Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Letak Kerajaan Kaling atau Holing, diperkirakan di Jawa Tengah. Nama Kaling
berasal dari Kalingga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Sumbernya adalah berita
Cina yang menyebutkan bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana
di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap, Orang-orangnya sudah pandai tulis-
menulis dan mengenal juga ilmu perbintangan.

Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten
Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum
jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat,
dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh.
Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-
sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki
peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.

Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang Kaling (Jawa), kalau makan tidak
memakai0020sendok atau garpu, melainkan dengan jarinya saja. Minuman kerasnya yang
dibikin ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak).

Diberitakan pula bahwa dalam tahun 640 atau 648 M kerajaan Jawa mengirim
utusan ke Cina. Pada tahun 666 M, dikatakan bahwa tanah Jawa diperintah oleh seorang
raja perempuan yakni dalam tahun 674 – 675 M, orang-orang Holing atau Kaling (Jawa)
menobatkan raja perempuan yang bernama Simo, dan memegang pemerintahannya
dengan tegas dan bijaksana.

Sedangkan Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya;


Thai: ศรีวช
ิ ยั atau "Ṣ̄ rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri
di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di NusantaraLetak Kerajaan dengan

1
daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa, dan pesisir Sumber Kalimantan. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti
"bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan",maka
nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". BuktiKehidupan Politik
awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok,
I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6
bulan.Selanjutnya prasastiKeadaan Sosial Ekonomi paling tua mengenai Sriwijaya juga
berada pada abad ke-7, yang yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh
682.Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannyaKebudayaan mulai
menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja
Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola
I dari Koromandel,Keruntuhan Sriwijaya selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di
bawah kendali kerajaan Dharmasraya

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kehidupan pada masa Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya?

2. Siapa saja Raja-Raja Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya ?

3. Masa Keemasan dan runtuhnya Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Kita dapat mengenal dan mengetahui kehidupan pada masa Kerjaan Kalingga dan
Kerajaan Sriwajya.

2. Kita dapat mengetahui siapa saja Raja yang pernah memerintah Kerajaan Kalingga
dan Kerajaan Sriwijaya.

3. Kita dapat lebih mengetahui masa keemasan dan runtuhnya Kerajaan Kalingga dan
Kerajaan Sriwijaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan Kalingga
2.1.1 Kehidupan Politik
Pada abad VII Masehi Kerajaan Kalingga pernah dipimpin seorang ratu bernama Sima.
Ratu Sima menjalankan pemerintahan dengan tegas, keras, adil, dan bijaksana. Ia melarang
rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil barang bukan milik mereka yang tercecer di jalan.
Bagi siapapun yang melanggar akan mendapat hukuman berat. Hukum di Kalingga dapat
ditegakkan dengan baik. Rakyat taat terhadap peraturan yang dibuat ratu mereka. Oleh karena
itu, ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan baik.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sahana yang
menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana memiliki anak bernama
Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan Kalingga
ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.

2.1.2 Kehidupan Ekonomi


Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian perdagangan dan pertanian.
Letaknya yang dekatdengan pesisir utara Jawa Tengah menyebabkan Kalingga mudah diakses
oleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas,
perak, cula badak, dan gading sebagai barang dagangan. Sementara wilayah pedalaman yang
subur, dimanfaatkan penduduk untuk mengembangkan pertanian. Hasil-hasil pertanian yang
diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal pandai membuat
minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tesebut memiliki rasa manis dan
dapat memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian tersebut, penduduk Kalingga hidup
makmur.

2.1.3 Kehidupan Agama


Kerajaan Kalingga merupakan pusat agama Buddha di Jawa.Agama Buddha yang
berkembang di Kalingga merupakan ajaran Buddha Hinayana. Pada tahun 664 seseorang
pendeta Buddha dari Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga. Ia datang untuk
menerjemahkan sebuah naskah terkenal agama Buddha Hinayana dari bahasa Sanskerta dalam
bahasa Cina. Usaha Hwing-ning dibantu oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa bernama
Jnanabadra.

