Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN LAMA PAPARAN DENGAN


KEJADIAN SCABIES DI PUSKESMAS CIGEUREUNG KECAMATAN
CIPEDES KOTA TASIKMALAYA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Kesehatan
Masyarakat
Dosen Pengampu :
HJ. DIAN SARASWATI, S.Pd.., M.Kes

oleh :
Darmastuti Utami 164101073

Kelas A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji saya ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan, sehingga proposal penelitian ini bisa terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mempelajari
bagaimana hubungan personal hygiene dan lama paparan denga kejadian scabies.
Hal ini patut dipelajari karena Indonesia merupakan salah satu Negara tropis
dimana hal itu merupaka endemis scabies yang sering dijumpai di iklim tropis dan
sub tropis. Sehingga, dapat dilakukan pencegahan dan penanggulangan.

Proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang
telah membantu kami yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Diharapkan, proposal ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca sekalian agar
makalah ini bisa lebih baik lagi.

Tasikmalaya, 23 Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman Cover...................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Daftar Tabel .......................................................................................................... v
Daftar Gambar ....................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Masalah ................................................................................. 3
2. Lingkup Metode .................................................................................. 3
3. Lingkup Keilmuan .............................................................................. 3
4. Lingkup Tempat .................................................................................. 3
5. Lingkup Sasaran .................................................................................. 4
6. Lingkup Waktu.................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II. Hasil Pengamatan

A. Data Sekunder Hasil Pengamatan ............................................................. 5


B. Tinjauan Teori ........................................................................................... 5
1. Definisi Scabies .................................................................................. 5
2. Etiologi Scabies .................................................................................. 6
3. Morfologi Sarcoptes Scabiei .............................................................. 7
4. Patogenesis ......................................................................................... 8
5. Cara Penularan .................................................................................. 9
6. Gambaran Klinis ................................................................................ 10
7. Pencegahan ......................................................................................... 11
8. Personal Hygiene ............................................................................... 11
C. Review Jurnal ........................................................................................... 14

iii
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Variabel Bebas dan Variabel Terikat ........................................................ 21


B. Definisi Operasional.................................................................................. 21
C. Metode Penelitian...................................................................................... 22
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi .............................................................................................. 23
2. Sampel ................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Penderita Scabies Tahun 2019.................................................. 5

Tabel 2.2 Jumlah Penderita Scabies berdasarkan umur Tahun 2019 .................... 5

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 21

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sarcoptes Scabiei .............................................................................. 7

Gambar 2.3 Patogenesis Sarcoptes Scabiei .......................................................... 8

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia Merupakan Negara Tropis dimana hal itu menyebabkan
mudahnya makhluk hidup untuk berkembang biak dikarenakan cuaca yang
sangat mendukung. Makhluk hidup yang dapat hidup di Negara tropis
cukup banyak dan beragam , mulai dari manusia, tumbuhan dan hewan.
Iklim Indonesia yang hanya memiliki 2 musim yaitu kemarau dan hujan
menjadi tempat yang medukung untuk bakteri atau tungau hidup di
lingkungan Indonesia dan dapat menyebabkan penyakit. Salah satunya
adalah scabies.
Scabies atau scabies atau juga disebut budug merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh tungau. Skabies adalah penyakit kulit
menular akibat infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei var
hominis dan produknya (Menaldi dalam Yunita, 2018). Scabies
merupakan penyakit yang banyak dijumpai di Negara-negara tropis dan
Negara subtropi seperti Indonesia ini yang termasuk Negara tropis.
(Yunita,2018)
Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai
dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui
kontak langsung atau tidak langsung melalui alas tempat tidur dan
pakaian. Infestasi tungau ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui
kontak fisik dan sering menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah.
Tungau betina membuat terowongan di bawah lapisan kulit paling atas dan
menyimpan telurnya dalam lubang. Beberapa hari kemudian akan menetas
tungau muda (larva). Infeksi menyebabkan gatal-gatal hebat, mungkinan
merupakan suatu reaksi alergi terhadap tungau. (Kemenkes, 2015)
Kejadian scabies ini dapt disebabkan oleh banyak faktor, kejadian
kasus scabies sering ditemui di pemukiman yang padat, perekonomian
rendah, tingkat pendeidikan rendah dan personal hygiene yang rendah

