
tetapi manajemen pemeliharaan temak dari hujan serta sebagai tempat istirahat
akan lebih mudah. Ditambahkan oleh yang nyaman bagi ternak.
.. Abidin (2002) bahwa kandang berfungsi

Tabel3 As;pelk Pemeliharaan dan Pakan Temak


No Uraian Jumlah (orang) %
1. Sistem pemeliharaan temak
a. Dilepas berkeliaran sepanjang han 0 0
b. Dilepas siang, diikat malam (tidak dikandangkan) 32 80.00
c. Oikandangkan sepanjang harl 4 10.00
d.Siang dilepas, ma1am dikandangkan 1 2.50
e. Siang diikat, ma1am dikandangkan 3 7.50
Total 40 100
2. Sistem pemberlan pakan
a. Merumput di pematang sawah 2 5.00
b.Merumput dipadang pengembaJaan 14 35.00
c. Merumput di kebun/tanah terlantar 19 47.50
d. Diben rumput potongan 5 12.50
Total 40 100
3. Hijauan pakan yang diberlkan
a. Hanya rumput 32 SO.OO
b. Rumput dan daun-daunan 8 20.00
c. Lain-lainnnya 0 0
Total 40 100
4. Jenis pakan tambahan
a. Dedak 1 2.50
b. Konsentrat 0 0
c. Garam 32 SO.OO
d. Mineral 6 15.00
e. Lain-lainnya 1 2.50
Total 40 100
5. Usaha yang dilakukan
a. Menanam rumput 40 100
b. Menanam leguminosa 0 0
c. Menanam rumput dan legume 0 0
d. Pengawetan hijauan 0 0
e. Lain-lainnya .' 0 0
Total 40 .. ' 100
6. Ketersediaan pakan sepanjang tahun
a. Selalu tersedia 37 92.5
b. Fluktuasi 0 0
c. Kurang 3 7.5
d. Lain-lainnya - 0 0
Total 40 100
Sumber : Data primer diolah
Pemanjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rakyat di K.ecamatan
Rengat Barat Kabupafen Indragiri Hulu

Semua responden (100%) menanam ubi jalar) setelah panen dimana limbah ini
rumput sebagai usaha untuk memenuhi berfungsi sebagai pupuk organik di
kebutuhan hijauan bagi ternak. Jika samping itu adanya anggapan dari
dilihat dari ketersediaan hijauan pakan responden bahwa hijauan pakan tersedia
92,5% responden menyatakan bahwa dalam jumlah yang mencukupi dilahan
pakan tersedia sepanjang tahun. pekarangan, sawah dan kebun untuk
Tersedianya hijauan pakan sepanjang kebutuhan ternak. Penelitian Syamsu,
waktu karena masih terdapatnya ruinput 2007 menunjukkan hanya 37.88 % petemak
alam. disepanjang areal penggembalaan di Sulawesi Selatan yang menggunakan
atau'tanah terlantar yang tidak atau belum limbah pertanian sebagai pakan.
dimanfaatkan. Beberapa faktor yang menyebabkan
Sebanyak 47.5% responden, petemak tidak menggunakan limbah
memberikan hijauan pakan kepada temak tanaman pangan sebagai pakan adalah : a)
dengan cara melepas ternak di umumnya petani membakar limbah
kebun/tanah terlantar. Hijauan pakan tanaman pangan terutama jerami padi
yang dikonsumsi temak umumnya adalah karena secepatnya akan dilakukan
rumput lapangan yang terdapat pada pengolahan tanah, b) limbah tanaman
kebun/tanah terlantar dimana ternak pangan bersifat kamba sehingga
tersebut digembalakan. Kondisi ini menyulitkan peternak untuk mengangkut
menunjukkan bahwa lahan garapan yaitu dalam jumlah banyak untuk diberikan
sawah dan kebun menjadi basis ekologis kepada ternak, dan umumnya lahan
bagi temak sebagai penyedia hijauan dan pertanian jauh dari pemukiman peternak
tempat pemeliharaan temak (Syamsu, sehingga membutuhkan biaya dalam
2007). Di samping itu sebanyak 5% pengangkutan, c) tidak tersedianya
responden melepas temaknya dipematang tempat penyimpanan limbah tanaman
sawah untuk memperoleh hijauan pakan . pangan, dan peternak tidak bersedia
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi menyimpan/menumpuk limbah di sekitar
bagi ternak, peternak melakukan upaya rumah/kolong rumah karena takut akan
dengan memberikan pakan tambahan bahaya kebakaran, d) petemak
seperti mineral dan garam. Pemberian menganggap bahwa ketersediaan hijauan
garam sebagai pakan tambaha paling di laban pekarangan, kebun, sawah masih
banyak digunakan oleh responden (80%) mencukupi sebagai pakan ternak.
dan mineral (15%). Pemberian garam dan Penggunaan limbah sebagai pakan
mineral bertujuan untuk menambah nafsu umumnya dilakukan oleh peternak yang
makan temak. memiliki lahan dan mengusahakan
(menanam) komoditi tanaman pangan.
5. Pemanfaatan Limbah Pertanian Jenis limbah yang digunakan adalah
Sebagai Pakan jerami padi 62.5% , jerami jagung 12.5%,
jerami padi + jerami jagung 12.5% dan
Pemanfaatan limbah pertanian jerami padi + jerami jagung + jerami ubi
sebagai pakan temak ruminansia pada kayu + jerami ubi jalar 12.5%. Sesuai
peternak di Kecamatan Rengat &rat pendapat Syamsu, dkk (2003) bahwa
Kabupaten Indragiri Hulu masih rendah produksi limbah pertanian terbesar adalah
yaitu 20% seperti terlihat pada Tabel4. jerami padi 85.81 %, jerami jagung 5.84%,
Rendahnya tingkat pemanfaatan jerami kacang tanah 2.84%, jerami kedelai
limbah pertanian sebagai pakan 2.54%, pucuk ubi kayu 2.29% dan jerami
disebabkan karena responden segera ubi jalar 0.68% (Syamsu, 2007).
membakar limbah ijerami padi/jagung/
Pemanjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rakyat di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu

Tabe14. Pemanfaatan Limbah Pertanian


No Uraian Jumlah (orang) (%)
1. Menggunakan limbah pertanian sebagai pakan
a.Ya 8 20.0
.
b.Tidak 32 80.0
Total 40 100
2. Jenis limbah
, a. Jerami padi 5 62.5
b. Jerami jagung 1 12.5
c. Jerami padi + jerami jagung 1 12.5
d. Jerami padi + jerami jagung + jerami ubi kayu + jerami ubi jaIar 1 12.5

Total 8 100
3. Mengetahui teknologi pakan
a. Ya 0 0
b. Tidak 40 100
Total 40 100
4. Menerapkan teknologi
a. Ya 0 0
b. Tidak 40 100
Total 40 100
Sumber : Data primer dioJah

Tingginya jumlah petemak yang pendidikan akan berpengaruh terhadap


menggunakan jerami padi dibandingkan pengetahuan dan keterampilan petemak
dengan limbah lain adalah karena sehingga dapat meningkatkan
produksi dan luas areal penanaman produktivitas kerja dan akan menentukan
komoditi tersebut lebih besar jumlahnya keberhasilan usaha temak.
dibandingkan dengan komoditi lain.
Di samping menggunakan jerami padi
dan jagung, limbah yang lain juga KESIMPULAN DAN SARAN
digunakan sebagai pakan seperti jerami
ubi kayu dan jerami ubi jalar. Rendahnya Pene1itian ini dapat disimpulkan :
responden yang menggunakan jerami ubi
jalar dan jerami ubi kayu berkaitan 1. Pada umumnya petemak di Kecamatan
dengan rendahnya jumlah areal Rengat Barat beternak masih bersifat
penanaman komoditi tersebut sehingga tradisional, betemak hanya sebagai
ketersediaan limbahnya juga rendah. tabungan dan sistem pemeliharaan
secara semi intensif
Tidak ada responden (0%) yang
mengetahui dan menerapkan teknologi 2. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai
pengolahan pakan. Hal ini disebabkari pakan ruminansia masih rendah yaitu
karena karena rendahnya pengetahuan 20% (8 responden) yang memberikan
dan pendidikan petemak dan tidak limbah pertanian sebagai hijauan pakan
adanya informasi dan penyuluhan yang 3. Tidak ada ~esponden (0%) yang
dilakukan oleh dinas/instansi terkait mengetahui dan menerapkan teknologi
tentang teknologi pengolahan pakan. pengolahan pakan.
Responden petemak umumnya tarnat SD
(47.5%) dan tidak tarnat Sekolah Dasar
(12.5%). Kondisi ini sesuai dengan
pendapat Chamdi (2003) bahwa tingkat
Pemanjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rakyat di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu

Saran Sembiring H, T.Panjaitan., Mashur,


D.Praptomo., A.Muzani., A. Sauki.,
1. Perlu dilakukan penyuluhan yang Wildan, Mansyur., Sasongko., A.Nurul.
berke1anjutan tentang pemanfaatan 2002. Prospek integrasi sistem usahatani
terpadu pemeliharaan sapi pada lahan
limbah pertanian sebagai pakan.
sawah irigasi di Pulau Lombok.
, 2. Perlu dilakukan kegiatan yang dapat Wartazoa 12 (1): 9-17
membantu dan memotivasi peternak
,untuk menerapkan teknologi Siswati, L. 2006. Analisis Potensi Wilayah
.p~ngolahan pakan. Pengembangan Ternak Sapi Potong Di
Kabupaten Indragiri Hulu Di Sekitar
Hutan Provinsi Riau. Laporan
Penelitian Dosen Muda. Direktorat
DAFTAR PUSTAKA
Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Fakultas Kehutanan Universitas
Abidin., Z. 2002 Penggemukan Sapi Potong. Lancang Kuning Pekanbaru.
Jakarta : Argo Media Pustaka.
Soejana, T.D. 1993. Ekonomi Pemeliharaan
Annonimus, 2006. Kecamatan Rengat Barat Temak Ruminansia Keeil. dalam :
daJam Angka. Koordinator Sfatistik Produksi Kambing dan Domba di
Rengat Barat. Pematang Reba. Indonesia. Surakarta: Sebelas Maret
University Press
Chamdi, A.N. 2003. Kajian proffi sosial
ekonomi usaha kambing di kecamatan Sudjana, 1996. Metode Statistik., Bandung.
Kradenan Kabupaten Grobogan. Tarsito.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Petemakan dan Veteriner. Bogor 29-30 Syafaat, N., A.Agustian., T.Pranadji.,
September 2003. Bogor: Puslitbang M.Ariani., I.Setiadjie., dan Wirawan.
Petemakan Departemen Pertanian. hIm 1995. Studi Kajian SDM dalam
312-317. Menunjang Pembangunan Pertanian
Rakyat Terpadu di KTI. Bogor: Puslit
Davendra,C., M.Bums. 1994. Produksi Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Kambing di Daerah Tropis. Bandung:
Penerbit ITB. Syamsu, J.A, Lily A. Sofyan, K, Mudikdjo dan
E. Gumbira Said, 2003. Daya Dukung
Edwina,S Cepriadi dan Zainina. 2006. Limbah Pertanian Sebagai Sumber
Anallsis Pendapatan Peternak Ayam Pakan Ternak Ruminansia di Indonesia.
Broiler Pola Kemitraan di Kota Jumal Wartazoa Volume 13 tahun 2003.
Pekanbaru. Jumal Peternakan Volume Hlm32-37.
3 No 1 Februari 2006.
Syamsu/ J,A. 2007. KarakteriStik Pemanfaatan
Priyanti, A., T.D.Soejana., S.W.Handayani., Limbah TanamanPangan Sebagai
dan P.J. Ludgate. 1989. Karakteristik Pakan Temak Ruminansia Pada
petemak berpenampilan tatalaksana Petemakan Rakyat'Di Sulawesi Selatan.
tinggi dan rendah daJam usaha ternak Makalah disampaikan dalam seminar
domba/kambing di kabupaten Bogor Nasional Asosiasi Ahli Nutrisi dan
Jawa Barat Bogor: Badan penelit:iari dan Pakan IndonesiiI (AINI) VI. Kerjasama
Pengembangan Pertanian Departemen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak
Pertanian. Fakultas Petemakan UGM Yogyakarta
dan AINI. Yogyakarta 26-27 Jull 2007.

Anda mungkin juga menyukai