Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PENAMBANGAN BATUBARA (TUGAS SDA fekon 2012)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan uraian
makalah tentang “EKSTERNALITAS DALAM PENGELOLAAN SDA”.
Makalah ini disusun sebagai syarat dalam mengikuti semester mata kuliah
Ekonomi SDA dan lingkungan Universitas Khairun.
Makalah ini merupakan wujud kontribusi kepada dunia pendidikan ditanah air.
Kemajuan zaman dan perkembangan dunia yang semakin maju menuntut kita agar
menjadi generasi yang cerdas, terampil, kreatif, mandiri dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan budaya
bangsa. Sehingga memiliki daya saing yang tinggi juga berkarakter dan berakhlak
mulia.
Saya menyusun makalah ini berdasarkan pencarian di internet standar isi 2013
dan akan selalu berusaha menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan.
Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan
saran sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya saya
memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Semoga berkenan melimpahkan rahmat-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, moral, maupun
materi dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga uraian makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Ternate, 01 januari 2014

JAMAL ARIFUDIN
NPM: 020312071

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di dunia.
Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah Kalimantan Selatan.
Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena semakin
banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Namun pertumbuhan yang pesat tidak
diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik, menyebabkan
banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun
beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas
ekosistem.

Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan


tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap
keseimbangan alam akan terjaga.
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak
bumi, yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng
Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan potensi
pertambangan yang telah diakui di dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi ini masih
belum tergali secara optimal. Disamping itu, tingkat investasi di sektor ini relatif rendah
dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya kegiatan eksplorasi di
berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser Institute dalam
Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim investasi sektor
pertambangan di Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak kalangan
menghawatirkan bahwa dengan kondisi seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif
khususnya pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5 sampai 10
tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan sumbangan yang
cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah.
Dampak ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antar lain penciptaan
output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan kontribusi fiskal.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran kondisi pertambangan mineral, iklim
investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi kegiatan pertambangan,
permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan rekomendasi kebijakan.
Endapan batubara adalah salah satu sumber daya alam yang digunakan sebagai sumber energi alternatif pengganti
minyak, sebagai sumber energi manusia. Penggunaan batubara sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan
manusia semakin lama semakin meningkat. Meningkatnya penggunaan batubara sebagai sumber energi
menyebabkan penggunaan batubara tidak berdasarkan kualitas melainkan berdasarkan tingkat kebutuhan
manusia. Penggunaan batubara berdasarkan tingkat kebutuhan menyebabkan penambangan batubara tidak
dilaksanakan berdasarkan kualitas seperti antrasit atau bituminus, melainkan nilai kalori yang dibutuhkan oleh
pasar. Hal tersebut menyebabkan penambangan pada lapisan batubara dengan nilai kalori rendah seperti lignit
akan tetap dilaksanakan ketika pasar membutuhkan.
Batubara kelas lignit pada kondisi lapangan memiliki kenampakan fisik yang relatif sama dengan batubara
lempungan. Hal ini menyebabkan sulitnya membedakan antara lignit dengan batubara lempungan secara
megaskopis. Kehadiran batubara lempungan pada suatu lapisan batubara baik sebagai parting, split, maupun yang
berada di bagian atas maupun bawah suatu lapisan batubara akan mempengaruhi kualitas batubara tersebut.
Pengaruh batubara lempungan terhadap kualitas batubara berupa peningkatan kadar abu yang dihasilkan dari
sisa pembakaran batubara. Kadar abu batubara yang tinggi akan menurunkan kualitas batubara. Hal tersebut
karena abu batubara berkaitan dengan lamanya penggunaan umur peralatan yang digunakan dalam pembakaran
batubara. Semakin tinggi kadar abu, maka pengotoran pada alat semakin tinggi sehingga umur alat menjadi lebih
pendek. Untuk mengetahui pengaruh batubara lempungan terhadap kadar abu batubara, salah satu metode yang
dapat digunakan adalah melalui pendekatan uji geostatistik.
Geostatistik adalah suatu metode yang digunakan dalam suatu riset atau penelitian dibidang geologi untuk
melakukan analisis data secara kauntitatif seperti untuk mengetahui apakah suatu variabel memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap variabel lain. Metode ini belum dilakukan dalam penelitian-penelitian terdahulu.
Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam
meningkatkan devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola kehidupan masyarakat sangat berhubungan langsung
dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam.
Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan dapat mengakibatkan
berbagai dampak negatif yang terasa dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pembangunan
berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu
pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (2001) menyatakan bahwa
pembangunan berkelanjutan secara implisit juga mengandung arti untuk memaksimalkan keuntungan
pembangunan dengan tetap menjaga kualitas sumber daya alam.
Pengelolaan lingkungan bagi industri di bidang usaha tambang batubara merupakan hal terpenting dari suatu
kegiatan usaha yang harus dilakukan agar industri tetap berjalan dan berkelanjutan. Pembangunan industri yang
berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu lingkungan (environment), ekonomi (economy) dan sosial/ kesempatan
yang sama bagi semua orang (equity) yang dikenal sebagai 3E. Aspek lingkungan tidak berdiri sendiri namun sangat
terkait dengan dua aspek lainnya. Dalam kegiatan internal industri, peluang untuk memadukan aspek lingkungan
dan ekonomi sangat besar, tergantung cara mengelola lingkungan dengan bijak dan menguntungkan. Faktor sosial
yang sebagian besar menyangkut masyarakat sekitar atau di luar industri juga sangat terkait dalam pengelolaan
lingkungan.