1
2

(Sungkar dalam Hannan, 2014). Skabies cenderung tinggi pada anakanak


usia sekolah dan remaja tetapi dapat mengenai semua umur walaupun
akhirakhir ini sering ditemui kasus pada orang lanjut usia. Rasa gatal yang
ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga
ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya
waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya di
siang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama,
maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya
mengakibatkan menurunya kualitas hidup masyarakat. (Hannan,2014)
Pencegahan penyakit scabies dapat dilakukan dengan memperbaiki
personal hygiene. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antar personal hygiene (p=0,022, OR=5), kepadatan hunian
kamar (p=0,002, OR=4,5), luas ventilasi kamar (p=0,035, OR=3,67)
dengan kejadian scabies. (Yunita, 2018) penelitian Ira, 2017 juga
menyatakan bahwa tedapat hubungan antara personal hygiene dengan
kejadian scabies (p=0,001). Selain personal hygiene, lama paparan
seseorang dengan penderita lain juga mempengaruhi kejadian stunting.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dirasa penting agar
dapat melakukan perencanaan program pencegahan atau penanganan yang
berjudul “Bagaimana Hubungan Personal Hygiene dan Lama Paparan
dengan Kejadian Scabies di Puskesmas Cigeureung Kecamatan
Cipedes Kota Tasikmalaya”

B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah Umum
“ Bagaimana Hubungan Personal Hygiene dan Lama Paparan
dengan Kejadian Scabies di Puskesmas Cigeureung Kecamatan
Cipedes Kota Tasikmalaya”
3

2. Rumusan Masalah Khusus


a. Bagaimana Hubungan Personal Hygiene dengan kejadian Scabies
di Puskesmas Cigeureung Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
b. Bagaimana Hubungan Lama Paparan dengan kejadian Scabies di
Puskesmas Cigeureung Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat Hubungan Personal
Hygiene dan Lama Paparan dengan kejadian Scabies di Puskesmas
Cigeureung Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Hubungan Personal Hygiene dengan kejadian
Scabies di Puskesmas Cigeureung Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya
b. Untuk Mengetahui Hubungan Lama Paparan dengan kejadian
Scabies di Puskesmas Cigeureung Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya

D. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Hubungan
Personal Hygiene dengan kejadian Scabies di Puskesmas Cigeureung
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya
2. Lingkup Metode
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional yang
menggunakan desain case control.
3. Lingkup Keilmuan
Penelitian yang dilakukan merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan
Masyarakat khususnya bidang Epidemiologi.
4

4. Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Puskesmas
Cigeureung Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya
5. Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cigeureung Kecamatan Cipedes
Kota Tasikmalaya
6. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2019 hingga Mei 2019

E. Manfaat
1. Peneliti
Sebagai media belajar komprehensif dalam mengaplikasikan ilmu yang
telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Siliwangi.
2. Puskesmas Cigeureung
Sebagai masukan dan informasi di program kesehatan dalam rangka
mencegah meningkatnya kejadian penyakit scabies
3. Masyarakat/Responden
Diharapkan masyarakat mengetahui hubungan Personal Hygiene dan
lama paparan dengan kejadian scabies.
BAB II

HASIL PENGAMATAN

A. Data Sekunder Hasil Pengamatan


Tabel 2.1 Jumlah Penderita Scabies Tahun 2019
Jumlah Penderita
No Bulan/Tahun Baru Lama
Total
L P L P
1 Januari 10 9 0 2 21
2 Februari 14 15 0 2 31
3 Maret 19 22 0 0 41
4 April 28 24 0 0 52
5 Mei 24 12 0 1 37
6 Juni 9 7 0 0 16
7 Juli 12 8 0 0 20
8 Agustus 16 8 1 0 25

Tabel 2.2 Jumlah Penderita Scabies berdasarkan umur Tahun 2019

Jumlah Penderita
No Bulan/Tahun < 5 5 – 14 15-44 >44
Total
Tahun tahun tahun tahun
1 Januari 1 13 7 - 21
2 Februari 4 9 13 5 31
3 Maret 10 16 11 4 41
4 April 10 22 16 4 52
5 Mei 5 20 10 3 37
6 Juni 6 4 5 1 16
7 Juli 3 5 9 3 20
8 Agustus 4 13 6 2 25

B. Tinjauan Teori
1. Definisi Scabies
Scabies atau scabies atau juga disebut budug merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh tungau. Skabies adalah penyakit kulit
menular akibat infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei var
hominis dan produknya (Menaldi dalam Yunita, 2018). Penyakit