3
2.1.4 Kehidupan Sosial dan Budaya
Penduduk Kalingga hidup dengan teratur. Ketertiban dan ketentraman sosial di
Kalingga dapat berjalan dengan baik berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana
dalam menjalankan hukum dan pemerintahan. Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak
membedakan antara rakyat dengan anggota kerabatnya sendiri.
Berita tentang ketegasan hukum Ratu Sima pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-
Shih adalah sebutan Cina untuk kaum muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih kemudian
menguji kebenaran berita tersebut. Ia memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu
kantong emas di jalan wilayah Kerajaan Ratu Sima. Selama tiga tahun kantong itu dibiarkan
tergeletak di jalan dan tidak seorangpun berani menyentuh. Setiap orang melewati kantong
emas tersebut berusaha menyingkir.

2.2 Kerajaan Sriwijaya


2.2.1 Kehidupan Ekonomi
Dilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang sangat
strategis, yaitu di tengah-tengah jalur pelayaran perdagangan antara India dan Cina. Disamping
itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat dengan Selat Malak yang merupakan urat nadi perhubungan
bagi daerah-daerah di Asia Tenggara.
Hasil bumi Kerajaan Sriwijaya merupakan modal utama bagi masyarakatnya untuk
terjun dalam aktifitas pelayaran dan perdagangan.

2.2.2 Kehidupan Sosial


Kerajaan Sriwijaya karena letaknya yang strategis dalam lalu lintas perdagangan
internasional menyebabkan masyarakatnya lebih terbuka dalam menerima berbagai pengaruh
asing. Masyarakat Sriwijaya juga telah mampu mengembangkan bahasa komunikasi dalam
dunia perdagangannya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa
pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung
Malaysia.
Penduduk Sriwijaya juga bersifat terbuka dalam menerima berbagai kebudayaan yang
datang. Salah satunya adalah mengadopsi kebudayaan India, seperti nama-nama India, adat-
istiadat, serta tradisi dalam Agama Hindu. Oleh karena itu, Sriwijaya pernah menjadi pusat
pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara.

4
2.2.3 Kehidupan Budaya
Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica dating dan tinggal di
Sriwijaya (1011-1023 M) dalam rangka belajar agama Budha dari seorang guru besar yang
bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India.
Tetapi walaupun Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat agama Budha, tidak banyak
peninggalan purbakala seperti candi-candi atau arca-arca sebagai tanda kebesaran Kerajaan
Sriwijaya dalam bidang kebudayaan.

2.2.4 Kehidupan Agama


Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat pertemuan antara para jemaah agama Budha dari
Cina ke India dan dari India ke Cina. Melalui pertemuan itu, di Kerajaan Sriwijaya berkembang
ajaran Budha Mahayana. Bahkan perkembangan ajaran agama Budha di Kerajaan Sriwijaya
tidak terlepas dari pujangga yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya diantaranya Dharmapala dan
Sakyakirti. Dharmapala adalah seorang guru besar agama Budha dari Kerajaan Sriwijaya. Ia
pernah mengajar agama Budha di PerguruanTinggi Nalanda (Benggala).

2.3 Raja Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya


2.3.1 Raja Kerajaan Kalingga
Shima adalah ratu penguasa Kerajaan Kalingga yang terletak di pantai utara Jawa
Tengah sekitar tahun 674 M, , lahir tahun 611 M di sekitar Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan dan isteri Raja Kartikeyasinga yang menjadi raja Kalingga (648 - 674) M . Ketika
suaminya, Raja Kartikeyasinga meninggal, Sang Ratu naik tahta Kerajaan Kalingga dengan
gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara.

