Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA

PERUSAHAAN
(Studi Pada Koperasi Sari Apel Brosem Periode 2011-2013)
Jalaluddin Dimisyqiyani
Darminto
Topowijino
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email: jalaluddin.dimisyqiyani@gmail.com

ABSTRACT

Break even point (BEP) analysis is one of the analysis techniques used to find out whether the company does
not earn any profit nor even suffer from losses, which can be said that the cooperative’s income equals the
expense, during its activity. The method used in this research is descriptive method with a quantitative
approach. This research aims to measure the implementation of BEP analysis in the cooperative production,
margin of safety made by the cooperative and to plan the periodical profit and the minimum sales in order to
earn profit expected by Koperasi Sari Apel Brosem Batu in 2014. The results of the research in 2013 after
semivariabel costs are separated into fixed costs and variable costs, can be calculated BEP coorperative. BEP
occurs on sales of Rp. 699,705,406.66 and the margin of safety of 51.23%. In 2013 formed the basis for
planning the 2014 calculation. In 2014, BEP will reach is reaching is expected to reach Rp. 732,291,347.83
and the margin of safety of 55.02%. Plan of minimum sales achieving the expected profit of Rp. 1.627.920.000
is expected to reach of Rp. 1,619,440,961.77.

Keywords: Break even point, Profit planning.

ABSTRAK

Analisis break even point (BEP) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi di
mana perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya tidak mendapatkan laba dan tidak menderita kerugian atau
jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan
analisis titik impas pada koperasi, margin of safety yang dihasilkan, dan membuat perencanaan laba periode dan
perencanaan penjualan minimal untuk mencapai keuntungan yang diharapkan oleh Koperasi Sari Apel Brosem
Batu pada tahun 2014. Hasil dari penelitian tahun 2013 setelah biaya semivariabel dipisahkan ke dalam biaya
tetap dan biaya variabel, dapat dihitung BEP perusahaan. BEP terjadi pada penjualan Rp. 699.705.406,66 dan
margin of safety sebesar 51,23%. Tahun 2013 dijadikan dasar perhitungan untuk perencanaan tahun 2014. BEP
tahun 2014 terjadi pada penjualan Rp. 732.291.347,83 dan margin of safety sebesar 55,02%. Perencanaan
penjualan minimal mencapai keuntungan yang diharapkan sebesar Rp. 1.627.920.000 tercapai sebesar Rp.
1.619.440.961,77.

