Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL

Aktivitas Antioksidan Beras


Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya
terhadap Kesehatan
Antioxidant Activity of Pigmented Rice and Impact on Health
Arfina Sukmawati Arifin1, Nancy Dewi Yuliana1, dan Mohamad Rafi2
1DepartemenIlmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Dramaga Bogor, 16680
2Departemen Kimia, Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor, Dramaga Bogor, 16680


Email : juliana.luthfia@gmail.com

Diterima : 3 Januari 2019 Revisi : 17 Januari 2019 Disetujui : 8 Maret 2019

ABSTRAK
Tingginya jumlah radikal bebas yang tidak diimbangi dengan jumlah antioksidan dalam
tubuh memicu terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif menyebabkan gangguan fungsi
vaskular, kerusakan protein dan lipid membran sel, dan mutasi asam nukleat (DNA).
Kerusakan sel secara kronis mengakibatkan efek negatif pada jaringan yang menyebabkan
terjadinya berbagai penyakit seperti penyakit neurodegeneratif (alzheimer, parkinson),
penyakit kardiovaskular (hipertensi, arteriosklerosis, dan lainnya), katarak, kerusakan retina,
makulopati, artritis reumatoid, asma, stroke, diabetes melitus, imunodepresi, kanker, penuaan,
hiperoksia, dermatitis, dan lainnya. Penerapan gaya hidup sehat misalnya dengan
mengonsumsi makanan sumber senyawa bioaktif dapat meminimalkan risiko kesehatan.
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Beberapa jenis beras mengandung
pigmen merah dan hitam yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
dibandingkan beras putih. Pigmen tersebut berasal dari proantosianidin dan antosianin.
Berbagai penelitian secara in vitro dan in vivo membuktikan bahwa antosianin dan
proantosianidin bertindak sebagai antioksidan dan berpotensi sebagai pencegah berbagai
penyakit seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan lain sebagainya.
kata kunci: antioksidan, beras hitam dan merah, antosianin, proantosianidin
ABSTRACT
The high number of free radicals that are not balanced with the amount of antioxidants
in the body triggers oxidative stress. Oxidative stress causes impaired vascular function,
damage to proteins and lipids in membrane cell, and nucleic acid (DNA) mutations. Chronic
cell damage has a negative effect on tissue that causes various diseases such as
neurodegenerative diseases (Alzheimer's, Parkinson's), cardiovascular diseases
(hypertension, arteriosclerosis, and others), cataracts, retinal damage, maculopathy,
rheumatoid arthritis, asthma, stroke, diabetes mellitus, immunodepression, cancer, aging,
hyperoxia, dermatitis, and others. The application of a healthy lifestyle for example by
consuming food sources of bioactive compounds can minimize health risks. Rice is the staple
food of the Indonesian people. Some types of rice contain red and black pigments which are
known to have high antioxidant activity compared to white rice. The pigment comes from
anthocyanin and proanthocyanidin. Various studies in vitro and in vivo prove that anthocyanin
and proantocyanidine act as antioxidants and potency as a preventative for various diseases
such as cardiovascular, diabetes mellitus, and etc.
keywords: antioxidant, black and red rice, anthocyanin, proanthocyanidin

Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan


Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
I. PENDAHULUAN sebagai antioksidan. Goufo dan Trindade
(2013) menyatakan bahwa beras
R isiko kesehatan pada manusia
meningkat seiring dengan tingginya
paparan radikal bebas yang berasal dari
mengandung antioksidan berupa asam
fenolik, flavonoid, tokoferol, tokotrienol,
antosianin, proantosianidin, γ-oryzanol dan
radiasi, asap rokok, polusi kendaraan dan
asam fitat. Berdasarkan pigmennya, beras
pabrik, pestisida, obat-obatan, dan berbagai
memiliki warna putih, merah, ungu hingga
sumber radikal bebas lainnya.
hitam. Pigmen yang dihasilkan oleh beras
Ketidakseimbangan antara jumlah radikal
dipengaruhi oleh senyawa bioaktif yang
bebas dan antioksidan dalam tubuh
dikandungnya dan diketahui memiliki
mengakibatkan terjadinya stres oksidatif.
dampak bagi kesehatan. Pratiwi dan
Stres oksidatif memicu berbagai penyakit.
Purwestri (2017) menyatakan bahwa beras
WHO (2018) telah melaporkan bahwa
hitam berpotensi sebagai pangan fungsional
penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit
di Indonesia.
respirasi kronis, dan diabetes melitus
merupakan penyakit tidak menular Senyawa bioaktif yang menyebabkan
penyebab utama kematian di dunia. Hasil pigmen pada beras adalah antosianin dan
riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun proantosianidin. Hosoda, dkk. (2018)
2018 mengungkapkan prevalensi penyakit melaporkan bahwa beras hitam dan beras
tidak menular di Indonesia mengalami merah mengandung antosianin dan
peningkatan dibandingkan tahun 2013. proantosianidin yang berpotensi digunakan
Penyakit tersebut diantaranya kanker (1,4 sebagai sumber antioksidan selain sebagai
persen menjadi 1,8 persen), stroke (7 persen sumber pati pada ruminansia. Seawan, dkk.
menjadi 10,9 persen), penyakit ginjal kronik (2014) juga menyatakan bahwa beras
(2 persen menjadi 3,8 persen), diabetes berpigmen memiliki potensi aktivitas
melitus (6,9 persen menjadi 8,5 persen), dan antioksidan yang tinggi karena tingginya
hipertensi (25,8 persen menjadi 34,1 persen) kandungan senyawa bioaktif. Senyawa
(Kemenkes RI, 2018). Diprediksikan angka bioaktif pada beras berpigmen dapat
prevalensi penyakit tersebut meningkat dari mengurangi stres oksidatif, mencegah
tahun ke tahun jika tidak ditangani dengan kanker, kardiovaskular, komplikasi diabetes,
tepat, benar, dan kontinu. Hal ini berdampak dan lainnya (Walter dan Marchesan, 2011).
pada ekonomi negara yang harus Artikel ini akan membahas mengenai
menanggung biaya beban kesehatan yang beberapa penelitian tentang aktivitas
tinggi ditambah kisaran usia penderita antioksidan beras berpigmen (beras merah
penyakit tersebut berada pada usia produktif dan hitam) di Indonesia dan dampak
sehingga menurunkan produktivitas kerja senyawa bioaktifnya terhadap kesehatan
manusia. (kardiovaskular dan diabetes).
Risiko kesehatan dapat diminimalkan II. RADIKAL BEBAS
dengan menerapkan gaya hidup sehat,
Radikal bebas didefinisikan sebagai
misalnya mengonsumsi makanan yang kaya
atom atau molekul yang memiliki satu atau
senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif pada
lebih elektron tidak berpasangan (Florence,
pangan dapat bertindak dalam berbagai
1995). Elektron ganjil yang dimiliki oleh
aktivitas biologis, misalnya sebagai
radikal bebas menyebabkan tidak stabil dan
antioksidan dalam tubuh. Peranan pangan
sangat reaktif. Tingginya reaktivitas radikal
saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan
bebas mampu menarik elektron dari molekul
kebutuhan gizi dan pemberi rasa kenyang
lain agar stabil. Molekul yang kehilangan
tetapi juga diharapkan bermanfaat bagi
elektron tersebut dapat menjadi radikal dan
kesehatan (pangan fungsional). Salah satu
memungkinkan menarik elektron dari
jenis pangan yang sangat dekat dengan
molekul lain yang berdekatan dengannya
masyarakat Indonesia adalah beras. Beras
sehingga terjadi reaksi berantai (Phaniendra
merupakan kelompok serealia yang
dan Jestadi, 2015). Radikal bebas dapat
mengandung karbohidrat tinggi dan menjadi
terbentuk dari dalam tubuh (endogenus) dan
sumber utama kalori. Beras juga
luar tubuh (eksogenus). Radikal bebas yang