Maharani/ Ratu Sima atau Shima putri Hyang Syailendra putra Santanu (Sriwijaya)
adalah istri Raja Kalingga Kartikeyasinga, Ayahanda Kartikeyasinga adalah Raja Kalingga
(632-648) M. Sementara itu ibunda Kartikeyasinga berasal dari Kerajaan Melayu Sribuja yang
beribukota di Palembang. Raja Melayu Sribuja – yang dikalahkan Sriwijaya tahun 683 M –
adalah kakak dari ibunda Prabu Kartikeyasinga. Ratu Sima adalah putri seorang pendeta di
wilayah Sriwijaya. Ia dilahirkan tahun 611 M di sekitar wilayah yang disebut Musi Banyuasin.
Ia adalah istri pangeran Kartikeyasingha (sebelum jadi raja) yang merupakan keponakan dari

5
Kerajaan Melayu Sribuja. Ia kemudian tinggal di daerah yang dikenal sebagai wilayah Adi
Hyang (Leluhur Agung), atau yang sekarang bernama Dieng. Perkawinan Kartikeyasingha
dengan Sima melahirkan dua orang anak, yaitu Parwati dan Narayana (Iswara). Ratu Sima
adalah pemeluk Hindu Syiwa yang taat.

Parwati anak Ratu Shima, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang
bernama Sang Jalantara atau Rahyang Mandiminyak dan menjadi raja Kerajaan Galuh ke-2
dengan gelar Prabu Suraghana (702-209) M dan berputri Dewi Sanaha. Dewi Sanaha dan
Bratasenawa atau Prabu Sanna menikah memiliki anak yang bernama Sanjaya, Rakai
Mataram (723 - 732M) yang kemudian 703 /704 M, Sanjaya menikahi Dewi Sekar Kancana
(Teja Kancana Ayupurnawangi) putri Rakyan Sundasembawa (mati muda) putra Sri Maharaja
Tarusbawa, cucu Sri Maharaja Tarusbawa dari Kerajaan Sunda sehingga Maharaja
Harisdarma sempat menjadi raja Kerajaan Galuh (ia merebut kembali tahta Galuh tahun 723 M
dari tangan Purbasora yang merebut tahta Galuh tahun 716 M dari Prabu Sanna, ayahnya) dan
raja Kerajaan Sunda (menerima tahta dari kakek mertuanya, Sri Maharaja Tarusbawa)
tahun 723 M sehingga ia menjadi Maharaja Sunda dan Galuh (723-732) M.

Maharaja Linggawarman, penguasa terakhir Tarumanagara (666-669) M, mempunyai


2 orang putri, yaitu yang sulung bernama Dewi Manasih menjadi istri Sri Maharaja
Tarusbawa, menerima tahta Kerajaan Tarumanagara dari mertuanya, lalu mendirikan Kerajaan
Sunda (669 M dan puteri yang kedua bernama Dewi Sobakancana menjadi isteri Dapunta
Hyang Sri Jayanasa, yang mendirikan Kerajaan Sriwijaya (671 M.

2.3.2 Raja Kerajaan Sriwijaya

6
Prasasti, catatan
Nama Raja Tahun Ibukota pengiriman utusan ke
Tiongkok serta peristiwa

Catatan perjalanan I Tsing


pada tahun 671-685,
Penaklukan Malayu,
penaklukan Jawa
Dapunta Hyang atau Srivijaya
671 Prasasti Kedukan
Sri Jayanasa
Shih-li-fo-shih Bukit (683), Talang
Tuo (684), Kota
Kapur (686), Karang
Brahi dan Palas Pasemah

Rudra Vikraman Sriwijaya


728 Utusan ke Tiongkok 728-742
Lieou-t'eng-wei-kong Shih-li-fo-shih

Belum ada berita pada periode


743-774
ini
Sri Indrawarman Sriwijaya
Utusan ke Tiongkok 702-716,
702
Shih-li-t-'o-pa-mo Shih-li-fo-shih 724

Prasasti Ligor B tahun 775 di


Nakhon Si Thammarat,
Sri Maharaja 775 Sriwijaya
selatan Thailand dan
menaklukkan Kamboja
Wangsa
Pindah ke Jawa (Jawa
Sailendra mengantikan Wangsa
Tengah atau Yogyakarta)
Sanjaya
Prasasti Kelurak 782 di sebelah
utara kompleks Candi
Dharanindra atau Prambanan
778 Jawa
Rakai Panangkaran
Prasasti Kalasan tahun 778
di Candi Kalasan