Kata Kunci: Break even point, Perencanaan laba.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PENDAHULUAN 1.133.388.000 selanjutnya di tahun 2013 penjualan
Koperasi sebagai salah satu lembaga ekonomi mencapai 1.434.690.000. Rasio laba operasi yang
yang diharapkan dapat memperjuangkan dicapai pada tahun 2011 adalah 20,57% dan untuk
kepentingan dan meningkatkan ekonomi para tahun 2012 rasio laba turun mencapai 19,30%
anggotanya, serta masyarakat disekitarnya. Koperasi selanjutnya di tahun 2013 rasio laba mengalami
mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya penurunan mencapai angka 18,00%.
dengan bentuk perusahaan yang lain. Berdasarkan Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti
bidang usaha ini, koperasi dapat digolongkan ke tertarik untuk melakukan penelitian dalam hal
dalam beberapa kelompok antara lain: koperasi perencanaan laba pada Koperasi Sari Apel Brosem
konsumen, koperasi produksi, koperasi jasa, dan Batu, sehingga perusahaan dapat mencapai
koperasi simpan pinjam. Setiap koperasi memiliki keseimbangan antara perencanaan laba yang baik
acuan yang jelas tentang masa depannya mengenai untuk periode yang akan datang dengan
arah dan tujuan agar dapat menentukan langkah- menggunakan analisis break even point.
langkah yang tepat untuk mencapai tujuan koperasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Secara keseluruhan tujuan utama didirikannya penerapan analisis titik impas pada koperasi, margin
koperasi selain memenuhi keperluan para of safety yang dihasilkan, dan membuat perencanaan
anggotanya juga diharapkan untuk memperoleh laba laba periode dan perencanaan penjualan minimal
yang diinginkan. Laba dalam koperasi dikenal untuk mencapai keuntungan yang diharapkan oleh
sebagai sisa hasil usaha / SHU. Laba dapat dikatakan Koperasi Sari Apel Brosem Batu pada tahun 2014.
bukanlah tujuan utama koperasi, namun berhasil atau
tidaknya pada umumnya diukur melalui laba yang TINJAUAN PUSTAKA
diperoleh untuk kesejahteraan ekonomi para Pengertian Biaya
anggota. Biaya (cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau
Perencanaan untuk menentukan laba yang nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau
maksimal diperlukan rencana yang matang, untuk jasa yang berguna untuk masa yang akan datang,
memperhitungkan risiko yang akan mempengaruhi atau mempunyai manfaat melebihi satu periode
kelancaran aktivitas produksi, harga jual produk, akuntansi (Firdaus dan Wasilah, 2013:22). Biaya
maupun biaya yang berkaitan dengan aktivitas atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis
perusahaan. Adanya perencanaan yang baik maka yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi
akan menunjang tugas manajemen untuk membantu atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh koperasi serta tujuan tertentu (Bustami dan Nurlela, 2013:7).
menilai kemampuan koperasi itu sendiri.
Analisis break even adalah suatu teknik analisa Perilaku Biaya
untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, 1) Biaya Tetap
biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara total
(Riyanto, 2010:359). Melalui analisis ini, dapat tetap tidak berubah dengan adanya perubahan
digunakan oleh manajer sebagai informasi besarnya tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas
penjualan yang harus dicapai oleh koperasi produksi dari tingkat kegiatan yang relevan atau dalam
untuk mencapai titik di mana tidak rugi dan tidak periode waktu tertentu (Firdaus dan Wasilah,
mendapatkan laba agar koperasi produksi dapat 2013:22).
meningkatkan daya saing. 2) Biaya Variabel
Koperasi Sari Apel Brosem merupakan jenis Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya
koperasi produksi yang menyediakan input dan berubah sebanding dengan perubahan volume
pemasaran hasil produksi anggota yang berupa kegiatan (Mulyadi, 2009:468).
minuman sari apel. Koperasi ini memiliki tingkat 3) Biaya Semivariabel
penjualan yang dalam tiga tahun terakhir mengalami Biaya semivariabel adalah biaya-biaya yang
peningkatan penjualan, namun mengalami mempunyai atau mengandung unsur tetap dan
penurunan terhadap rasio laba. Diketahui penjualan unsur variabel (Firdaus dan Wasilah, 2013:22).
pada tahun 2011 yang dicapai sebesar 1.002.744.000
dan untuk tahun 2012 penjualan mencapai