mengandung beberapa senyawa bioaktif
Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
terbentuk dalam tubuh misalnya hasil Mahantesh, dkk., 2012; Pham-huy, dkk.,
transpor elektron pada mitokondria, oksidasi 2008).
xantin, proksidasi lipid, metabolisme asam
III. ANTIOKSIDAN
arakidonat, dan inflamasi yang dapat
menginisiasi netrofil dan makropag yang Tubuh memiliki sejumlah mekanisme
memproduksi radikal bebas. Radikal bebas untuk meredam radikal bebas dengan cara
yang berasal dari luar tubuh dapat terbentuk memproduksi antioksidan. Antioksidan
karena paparan radiasi ultraviolet, sinar X, merupakan substansi yang dapat
sinar gamma, microwave, polusi kendaraan, menghambat atau memperlambat terjadinya
pembakaran hutan, aktivitas vulkanik, asap kerusakan oksidatif (Mahantesh, dkk., 2012).
rokok, obat-obatan, bahan kimia, senobiotik, Antioksidan yang diproduksi dalam tubuh
dan lain sebagainya (Mahantesh, dkk., 2012; (endogenus) terbagi menjadi dua yaitu
Pham-huy, dkk., 2008) antioksidan enzimatik seperti superoksida
dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation
Akumulasi radikal bebas yang tinggi
peroksidase, glutation reduktase dan
dan tidak disertai dengan kemampuan
antioksidan non-enzimatik misalnya vitamin
antioksidan dalam tubuh menyebabkan
C, vitamin E, hasil metabolisme/ metabolik
terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif
antioksidan (asam lipoid, glutation, L-arginin,
merupakan kumpulan molekul reaktif seperti
koenzim Q10, melatonin, protein pengkelat
reactive oxygen species (ROS) dan reactive
logam, transferin, dan lain sebagainya)
nitrogen species (RNS). ROS yang terbentuk
(Pham-huy, dkk., 2008; Mahantesh, dkk.,
seperti superoksida (•O2-), hidroksil (•OH),
2012). Antioksidan dapat diperoleh dari luar
peroksil (•RO2), hidroperoksil (•HRO2-) dan
tubuh (eksogenus) misalnya melalui
RNS yang terbentuk adalah nitrit oksida
makanan. Hal ini dapat membantu
(•NO) dan nitrogen dioksida (•NO2-)
antioksidan dalam tubuh melawan radikal
(Johansen, dkk., 2005). ROS dan RNS dapat
bebas. Antioksidan dari luar tubuh dikenal
berperan ganda yaitu menguntungkan dan
dengan nama antioksidan nutrien,
merugikan dalam tubuh. Pada konsentrasi
contohnya flavonoid yang tersebar pada
rendah atau sedang ROS dan RNS (seperti
tumbuhan, asam lemak omega-3 dan
radikal superoksida dan oksida nitrat)
omega-6 yang terkandung pada ikan,
berperan dalam kekebalan tubuh
selenium, mangan, zink, dan berbagai
(pertahanan terhadap mikroorganisme
mineral serta vitamin lainnya dapat
patogen), membantu dalam sinyal seluler,
ditemukan dari buah dan sayuran serta
menginduksi proses mitogenik, dan regulasi
pangan lainnya (Mahantesh, dkk., 2012).
redoks (Valko, dkk., 2007). Namun, pada
jumlah yang berlebihan ROS dan RNS dapat Antioksidan dapat menetralkan radikal
memicu terjadinya stres oksidatif yang bebas dengan cara mendonorkan elektron
menyebabkan gangguan fungsi vaskular, yang dimilikinya. Pada umumnya,
kerusakan protein, kerusakan lipid pada mekanisme antioksidan dapat digolongkan
membran sel, dan kerusakan asam nukleat menjadi 2 yaitu hidrogen elektron transfer
(DNA) hingga apoptosis sel (Johansen, dkk., (HAT) dan elektron transfer (ET). Reaksi
2005). Hal tersebut memicu terjadinya HAT didasarkan pada reaksi kinetik yang
kerusakan jaringan secara kronis dan dapat melibatkan reaksi kompetitif antara
menimbulkan berbagai penyakit seperti antioksidan dan substrat yang bersaing
penyakit neurodegeneratif (alzheimer, untuk membentuk radikal peroksil melalui
parkinson), penyakit kardiovaskular dekomposisi senyawa azo (Huang, dkk.,
(hipertensi, arteriosklerosis, dan lainnya), 2005). Menurut Apak, dkk. (2013), HAT
katarak, kerusakan retina, makulopati, artritis digunakan untuk mengukur kemampuan
reumatoid, asma, stroke, diabetes melitus, antioksidan dalam menghambat radikal
imunodepresi, kanker, penuaan, hiperoksia, bebas (radikal peroksil) oleh donor atom
dermatitis, hepatitis, dan lain sebagainya hidrogen. Misalnya, atom hidrogen yang
serta mempercepat perkembangan penyakit berasal dari fenol (Ar-OH) ditransfer pada
lainnya (Phaniendra dan Jestadi 2015; radikal ROO, reaksi yang terjadi sebagai
berikut :

Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan


Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
sebagai pelindung terhadap patogen,
ROO● + AH/ArOH ROOH + A-/ArO●
predator, radiasi ultarviolet, daya tarik
Reaksi ariloksi (ArO●) dibentuk dari reaksi penyerbukan hewan, dan sebagainya.
antioksidan fenol dengan peroksil radikal. Senyawa fenolik memiliki bentuk gugus
Oksidan dan antioksidan bereaksi dengan kimia heterogen yang mengandung gugus
ROO●, aktivitas antioksidan dapat diukur
fenol (gugus hidroksil fungsional dalam
dari kompetisi kinetik dengan cara
cincin aromatik) dalam struktur dasarnya.
mengukur penghilangan warna oksidan
karena kehadiran antioksidan (Huang, Senyawa fenolik memiliki mekanisme
dkk., 2005; Apak, dkk., 2013). antioksidan yang berbeda-beda. Beberapa
senyawa fenolik dapat meredam spesies
Mekanisme elektron transfer reaktif secara langsung seperti radikal
didasarkan pada reaksi redoks. Metode ini
hidroksil, peroksil, dan superoksida serta
digunakan untuk mengukur kapasitas
dapat juga menekan peroksidasi lipid
antioksidan yang ditandai dengan
perubahan warna karena terjadinya reaksi dengan mendaur ulang antioksidan lain
reduksi. Mekanisme reaksi elektron seperti α-tokoferol. Mekanisme antioksidan
transfer berjalan lebih lambat dibandingkan senyawa fenolik lainnya adalah mengikat
reaksi HAT dan dipengaruhi oleh jenis logam prooksidan, seperti besi dan
pelarut dan kondisi pH. Menurut Ou, dkk. tembaga, mencegah pembentukan radikal
(2002) mekanisme reaksi elektron transfer bebas dari peroksidan, dan
dapat dilihat sebagai berikut: mempertahankan kapasitasnya sebagai
ROO● + AH/ArOH ROO● + H+/ArOH+ antioksidan. Selain itu, senyawa fenolik
mampu meningkatkan aktivitas enzim
AH+/ArOH+ + H2O A-/ ArO● +H3O+ antioksidan dan menginduksi sintesis
ROO● + H3O+ ROOH + H2O protein antioksidan (Walter dan
Berdasarkan hal tersebut mekanisme Marchesan, 2011).
reaksi HAT dan ET dikembangkan dalam IV. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BERAS
metode-metode penentuan aktivitas BERPIGMEN (ORYZA SATIVA)
antioksidan. Metode analisis yang
didasarkan dari reaksi HAT adalah Oxygen Penelitian mengenai aktivitas
Radical Absorbance Capacity (ORAC), antioksidan pada beras berpigmen di
Total Radical Trapping Antioxidant Indonesia telah diteliti dengan berbagai
Parameter (TRAP), Total Antioxidant perlakuan yang berbeda. Berikut
Capacity (TAC), Total Oxygen Scavenging rangkuman beberapa penelitian tersebut.
Capacity (TOSC), Total Equivelent Empat dari lima penelitian pada Tabel
antioxidant Capacity (TEAC), Folin 1 menunjukkan beras merah memiliki
Ciocalteu reagent (FCR), 2.2’-azobis (2- aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan
amidinopropane) hydrochloride (AAPH). beras hitam (Azis, dkk., 2015; Suhartatik,
Sedangkan metode analisis antioksidan dkk., 2013; Widyawati, dkk., 2014; dan
yang didasarkan reaksi transfer elektron Dwiyanti, dkk., 2013). Penelitian mengenai
adalah Ferric Reducing Antioxidant Power beras berpigmen di negara lain juga ada
(FRAP), Cupric Reducing Antioxidant yang memperlihatkan hal serupa. Vichit
Capacity (CUPRAC), Trolox-Equivalent dan Saewan (2015) melaporkan bahwa
Antioxidant Capacity (TEAC), dan 2.2- beras merah Thailand memiliki aktivitas
diphenyl-1-pycrilhidrazil (DPPH) (Prior, antioksidan tertinggi dibandingkan beras
dkk., 2005) hitam pada pengujian FRAP, namun pada
Salah satu senyawa bioaktif yang pengujian DPPH dan TBARS
memperlihatkan perbedaan yang tidak
dilaporkan memiliki aktivitas sebagai
signifikan pada kedua beras tersebut.
antioksidan adalah senyawa fenolik.
Penelitian lain melaporkan beras hitam
Senyawa fenolik merupakan metabolit memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
sekunder pada tanaman yang berfungsi
Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
dibandingkan beras lainnya (Petroni, dkk., penyosohan menurunkan komposisi
2017). Perbedaan hasil aktivitas proksimat (kadar lemak, kadar abu),
antioksidan antara beras merah dan beras kandungan mineral, kandungan senyawa
hitam yang didapatkan oleh beberapa fitokimia (asam fenolik dan flavonoid) dan
peneliti kemungkinan dipengaruhi oleh aktivitas antioksidan (pengujian DPPH)
berbagai faktor misalnya perbedaan jenis setelah penyosohan (tingkat penggilingan
varietas dan kondisi geografis tempat 9 persen). Hal ini disebabkan pada bagian
tumbuh beras sehingga memengaruhi perikarp beras mengandung berbagai
komposisi kandungan kimia beras, proses komponen kimia misalnya senyawa bioaktif
ekstraksi, metode pengujian, dan berbagai antosianin, proantosianidin, dan lainnya
faktor lainnya juga dapat menyebabkan sehingga jika dilakukan penyosohan
terjadinya perbedaan hasil pengujian mengakibatkan tergerusnya bagian
aktivitas antioksidan. Menurut Okonogi, perikarp yang menyebabkan berkurangnya
dkk. (2018) jenis varietas beras, modifikasi kuantitas komponen kimia beras. Menurut
kimia, dan pelarut saat ekstraksi memilliki Walter dan Marchesan (2011), senyawa
peranan penting dalam pengujian aktivitas fenolik terkonsentrasi lebih tinggi pada
antioksidan pada berbagai beras. bagian perikarp beras merah dan hitam.
Proses penyosohan beras juga dapat Pengaruh jenis beras organik (beras
memengaruhi aktivitas antioksidan. yang diperoleh dari padi organik yang
Tabel 1. Aktivitas Antioksidan Beras Berpigmen (Beras Merah dan Hitam) di Indonesia
Jenis Metode Aktivitas
No. Jenis beras Sumber
pelarut analisa antioksidan
1 Beras merah Metano DPPH 95,05% Azis, dkk., 2015
Beras hitam l 66,27%
2 Beras merah 1x sosoh Metano DPPH 68,30% Suhartatik, dkk.,
Beras merah 2x sosoh l 0,82% 2013
Beras merah putih 6,64%
Beras hitam 6,51%
3 Beras organik merah Metano DPPH 0,90 mg ekui.VitE/g Widyawati, dkk.,
Beras organik hitam l 0,43 mg ekui.VitE/g 2014
Beras organik putih 0,02 mg ekui.VitE/g
4 Beras merah Metano DPPH 94,14% Dwiyanti, dkk.,
Nasi merah (ricecooker) l 89,44% 2013
Nasi merah (dandang) 89,93%
Beras hitam 48,77%
Nasi hitam (ricecooker) 30,60%
Nasi hitam (dandang) 31,46%
5 Beras putih Metano DPPH 18,40% Wanti, dkk.,
Beras merah l 39,50% 2015
Beras hitam 46,20%
Angkak beras putih 21,24%
Angkak beras merah 22,20%
Angkak beras hitam 45,01%