Samaragrawira atau Prasasti Nalanda dan prasasti


782 Jawa
Rakai Warak Mantyasih tahun 907
Prasasti Karang Tengah tahun
824,
Samaratungga atau
792 Jawa
Rakai Garung 825 menyelesaikan
pembangunan candi Borobudur

Kebangkitan Wangsa
840
Sanjaya, Rakai Pikatan
Kehilangan kekuasaan di Jawa,
dan kembali ke Suwarnadwipa
Balaputradewa 856 Suwarnadwipa
Prasasti Nalanda tahun
860, India

7
Prasasti, catatan
Nama Raja Tahun Ibukota pengiriman utusan ke
Tiongkok serta peristiwa

Belum ada berita pada periode


861-959
ini
Sri Udayaditya
Sriwijaya
Warmadewa
960 Utusan ke Tiongkok 960, & 962
San-fo-ts'i
Se-li-hou-ta-hia-li-tan

Utusan ke Tiongkok 980 & 983:


980
dengan raja, Hie-tche (Haji)
990 Jawa menyerang Sriwijaya,
Catatan Atiśa,
Sri Cudamani Sriwijaya
Warmadewa Utusan ke Tiongkok 988-992-
Malayagiri
988 1003,
Se-li-chu-la-wu-ni-fu- (Suwarnadwipa) San-fo-
pembangunan candi
ma-tian-hwa ts'i
untuk kaisar Cina yang diberi
nama
cheng tien wan shou

Sri Mara-
San-fo-ts'i
Vijayottunggawarman Prasasti Leiden & utusan ke
1008
Kataha Tiongkok 1008
Se-li-ma-la-pi

Utusan San-fo-ts'i ke Tiongkok


1017: dengan raja, Ha-ch'i-su-
wa-ch'a-p'u
1017
(Haji Sumatrabhumi (?));
gelar haji biasanya untuk raja
bawahan
Diserang oleh Rajendra Chola
I dan menjadi tawanan
Sriwijaya
Sangrama-
1025 Prasasti Tanjore bertarikh 1030
Vijayottunggawarman Kadaram
pada candi Rajaraja, Tanjore,
India

Dibawah Dinasti
1030
Chola dari Koromandel
Utusan San-fo-ts'i dengan
raja Kulothunga Chola I (Ti-
hua-ka-lo) ke Tiongkok 1079
1079
membantu memperbaiki candi
Tien Ching di Kuang Cho
(dekat Kanton)
Utusan San-fo-ts'i dari Kien-
1082 pi (Jambi) ke Tiongkok 1082
dan 1088
1089-
Belum ada berita
1177

8
Prasasti, catatan
Nama Raja Tahun Ibukota pengiriman utusan ke
Tiongkok serta peristiwa

Laporan Chou-Ju-Kua dalam


1178 buku Chu-fan-chi berisi daftar
koloni San-fo-ts'i
Dibawah Dinasti
Srimat Trailokyaraja
Mauli, Kerajaan
Maulibhusana 1183 Dharmasraya
Melayu, Prasasti Grahi tahun
Warmadewa
1183 di selatan Thailand

2.4 Masa Keemasan dan Masa Runtuhnya Kerajaan Kalingga dan Kerajaan
Sriwijaya
2.4.1 Kerajaan Kalingga
Setiap kerajaan ada masanya, begitu pula dengan kerajaan kalingga yang sempat
berjaya pada masa kepemimpinan Ratu Shima. Runtuhnya kerajaan kalingga tentu tidak serta
merta terjadi karena tergantinya agama Hindu dengan Budha di wilayah nusantara. Lebih jauh
tentang hal tersebut tentu terdapat hukum sebab akibat di dalamnya. Untuk memahami
kemunduran dan kehancuran kerajaan kalingga.