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 2


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Teknik Pemisahan Biaya Semivariabel berarti suatu keadaan di mana perusahaan tidak
1) Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High and mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi
Low Point) artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
Untuk memperkirakan fungsi biaya, dalam kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan
periode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan penjualan (Harahap, 2010:358)
yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya Analisis break even point adalah suatu teknik
tersebut pada tingkat kegiatan terendah di masa untuk menentukan sebuah titik, baik dalam satuan
yang lalu. Selisih biaya yang di hitung rupiah maupun unit, untuk menentukan perencanaan
merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tingkat keuntungan di mana terdapat hubungan
tersebut (Mulyadi, 2009:471). antara penerimaan total, biaya total, dan laba total
2) Metode Biaya Berjaga (Standby Cost Method) perusahaan pada berbagai tingkat output. Titik impas
Metode ini mencoba menghitung berapa biaya sering digunakan para manajer keuangan untuk
yang harus tetap dikeluarkan andaikata menentukan volume penjualan yang diperlukan bagi
perusahaan di tutup untuk sementara, jadi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba total
produknya sama dengan nol. Biaya ini disebut dan kerugian pada tingkat penjualan lainnya.
biaya berjaga, dan biaya berjaga ini merupakan
bagian yang tetap. Perbedaan antara yang Manfaat Analisis Break Even Point
dikeluarkan selama produksi berjalan dengan Menurut Kasmir (2012:385), manfaat yang
berjaga merupakan biaya variabel (Mulyadi, diperoleh dalam break even point adalah:
2009:471). 1) Mendesain suatu produk.
3) Metode Kuadrat Terkecil (Least-Square Method) 2) Penentuan harga jual per satuan.
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara 3) Menentukan jumlah produksi atau.
biaya dengan volume kegiatan berbentuk 4) Memaksimalkan jumlah produksi.
hubungan lurus dengan persamaan garis regresi 5) Menentukan perencanaan laba yang diinginkan.
y = a + bx, di mana y merupakan variabel tidak
bebas (dependent variable) yaitu variabel yang Asumsi Dasar Break Even Point
perubahannya ditentukan oleh perubahan pada Menurut Martono dan Harjito (2004:269),
variabel x yang merupakan variabel bebas analisis break even point memerlukan beberapa
(independent variable). Variabel y menunjukkan asumsi yang harus dipenuhi yaitu:
biaya, sedangkan variabel x menunjukkan 1) Biaya dalam perusahaan dapat digolongkan ke
volume kegiatan. (Mulyadi, 2009:474). dalam biaya tetap dan biaya variabel. Oleh
Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah karena itu semua biaya yang dikeluarkan
sebagai berikut: perusahaan harus dapat diklasifikasikan dan di
n ∑ xy - x y ukur secara realistik sebagai biaya tetap dan
b = biaya variabel.
n ∑ x2 – ( ∑ x)2
2) Biaya variabel secara total berubah sebanding
∑y - b x
a = dengan volume penjualan/ produksi, tetapi biaya
n variabel per unitnya tetap.
(Mulyadi, 2009:474). 3) Biaya tetap secara total jumlahnya tetap (pada
range produksi tertentu) meskipun terdapat
Break Even Point perubahan volume penjualan/produksi. Hal ini
Secara umum definisi dari break even point yaitu berarti biaya tetap per unitnya berubah-ubah
suatu kondisi atau suatu titik di mana perusahaan karena adanya perubahan volume penjualan/
dalam menjalankan aktivitasnya tidak mendapatkan produksi.
laba ataupun tidak menderita kerugian atau jumlah 4) Harga jual per unit tidak berubah selama periode
penghasilan sama dengan jumlah biaya yang waktu analisis. Tingkat harga pada umumnya
dikeluarkan. Pengertian break even point menurut akan stabil dalam jangka pendek. Dengan
Carter (2009:283), titik impas adalah titik di mana demikian apabila harga berubah, maka break
besarnya biaya dan pendapatan adalah sama. Tidak evenpun tidak berlaku (berubah).
ada laba maupun rugi pada titik impas. Break even

