Anda di halaman 1dari 26

HEMOTHORAKS

Oleh:

Kelompok 8
Dewi Dermawanita
Hermita
Muhaimin
Pingky Anggraeny
Sri Widya Ningsih

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan judul
“Hemothoraks”. Tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat di gunakan
untuk memperdalam pemahaman mengenai materi ini. Makalah ini diselesaikan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 13 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi hemothoraks .....................................................................................3
2.2 Etiologi hemothoraks .....................................................................................3
2.3 Klasifikasi hemothoraks .................................................................................3
2.4 Patofisiologi dan woc .....................................................................................4
2.5 Manifestasi klinik ...........................................................................................5
2.6 Komplikasi .....................................................................................................5
2.7 Penatalaksanaan media dan keperawatan.......................................................6
2.8 Pemeriksaan penunjang diagnostik ................................................................8
2.9 Asuhan keperawatan ......................................................................................8
BAB III ANALISIS KASUS
3.1 Ringkasan kasus .............................................................................................16
3.2 MCP kasus dan rencana intervensi kasus ......................................................16
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................22
5.2 Saran ...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi
pada rongga pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang
menjadi predisposisi terpenting perembesan darah berkumpul dikantong
pleura tidak bisa diserap oleh lapisan pleura Hemothoraks adalah adanya
darah pada rongga pleura. Perdarahan mungkin berasal dari dinding dada,
parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar
Hemothorax dapat hadir di klien dengan dada juri. Sejumlah kecil
darah (<300 ml) di ruang pleura dapat menyebabkan tidak ada manifestasi
klinis dan mungkin tidak memerlukan intervensi dengan darah yang diserap
kembali secara spontan. Hemothorax berat (1400 hingga 2500 ml) mungkin
mengancam nyawa karena hipovolemia yang dihasilkan dan ketegangan.
Hemothorax besar adalah sebagai manifestasi klinis termasuk gangguan
pernapasan, shock, dan pergeseran mediastinum. Ada kesalahan pada
percussion dari sisi yang terkena. Film dada menegaskan sebuah diagnosis
hemotoraks. Jika klien dalam kesulitan yang parah, dokter dapat menghirup
darah dari ruang pleura dengan memasukkan jarum 16-gauge antara
intercosta ke 5 atau ke 6 yang dibatasi pada garis midaxilla. Untuk
menguras intrathorak akumulasi rasial darah, dokter menyisipkan sebuah
kateter dada besar-kaliber, yang kemudian dihubungkan ke sistem drainase.
Inisial drainase 500 hingga 1000 ml dianggap moderat, dan perawatan
tambahan mungkin tidak diperlukan. Sebuah awal lebih dari 1500 ml atau
sejumlah besar drainase (200 ml / jam) menjamin segera torakotomi
eksplorasi atau penggunaan PPN untuk memperbaiki situs perdarahan aktif.
Penggantian cairan dengan O-darah negatif atau autotransfusi darah harus
digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
hemothoraks.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
a. Apa definisi hemothoraks?
b. Bagaimana etiologi hemothoraks?
c. Apa saja klasifikasi hemothoraks?
d. Bagaimana manifestasi klinik hemothoraks?
e. Bagaimana patofisiologi dan WOC hemothoraks?
f. Apa komplikasi hemothoraks?
g. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan
hemothoraks?
h. Bagaimana pemeriksaan penunjang atau diagnostic hemothoraks?
i. Bagaimana asuhan keperawatan hemothoraks?
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi hemothoraks.
b. Untuk mengetahui etiologi hemothoraks.
c. Untuk mengetahui klasifikasi hemothoraks.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinik hemothoraks.
e. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC hemothoraks.
f. Untuk mengetahui komplikasi hemothoraks.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan
hemothoraks.
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang atau diagnostic
hemothoraks.
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hemothoraks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hemothoraks


Hematotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi
pada rongga pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang
menjadi predisposisi terpenting perembesan darah berkumpul dikantong
pleura tidak bisa diserap oleh lapisan pleura. Hemothoraks adalah adanya
darah pada rongga pleura. Perdarahan mungkin berasal dari dinding dada,
parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. (Muttaqin, Arif. 2012)
Akumulasi darah dalam dada, atau hematotoraks adalah masalah yang
relatif umum, paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau
dinding dada hematothorax tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang
umum dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab. Identifikasi dan
pengobatan traumatik hematothorax adalah bagian penting dari perawatan
pasien yang terluka. Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan
trauma, penyelidikan yang hati-hati untuk sumber yang mendasari harus
dilakukan ketika perawatan terjadi.
2.2 Etiologi
Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
akan menyebabkan rongga paksa tumpul pada rongga thorak
(hemotothorak) dan rongga abdomen. Trauma tajam dapat disebabkan oleh
tikaman atau tembakan. (Bararah, Taqiyyah.2013)
Penyebab utama hemothoraks :
1. Trauma tajam atau tumpul
2. Robekan pada aneurisma aorta
3. Komplikasi pemberian obat antikoagulansia pada infark paru
4. Hemorrhagic disease
5. Komplikasi
6. Operasi pada thorax
2.3 Klasifikasi
Pada orang dewasa secara teoritis hemothoraks terbagi dalam 3
golongan yaitu :
a. Hemothorak ringan
1. Jumlah darah kurang dari 400 cc
2. Tampak sebagian bayangan kurang dari 15% pada foto rontgen.
3. perkusi pekak sampai iga IX
b. Hemathorak sedang
1. Jumlah darah 500 cc – 2000 cc
2. 15-35% tertutup bayangan pada foto rontgen.
3. perkusi pekak sampai iga VI
c. Hemothorak berat
1. Jumlah darah lebih dari 2000 cc
2. 35% pada foto rontgen
3. Perkusi pekak sampai cranial iga IV
2.4 Patofisiologi
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-
paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda
tajam seperti pisau atau peluru menembus paru-paru. mengakibatkan
pecahnya membran serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-
paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam
rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah
seseorang. Hemotoraks sederhana adalah kehilangan darah kurang dari 1500
mL ke dalam rongga dada; hemothorax masif adalah kehilangan darah lebih
dari 1500 mL.
Perdarahan jaringan interstitium, pecahnya usus sehingga perdarahan
Intra Alveoler, kolaps terjadi pendarahan. Arteri dan kapiler, kapiler kecil,
sehingga tekanan perifer pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun.
Vs:T ,S , N. Hb menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas,
takhipnea,sianosis, takhikardia. Pendarahan disebabkan oleh cedera pada
jaringan paru-paru, seperti kontusio pulmoner atau laserasi, yang dapat
terjadi dengan tulang rusuk dan fraktur sternum. Perdarahan intratoraks
besar-besaran pada trauma tumpul dada bisa berasal dari jantung, pembuluh
besar, atau arteri interkostal.
Gejala atau tanda klinis hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain
dari luka yang berdarah didinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya
juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok
hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul. Secara
klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis,
tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, diikuti
dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung.
2.5 Manifestasi Klinis
Klien mungkin tidak sadar atau sadar tetapi gelisah dan mengeluh
sakit dada atau sakit kepala. Muntah sering terjadi dan juga Hipotermia.
Manifestasi pada jantung meliputi takikardia, hipotensi, dan disritmia.
Sputum merah muda menunjukkan edema paru telah terjadi auskultasi dapat
menemukan crackles, ronchi dan mengi. Hemoglobin, hematokrit,dan kadar
elektrolit dapat abnormal. Jumlah sel darah putih dapat naik, terutama jika
yang diaspirasi adalah udara kotor.
Manifestasi klinis tidak jelas sampai kadar CO terikat ke hemoglobin
(carboxyhemoglobin, atau COHb) sekitar 40%. Dengan level di bawah 20%
manifestasi termasuk sakit kepala, vertigo, pusing, mual, dan dys-pnea saat
beraktivitas. Di atas 20%, klien mungkin memiliki dipasangkan konsentrasi,
kejanggalan, dan sakit kepala berdenyut. Hanya ketika level melebihi 30%
adalah manifestasi lebih jelas, termasuk lekas marah, perubahan visual, im-
pikiran berpasangan, dan muntah. Pada 40% tanda vital berubah, dan
akhirnya kejang dan koma terjadi ketika tingkatnya lebih dari 50%.
diagnosis dikonfirmasikan dengan pengukuran kadar karboksihemoglobin
dalam darah. pulse oximetry tidak boleh digunakan karena pembacaan tidak
dapat diandalkan karena deteksi co-hemoglobin sebagai oksihemoglobin.
2.6 Komplikasi
Komplikasi dapat berupa:
a. Kegagalan pernapasan (paru-paru kollaps sehingga terjadi gagal napas
dan meninggal.
b. Fibrosis atau skar pada membran pleura.
c. Pneumothoraks
d. Pneumonia
e. Septisemia
f. Syok
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan
diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk
memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba,
paru-paru bisa kollaps. Setiap cairan yang mengumpul dirongga
menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru,
atau bahkan kematian.
2.7 Penatalaksanaan medis dan keperawatan
a. Penatalaksanaan medis
tujuan pengobatan adalah untuk mengevakuasi udara atau darah
dari ruang pleura. Untuk hemothoraks, selang dada dengan diameter
besar dipasang biasanya melalui ruang intercosta IV sampai VI antara
garis anterior dan posterior. Penanganan pada hemothoraks adalah:
1) Resusitasi cairan
Terpi awal hemothoraks adalah dengan penggantian volume
darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura.
Dimulai dengan infuse cairan kristaloid secara cepat dengan jarum
besar dan kemudian pemberian darah dengan golongan spesifik
secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam
penampungan yang cocok untuk autotransfusi. Bersamaan dengan
pemberian infuse di pasang pula chest tube (WSD).
2) Pemasangan chest tube
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada
thoraks dapat cepat keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura.
Hemothoraks akut yangcukup banyak sehingga terlihat pada photo
thoraks sebaiknya di terapi dengan chest tube caliber besar. Chest
tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura,
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga
pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah
selanjutnya.
WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air.
Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negative
intrapleura.
Macam – macam WSD antara lain :
1. WSD aktif
Continous suction, gelembung berasal dari gelombang sistem
2. WSD pasif
Gelembung udara berasal dari cavum thoraks pasien.
3. Thoracotomy
Tindakan ini dilakukan bila dalam keadaan:
4. Jika pada awal hemothoraks sudah keluar 1500 ml, kemungkinan
besar penderita tersebut membutuhkan thoracotomi segera.
5. Pada beberapa penderita pada walnya darah yang keluar < 1500
ml, tetapi perdarahan tetap berlangsung terus
6. Bila di dapatkan kehilangan darah terus – menerus sebayak 200
cc/jam dalam waktu 2 – 4 jam.
7. Luka tembus thoraks di daerah anterior, medial dari garis putting
susu atau luka di daerah posterior, medial dari scapula harus di
pertimbangkan kemungkinan diperlukannya thorakotomy karena
kemungkinan melukai pembuluh darah besar, struktur hilus atau
jantung yang potensial menjadi tamponade jantung.
Transfusi darah diperlukan selama ada indikasi untuk torakotomy.
Selama penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang
dikeluarkan dengan chest tube dan kehilangan darah selanjutnya harus
ditambahkan di dalam cairan pengganti yang akan diberikan. Warna
darah (arteri/vena) bukan merupakan indicator yang baik untuk dipakai
sebagai dasar dilakukannya torakotomy.
Torakotomi sayatan dapat dilakukan disamping, dibawah lengan
(aksilaris torakotomy); dibagian depan, melalui dada (rara-rata
sternotomy): miring dari belakang kesamping (posterolateral
torakotomy); atau dibawah payudara (anterolateral orakotomy). Dalam
beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan anatar ulang rusuk
(interkostal disebut pendekatan) untuk meminimalkan memotong tulang,
syaraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya dibawah 12,7 cm
hingga 25 cm.
Penatalaksaan berdasarkan klasifikasi adalah :
a. Hemothorak ringan: cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi)
dan tidak memerlukan tindakan khusus.
b. Hemothorak sedang: dipungsi dan penderita diberi transfusi.
Dipungsi sedapat mungkin dikeluarkan semua cairannya. Jika
ternyata kambuh, maka penyalir sekat air dipasang.
c. Hemothorak besar: diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga
dan transfusi.
d. Penatalaksanaan keperawatan
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X dada: Menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleura,
dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
b. GDA: Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang yang
dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan
mengompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2 mungkin
normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
c. Torasentesis: Menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
d. Hb: Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.
2.9 Asuhan Keperawatan Hemothoraks
Menurut Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C.
Geissler:
1. Aktivitas
Gejala: Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda:
a. Takikardia
b. Frekuensi tak teratur atau disritmia
c. S3 atau S4 atau irama jantung gallop (gagal jantung sekunder
terhadap effusi)
d. Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan
mediastinal (dengan tegangan pneumotorak)
e. Tanda homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan
jantung. Menunjukkan udara dalam mediastinum)
f. TD: Hipertensi/hipotensi
g. DVJ
3. Integritas Ego
Tanda: ketakutan, gelisah.
4. Makan atau Cairan
Tanda: adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan
5. Nyeri atau kenyamanan
Gejala (tergantung pada ukuran/area yang terlibat):
a. Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
b. Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan
c. Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (effuse pleura).
Tanda: berhati-hatilah pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah.
PERNAPASAN
Gejala:
1. Kesulitan bernapas, lapar napas
2. Batuk (mungkin gejala yang ada)
3. Riwayat bedah dada/trauma: penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi
paru (empiema/effusi): penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis),
keganansan.
Tanda:
1. Pernapasan: peningkatan frekuensi/takipnea.
2. Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan pada
dada, leher; retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat.
3. Bunyi napas menurun atau tak ada (sisi yang terlibat)
4. Perkusi dada: hiperresonan diatas area terisi udara (pneumotorak),
bunyi pekak diatas areayang terisi cairan (hemotorak).
5. Observasi dan palpasi dada: gerakan dada tidak sama (paradoksik)
bila trauma atau kempes; penurunan pengembangan torak (area yang
sakit)
6. Kulit: pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan (udara pada
jaringan dengan palpasi).
7. Mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
8. Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif/terapi PEEP.
KEAMANAN
Gejala:
1. adanya trauma dada
2. adiasi/kemoterapi untuk keganasan.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala:
1. riwayat faktor risiko keluarga: tuberculosis, kanker.
2. adanya bedah intratorakal/biopsi paru.
3. bukti kegagalan membaik
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan/mempertahankan ekspansi paru untuk
oksigenasi/ventilasi adekuat.
2. Meminimalkan atau mencegah kompikasi
3. Menurunkan ketidaknyamanan/nyeri
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan,
dan prognosis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN POLA PERNAPASAN, TAKEFEKTIF
Dapat dihubungkan dengan: 1. Penurunan ekspansi paru (akumulasi
udara/cairan)
2. Gangguan muskuloskletal
3. Nyeri/ansietas
4. Proses inflamasi
Kemungkinan dibuktikan oleh: 1. Dispnea, takipnea.
2. Perubahan kedalaman atau kesamaan
pernafasan.
3. Penggunaan otot aksesori, pelebaran
nasal
4. Gangguan pengembangan dada
5. Sianosis, GDA tidak normal.
Hasil yang diharapkan atau 1. Menunjukkan pola pernapasan normal
criteria evaluasi pasien akan: atau efektif dengan GDA dalam rentang
normal.
2. Bebas sianosis dan tanda atau gejala
hipoksia.
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1. Mengidentifikasi etiologi atau faktor pencetus, contoh kollaps spontan,
trauma, keganasan, infeksi, komplikasi, ventilasi mekanik.
2. Evalusi fungsi pernapasan, catat kecepatan atau pernapasan serak,
dipsnea, keluhan “lapar udara”, terjadinya siagnosis, perubahan tanda
vital.
3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik.
Catat perubahan tekanan udara.
4. Auskultasi bunyi nafas
5. Catat pengembangan dada dan posisi trakea.
6. Kaji fremitus
7. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, nafas dalam.
8. Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat
tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong pasien untuk duduk sebanyak
mungkin.
9. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk “control diri” dengan
menggunakan pernapasan lebih lambat/dalam bila selang dada dipasang:
a. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar
(batas air, pengatur dinding/meja disusun dengan tepat).
b. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas
yang ditentukan.
c. Observasi gelembung udara botol penampung
d. Evaluasi ketidaknormalan/kontinuitas gelembung botol penampung
e. Tentukan lokasi kebocoran udara (berpusat pada pasien atau system)
dengan meng-klem kateter torak pada hanya bagian distal sampai
keluar dari dada.
f. Berikan kasa berminyak dan atau bahan lain yang tepat disekitar sisi
pemasangan sesuai indikasi.
g. Tutup rapat sambungan selang drainase bila kebocoran udah
berlanjut.
h. Tutup rapat sambungan selang drainase dengan aman menggunakan
plester atau ban sesuai kebijakan yang ada.
i. Awasi “pasang-surutnya” air penampung. Catat apakah perubahan
menetap atau sementara
j. Posisikan system drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil
selang ekstra ditempat tidur, yakinkan selang tidak terlipat atau
menggantung dibawah saluran masuknya ke wadah drainase. Alirkan
akumulasi drainase bila perlu.
k. Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
l. Pijat selang hati-hati sesuai protocol, yang menimbulkan tekanan
negatif berlebihan.
m. Bila kateter torak terputus/terlepas:
Observasi tanda distress pernapasan. Sambungkan kateter torak ke
selang/penghisap, bila mungkin, gunakan teknik yang bersih. Bila
kateter terlepas dari dada, tutup segera sisi lubang masuk dengan
kasa berminyak dan gunakan tekanan lembut. Laporkan ke Dokter.
a. Setelah kateter torak dilepas:
Tutup sisi lubang masuk dengan kasa steril. Observasi tanda/gejala
yang dapat menunjukkan berlubangnya pneumotorak, contoh napas
pendek, keluhan nyeri. Lihat sisi lubang masuk, catat karakter
drainase.
KOLABORASI
1. Kaji seri foto torak
2. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas
vital/pengukuran volume tidal.
3. Berikan oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi.