Penelitian Suhartatik, dkk. (2013) dibudidayakan tanpa menggunakan


memperlihatkan perbedaan aktivitas pestisida atau bahan kimia) berbagai
antioksidan yang signifikan antara beras pigmen terhadap aktivitas antioksidan
merah 1x sosoh dan beras merah 2x pernah diteliti oleh Widyawati, dkk. (2014).
sosoh. Aktivitas antioksidan beras merah Beras organik yang digunakan adalah
2x sosoh lebih rendah dibandingkan beras beras putih varietas Jasmine, beras merah
merah 1x sosoh (Tabel 1). Reddy, dkk. varietas Saodah, dan beras hitam varietas
(2017) melaporkan bahwa proses Jawa, yang banyak dibudidayakan di

Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan


Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
daerah Sleman, D.I. Yogyakarta. Hasil dihasilkan oleh M. purpureus pada
penelitiannya menunjukkan bahwa beras fermentasi angkak adalah monaskorubrin,
organik merah varietas Saodah memiliki monaskoflavin, dan lovastatin (Kasim, dkk.,
potensi tertinggi sebagai sumber 2005). Penelitian ini memperlihatkan
antioksidan. Kemampuan meredam DPPH bahwa beras hitam memiliki aktivitas
dan mereduksi ion besi pada ekstrak beras antioksidan paling tinggi dibandingkan
organik merah memiliki aktivitas tertinggi beras merah dan putih dan demikian juga
masing-masing sebesar 0,90 mg ekuivalen pada produk angkak (Tabel 1). Aktivitas
vit E/g sampel db dan 278,28 mg ekuivalen antioksidan antara beras hitam dan angkak
vit E/g sampel db. Hal ini didukung oleh beras hitam tidak berbeda secara
kandungan total fenol dan total signifikan (p<0,05). Hal ini disebabkan
flavonoidnya yang tinggi yaitu 37,93 mg secara alami beras hitam mengandung
GAE/g sampel db dan 0,85 mg CE/g pigmen yang memiliki aktivitas antioksidan
sampel db. Beras organik merah tinggi (antosianin), namun pada
mempunyai total antosianin lebih rendah pembuatan angkak terdapat proses
(0,0025 mg/g sampel db) dibandingkan sterilisasi yang mungkin merusak
beras organik hitam (0,024 mg/g sampel antosianin pada beras hitam dan beras
db). Beberapa penelitian melaporkan merah sehingga menurunkan aktivitas
bahwa beras mengandung senyawa antioksidannya. Berbeda halnya dengan
bioaktif seperti tokoferol, tokotrienol, asam beras putih, proses pembuatan angkak
ferulat, γ-oryzanol, dan senyawa fenolik. beras putih mengalami peningkatan
Sebagian besar senyawa fenolik dalam aktivitas antioksidan. M. purpureus
beras berwarna adalah antosianin. Jenis mungkin beraktivitas lebih baik pada beras
senyawa antosianin yang terdeteksi pada putih dibandingkan beras berpigmen
jenis beras organik adalah sianidin-3- lainnya sehingga mampu menghasilkan
glukosida dan peonidin-3-glukosida. metabolit sekunder yang memberi pigmen.
Kemungkinan adanya pigmen pada beras
Salah satu faktor yang dapat
merah dan hitam menjadi faktor
memengaruhi aktivitas antioksidan adalah
terhambatnya pertumbuhan M. purpureus,
proses pengolahan. Penelitian Dwiyanti,
sehingga aktivitas antioksidannya hanya
dkk. (2013) tentang aktivitas antioksidan
berasal dari berasnya.
beras merah dan beras hitam komersial
serta pengolahannya dalam bentuk nasi V. SENYAWA BIOAKTIF BERAS
menunjukkan bahwa beras merah memiliki BERPIGMEN SEBAGAI
aktivitas antioksidan tertinggi (Tabel 1). ANTIOKSIDAN
Aktivitas antioksidan penanakan beras
Senyawa bioaktif sebagai
dengan menggunakan dandang memiliki
antioksidan pada beras meliputi senyawa
aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
fenolik, flavonoid, antosianin,
menggunakan rice cooker, namun tingkat
proantosianidin, tokoferol, tokotrienol, γ-
perbedaannya sedikit. Hal ini disebabkan
oryzanol dan asam fitat (Goufo dan
karena lama waktu penanakan
Trindade, 2013). Beras merah pada bagian
menggunakan rice cooker lebih lama
aleuronnya mengandung gen yang
sehingga memungkinkan terjadinya
memproduksi antosianin (senyawa
kerusakan pada senyawa bioaktifnya.
pemberi warna merah atau ungu),
Wanti, dkk. (2015) melaporkan sedangkan beras hitam pada aleuron dan
bahwa jenis beras memengaruhi aktivitas endospermia dapat memproduksi
antioksidan pada pembuatan angkak oleh antosianin dengan intensitas tinggi
Monascus purpureus. Angkak merupakan sehingga berwarna ungu pekat mendekati
produk fermentasi beras putih hitam (Wanti, dkk., 2015). Metabolit
menggunakan kapang Monascus sp. sekunder utama dalam beras merah
Warna merah yang dihasilkan dari angkak adalah proantosianidin sedangkan pada
biasanya digunakan sebagai bahan warna beras hitam adalah antosianin (Goufo dan
merah sintesis dan berpotensi sebagai Trindade, 2013).
sumber antioksidan. Warna utama yang
Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
Antosianin (Gambar 1), kelas lain dari 2013). Jenis antosianin yang terdapat pada
flavonoid, adalah glikosida yang larut beras hitam adalah cyanidin-3-glucoside
dalam air dan polihidroksil yang dan peonidin-3-glucoside (Walter dan
merupakan turunan polimetoksil dari 2- Marchesan, 2011). Jenis senyawa