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 3


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
5) Perusahaan hanya menjual atau memproduksi Margin of Safety (MoS)
satu jenis barang. Artinya hanya terdapat satu Margin of safety digunakan bagi perusahaan
jenis produk yang di produksi atau di jual ketika membuat keputusan mengenai peluang bisnis
perusahaan. Apabila perusahaan memproduksi dan perubahan dalam bauran penjualan. Margin of
lebih dari satu jenis produk, maka perimbangan safety (batas keamanan) merupakan hubungan antara
atau komposisi penggunaan biaya dan volume penjualan yang dianggarkan dengan volume
penghasilan atas produk yang di jual (sales mix) penjualan pada titik impas (Djarwanto, 2010:240).
harus tetap konstan. Besarnya margin of safety di hitung sebagai berikut:
6) Kebijakan manajemen tentang operasi MoS = 100
perusahaan tidak berubah secara material
(perubahan besar) dalam jangka pendek. Sumber: Riyanto (2010: 366)
7) Kebijakan persediaan barang tetap konstan atau
tidak ada persediaan sama sekali, baik Sales Minimal ( Penentuan Penjualan Minimal)
persediaan awal maupun persediaan akhir. Besarnya keuntungan atau profit margin yang
8) Efisiensi dan produktivitas per karyawan tidak diinginkan, maka perlulah ditentukan berapa
berubah dalam jangka pendek. besarnya penjualan minimal yang harus di capai
untuk memungkinkan diperolehnya keuntungan
Penentuan Tingkat Break Even Point yang diinginkan tersebut. Rumusnya sebagai berikut:
1) Metode Grafik FC + Keuntungan
Penjualan minimal (Rp) = VC
Menurut Martono dan Harjito (2004:271) dalam 1- S
menentukan BEP dalam grafik, maka perlu di FC + Keuntungan
gambar variabel-variabel yang ikut menentukan Penjualan minimal (Q) =
P-V
BEP seperti biaya total (biaya tetap dan biaya
Sumber: Djarwanto (2010:238)
variabel) dan pendapatan total. Pertama,
menggambar grafik fungsi pendapatan (TR).
Perencanaan Laba
Grafik TR akan di mulai dari titik origin (titik
Menurut Carter (2009:4), perencanaan laba
nol) kemudian grafik ini akan naik dari titik nol
(profit planning) adalah pengembangan dari suatu
tersebut ke kanan atas. Kedua menggambar grafik
rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan
biaya tetap (FC). Grafik biaya tetap ini sejajar
perusahaan. Laba penting dalam perencanaan karena
dengan sumbu kuantitas dari kiri ke kanan. Ketiga
tujuan utama dari suatu rencana adalah laba yang
menggambar biaya total (TC). Grafik biaya total
memuaskan. Rencana laba dari suatu perusahaan
ini di mulai dari titik potong antara grafik FC
terdiri atas anggaran operasi yang terinci dan laporan
dengan sumbu vertikal (dimulai dengan grafik
keuangan di anggarkan.
FC) ke kanan atas memotong grafik TR
2) Metode Matematis
FC FC
BEP (dalam Rp) = VC BEP (Q) = Jangka Waktu Perencanaan
1- P-V Menurut Carter (2009:5), jangka waktu
S
Sumber: Riyanto (2010:364) perencanaan itu sendiri digolongkan menjadi dua
yakni:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan a. Perencanaan Laba Jangka Panjang
Break Even Point Rencana jangka panjang didefinisikan sebagai
Menurut Martono dan Harjito (2004:270) proses yang kontinu untuk membuat keputusan-
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan sekarang secara sistematis dan, dengan
perubahan break even point, yaitu: pengetahuan terbaik yang memungkinkan
1) Adanya perubahan harga jual mengenai dampak di masa depan,
2) Adanya perubahan biaya tetap dan biaya mengorganisasikan secara sistematis usaha-usaha
variabel yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan-
3) Adanya perubahan komposisi penjualan (sales keputusan tersebut, dan mengukur hasil dari
mix) keputusan-keputusan ini terhadap ekspektasi
melalui umpan balik yang terorganisir dan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
sistematis. Dalam rencana jangka panjang, Hubungan Analisis Break Even Point dengan