Kerajaan kalingga mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Ratu Shima
yang terkenal akan sosok wanita bijaksana dan penuh ketegasan dalam memerintah kerajaan
holing. Tak heran jika pada masa tersebut beliau mampu mengantarkan kalingga pada masa
keemasannya. Peluasan wilayah serta kemakmuran rakyat di daerah kekuasaan kalingga
menjadi salah satu bukti kebesaran Ratu Shima. Selian kesejahteraan masyarakat terdapat pula
peninggalan-peninggalan sejarah berupa bangunan candi dan prasasti yang semakin
mendukung pendapat bahwa holing sangat berjaya pada masa kepemimpinan Ratu Shima.
Namun roda tetap berputar, sebagaimana kehidupan manusia pada umumnya Ratu Shima
meninggal sekitar tahun 732 dan digantikan oleh keturunannya. Mulai dari sini sebenarnya
telah nampak runtuhnya kerajaan kalingga secara perlahan.

Di sisi lain kerajaan Sriwijaya di pulau seberang mulai muncul dan kuat baik dalam
hubungannya dengan kerajaan luar maupun militer. Sebagimana isi dari prasasti kota kapur
yang telah kita bahas dalam artikel sejarah kerajaan sriwijaya bahwa maharaja pada saat itu
menghendaki penyerangan terhadap bumi jawa. Dari serangan tersebut diketahui bahwa

9
kerajaan kalingga dapat dikalahkan dan menjadi taklukan kerajaan sriwijaya.

Dari urain di atas dapat kita simpulkan bahwa penyebab utama runtuhnya kerajaan
kalingga adalah serangan dari kerajaan sriwijaya. Latar belakang inilah yang kemudian
mengantarkan kalingga pada kehancuran dan tergantikan dengan kekuasaan kerajaan lain.
Namun demikian diyakini keturunan dari Ratu Shima nantinya kembali menjadi pemimpin
besar dengan kerajaan yang terkenal yakni Mataram Kuno.

2.4.2 Kerajaan Sriwjijaya


Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza.
Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab klasik
menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah
kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang
tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya.
Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga,
gambir dan beberapa hasil bumi lainya.

Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan
dari seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat keterangan
dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj
(Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki tanah yang subur dan
kekuasaaan yang luas hingga ke seberang lautan. Sedangkan masa penurunan Kerajaan
Sriwijaya sebagai berikut, Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, dari dinasti Chola di
Koromande, India Selatan menyerang Sriwijaya. Kedua serangan tersebut membuat luluh
lantah armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia Tenggara jatuh
pada Raja Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.

Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya


melepaskan diri sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang
kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung
Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang melakukan
aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena daerah-daerah strategis
yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke tangan Raja-raja sekitarnya.
Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai

10
Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singasari yang tercatat sukses melakukan sebuah ekspedisi
yang bernama ekspedisi Pamalayu.

11
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMUPULAN

Perkembangan kerajaan ho – ling selanjutnya tidak diketahui dengan jelas.


Kemungkinan dipindahkan ke Jawa Timur. Ada satu berita dari China yang mengatakan
bahwa ibukota kerajaan ho-ling dipindahkan ke Jawa Timur oleh Ki-Yen mungkin seorang
rakryan, tapi sebab-sebab kepindahan tidak diketahui. Di Malang, Jawa Timur di desa
Dinoyo ditemukan sebuah prasasti berupa angka tahun 760 M yang isinya mengenai
pembuatan sebuah arca Agastya.
Sedangkan Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan
terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan
bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu
bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-
kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya
sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan
Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi
penduduk kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan, keluhuran Sriwijaya telah menjadi
inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama
juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali
tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan
di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas Sriwijayayang didirikan
tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya(unit komando militer),
PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar
harian di Palembang), Sriwijaya TV,Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion
Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang), semua
dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan kegemilangan
kemaharajaan Sriwijaya.

12
KATA PUSTAKA
1. http://www.sridianti.com/penyebab-keruntuhan-kerajaan-sriwijaya.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
3. http://artikelmateri.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-kerajaan-kalingga-holing-lengkap-
rangkuman.html
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga

13

Anda mungkin juga menyukai