A= ion flavilium tersusun dari cincin aromatik


C= terkondensasi dengan cincin non-aromatik
B= cincin aromatik lainnya yang dapat membentuk ikatan karbon
Gambar 1. Struktur Dasar Antosianin (Reis, dkk., 2016)

fenilbenzopirilium atau garam flavilium (2- proantosianidin utama pada beras adalah
fenilkromenilium). Proantosianidin atau oligomer epikatekin yang dihubungkan
tanin terkondensasi, adalah kelas senyawa dengan empat hingga delapan ikatan
fenolik polimer yang terdiri terutama unit karbon (tipe B) (Goufo dan Trindade,
flavon-3-ol (katekin, epikatekin, dan 3-O- 2013).
galat dan epigalat) (Goufo dan Trindade,

Gambar 2. Mekanisme Antosianin dan Proantosianidin dalam meningkatkan Aspek


Biokimia terkait dengan Sindrom Metabolik (Kruger, dkk., 2014)
Singkatan: AMPK = adenosine monophosphate kinase; ACC = Acetyl-CoA carboxylase;
VLDL = very low density lipoprotein; LDL = low density lipoprotein; HDL = high density
lipoprotein; IGF = insulin-like growth factor

Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan


Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
Kemampuan aktivitas antioksidan signifikan di Amerika Serikat, namun perlu
pada antosianin tergantung pada struktur dikaji lebih lanjut di negara-negara lainnya.
kimia antosianin karena tidak semua jenis
Berbagai penelitian pada hewan
antiosianin dapat meredam ROS dan RNS.
percobaan menunjukkan bahwa beras
Struktur dasar orientasi senyawa
seperti beras merah dan beras hitam
antosianin terletak pada cincin yang akan
memiliki potensi sebagai pencegah
menentukan kemudahan atom hidrogen
penyakit kardiovaskular. Pinontoan (2015)
pada hidroksil didonorkan ke radikal bebas
melaporkan bahwa pemberian ekstrak
(Miguel, 2011).
beras hitam dapat menurunkan kadar low
VI. BERAS BERPIGMEN DAN density lipoprotein (LDL) tikus wistar yang
DAMPAK TERHADAP diberi diet prodislipidemia. Penelitian
KESEHATAN tersebut menunjukkan pemberian esktrak
beras hitam sebanyak 4 g/hari selama 14
Antosianin dan proantosianidin pada
hari mampu menurunkan kadar LDL yang
beras berpigmen mampu berperan dalam
sebelumnya 41,82 mg/dL menjadi 17,08
berbagai aktivitas biologis dalam tubuh.
mg/dL pada tikus yang diberikan pakan
Penelitian secara in vitro maupun in vivo
standar, diet prodislipidemia, dan ekstrak
telah mempelajari tentang kemampuan
beras hitam. Kandungan antosianin pada
aktivitas biologis beras berpigmen
beras hitam diduga berpengaruh terhadap
misalnya sebagai antioksidan dan
penurunan kadar LDL.
antiinflamasi. Kruger, dkk. (2014) juga
menyatakan bahwa beras mengandung Pengaruh pemberian beras hitam
antosianin dan proantosianin yang dapat terhadap manusia telah dilakukan oleh
mengurangi terjadinya risiko penyakit Wang, dkk. (2007) dengan cara
kardiovaskular. Walter dan Marchesan memberikan suplemen beras hitam kepada
(2011) juga melaporkan bahwa ekstrak pasien penyakit jantung koroner (PJK).
beras merah dan beras hitam mampu Pemberian suplemen beras hitam mampu
mencegah terjadinya komplikasi pada meningkatkan status antioksidan dan
penderita diabetes dengan menghambat antiinflamasi. Sebanyak enam puluh
efek tidak tembus cahaya pada lensa mata pasien PJK usia 45–75 tahun dibagi dalam
organ tikus sehingga mencegah terjadinya dua kelompok yaitu pasien yang diberi diet
katarak. Mekanisme antosianin dan yang ditambah 10 gram fraksi beras hitam
proantosianidin dalam menghambat dan diet yang ditambah 10 gram fraksi
penyakit kardiovaskular dan diabetes beras putih. Setelah intervensi 6 bulan
dapat dilihat pada Gambar 2. kelompok diet yang diberi fraksi beras
hitam terbukti dapat meningkatan
6.1. Beras Berpigmen dan Penyakit kapasitas antioksidan, mengurangi soluble
Kardiovaskular vascular cell adhesion molecule-1 dan
Penyakit kardiovaskular merupakan soluble CD40 ligand, serta meningkatkan
penyakit penyebab utama kematian di sensitivitas protein C-reaktif namun tidak
dunia, sehingga dibutuhkan tindakan untuk ada perubahan signifikan terhadap
meminimalkan hal tersebut. Kebiasaan aktivitas superoksida dismutase antar dua
mengonsumsi nasi dari beras putih kelompok.
seringkali dikaitkan dengan peningkatan Pengaruh perkecambahan terhadap
risiko penyakit kardiovaskular (Imam, dkk., peningkatan kandungan senyawa bioaktif
2014). Namun berdasarkan analisis pada beras telah banyak diteliti. Pemberian
gabungan data tentang konsumsi beras beras merah yang telah dikecambahkan
dan risiko penyakit kardiovaskular oleh dapat mengatur metabolisme kolestrol di
Muraki, dkk. (2015) menyatakan bahwa hati dan mengurangi risiko penyakit
kebiasaan konsumsi nasi putih atau nasi kardiovaskular pada tikus
merah tidak terkait dengan risiko hiperkolesterolemia dibandingkan beras
kardiovaskular. Laporan tersebut putih dan beras merah (Imam, dkk., 2014).
menunjukkan konsumsi nasi mungkin tidak Beras merah berkecambah mampu
menimbulkan risiko kardiovaskular yang
Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
mengurangi berat badan tikus dan mengalami penurunan serta derajat insulin
meningkatkan parameter lipid seperti sekresi dalam plasma tikus mengalami
oksidasi LDL dan F2-isoprostan. Hal ini peningkatan secara signifikan setelah
memungkinkan terjadinya pengurangan pemberian GBRE. Di sebagian besar
risiko kardiovaskular. Efek parameter yang dianalisis, GBRE cukup
hipokolesterolemia pada beras merah dan sama dengan kinerja obat metformin.
beras merah berkecambah dipercaya Suplementasi GBRE membantu
akibat kontribusi komponen aktif seperti mencegah dan mengelola penyakit
GABA, oryzanol, ASG, komponen fenol, diabetes.
serat, vitamin, dan mineral.
Chung, dkk. (2016) juga telah
6.2. Beras Berpigmen dan Penyakit meneliti tentang efek perkecambahan
Diabetes beras berpigmen terhadap penghambatan
enzim yang bertanggung jawab pada
Peningkatan kadar gula dalam darah
diabetes. Beras yang digunakan adalah
dapat menyebabkan berbagai masalah
Heukjinjubyeo (ungu tua), Keunnunjami
kesehatan. Tantipaiboonwong, dkk. (2017)