5
6

skabies mempunyai nama lain seperti Kudis, Gudikan, the itch, Gatal
Agogo, Seven year itch, Budukan adalah nama lain dari penyakit
skabies ini (Handoko dalam Affandi, 2019).
Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini
banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat
mengenai semua golongan umur Djuanda ( Djuanda dalam Ely, 2017).
Penyakit skabies pada umumnya menyerang individu yang hidup
berkelompok seperti di asrama, pesantren, lembaga pemasyarakatan,
rumah sakit, perkampungan padat, dan rumah jompo (Sudirman dalam
Ely, 2017).
2. Etiologi Scabies
Penyakit skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan
produknya (Muttaqin dalam Affandi,2019). Penyebabnya penyakit
skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat infestasi
tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda , kelas Arachnida , ordo Acarina, super famili Sarcoptes
(Sudirman dalam Rohmawati, 2010)
7

3. Morfologi Sarcoptes scabiei

Gambar 2.1 Sarcoptes Scabiei

Siklus hidup S. scabiei memerlukan waktu 10-14 hari, terdiri dari 4


stadium yaitu:
a. Telur
Bentuk telur berbentuk oval dengan panjang 0,10–0,15 mm.
b. Larva
Telur menetas dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva.
Stadium larva mempunyai 3 pasang kaki.
c. Nimpa
Setelah 2-3 hari, larva akan berubah menjadi nimfa dan
mempunyai 2 bentuk yaitu jantan atau betina. Stadium Nimfa
memiliki 4 kaki.
d. Dewasa
Tungau dewasa berukuran 0,30-0,45 mm, bentuk bulat, pipih,
berwarna putih keabu-abuan.(Kemenkes RI,2015)

Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna


putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong
dibandingkan perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350
mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron.( Iskandar
dalam Rohmawati, 2010)
8

Tungau betina berukuran 2 kali tungau jantan, jenis kelamin dapat


dibedakan dengan melihat ujung-ujung kaki. Tungau betina memiliki
bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4, sedang cambuk pada
tungau jantan hanya dijumpai pada pasangan kaki ke-3. Permukaan
badan atas bergaris-garis melintang, di bagian tengahnya terdapat
deretan duri-duri pendek yang mengarah ke belakang. Bagian-bagian
mulut terletak di ujung depan badan, seperti bentuk kerucut.
4. Patogenesis

Gambar 2.2 Patogenesis Sarcoptes Scabiei


Secara keseluruhan, siklus hidup skabies mulai dari telur hingga
dewasa memerlukan 8-12 hari. Sarcoptes Scabiei hanya membutuhkan
10-17 hari untuk menciptakan tungau betina infeksius baru yang dapat
bermigrasi ke individu lain. Periode inkubasi pada orang tanpa paparan
9

terhadap skabies sebelumnya hingga akhirnya menimbulkan gejala


berkisar antara 2-6 minggu. (Djuanda, 2010)
Infestasi pertama skabies akan menimbulkan gejala klinis setelah
satu bulan kemudian. Tetapi yang telah mengalami infestasi
sebelumnya, gejala klinis dapat timbul dalam waktu 24 jam. Hal ini
terjadi karena pada infestasi ulang telah ada sensitisasi dalam tubuh
pasien terhadap tungau dan produknya yang antigen dan me ndapat
respons dari sistem imun tubuh (Djuanda dalam Rohmawati 2010).
Tungau betina yang telah dibuahi bertelur sambil menggali
terowongan di kulit dan meletakkan telurnya. Telur berbentuk oval.
Setelah telur menetas, larva membuat terowongan baru yang
merupakan cabang dari terowongan utama, larva berganti kulit dan
hanya mempunyai 3 pasang kaki. Setelah larva berganti kulit,
menghasilkan nimpa yang mempunyai 4 pasang kaki, selanjutnya
menjadi dewasa. (Kemenkes RI, 2015).
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan
ekskreta tungau yang kira-kira memerlukan waktu sebulan setelah
infestasi. Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papula, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskorisasi (lecet sampai epidermis dan berdarah),
krusta (cairan tubuh yang mengering pada permukaan kulit) dan
infeksi sekunder (Djuanda dalam Rohmawati 2010).
5. Cara penularan
Tungau skabies dapat menyebar melalui kontak langsung dengan
penderita skabies atau kontak secara tidak langsung dengan
menggunakan peralatan atau benda yang telah terkontaminasi tungau
skabies seperti penggunaa handuk bersama, memakai alas tempat tidur
penderita skabies dan lainnya. (Menaldi dalam Yunita, 2018)
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung, adapun cara penularannya adalah:
10

