Anda di halaman 1dari 9

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY INQUIRY

(Andamsari)

Apakah Model Discovery-Inquiri Learning?


Model pembelajaran discovery-inquiri (discovery-inquiry learning) merupakan
gabungan dari model discovery learning dan inquiry (Amien, 1979). Kedua model
ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengarahkan dan membimbing peserta didik
untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan. Penggunaan
istilah discovery dan inquiry para ahli terbagi ke dalam dua pendapat, yaitu : 1)
Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan maksud yang sama dan
digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus; dan 2) Istilah discovery,
sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama
dengan inquiry, pada hakikatnya mengandung perbedaan dengan inquiry. Moh.
Amin (Sudirman N, 1992 ) menjelaskan bahwa pembelajaran discovery harus
meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin peserta didik dapat
mengembangkan proses-proses discovery. Inquiry dibentuk dan
meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu
perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih dewasa.
Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-
proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema
sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur,
hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

Berdasarkan definisi pembelajaran discovery-inquiry di atas dapat disimpulkan


bahwa pembelajaran discovery-inquiry merupakan pembelajaran yang menitik
beratkan pada proses pemecahan masalah, sehingga peserta didik harus
melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat menentukan konsep
mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk pendidik berupa pertanyaan yang
mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Mengapa Model Discovery-Inquiri Learning?

Pembelajaran merupakan jantungnya aktivitas pendidikan, sehingga proses


pembelajaran menempati posisi dan peranan yang sangat penting. Di dalam
kegiatan pembelajaran inilah terjadi proses transmisi dan transformasi pengalaman
belajar kepada peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku. Salah satu solusi
permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tuntutan perkembangan abad 21. Diantaranya yaitu dengan
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan peserta didik untuk berpikir
tingkat tinggi (high order thinking/HOT). Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini
merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pembelajaran yang
wajib dimiliki oleh setiap peserta didik, yaitu kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative
thinking), berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan (decision making).
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan HOTs adalah
pembelajaran discovery-inquiry. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka Model
pembelajaran discovery-inquiry menitik beratkan pada proses pemecahan
masalah, sehingga peserta didik harus melakukan eksplorasi berbagai informasi
agar dapat menentukan konsep sendiri. Inti dari proses pembelajaran adalah
mengkondisikan keterlibatan peserta didik secara aktif dan dominan dalam
memahami suatu konsep pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik memfasilitasi aktivitas yang mengarah pada kolaborasi, pembelajaran berbasis
proyek, integrasi teknologi, dan diskusi antara peserta didik dan pendidik tentang
pembelajaran (Barness, 2013).

Peran pendidik dalam pembelajaran discovery-inquiry adalah: pertama,


menciptakan suasana yang memberi peluang untuk berpikir bebas dalam
bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah; kedua, sebagai fasilitator
dalam penelitian; ketiga, rekan diskusi dalam pencarian alternatif pemecahan
masalah; dan yang keempat, pembimbing penelitian, pendorong keberanian berfikir
alternatif dalam pemecahan masalah. Sedangkan peranan peserta didik adalah:
pertama, mengambil prakasa dalam menemukan masalah dan merancang
alternatif pemecahan masalah; ketiga, aktif mencari informasi dan sumber-sumber
belajar; ketiga, menyimpulkan dan analisis data; keempat, melakukan eksplorasi
untuk memecahkan masalah; dan kelima, mencari alternatif masalah bila terjadi
kebuntuan.

Konsep pembelajaran discovery inquiry merupakan rangkaian kegiatan belajar yang


menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir ini biasanya
dilakukan dengan kegiatan tanya jawab atau dialog dua arah antara guru dan
peserta didik. Secara eksplisit materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung
tetapi peserta didik mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing dalam kegiatan belajar (Atik
Wartini:2017).

Kapan Model Discovery-Inquiri Learning dapat diterapkan?

Model pembelajaran ini dapat digunakan ketika pendidik ingin mengkondisikan


peserta didik untuk membudayakan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking/HOT), berpikir ilmiah, mandiri dan tidak hanya mengembangkan
keterampilan bernalarnya/kognitif dalam menyelesaikan permasalahan. Sehingga
diharapkan pembelajaran menjadi lebih berpusat pada peserta didik bukan
pendidik. Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya
sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi,
mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS
yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-
aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan
berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi;
dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam membangun
gagasan/ide-ide.

Pembelajaran discovery-inquiry dalam kegiatan pembelajaran termasuk


pembelajaran modern yang sangat didambakan untuk dilaksanakan di setiap
sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu tidak akan terjadi
apabila pembelajaran discovery-inquiry digunakan. Pembelajaran discovery-inquiry
dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut: a. pendidik harus
terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (materi
bersumber dari bahan pelajaran yang menantang peserta didik/problematik) dan
sesuai dengan daya nalar peserta didik; b. pendidik harus terampil menumbuhkan
motivasi belajar peserta didik dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan;
c. adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup; d. adanya kebebasan peserta
didik untuk berpendapat, berkarya, dan, berdiskusi; e. pendidik tidak ikut campur
tangan dan intervensi terhadap kegiatan peserta didik.

Bagaimana Karakteristik Materi Pembelajaran Yang Sesuai dalam


penerapan Model Discovery-Inquiri Learning?

Metode Discovery-inquiry dipandang mampu untuk memenuhi tuntutan


pembelajaran yang berorientasi kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik secara seimbang. Sehingga model ini cocok untuk materi/topik
pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

➢ memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali


semua aturan yang ada dan harus dipenuhi.
Misalnya Bahasa Inggris, mempelajari kalimat simple present tenses.
➢ memerlukan interaksi dan kolaborasi antara peserta didik dengan pendidik
dan antarpeserta didik dalam memahami proses dalam penemuan
konsepnya.
Misalnya IPA melalui praktikum untuk membedakan jenis lensa
➢ memiliki hubungan dengan lingkungan dan social.
Misalnya IPS,mempelajari sumber daya alam
➢ materi yang memiliki banyak teori-teori dan rumus-rumus.
Misal Matematika, menentukan untung/rugi dengan aritmatika sosial. tanpa
pemahaman terhadap teori-teori dan rumus-rumus ada, peserta didik akan
kesulitan dalam penerapan rumus dalam kehidupan sehari-hari
Bagaimana Tahapan Umum Alur Pembelajaran (Learning Path) Model
Discovery-Inquiry?

Tahapan umum model pembelajaran discovery-inquiry meliputi beberapa


langkah(sintaks) sebagai berikut:

Identifikasi Pengumpulan

1 2 3 4 5 6
Pengolahan Generalisasi
Stimulasi Masalah Data Verifikasi Hasil
Informasi (Data (Generalizati
(stimulation) (Problem (Collecting (Verification)
Proceesing) on)
Statement) Data)

1) Stimulasi (Stimulation), dalam tahapan ini pendidik mengidentifikasi


ketersediaan konten dari aneka sumber belajar yang sesuai dengan materi yang
dibahas, untuk dipelajari oleh peserta didik atau dirumuskan beberapa
pertanyaan terkait konten tersebut untuk jadi acuan peserta didik dalam
membuat persoalan sendiri.
2) Identifikasi Masalah (Problem statement ): memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang ada dalam konten
materi tersebut,
3) Mengumpulkan informasi/data (Data collection) : memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menggali lebih luas persoalan yang telah dibuat
berdasarkan pemahaman dari konten tersebut, melalui perngumpulan berbagai
informasi yang relevan dengan cara membaca literatur baik secara online
maupun offline, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber atau
melakukan uji coba sendiri dan lain-lain oleh peserta didik,
4) Pengolahan informasi/data (Data prossesing): berikutnya peserta didik secara
kelompok ataupun mandiri melakukan pengolahan, pengacakan,
pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan data pada tingkat
kepercayaan tertentu,
5) Verifikasi hasil (Verification): pendidik mengarahkan peserta didik untuk
melakukan pembuktian dari hipotesis atau pernyataan yang telah dirumuskan
berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah ada. Setelah itu
mempresentasikan di depan pendidik dan peserta didik yang lain untuk
mendapat masukan.
6) Generalisasi (Generalization ): peserta didik menarik kesimpulan atau
generalisasi tertentu berdasarkan hasil verifikasi dan masukan dari pendidik dan
peserta didik lainnya.

Tahapan umum/langkah/sintaks discovery-inquiry learning diatas akan terus


berproses hingga mencapai tujuan pembelajaran, dan mengarahkan peserta didik
secara aktif menemukan ide dan mendapatkan makna dari suatu konsep, sehingga
peserta didik menjadi pelaku dominan dalam penerapan sintaks model dalam
rangkaian aktivitas belajar (Kurnia : 2014). Seperti yang digambarkan dalam bagan
berikut:

KEGIATAN INTI

PENDAHULUAN (PESERTA DIDIK) PENUTUP

(PENDIDIK)
Sintaks 2:problem statement (PENDIDIK)
Sintaks 3:data collection Review dan evaluasi
Sintaks1:
stimulation pembelajaran
Sintaks 4:data proceesing
Sintaks 5:verification
Sintaks 6:Generalization