TRAUMA/PENGHENTIHAN NAPAS,
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor risiko meliputi: 1. Penyakit saat ini/proses cedera
2. Tergantung pada alat dari luar (sistem
drainase dada)
3. Kurang pendidikan keamanan atau
pencegahan
Kemungkinan dibuktikan oleh: (tidak dapat diterapkan: adanya tanda-
tanda dan gejala-gejala membuat diagnose
aktual).
Hasil yang diharapkan criteria 1. Mengenal kebutuhan atau mencari
evaluasi-pasien akan: bantuan untuk mencegah komplikasi
2. Pemberi perawatan akan:
memperbaiki atau menghindari
lingkungan dan bahaya fisik.

TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase dada, catat gambaran
keamanan
2. Pasangkan kateter torak ke dinding dada dan berikan panjang selang ekstra
sebelum memindahkan atau mengubah posisi pasien:
a. Amankan sisi sambungan selang
b. Beri bantalan pada sisi dengan kasa/plester
3. Amankan unit drainase pada tempat tidur pasien atau pada
sangkutan/tempat tertentu pada area dengan lalu lintas rendah
4. Berikan transportasi aman bila pasien dikirim keluar unit untuk tujuan
diagnostic. Sebelum memindahkan periksa botol untuk batas cairan yang
tepat, ada/tidaknya gelembung, adanya/derajat/waktu pasang surut. Perlu
atau tidak selang dada diklem atau dilepaskan dari sumber penghisap.
5. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit,
adanya/karakteristik drainase dari sekitar kateter. Ganti atau pasang ulang
kasa penutup steril sesuai kebutuhan.
6. Anjurkan pasien untuk menghindari berbaring atau menarik selang.
7. Identifikasi perubahan/situasi yang harus dilaporkan pada perawat, contoh
perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba-tiba dan nyeri dada, lepaskan
alat.
8. Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut (rujuk
DK: Pola pernapasan, Takefektif, hal, 197).
KURANG PENGETAHUAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI
KONDISI, ATURAN PENGOBATAN
Dapat dihubungkan dengan: Kurang terpajan pada informasi
Kemungkinan dibuktikan oleh: Mengekspresikan masalah, meminta
informasi. Berulangnya masalah
Hasil yang diharapkan atau 1. Menyatakan pemahaman penyebab
kriteria evaluasi pasien akan: masalah (bila tahu)
2. Mengidentifikasi tanda/gejala yang
memerlukan evaluasi medik.
3. Mengikuti program pengobatan dan
menunjukkan perubahan pola hidup
yang perlu untuk mencegah terulangnya
masalah.

TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji patologi masalah individu
2. Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang
3. Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat, contoh
nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh nutrisi baik, istirahat,
latihan.
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Ringkasan Kasus


Seorang perempuan berusia 40 tahun dibawa keluarganya ke RS
dengan keluhan nyeri pada dada kanan disertai sesak nafas setelah jatuh dari
pohon rambutan dihalaman rumahnya. Pasien mengatakan nyeri dada
dirasakan makin kuat terutama saat bernapas. Pasien mengatakan terjatuh
dari pohon dengan posisi dada terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan fisik
tampak pergerakan dada asimetris, dada kanan tertinggal, suara napas paru
kanan menjauh, tidak ditemukan ronkhi, perkusi paru kanan redup dan paru
kiri sonor. TD 120/70 mmHg, frekunsi nadi 98 kali/menit kuat dan regular,
frekuensi napas 28 kali/menit, suhu 36,6°C, akral teraba hangat. Terdapat
luka abrasi pada dada kanan dengan ukuran 1x10 cm, konjugtiva anemis,
sklera tidak iterik, bentuk dada tidak simetris, tidak ada luka abrasi pada
abdomen. Hasil laboratorium RBC 3,85 105/uL, Hb 11,9 g/dl, Ht 33,9%,
MCV 88,1 fl, MCH 30,9 pg, MCHC 35,1 g/dl, platelet 244 103/uL,
neutrophil 91,4%, limfosit 7,7%, monosit 0,7%, basophil 0,1%, eosinophil
0,1%. SGOT 25,3 U/l. SGPT 17,1 U/l, BUN 13,4 mg/dl, creatinin 0,76
mg/dl, pH 7,5 , pO2 216 mmHg, pCO2 21,9 mmHg, HCO3 24,7 mEq/l, BE
2,9. Foto rontgen menunjukkan hemothoraks dekstra dan close fracture
costa VI-VIII dekstra. Terapi obat yang diberikan ketorolac 1x30 mg(iv),
ranitidine 1x50 mg(iv), ondansentron 1x4 mg(iv), ceftriaxone 1x1 gr(iv),
asam tranexamat 1x1000 mg, drip petidine 100 mg dalam 100cc D5% 10
tetes per menit.

3.2 MCP Kasus dan Rencana Intervensi


a. MCP
b. Rencana intervensi kasus

Dingnosa I

Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi

Definisi :

Kelebihan atau defisit pada oksigenisasi atau eliminasi karbondioksida


pada membrane alveolar-kapiler

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan


status pernafasan : pertukaran gas membaik

Kriteria hasil : (Status pernafasan : pertukaran gas)

1. pO2 kembali normal (84-100 mmHg)


2. pCO2 kembali normal (35-45 mmHg)
3. pH dalam rentang normal (7,35-7,45)
4. Hasil rontgen dada membaik
5. Dispnea berkurang /tidak ada RR dalam rentang normal (16-20)
Intervensi : (Monitor pernafasan)
O:
- Monitor kecepatan, irama, kedalam dan kesulitan bernafas
- Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan
- Monitor saturasi oksigen pada pasien
- Monitor keluhan sesak nafas pasien
- Monitor hasil foto thoraks
N:
- Palpasi kesitmetrisan ekspansi paru
- Auskultasi suara nafas
- Catat perubahan pada saturasi O2 volume tidak akhir CO2 dan
perubahan nilai analisa gas darah dengan tepat
E:
- Ajarkan kepada pasien posisi yang tepat saat terjadi sesak dan
mengurangi nyeri saat bernafas
C:
- Berikan bantuan resusitasi jika diperlukan
- Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan
Diangnosa II