(ungu kehitaman), Superjami (ungu
telah melaporkan efek anti-hiperglikemik
kehitaman), dan Superhongmi (cokelat
dan anti-hiperlipidemik ekstrak beras
kemerahan), dan beras merah normal yang
merah dan ekstrak beras hitam kepada
semuanya dikecambahkan selama 3 hari.
tikus yang diinduksi streptozotocin. Hasil
Beras diekstrak menggunakan etanol dan
penelitian tersebut menunjukkan konsumsi
dianalisis kadar fenol serta penghambatan
ekstrak beras hitam 50 mg/kg berat badan
atau konsumsi ekstrak beras merah 100 aktivitas -glukosidase, -amilase,
mg/kg berat badan secara signifikan dipeptidyl peptidase-4, lipase, dan xanthine
menurunkan kadar gula darah setelah 8 oksidase. Hasil menunjukkan beras
minggu sedangkan konsumsi ekstrak pigmen berkecambah tersebut
beras hitam 100 mg/kg berat badan atau mengandung fenol dan memiliki aktivitas
ekstrak beras merah 50 mg/kg berat badan penghambatan enzim secara signifikan
dapat menurunkan kadar trigliserida. lebih tinggi dibandingkan dengan beras
Tingkat kolesterol pada kedua ekstrak merah normal berkecambah.
tersebut juga mengalami penurunan. Penghambatan enzim secara nyata
Cosomn, dkk. (2017) telah meneliti meningkat selama perkecambahan diduga
pengaruh konsumsi nasi merah pratanak karena meningkatnya kandungan fenolik
terhadap respon glikemik dan profil lipid dalam beras.
pada penderita diabetes. Selama konsumsi V. KESIMPULAN
nasi merah pratanak kadar glukosa plasma
Beras berpigmen (beras merah dan
menurun pada 8, 12, dan 16 minggu. Hal
hitam) memiliki potensi sebagai sumber
ini diduga karena kandungan antosianin
antioksidan. Senyawa bioaktif yang dapat
pada beras beras merah.
berperan sebagai antioksidan pada beras
Penelitian oleh Chaiyasut, dkk. merah adalah proantosianidin dan pada
(2017) memperlihatkan hasil bahwa beras hitam adalah antosianin. Antosianin
ekstrak beras hitam Thailand yang dan proantosianidin dapat berperan dalam
dikecambahkan (GBRE) dapat mencegah terjadinya penyakit
meningkatkan kandungan asam γ- kardiovaskular dan komplikasi diabetes.
aminobutirat, total kapasitas antioksidan,
DAFTAR PUSTAKA
dan kadar enzim antioksidan pada tikus
diabetes. GBRE memperlihatkan aktivitas Apak R, Gorinstein S, Böhm V, Schaich K.M,
antidiabetes baik sebelum maupun setelah Özyürek M, Güçlü K. 2013. Methods of
pemberian streptozotocin pada tikus. Dosis Measurement and Evaluation of Natural
Antioxidant Capacity/ Activity (IUPAC
GBRE yang diberikan adalah 500 dan 1000
Technical Report). Pure and Applied
mg/kg berat badan. Kadar glukosa plasma, Chemistry. Vol. 85 (5): 957–998.
kolesterol, trigliserida, resistensi insulin,
dan toleransi glukosa pada tikus Azis A, Izzati M, Haryanti S. 2015. Aktivitas
Antioksidan dan Nilai Gizi dari Beberapa
Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
Jenis Beras dan Millet sebagai Bahan Hepatic Cholesterol Metabolism and
Pangan Fungsional Indonesia. Jurnal Cardiovascular Disease Risk in
Biologi. Vol. 4 (1): 45–61. Hypercholesterolaemic Rats. Journal of
Functional Foods. Vol. 8 : 193–203.
Chaiyasut C, Sivamaruthi B.S, Pengkumsri N,
Keapai W, Kesika P, Saelee M, Tojing P, Johansen J.S, Harris A.K, Rychly D.J, Ergul A.
Sirilun S, Chaiyasut K, Peerajan S, Lailerd 2005. Oxidative Stress and The Use of
N. 2017. Germinated Thai Black Rice Antioxidants in Diabetes: Linking Basic
Extract Protects Experimental Diabetic Science to Clinical Pratice.
Rats from Oxidative Stress and Other Cardiovascular Diabetology. Vol. 4 (5): 1–
Diabetes-Related Consequences. 11.
Pharmaceuticals. Vol. 10 (3): 2–16.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan
Chung S.I, Kang M.Y, Lee S.C. 2016. Inhibitory Republik Indonesia. 2018. Riset
Effect of Germinated Pigmented Rice on Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Key Metabolic Enzymes Associated with Balitbang Kemenkes RI.
Diabetes and Hyperglycemia.
Kruger M.J, Davies N, Myburgh K.H, Lecour S.
International Journal of Food and
2014. Proanthocyanidins, Anthocyanins
Nutritional Science. Vol. 5 (4): 32–40.
and Cardiovascular Diseases. Food
Cosomn U, Hettiarachchi P, Wanigasuriya K, Research International Journal. Vol. 59:
Perera R. 2017. Glycemic and Lipid 41–52.
Metabolic Markers in Type 2 Diabetes
Kasim E, Astuti S, Nurhidayat N. 2005.
Mellitus Patients after Consuming Red
Karakterisasi Pigmen dan Kadar
Pigmented Parboiled Rice as a Staple—A
Lovastatin Beberapa Isolat Monascus
Clinical Trial. Food Science and Nutrition
purpureus. Biodiversitas. 6 (4): 245–247.
Studies. Vol. 1 (2): 122–134.
Mahantesh S.P, Gangawane A.K,Patil C.S.
Dwiyanti G, Siswaningsih W, Aprilianti W.N.
2012. Free Radicals, Antioxidants,
2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Beras
Diseases and Phytomedicines in Human
Merah dan Beras Hitam Komersial serta
Health : Future Perspects. World
Produk Olahannya. Prosiding Seminar
Research Journal of Medicinal & Aromatic
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V.
Plants. Vol. 1 (1): 6–10.
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
PMIPA FKIP UNS, Surakarta. Miguel M.G. 2011. Anthocyanins: Antioxidant
and/or Anti-inflammatory Activities.
Florence T M. 1995. The Role of Free Radicals
Journal of Applied Pharmaceutical
in Disease. Australian and New Zealand
Science. Vol. 1 (06): 07–15.
Journal of Ophthalmologists. Vol. 23 (1):
3–7. Muraki I, Wu H, Imamura F, Laden F, Rimm
E.B, Hu F.B, Willett W.C, Sun Q. 2015.
Goufo P, Trindade H. 2013. Rice Antioxidants:
Rice Consumption and Risk of
Phenolic Acids, Flavonoids,
Cardiovascular Disease: Results from A
Anthocyanins, Proanthocyanidins,
Pooled Analysis of 3 U.S. Cohorts. The
Tocopherols, Tocotrienols, γ-Oryzanol,
American Journal of Clinical Nutrition. Vol.
and Phytic Acid. Food Science & Nutrition.
101: 164–172.
Vol. 2 (2): 75–104.
Okonogi S, Kaewpinta A, Junmahasathien T,
Hosoda K, Sasahara H, Matsushita K, Tamura
Yotsawimonwat S. 2018. Effect of Rice
Y, Miyaji M, Matsuyama H. 2018.