manajemen berusaha untuk menemukan urutan Perencanaan Laba
kejadian yang paling mungkin. Tetapi yang Analisis break even point (BEP) sangat
terpenting adalah fleksibilitas dan kemampuan bermanfaat untuk merencanakan laba perusahaan.
untuk beradaptasi terhadap kondisi yang terus Mengetahui besarnya BEP maka dapat menentukan
berubah. Perencanaan jangka panjang tidak berapa jumlah minimal produk yang harus di jual
menghilangkan risiko, karena pengambilan risiko (budget sales) dan harga jualnya (sales price) untuk
adalah inti dari aktivitas ekonomi. menginginkan laba tertentu. Penerapan analisis
b. Perencanaan Laba Jangka Pendek Break Even Point merupakan salah satu metode yang
Rencana laba jangka pendek dapat mencakup dapat menetapkan harga dengan cara menentukan
periode 3, 6, atau 12 bulan, bergantung pada biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan tingkat
karakteristik bisnis. Untuk perencanaan yang laba yang diharapkan.
efisien, anggaran tahunan dapat diperluas menjadi
18 bulan, dengan memasukkan periode 3 bulan METODE
lagi di akhir tahun sebelumnya, 12 bulan dari Jenis penelitian ini adalah penelitian ini adalah
periode anggaran reguler, dan tambahan 3 bulan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
lagi di awal tahun ketiga. Bulan-bulan yang Penelitian deskriptif bertujuan untuk
samping tumpang-tindih ini memudahkan transisi mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku
dari tahun ke tahun. didalamnya terdapat upaya mendiskripsikan,
mencatat, menganalisis dan menginterorestasikan
Manfaat Perencanaan Laba kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada
Menurut Garrison (2009:5), perusahaan (Mardalis, 2006: 26). Penelitian deskriptif digunakan
menyadari adanya banyak manfaat dari program oleh peneliti untuk mendeskripsikan gambaran
penganggaran. Diantara manfaat tersebut adalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta
sebagai berikut: serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
a. Anggaran merupakan alat komunikasi bagi Tujuan dari fokus penelitian yaitu untuk
rencana manajemen kepada seluruh organisasi membatasi masalah yang akan dikaji dalam
b. Anggaran memaksa manajer untuk memikirkan penelitian, sehingga objek yang akan diteliti tidak
dan merencanakan masa depan. Tanpa akan meluas. Fokus penelitian ini meliputi:
penyusunan anggaran, maka akan terlalu banyak 1) Biaya-biaya yang ada dalam perusahaan meliputi
manajer yang harus menghabiskan waktunya biaya tetap, biaya variabel, dan biaya
untuk mengatasi berbagai masalah darurat. semivariabel.
c. Program penganggaran merupakan alat alokasi 2) Volume penjualan adalah jumlah unit penjualan
sumber daya pada berbagai bagian dari yang dicapai suatu perusahaan selama satu
organisasi agar dapat digunakan seefektif periode akuntansi.
mungkin. 3) Harga jual produk adalah harga yang dibebankan
d. Proses penganggaran dapat mengungkap adanya kepada pembeli untuk memperoleh sesuatu yang
potensi masalah sebelum masalah itu terjadi. diharapkan.
e. Anggarang mengoordinasikan aktivitas seluruh 4) Laba yang direncanakan merupakan rencana
organisasi dengan cara mengintegrasikan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan dari
rencana dari berbagai bagian. Penganggaran ikut penjualan produknya.
memastikan agar setiap orang dalam organisasi
menuju tujuan yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN
f. Anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang Pemisahan Biaya Semivariabel kedalam Biaya
dapat dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi Tetap dan Biaya Variabel
kinerja selanjutnya. Langkah pertama sebelum melakukan analisis
break even point maka terlebih dahulu biaya-biaya
yang terjadi pada tahun 2013 diklasifikasikan ke
dalam biaya tetap, biaya variabel, dan biaya
semivariabel dengan menggunakan metode Least