1. Kontak langsung (kulit dengan kulit) Penularan skabies terutama


melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual
merupakan hal tersering, sedangkan pada anakanak penularan
didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda) Penularan melalui kontak
tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau
handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan.
Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal
tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies dan
dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut
(Djuanda, 2010).
6. Gambaran klinis
Pada sebuah komunitas, kelompok atau keluarga yang terkena
skabies akan menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi
kenyamanan dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Penderita selalu
mengeluh gatal, terutama pada malam hari. Gatal yang terjadi terutama
di bagian sela-sela jari tangan, di bawah ketiak, pinggang, alat
kelamin, sekeliling siku, areola (area sekeliling puting susu) dan
permukaan depan pergelangan, sehingga akan timbul perasaan malu
karena sangat mempengaruhi penampilan seseorang (Ariza, dkk, 2013)
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda di
bawah ini (Al-Falakh dalam Yunita, 2018) :
a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas
tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misaln ya
dalam keluarga biasanya seluruh anggota keluarga, perkampungan
yang padat penduduknya, sebagian tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal dengan hiposensitisasi yang
seluruh anggota keluarganya terkena.
11

c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang


dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus
atau berkelok, rata-rata 1 centi meter, pada ujung terowongan
ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan).
Jika ada infeksi sekunder, timbul poli morf (gelembung leokosit).
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostig. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
7. Pencegehan
Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi
parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak
langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada
kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa,
dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat
mengganggu kehidupan sehari-hari.
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu.
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. (Depkes,2007)
8. Personal Hygiene
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis Personal hygiene bertujuan agar manusia dapat memelihara
kesehatan diri sendiri, mempertinggi dan memperbaiki nilai kesehatan,
serta mencegah timbulnya penyakit. (Tarwoto dalam Hannan, 2014)
12

Personal higiene dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan


apabila diberikan skor dalam penilaiaanya yaitu:
a. Baik (> 75 %)
b. Sedang (40%-75%)
c. Kurang (< 40%)
Personal Hygiene yang perlu dijaga adalah sebagai berikut :
a. Kebersihan Kulit
Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh
didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit
dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan
lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
adalah Skabies (Djuanda, 2010).
b. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia,
banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat
reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah
mengalami penyakit kulit pada daerah tertentu maka garukan di
area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit tersebut,
karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang
sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam
keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok
secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus
dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke
belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital
anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya
karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat
genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan pengetahuan sejak dini.
Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan
yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana,
pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu
13

memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu dianjurkan


untuk sering menganti celana dalam
c. Kebersihan Tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya
menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan,
bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat
mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh
karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan
kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. Cara-cara menjaga
kebersihan tangan dan kuku dapat dilakukan dengan:
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar
mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci
harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung
tangan.
2. Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya
dicuci dan diganti setiap hari.
3. Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti
telinga, hidung, dan lain-lain saat menyiapkan makanan. 4).
Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku
terlalu pendek.

Kebersihan diri merupakan faktor penting dalam usaha


pemeliharaan kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat.
Menjaga kebersihan diri berarti juga menjaga kesehatan umum.
Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan


menggunakan sabun, muka harus bersih, telinga juga harus
dibersihkan serta bagian genitalia.
b. Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan
minuman, sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang
air kecil.
14

c. Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau
menjadi sumber infeksi.
d. Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis
dicuci bersih dengan sabun/detergen, dijemur di bawah sinar
matahari dan disetrika

C. Review Jurnal
1. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2015
Jurnal ini ditulis oleh Sari Yunita M, Rina Gustia, dan Eliza Anas.
Scabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes
scabiei var hominis. Penelitian ini bersifat analitik menggunakan
metode case control dengan matching yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Buaya pada dari Januari sampai November 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
didiagnosis oleh dokter puskesmas menderita skabies di Puskesmas
Lubuk Buaya dari bulan Januari sampai September 2015. Sampel
kasus pada penelitian adalah seluruh masyarakat yang didiagnosis oleh
dokter puskesmas menderita skabies di Puskesmas Lubuk Buaya dari
bulan Januari sampai September 2015 dengan metode total sampling
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel kasus yaitu
penderita skabies yaitu 31.
Sampel kontrol pada penelitian ini adalah masyarakat yang tidak
menderita skabies dan tinggal di wilayah kerja puskesmas Lubuk
Buaya Kota Padang. Teknik pengambilan sampel kontrol dengan
teknik purposive sampling yaitu mencocokkan (matching) usia yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jadi didapatkan jumlah
masingmasing kasus dan kontrol sebanyak 31 orang.
Variable dependen dalam penelitian ini adalah kejadian scabies
dan variable independen penelitian ini adalah personal hygiene,
ketersediaan air bersih, kepadatan hunian kamar, luas ventilasi kamar,
15