Variety and Modification on Antioxidant
Anthocyanin and proanthocyanidin
and Anti-Inflammatory Activities. Drug
contents, antioxidant activity, and in situ
Discoveries & Therapeutics. Vol. 12 (4):
degradability of black and red rice grains.
206–213.
Asian-Australas Journal of Animal
Sciences. Vol. 31 (8): 1213–1220. Ou B, Huang D, Hampsch-woodill M, Flanagan
J.A, Deemer E.K. 2002. Analysis of
Huang D, Ou B, Prior R.L. 2005. The Chemistry
Antioxidant Activities of Common
behind Antioxidant Capacity Assays.
Vegetables Employing Oxygen Radical
Journal of Agricultural and Food
Absorbance Capacity (ORAC) and Ferric
Chemistry. Vol. 53: 1841–1856.
Reducing Antioxidant Power (FRAP)
Imam M.U, Ishaka A, Ooi D.J, Zamri N.D.M, Assays : A Comparative Study. Journal of
Sarega N, Ismail M, Esa N.M. 2014. Agricultural and Food Chemistry. Vol. 50:
Germinated Brown Rice Regulates 3122–3128.
Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
Petroni K, Landoni M, Tomay F, Calvenzani V, Suranaree Journal of Science and
Simonelli C, Cormegna M. 2017. Technology. Vol. 21 (4): 301–306.
Proximate Composition, Polyphenol
Suhartatik N, Karyantina M, Mustafa A. 2013.
Content and Anti-inflammatory Properties
Aktivitas Antioksidan dan Kadar
of White and Pigmented Italian Rice
Antosianin Beras Berwarna yang Beredar
Varieties. Universal Journal of Agricultural
di DIY dan Sekitarnya. Joglo (Jurnal
Research. Vol. 5(5): 312–321.
Pertanian dan Pangan). Vol. 25 (2): 1–10.
Pham-huy L.A, He H, Pham-huy C. 2008. Free
Tantipaiboonwonga P, Pinthaa K,
Radicals, Antioxidants in Disease and
Chaiwangyena W, Chewonarinb T,
Health. International Journal of
Pangjitc K, Chumphukama O, Kangwand
Biomedical Science. Vol. 4 (2): 89–96.
N, Suttajita M. 2017. Anti-hyperglycaemic
Phaniendra A, Jestadi DB. 2015. Free and Anti-hyperlipidaemic Effects of Black
Radicals : Properties , Sources , Targets , and Red Rice in Streptozotocin-Induced
and Their Implication in Various Diseases. Diabetic Rats. ScienceAsia. Vol. 43: 281–
Indian Journal of Clinical Biochemistry. 288.
Vol. 30 (1): 11–26.
Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin M.T.D,
Pinontoan A.R. 2015. Pengaruh Pemberian Mazur M, Telser J. 2007. Free Radicals
Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.) and Antioxidants in Normal Physiological
terhadap Kadar Low Density Lipoprotein Functions and Human Disease.
pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) International Journal of Biochemistry and
yang Diberi Diet Prodislipidemia. Cell Biology. Vol. 39 (1): 44–84.
http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/
Vichit W, Saewan N. 2015. Antioxidant
uploads/2015/02/JURNAL-Anastasia-
Activities and Cytotoxicity of Thai
Rosalin-Pinontoan.pdf [diakses 15
Pigmented Rice. International Journal of
Desember 2018].
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
Pratiwi R, Purwestri Y.A. 2017. Black rice as a Vol. 7 (7): 329–334.
functional food in Indonesia. Functional
Walter M, Marchesan E. 2011. Phenolic
Foods in Health and Disease. Vol. 7 (3):
Compounds and Antioxidant Activity of
182–194.
Rice. Brazilian Archives of Biology and
Prior R.L, Wu X, Schaich K. 2005. Standardized Technology. Vol. 54 (2): 371–77.
Methods for the Determination of
Wang Q, Han P, Zhang M, Xia M, Zhu H, Ma J,
Antioxidant Capacity and Phenolics in
Hou M, Tang Z, Ling W. 2007.
Foods and Dietary Supplements. Journal
Supplementation of Black Rice Pigment
of Agricultural and Food Chemistry. Vol.
Fraction Improves Antioxidant and Anti-
53: 4290–4302.
inflammatory Status in Patients with
Reddy C.K, Kimi L, Haripriya S, Kang N. 2017. Coronary Heart Disease. Asia Pacific
Effects of Polishing on Proximate Journal of Clinical Nutrition. Vol. 16 (1):
Composition, Physico- Chemical 295–301.
Characteristics, Mineral Composition and
Wanti S, Andriani M.A.M, Parnanto N.H.R.
Antioxidant Properties of Pigmented Rice.
2015. Pengaruh Berbagai Jenis Beras
Rice Science. Vol. 24 (5): 241–252.
terhadap Aktivitas Antioksidan pada
Reis J.F, Monteiro V.V.S, Gomes R.D.S, do Angkak oleh Monascus purpureus.
Carmo M.M, da Costa G.V, Ribera P.C, Biofarmasi. Vol. 13 (1): 1–5
Monteiro M.C. 2016. Action mechanism
[WHO] World Health Organization. 2018.
and cardiovascular effect of
Noncommunicable Diseases Country
anthocyanins: a systematic review of
Profiles 2018. Switzerland: WHO.
animal and human studies. Journal of
Translational Medicine. Vol. 14 (315): 1– Widyawati P.S, Suteja A.M, Suseno T.I.P,
6. Monika P, Saputrajaya W, Liguori C.
2014. Pengaruh Perbedaan Warna
Seawan N, Vichit W, Thakam A, Thitipramote
Pigmen Beras Organik terhadap Aktivitas
N, Chaiwut P, Pintathong P, Thitilertdech
Antioksidan. Agritech. Vol. 34 (4): 399–
N. 2014. Antioxidant Capacities, Phenolic,
406.
Anthocyanin and Proanthocyanidin
Contents of Pigmented Rice Extracts
Obtained by Microwave-Assisted Method.

Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan


Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi
Arfina Sukmawati Arifin dilahirkan pada
tanggal 15 Agustus 1992. Menyelesaikan
pendidikan S1 Ilmu dan Teknologi Pangan,
Universitas Hasanuddin tahun 2014 dan
sekarang sedang melanjutkan studi di Ilmu
Pangan, Institut Pertanian Bogor.

Nancy Dewi Yuliana dilahirkan pada


tanggal 27 Januari 1970. Menyelesaikan
pendidikan S1 Teknologi Pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor tahun 1994, S2
Pharmacognosy, Leiden University,
Belanda tahun 2007 dan S3
Pharmacognosy, Leiden University,
Belanda tahun 2011.

Mohamad Rafi dilahirkan pada tanggal 16


Maret 1977. Menyelesaikan pendidikan S1
Kimia, Institut Pertanian Bogor tahun 2000,
S2 Kimia di Institut Pertanian Bogor tahun
2009, dan S3 Material Engineering di Gifu
University Jepang tahun 2013.

Aktivitas Antioksidan pada Beras Berpigmen dan Dampaknya terhadap Kesehatan


Sukmawati Arifin, Nancy Dewi Yuliana, dan Mohamad Rafi

Anda mungkin juga menyukai