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Square. Hasil pemisahan biaya semivariabel ke dalam mendapatkan laba karena perusahaan dapat menutup
biaya tetap dan biaya variabel adalah sebagai berikut: biaya total tetapnya dengan perolehan marjin
kontribusi yang besar tersebut.
Tabel 1. Rekapitulasi Pemisahan Biaya Semivariabel
ke dalam Biaya Tetap dan Biaya Variabel Break Event Point (BEP)
Koperasi Sari Apel Brosem Batu 2013 Setelah laba operasi tahun 2013 diketahui,
tahapan selanjutnya adalah menghitung BEP dalam
rupiah dan unit. Koperasi Sari Apel Brosem
memiliki satu jenis produk yaitu sari apel, sehingga:
F
BE ( m h)
V
1 S
258 918 603 85
903 803 141 15
1 1 434 690 000
Sumber: Koperasi Sari Apel Brosem, 2014 (data 699.705.406,66
diolah) Dari perhitungan break even point di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak
Marjin Kontribusi mendapatkan laba maupun rugi (impas) dalam
Perhitungan marjin kontribusi ini bertujuan untuk rupiah terjadi saat penjualan sari apel mencapai Rp.
mengetahui sisa pendapatan yang diperoleh dari dari 699.705.406,66. Dalam engetahui kuantitas
selisih penjualan dan biaya variabel. Berikut ini penjualan atau break even point dalam unit yaitu:
merupakan kontribusi marjin dan laba operasi yang 699 05 406 66
BE ( m )
diterima oleh Koperasi Sari Apel Brosem Batu 2013: 19 000
36 28 U
Tabel 2. Kontribusi Marjin dan Laba Operasi
Koperasi Sari Apel Brosem Batu 2013 Menentukan Margin of Safety
(dalam Rupiah) Margin of Safety digunakan sebagai alat dalam
menentukan seberapa jauh berkurangnya penjualan
agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Perhitungan margin of safety Koperasi Sari Apel
Brosem 2013 adalah:
MoS x 100%
Sumber: Koperasi Sari Apel Brosem, 2014 (data
diolah) x 100%
= 51,23%
Berdasarkan tabel di atas kontribusi marjin > Semakin rendah MoS, koperasi produksi harus
biaya tetap. Sehingga biaya dapat menutupi dan berhati-hati mengamati penjualan dan mengontrol
perusahaan mendapatkan laba. Perhitungan rasio biaya sehingga tidak akan menghasilkan kerugian
kontribusi marjin (CMR) dan rasio laba adalah bersih.
sebagai berikut:
Rasio Kontribusi Marjin Perencanaan Penjualan Tahun 2014
Membuat perencanaan penjualan untuk tahun
CMR x 100% 2014 menggunakan metode analisis terkecil (least
square method) dan perencanaan volume penjualan
CMR x 100% sari apel tahun 2014 menggunakan data-data serta
37,36% informasi penjualan yang diperoleh pada tahun
Hasil Contribution Margin Ratio (CMR) tersebut sebelumnya:
menyebutkan bahwa nilai RCM pada tahun 2013
yaitu sebesar 37,36 . Hasil marjin kontribusi yang
tinggi akan mendapatkan peluang dalam