dan status gizi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang berasal dari data kunjungan pasien dan rekam
medik pasien di Puskesmas Lubuk Buaya. Data primer yang diperoleh
dari kuesioner.
Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji
Mc.Nemar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antar personal hygiene (p=0,022, OR=5), kepadatan hunian
kamar (p=0,002, OR=4,5), luas ventilasi kamar (p=0,035, OR=3,67)
dengan kejadian skabies sedangkan ketersediaan air bersih (p=0,454,
OR=1,5) dan status gizi (p=0,23, OR=1,83) tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian scabies.

2. HUBUNGAN PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE


DENGAN KEJADIAN SKABIES DI DESA HAYA
KECAMATAN TEHORU KABUPATEN MALUKU TENGAH
Penelitian ini ditulis oleh Ira P. Ely, Marisa Anggia I, dan Nasbia
Sanaky dan di publikasi pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku pada tanggal 26 juli-06
agustus 2017. .Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di
Desa Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah berjumlah
801. Sampel penelitian di tentukan dengan menggunakan teknik
random sampling yang berjumlah 89 responden. Penentuan sampel
menggunakan rumus Slovin.
Teknik tengumpulan dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan sekunder. Dimana Primer adalah Data yang di peroleh
secara langsung dari responden berupa hasil pengisian koesioner.Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak Puskesmas pembantu
(PUSTU) Desa Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah.
Instrumen penelitian menggunakan koesioner.
16

Pengolahan data dengan SPSS, menggunakan uji chi- square.


Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa Ada Hubungan Antara
Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies di Desa Haya Tahun
2017 secara keseluruhan di peroleh nilai p=0,001. Kesimpulan
Didaptakan 39 orang dari 89 responden yang menjadi sampel
mengalami skabies dengan nilai pvalue= 0,001.Serta lebih dari
setengah responden memiliki personal hygiene yang baik dan
gambaran masing-masing personal hygiene responden. Lebih
meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene agar
terhindar dari berbagai macam penyakit.

3. PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP


KEJADIAN SKABIES
Penelitian ini ditulis oleh Mujin Hannan dam Syaifurrahman
Hidayat pada Desember 2014. Tujuan Penelitian adalah Menganalisis
pengaruh kebiasaan Personal Hygiene dengan kejadian skabies pada
Siswa di Pondok Pesantren Miftahul Ihsan. Jenis penelitian ini adalah
non eksperimen bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa yang tinggal di
Pondok Pesantren Miftahul Ihsan sebanyak 45 orang Pengambilan
sampel menggunakan random sampling yaitu pengambilan sampel
dilakukan secara acak sederhana dengan jumlah 40 sampel. Dalam
penelitian yang dilakukan, peneliti membatasi subjek penelitian dalam
kriteria-kriteria inklusi yaitu, Penghuni Pondok Pesantren Miftahul
Ihsan pondeok pesntren yang tinggal lebih dari 3 bulan, semua
penghuni pondok, dan bersedia menjadi responden.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kebiasaan
personal hygiene dan kejadian skabies pada responden adalah dengan
menggunakan kuisioner tertutup. Teknik analisis untuk mengetahui
pengaruh kebiasaan personal hygiene terhadap kejadian skabies pada
17

siswa/santri Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Desa Erabu


mengunakan uji Chi-square dengan taraf signifikan (p) = 0,05 atau α =
5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prosentase responden yang
mempunyai kebiasaan personal hygiene sebagian besar pada kategori
baik sebanyak 55% dan Responden mengalami kejadian skabies siswa
di Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Bluto sebagaian besar tidak
menderita penyakit skabies Sebanyak 67,5%. Ada Pengaruh yang
bermakna antara kebiasaan personal hygiene dengan kejadian skabies
sehingga dapat dibuktikan secara statistik hubungan antara kebiasaan
personal hygiene dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren
Miftahul Ihsan Bluto. Sehingga bila kebiasaan personal hygiene pada
responden baik maka kejadian skabies tidak terjadi pada responden dan
juga sebaliknya bila kebiasaan personal hygiene kurang maka akan
menderita skabies pada responden.