Pengalaman Belajar dan Kompetensi Dalam Penerapan Model Discovery-


Inquiry
Deskripsi pengalaman belajar dan kompetensi yang diperoleh peserta didik dapat
diperoleh dengan menghubungkan alur/tahapan pembelajaran (learning path) dari
model pembelajaran discovery inquiry dan dihubungkan dengan:
1. Kompetensi Abad 21, yaitu 4C: creative (berpikir kreatif), collaborative
(bekerjasama), communication (berkomunikasi), critical (berpikir kritis), dan 1Q
yaitu Taqwa. Taqwa menurut Ridwan meliputi IMTAQ (Iman dan Taqwa) yaitu
IQ (Intellectual Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spritiual Quotient).
2. Pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013 (K13) terintegrasi TIK, yaitu 5M:
Mengamati, Mengasosiasi, Mencoba, Mendiskusikan, dan Mengkomunikasikan.
No Sintaks Model Pengalaman Kompetensi Pendekatan
Pembelajaran Belajar abad 21 4C 1T Saintifik K13 5M
1. Stimulasi(Stimulati Peserta didik - Berpikir kreatif - Mengamati dan
on) mampu dan mengasosiasi
mengamati mengembangk keterkaitan
stimulus yang an kreatifitas dengan
diberikan - IQ pengalaman
pendidik, dan belajar yang
menghubungkan/ dimiliki
mengasosiasikan - EQ
dengan - SQ
pengalaman
belajar
sebelumnya.

2. Identifikasi Peserta didik - Mendorong - Mengasosiasi


Masalah (Problem mampu berpikir kritis permasalahan
statement ) mengidentifikasi - Berkomunikasi - Mendiskusikan
berbagai - IQ permasalahan
persoalan yang - EQ - IQ
relevan dan - EQ
mendiskusikan
hasil identifikasi.

car Pengumpulan Peserta didik - Bekerjasama - Melakukan


i 3. informasi/ data mampu menggali dalam percobaan, men
(Data collection) lebih luas kelompok - Mengosiasi
persoalan yang - Berkomunikasi pemahaman
telah dibuat untuk dengan
berdasarkan mendapatkan pengalaman
pemahaman, informasi belajar yang
dengan cara - EQ dimiliki
membaca - IQ
literatur baik - EQ
secara online
maupun offline,
mengamati
obyek,
wawancara
dengan nara
sumber atau
melakukan uji
coba
sendiri/kelompok
.
4. Pengolahan Peserta didik - Bekerjasama - Mencoba
informasi/data mampu - Berkomunika - Mendiskusikan
(Data prossesing) melakukan si - IQ
eksperimen - Berpikir ktiris - EQ
pengolahan, - Berpikir
pengacakan, kreatif
pengklasifikasian, - IQ
pentabulasian, - EQ
penghitungan
data dan
perumusan hasil
diskusi.
5. Verifikasi hasil Peserta didik - Bekerjasama - Mendiskusikan
(Verification) mampu - Berkomunikasi - Mengkomunikasi
melakukan - Berpikir kritis kan
pembuktian dan - IQ - IQ
presentasi hasil - EQ - EQ
kerja.

6. Generalisasi Peserta didik - Berpikir kritis - Mengasosiasi


(Generalization) mampu membuat - Berpikir kreatif - Mengkomunikasi
kesimpulan dan - IQ kan
mengkomunikasi - IQ
kan hasil - EQ
kesimpulannya.
KEPUSTAKAAN
Atik Wartini. Menggagas Model Pembelajaran Discovery-Inquiry pada Pendidikan Anak Usia Dini.
2017. Intizar, Vol. 23, No. 1p-ISSN: 1412-1697; e-ISSN: 2477-3816
(http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/inti), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Indonesi

Darsono, M, A. Sugandhi, Martensi, Rusda Koto dan Nugroho. 2000. Belajar dan Pembelajaran.
Semarang : IKIP Semarang Press.

JJ. Hasibuan Dan Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Sukamto, T. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Depdikbud: Balai Pustaka

Sanjaya, Wina, 2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.

SUMBER ONLINE

Aryanti dkk. Perbandingan Penerapan Metode Discovery-Inquiry Terbimbing Dengan Metode Ceramah
Bervariasi Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X diakses dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/viewFile/3037/2074

Framework For 21st Sentury Learning. diakses dari http://www.p21.org/about-us/p21-framework

Kurnia. Pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada
materi termokimia. (2014), Diakses dari http://repository.uinjkt.
ac.id/dspace/handle/123456789/27371.

Anda mungkin juga menyukai