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 6


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Tabel 3 Rencana Volume Penjualan Sari Apel F
BE ( m h)
Koperasi Serba Usaha Brosem Tahun 2014 V
1 S

258 918 603 85


1 052 331 096 99
1
1 62 920 000 00
Sumber: Koperasi Sari Apel Brosem, 2014 (data Rp. 732.291.347,83
diolah) Perhitungan break even point di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan tidak mendapatkan
Perencanaan penjualan Sari Apel untuk Tahun 2014 laba maupun rugi (impas) dalam rupiah terjadi saat
187.939 22.735 penjualan sari apel mencapai Rp. 732.291.347,83.
a= b = Sedangkan untuk mengetahui kuantitas penjualan
3 2
= 62.946 = 11.367 atau break even point dalam unit sebagai berikut:
y = 62.946 + 11.367 (2)
= 85.680 unit 32 291 34 83
BE ( m )
Berdasarkan asumsi dasar perhitungan BEP harga 19 000
jual tidak berubah saat periode dilakukan analisis, 38.542 U
untuk tahun 2014 anggaran harga jual sari apel dan
tingkat volume penjualan sama seperti tahun
penjualan yang telah dihitung sebelumnya dalam
merencanakan perencanaan penjualan tahun 2014,
sehingga koperasi produksi dapat mencapai rencana
laba dengan menggunakan analisis break even point
yang akan dicapai oleh koperasi produksi. Dalam
analisis BEP diasumsikan bahwa semua produksi
habis terjual tanpa menyisakan barang, maka volume
produksi yang direncanakan adalah sebesar 85.680
unit.
Setelah diketahui anggaran harga jual produk
Gambar 1 Grafik BEP Koperasi Sari Apel
sari apel pada tahun 2014, maka dilanjutkan dengan Brosem Tahun 2014
menghitung besarnya margin kontribusi untuk hasil
perhitungannya di bawah ini: Break even point rupiah yang didapatkan pada
jumlah Rp. 732.291.347,83 dan break even point
Tabel 4 Anggaran Kontribusi Marjin Koperasi Sari 38.542 unit. Perhitungan margin of safety Koperasi
Apel Brosem 2014 (dalam Rupiah)
Sari Apel Brosem 2014 sebesar 55,02 %. Hasil MoS
jika koperasi produksi memperoleh nilai MoS yang
rendah, maka koperasi produksi tersebut
memungkinkan dapat mengalami kerugian dan
perolehan MoS yang tinggi memungkinkan
perusahaan berada pada titik aman untuk terhindar
Sumber: Koperasi Sari Apel Brosem, 2014 (data
dari ancaman kerugian.
diolah)
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa
Menentukan Sales Minimal
laba yang akan diperoleh sebesar
Perusahaan mengharapkan laba operasi yang
Rp.316.670.299,16. Perhitungan rasio kontribusi
diperoleh tahun 2014 adalah sebesar 314.025.768,00
marjin (CMR) sebesar 35, 36%. Nilai Break Even
(19,29% dari penjualan tahun 2014 yaitu
Point yang dicapai oleh Koperasi Sari Apel Brosem
1.627.920.000,00), maka besarnya sales minimal
pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
FC + Keuntungan 4. Perencanaan penjualan sari apel tahun 2014
Sales Minimum = VC dapat diketahui BEP sebesar Rp. 732.291.347,83
1- S atau sebesar 38.542 unit. Laba operasi sebesar
258 918 603 85 + 314 025 68 00 316.670.299,16 maka sales minimal yang harus
di capai adalah Rp. 1.619.440.961,77. Dengan
1 052 331 096 99
1 1 62 920 000 00 margin of safety 55,02 agar perusahaan tidak
Rp. 1.619.440.961,77 mengalami kerugian.
Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, laba yang
ditargetkan oleh perusahaan sebesar Rp. Saran
314.025.768,00 akan tercapai jika penjualan sebesar Setelah menganalisa dan menyimpulkan dari
Rp. 1.619.440.961,77. hasil penelitian yang dilakukan, maka peniliti
memberikan saran yang dapat digunakan oleh
KESIMPULAN DAN SARAN perusahaan dalam mengambil kebijakan agar dapat
Kesimpulan membantu dalam tercapainya laba yang diharapkan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan antara lain:
yang dilakukan mengenai analisis break even point 1. Dalam memudahkan penetapan harga dan
sebagai alat untuk merencanakan laba perusahaan menginginkan laba yang diharapkan maka
pada Koperasi Sari Apel Brosem kota Batu, maka manajemen yang terkait dapat menggunakan
peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: analisis break even point guna menentukan
1. Penerapan analisis break even point sebagai alat penentuan harga yang optimal dan dapat
untuk merencanakan laba Perusahaan Sari Apel mengetahui volume penjualan dalam periode
Koperasi Sari Apel Brosem Batu pada kurun berikutnya dengan laba yang diharapkan setelah
waktu 2011-2013 dilakukan melalui beberapa harga jual produk yang sesuai.
tahapan, tahapan pertama yaitu biaya 2. Perusahaan sebelum menerapkan analisis break
diklasifikasikan serta memisahkan biaya yang even point sebaiknya melakukan
berhubungan dengan volume kegiatan pengelompokan biaya semivariabel ke dalam
perusahaan sehingga dapat dikelompokkan ke biaya tetap dan biaya variabel secara tegas. Hal
dalam biaya tetap, biaya variabel, dan biaya ini dapat memudahkan penetapan harga jual dan
semivariabel. Tahapan kedua yaitu menginginkan laba yang diharapkan secara
mengelompokkan dan mengidentifikasi biaya optimal.
semivariabel ke dalam jenis biaya tetap dan 3. Perhitungan margin of safety sangat bermanfaat
variabel dengan menggunakan metode least dalam mengetahui kondisi penjualan yang
square method (metode kuadrat terkecil), sedang terjadi, baik dalam keadaan titik aman
melakukan constribution margin, menentukan maupun sebaliknya.
break even point, margin of safety, dan tahapan 4. Perusahaan diharapkan lebih efisien dalam
terakhir menentukan minimal sales. meningkatkan hasil produksi sehingga dapat
2. Pada tahun 2013, Koperasi Sari Apel Brosem menekan biaya variabel yang berpengaruh
Batu mencapai break even point pada penjualan langsung terhadap marjin konstribusi dan laba
sari apel sebesar Rp. 699.705.406,66 atau yang diperoleh.
36.287 unit.
3. Margin of safety sebesar 51,23 yang berarti, DAFTAR PUSTAKA
jika penurunan penjualan mencapai < 51,23 Bustami B., Nurlela. 2013. Akuntansi Biaya. Jakarta:
maka perusahaan tidak akan mengalami kerugian, Mitra Wacana Media.
akan tetapi jika penurunan penjualan > 51,23
maka perusahaan dipastikan mengalami kerugian. Carter, K. William. 2009. Akuntansi Biaya. Jilid
Namun jika penjualan tepat berada pada jumlah Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
51,23 maka perusahaan mengalami titik impas, Dunia, Firdaus A. dan Wasilah Abdullah. 2012.
yaitu tidak mendapatkan laba dan menderita Akuntansi Biaya. Edisi 3. Jakarta: Salemba ,
kerugian. Empat.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 8


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Garrison, Ray H. Noreen, Eric W. Brewer, Peter C.
2009. Akuntansi manajerial. Edisi 11. Jakarta:
Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas
Laporan Keuangan. Edisi 9. Jakarta: Rajawali
Pers.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 5.
Jakarta: Rajawali Pers.
Mardalis. 2006. Metode Penelitian: Suatu
Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Martono, Harjito, Agus. 2004. Manajemen
Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 5.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Kelima.
Yogyakarta:BPFE

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014| 9


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai