ABSTRAC
The objective of this study was to evaluate characteristics of feeding management and utilization of crop
residues at the animal husbandry system in Pematang Reba, Indragiri Hulu. Data were obtained through a
survey and analyzed descriptively. The results of experiment indicated that animal raising system was mostly
carried out in a traditional way (90%), in which animals freely during the day and tigh at night (80%), kept their
animals only at night/semi intensive (7.5%) and freely during the day and kept their animal in cage at night
(2.5%). The number of farmers who kept their animal in cage (intensive) was lower, i.e 10%. The percentage of
farmers who utilized crop residues as feeding source was still low i.e 20%. There are not the farmers (0%) who
knew about feeding technology and applied those technologies.
Tidak ada responden (0%) yang perltatiannya pada usaha pokok yaitu
mempunyai mata pencaharian sebagai sebagai petani sebingga pemeliharaan
peternak, sebanyak 22 responden (55%) ternaknyakurang diperhatikan. Hal ini
mempunyai ~ta pencaharian sebagai disebabkan karena· sebagian usaha
petani. Beternak masih dianggap sebagai peternakan dilakukan sebagai usaha
mata pencaharian sambilan sehingga sambilan sehingga perhatian peternak
curahan waktu terhadap ternak hanya terhadap usaha petemakannya kurang
sekitar 30% sehingga berpengaruh baik. Walaupun usaha ternak
terhadap perkembangan usaha sebagai usaha penunjang tetapi
peternakan yang berjalan lambat. kenyataannya memberikan sumbangan
Menurut Soedjana (1993), umumnya yang besar bagi pendapatan peternak
penduduk pedesaan mencurahkan (Priyanti, dkk, 1989).
Pemanjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rakyat di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu
memperoleh rasa aman dalam betemak sebagai tempat berteduh atau berlindung
tetapi manajemen pemeliharaan temak dari hujan serta sebagai tempat istirahat
akan lebih mudah. Ditambahkan oleh yang nyaman bagi ternak.
.. Abidin (2002) bahwa kandang berfungsi
Semua responden (100%) menanam ubi jalar) setelah panen dimana limbah ini
rumput sebagai usaha untuk memenuhi berfungsi sebagai pupuk organik di
kebutuhan hijauan bagi ternak. Jika samping itu adanya anggapan dari
dilihat dari ketersediaan hijauan pakan responden bahwa hijauan pakan tersedia
92,5% responden menyatakan bahwa dalam jumlah yang mencukupi dilahan
pakan tersedia sepanjang tahun. pekarangan, sawah dan kebun untuk
Tersedianya hijauan pakan sepanjang kebutuhan ternak. Penelitian Syamsu,
waktu karena masih terdapatnya ruinput 2007 menunjukkan hanya 37.88 % petemak
alam. disepanjang areal penggembalaan di Sulawesi Selatan yang menggunakan
atau'tanah terlantar yang tidak atau belum limbah pertanian sebagai pakan.
dimanfaatkan. Beberapa faktor yang menyebabkan
Sebanyak 47.5% responden, petemak tidak menggunakan limbah
memberikan hijauan pakan kepada temak tanaman pangan sebagai pakan adalah : a)
dengan cara melepas ternak di umumnya petani membakar limbah
kebun/tanah terlantar. Hijauan pakan tanaman pangan terutama jerami padi
yang dikonsumsi temak umumnya adalah karena secepatnya akan dilakukan
rumput lapangan yang terdapat pada pengolahan tanah, b) limbah tanaman
kebun/tanah terlantar dimana ternak pangan bersifat kamba sehingga
tersebut digembalakan. Kondisi ini menyulitkan peternak untuk mengangkut
menunjukkan bahwa lahan garapan yaitu dalam jumlah banyak untuk diberikan
sawah dan kebun menjadi basis ekologis kepada ternak, dan umumnya lahan
bagi temak sebagai penyedia hijauan dan pertanian jauh dari pemukiman peternak
tempat pemeliharaan temak (Syamsu, sehingga membutuhkan biaya dalam
2007). Di samping itu sebanyak 5% pengangkutan, c) tidak tersedianya
responden melepas temaknya dipematang tempat penyimpanan limbah tanaman
sawah untuk memperoleh hijauan pakan . pangan, dan peternak tidak bersedia
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi menyimpan/menumpuk limbah di sekitar
bagi ternak, peternak melakukan upaya rumah/kolong rumah karena takut akan
dengan memberikan pakan tambahan bahaya kebakaran, d) petemak
seperti mineral dan garam. Pemberian menganggap bahwa ketersediaan hijauan
garam sebagai pakan tambaha paling di laban pekarangan, kebun, sawah masih
banyak digunakan oleh responden (80%) mencukupi sebagai pakan ternak.
dan mineral (15%). Pemberian garam dan Penggunaan limbah sebagai pakan
mineral bertujuan untuk menambah nafsu umumnya dilakukan oleh peternak yang
makan temak. memiliki lahan dan mengusahakan
(menanam) komoditi tanaman pangan.
5. Pemanfaatan Limbah Pertanian Jenis limbah yang digunakan adalah
Sebagai Pakan jerami padi 62.5% , jerami jagung 12.5%,
jerami padi + jerami jagung 12.5% dan
Pemanfaatan limbah pertanian jerami padi + jerami jagung + jerami ubi
sebagai pakan temak ruminansia pada kayu + jerami ubi jalar 12.5%. Sesuai
peternak di Kecamatan Rengat &rat pendapat Syamsu, dkk (2003) bahwa
Kabupaten Indragiri Hulu masih rendah produksi limbah pertanian terbesar adalah
yaitu 20% seperti terlihat pada Tabel4. jerami padi 85.81 %, jerami jagung 5.84%,
Rendahnya tingkat pemanfaatan jerami kacang tanah 2.84%, jerami kedelai
limbah pertanian sebagai pakan 2.54%, pucuk ubi kayu 2.29% dan jerami
disebabkan karena responden segera ubi jalar 0.68% (Syamsu, 2007).
membakar limbah ijerami padi/jagung/
Pemanjaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada Peternak Rakyat di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu
Total 8 100
3. Mengetahui teknologi pakan
a. Ya 0 0
b. Tidak 40 100
Total 40 100
4. Menerapkan teknologi
a. Ya 0 0
b. Tidak 40 100
Total 40 100
Sumber : Data primer dioJah