4. ANALISIS PERSONAL HYGIENE DAN KEBERADAAN


SARCOPTES SCABIEI DI DEBU ALAS TIDUR WARGA
BINAAN PEMASYARAKATAN PADA KEJADIAN SKABIES
DI LAPAS KELAS IIB JOMBANG
Penelitian ini ditulis oleh Arie Aulia Nur A di publikasi pada tahun
2019. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret sampai dengan
Oktober tahun 2018. Desain dalam penelitian ini menggunakan studi
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Warga Binaan
Pemasyarakatan berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 638 orang
per bulan Oktober. Besar sampel sebanyak 85 orang. Teknik
pengambilan sampelnya menggunakan metode Stratified Random
Sampling, karena didalam Lapas Kelas IIB Jombang ini terbagi
menjadi 5 blok dan mempunyai kondisi yang berbeda baik orang
18

maupun lingkungannya kemudian setiap blok akan diambil sampelnya


secara acak.
Penelelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu, berjenis kelamin
laki-laki. Pemeriksaan responden dilakukan oleh dokter, untuk
menentukan bahwa responden tersebut menderita skabies atau tidak.
Sedangkan pemeriksaan keberadaan tungau Sarcoptes scabiei
dilakukan dengan cara mengambil debu di alas tidur responden dengan
menggunakan selotip dan ditempelkan di objek glass kemudian sampel
debu tadi dibawa ke laboratorium mikrobiologi untuk dilakukan
pemeriksaan. Personal hygiene dalam penelitian ini terdiri dari
kebersihan kulit, rambut, kuku, tangan, kaki, genetalia, handuk,
pakaian dan alat tidur
Dalam penelitian ini uji statistiknya dengan menggunakan uji Chi
Square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden
personal hygienenya sudah baik yaitu 56 orang (65,9%). Sedangkan
keberadaan Sarcoptes scabiei pada debu alas tidur responden,
ditemukan 5 sampel debu yang positif Sarcoptes scabiei. Berdasarkan
pemeriksaan oleh dokter, sebagian besar responden menderita skabies
yaitu sebanyak 63 orang (74,1%). Hasil uji chi square menunjukkan
ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies dengan
nilai P(0,001) < α(0,05) dan tidak ada hubungan antara keberadaan
Sarcoptes scabiei pada debu alas tidur dengan kejadian skabies dengan
nilai P(0,321) > α(0,05).
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar responden sudah
mempunyai personal hygiene yang baik, dan hanya kebersihan tangan
dan kaki yang masih belum baik. Hasil sampel debu di alas tidur masih
sedikit ditemukan adanya Sarcoptes scabiei, namun adanya temuan ini
menunjukkan bahwa alas tidur mempunyai potensi risiko dalam
terjadinya penularan penyakit skabies di Lapas. Hendaknya
penyuluhan tentang personal hygiene lebih ditingkatkan terutama
19

kebersihan tangan dan kaki serta pemberantasan penyakit skabies


dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya penderita skabies saja.

5. FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN DERMATITIS


PADA SANTRI DI PESANTREN MODERN AL MUKHLISHIN
TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN
2014
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada
Pesantren Al Mukhlishin. Populasi dan sampel dalam penelitian ini
adalah adalah seluruh santri di pesantren Al Mukhlishin yang tinggal
di pondokan pesantren yang berjumlah 124 orang. Pengambilan
sampel menggunakan total sampling sehingga jumlah sampel sama
dengan jumlah populasi yaitu 124 orang . Pada penelitian ini,
karakteristik responden yang dilihat meliputi umur, pendidikan, dan
lama tinggal. Hasil analisis uji regresi logistik juga menunjukkan
bahwa variabel lama tinggal (p=0,026), kebersihan handuk (p=0,026),
dan kebersihan tempat tidur (p=0,001) berpengaruh terhadap kejadian
dermatitis.
Variabel yang paling dominan adalah variabel kebersihan temapt
tidur yaitu dengan nilai Exp B= 5,031. Variabel lama tinggal diperoleh
nilai Exp (B) sebesar 4,801artinya responden yang lama tinggal ≤ 3
tahun mempunyai peluang untuk menderita dermatitis 2,801 kali lebih
besar dibandingkan dengan responden yang lama tinggal > 3 tahun.
Kebersihan handuk diperoleh niilai Exp (B) sebesar 32,672 artinya
responden yang kebersihan handuknya kurang mempunyai peluang
untuk menderita dermatitis 2,672 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden yang kebersihan handuknya bersih. Variabel kebersihan
tempat tidur diperoleh nilai Exp (B) sebesar ,031 artinya responden
yang kebersihan tempat tidurnya kurang mempunyai peluang untuk
20