I.2 Rumusan Masalah


Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau dan
pengaruhnya tersebut terhadap kadar abu batubara. Masalah-masalah tersebut dapat dibagi menjadi 2
pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau pada log geofisika (berupa log
gamma Ray dan Density log)?
2. Bagaimana pengaruh batubara lempungan terhadap kadar abu batubara di daerah penelitian
menurut uji geostatistik?

I.3 Maksud dan Tujuan


I.3.1 Maksud
1. Mempelajari karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau melalui analisis data log
geofisika.
2. Mempelajari pengaruh kehadiran batubara lempungan terhadap kadar abu yang dihasilkan dari
sisa pembakaran batubara Formasi Wahau.

PEMBAHASAN
PENAMBANGAN BATU BARA
Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah, memanfaatkan dan menjual
hasil dari bahan galian berupa mineral, batu bara, panas bumi, minyak dan gas. Seharusnya kegiatan pertambangan
memanfaatkan sumberdaya alam dengan berwawasan lingkungan, agar kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.
A. ASAL MULA BATU BARA
1. Pengertian Bahan Galian Batu Bara
Bahan Galian Batu bara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang
terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, Jenis sedimen ini
terperangkap dan mengalami perubahan material organik akibat timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa yang
dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada
era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah
masa pembentukan Batubara yang paling produktif.
2. Materi Pembentuk Batubara
A. Alga, dari zaman prekambrium hingga ordovisium dan bersel tunggal sangat sedikit endapan batubara dari periode
ini Silofita, Dari zaman Silur hingga devon tengah merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari
periode ini.
B. Plirodefita, umur devon atas hingga karbon atas. Tumbuhan pembentuknya merupakan tumbuhan tanpa bunga dan
biji serta berkembangbiak dengan spora.
C. Gimnospermae, Dari zaman permian hingga kapur tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah,
contohnya Pinus.
D. Angiosspermae, dari zaman kapur atas hingga kii. Jenis tumbuhan modern, buah menutupi biji, jantan dan betina
dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga secara umum kurang terawetkan.
3. Pembentukan Batubara
Ada dua proses yang terjadinya pembentukan batu bara, yaitu :
A. Tahap Diagenetik atau biokimia yaitu dimulai pada saat material tanaman terdeposisi, hingga lignit terbentuk. Agen
utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi, dan gangguan biologis yang
dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
B. Tahap malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi biuminus, dan akhirnya antrasit.
4. Kelas dan Jenis Batubara
A. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan. (luster) metalik. Mengandung antara 86
% – 98 % unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8 %
B. Bituminus mengandung 68 – 86 % Unsur karbon (c) dan berkadar air 8-10 % dari beratnya.
C. Subbituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Sehingga menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibanding dengan bituminus.
D. Lignit atau batubara cokelat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35 – 75 % dari beratnya.
E. Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75 % serta nilai kalori yang paling rendah

B. Metode Penambangan Batubara


Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan umumnya membutuhkan investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas
infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar dan harga sumberdaya
batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat
resiko yang tinggi baik dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu:
1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang terbuka penambangan dalam jalur dan
penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).
Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan - perusahaan yang beroperasi
adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka
dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan
kebutuhan penambangan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang dan menimbun kembali
lapisan penutup dengan cara back filling per blok penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran
deposit sumberdaya mineral,
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila
tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam
bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Adapun akibat dari kegiatan penambangan terbuka (open mining), di antaranya;
A. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
B. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang dikembalikan ke dalam
lubang galian.
C. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat mengakibatkan bahaya longsor
dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
D. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang ditutupi kembali atau yang
ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah
tercuci .

c. Pengangkutan Batu Bara


Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya.
Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk
jarak yang lebih jauh di dalam pasar (dalam negeri) batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau
tongkang atau dengan alternatif lain misalnya batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan
diangkut melalui jaringan pipa.
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari Handymax
(40,000-60,000 DWT), Panamax (about 60,000-80,000 DWT) sampai kapal berukuran Capesize (sekitar lebih dari
80,000 DWT).
Sekitar 700 juta ton batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan sekitar 90% dari
jumlah tersebut diangkut melalui laut. Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal. dalam beberapa kasus,
pengangkutan batu bara mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan
pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak
terhadap lingkungan hidup.

KESIMPULAN

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan

eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan

dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun

positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya,

hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan bertanggung jawab

terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara

bijaksana.

Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan

yang bisa dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-
lubang besar bekas kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya.

Hal tersebut setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita

melakukan tindakan perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara bijaksana


3.2 Saran

http://jamlexpossess.blogspot.co.id/2014/10/makalah-penambangan-batubara-tugas-sda.html

BATUBARA DI INDONESIA

Produksi dan Ekspor Batubara Indonesia

Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia. Sejak tahun 2005, ketika
melampaui produksi Australia, Indonesia kemudian menjadi eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan
dari batubara thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan
jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar permintaannya berasal dari Cina dan India.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia,
cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat produksi
saat ini diteruskan. Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati peringkat ke-10
dengan sekitar 3.1 persen dari total cadangan batubara global terbukti berdasarkan BP Statistical Review of
World Energy. Sekitar 60 persen dari cadangan batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah
yang lebih murah (sub-bituminous ) yang memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram. http://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236

https://www.scribd.com/doc/185100459/Makalah-pertambangan-batu-bara#scribd

Anda mungkin juga menyukai