Materi Mentah Pemanfaatan
Materi Mentah Pemanfaatan
c. PERATURAN MENTERI
3. Rekomendasi ekspor diberikan untuk menentukan; a. Jenis dan mutu produk sesuai batasan
minimum pengolahan. b. Jumlah tertentu yang dapat diekspor berdasarkan: estimasi
cadangan atau jaminan pasokan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan fasilitas pemurnian;
jumlah penjualan ke luar negeri dalam persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya tahun
berjalan; kapasitas input fasilitas pemurnian; dan kemajuan fisik pembangunan fasilitas
pemurnian, persetujuan dan penolakan rekomendasi ekspor diberikan paling lambat 14 hari
kerja.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro mengatakan, penetapan bea keluar
ini diberikan kepada 65 jenis barang hasil tambang untuk membenahi data ekspor yang
selama ini dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). “Sejauh ini pemerintah menilai
data ekspor mineral mentah di BPS masih jauh dari angka yang sebenarnya,”. Bambang
menjelaskan, hingga saat ini data ekspor yang tercatat di BPS tidak sesuai dengan data impor
yang tercatat di negara tetangga penerima ekspor mineral. Dia mengatakan, tak menutup
kemungkinan telah terjadi kebocoran eskpor mineral yang luput dari pengawasan pihak bea
dan cukai. Hal ini menjadi persoalan tersendiri yang harus diperbaiki.
Untuk itu, penetapan bea keluar dinilai tepat untuk menertibkan kegiatan ekspor di Indonesia
serta mengoptimalkan dan menjaga penerimaan negara. Penetapan bea keluar ini hanya
berlaku bagi 65 jenis hasil tambang berupa 21 logam, 10 non logam dan 34 batu-batuan.
“Bea keluar ini sifatnya flat bagi 65 jenis hasil tambang, yaitu 20 persen dari Harga Patokan
Ekspor (HPE) yang akan ditetapkan secara berkala,” ujarnya. Sementara itu, bagi eksportir
yang ingin melakukan aktivitas ekspor tambang mineral mentah, setiap eksportir harus
terdaftar di Kemendag dan mendapatkan rekomendasi dari Kementerian ESDM terlebih
dahulu. Isi rekomendasi itu berupa ketentuan yang telah ditentukan oleh Kementerian ESDM
beberapa saat lalu, salah satunya adalah bukti clean and clear. Tujuannya, lanjut Bambang,
agar tidak terjadi tumpang tindih dengan eksportir lain. Masing-masing eksportir yang sudah
tedaftar, sambungnya, wajib melunasi royalty yang akan dikutip oleh Kementerian ESDM.
Namun, Bambang menegaskan penetapan bea cukai ini sebagai disinsentif ekspor bukan
sebagai penerimaan pajak. Penetapan bea cukai ini juga untuk menunjang pelaksanaan UU
No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (Minerba).
Pasal 128
(1) Pemegang IUP atau IUPK wajib membayar pendapatan negara dan
pendapatan daerah.
(2) Pendapatan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak.
(3) Penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
(4) Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. iuran tetap;
b. iuran eksplorasi;
(5) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pajak daerah;
Pasal 129
(2) Bagian pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sebagai berikut:
Besarnya pajak dan penerimaan negara bukan pajak yang dipungut dari
pemegang IUP, MR, atau IUPK ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 132
(2) Besaran tarif iuran produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 133