menderita dermatitis 5,031 kali lebih besar dibandingkan dengan


responden yang kebersihan tempat tidurnya bersih.
BAB III

RENCANA PENELITIAN

A. Variabel Bebas dan Variabel Terikat


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah personal hygiene dan
lama paparan sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kejadian scabies.

B. Definisi Operasional Variabel


Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel DO Cara Ukur Alat Kategor Skal
Ukur i a
Variabel Terikat
1 Kejadian Kondisi Diagnosis Lembar 1 = Nom
Skabies pasien dokter dan Kuisioner Scabies inal
berdasarkan Data 2 =
diagnose Puskesmas non-
petugas Cigeureun Scabies
kesehatan g
yang
didukung
dengan ciri-
ciri yang
terlihat pada
pasien.
Variabel Bebas
1 Personal Kebersihan Wawancar Lembar 3=Baik Nom
Hygiene responden a Quisione (> 75%) inal
dilihat dari 2=Kura
kebersihan ng Baik

21
22

kulit, (40%-
kebersihan 75%)
kuku dan 1=Buru
tangan dan k (<
kebersihan 40%)
genital
2 Lama Lama Wawancar Lembar 1 = >1 Nom
Paparan paparan a quisioner Bulan inal
penderita 2 = <1
dengan Bulan
penderita
scabies
sebelumnya

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupapkan penelitian deskriptif analitik dengan


jenis penelitian yang dilakukan case control. Sampel kasus pada penelitian
adalah seluruh masyarakat yang didiagnosis oleh dokter puskesmas
menderita skabies di Puskesmas Cigeureung dari bulan Juli sampai
Agustus 2019. Sampel kontrol pada penelitian ini adalah masyarakat yang
tidak menderita skabies berada di Puskesmas Cigeureung.

Instrument penelitian ini adalah lembar kuesioner. Data yang


diperoleh untuk penelitian ini terbagi dua yaitu m data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan melalui hasil wawancara langsung ke
responden, sedangkan data sekunder didapatkan dari puskesmas
Cigeureung.
23

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien scabies yang
sudah tercatat di Puskesmas Cigeureung pada bulan Juli dan Agustus
2019 yaitu berjumlah 45 pasien.
2. Sampel
Berdasarkan hasil data sekunder yang didapat dari Puskesmas
Cigeureung, jumlah kasus scabies pada bulan Juli dan Agustus 2019
sebnyak 45 pasien. Perhitungan sampel kasus adalah total sampling
sehingga didapat sampel kasus sebanyak 45 responden.
Teknik pengambilan sampel kontrol dengan teknik purposive
sampling yaitu mencocokkan (matching) responden control dengan
kriteria responden kasus. Jadi didapatkan jumlah sampel kontrol
sebanyak 45 responden dengan perbandingan 1:1.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda. A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima, cetakan kedua.
Jakarta : FKUI

Rohmawati, R. 2010. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan Dan Perilaku Dengan


Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta: Universitas
Muhamadiyah Surakarta

Kemenkes RI. 2015. Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia. Jurnal
Penyakit Bersumber Binatang 2015; 2(2); 9-17

Yunita, M Sari. Rina, Gustia. Eliza,A. 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Andalah;7(1)

Ely, P Ira. Marisa, A. Nasbia, S. 2017. Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene


Dengan Kejadian Skabies Di Desa Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten
Maluku Tengah.Tunas Riset Kesehatan

Hannan, M. Syaifurrahman,H. 2014. Pengaruh Kebiasaan Personal Hygiene


Terhadap Kejadian Skabies

Affandi, N A Arie. 2019. Analisis Personal Hygiene Dan Keberadaan Sarcoptes


Scabiei Di Debu Alas Tidur Warga Binaan Pemasyarakatan Pada Kejadian
Skabies Di Lapas Kelas Iib Jombang. Jurnal Kesehatan Lingkungan;
11(3);165-174

24

Anda mungkin juga menyukai