Ketidakefektifan pola nafas b.d gangguan musculoskeletal pada thoraks


(akibat trauma benda tumpul pada nyeri)

Definisi :

Inspirasi/ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam status pola


pernafasan dapat teratasi

Kriteria hasil :

1. Frekuensi pernafasan kembali normal (16-20 x/menit)


2. Suara auskultasi nafas kembali normal
3. Irama pernafasan kembali normal
Intervensi (Manajemen jalan nafas)
O:
- Monitor kecepatan irama kedalaman dan kesulitan bernafas
- Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok/mengi
- Monitor pola nafas misal bradikneu, takipneu
N:
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Auskultasi suara nafas catat area yang ventilasinya menurun/tidak
ada dan adanya suara tambahan
- Lakukan penyedotan melalui endotrakea/nasotrakea, sebagaimana
mestinya
- Lakukan tindakan fisio terapai dada
- Buka jalan nafas dengan teknik chin lift/jauh
E:
- Ajarkan pasien bagaimana cara melakukan batuk efektif
C:
- kolaborasikan pada tim kesehatan lainnya pemberian analgestik
Diangnosa III

Resiko infeksi b.d pertahanan tubuh sekuner tidak adekuat (imunosupresi)

Definisi :

Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan


keparahan infeksi teratasi

Kriteria hasil : (keparahan infeksi)

1. Nyeri berkurang atau tidak ada


2. Hasil laboratorium :
- Hb 11,9 g/dl
- Ht 33,9%,
- neutrophil 91,4%
- limfosit 7,7%
- monosit 0,7%
- basophil 0,1%
- eosinophil 0,1%.
Intervensi : (perlindungan infeksi)
O:
- Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokasi
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan hasil-hasil diferensial
N:
- Krining semua pengunjung terkait penyakit menular
- Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area luka
- Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
E:
- Anjurkan asupan cairan dengan cepat
- Anjurkan istirahat
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
C:
- Instruksikan pasien untuk meminum antibiotik yang diresepkan
- Jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Nama : Ny. X
Umur : 40 tahun
Data Subjektif
- Pasien mengatakan nyeri pada dada kanan disertai sesak nafas setelah
jatuh dari pohon rambutan
- Pasien mengatakan nyeri dada dirasakan semakin kuat terutama saat
bernafas
- Pasien mengatakan jatuh dari pohon terlebih dahulu
Data objektif
a. Hasil pemeriksaan ttv
- Tekanan Darah 120/70 mmHg (normal)
- Frekunsi nadi 98 kali/menit (normal)
- Frekuensi napas 28 kali/menit (abnormal)
- Suhu 36,6°C (normal)
b. Hasil pemeriksaan inspeksi
- Perawat melihat pergerakan dada asimetris yaitu dada kanan tertinggal
- Konjugtiva anemis
- Sklera tidak iterik
- Bentuk dada tidak simetris
- Tidak ada luka abrasi pada abdomen
- Foto rontgen menunjukkan hemothoraks dekstra dan close fracture
costa VI-VIII dekstra.
c. Hasil pemeriksaan perkusi
Perawat mendengar suara napas paru kanan menjauh, tidak ditemukan
ronkhi,dan diperkusi paru kanan redup dan paru kiri sonor
d. Hasil laboratorium
RBC 3,85 105/uL, Hb 11,9 g/dl, Ht 33,9%, MCV 88,1 fl, MCH 30,9 pg,
MCHC 35,1 g/dl, platelet 244 103/uL, neutrophil 91,4%, limfosit 7,7%,
monosit 0,7%, basophil 0,1%, eosinophil 0,1%. SGOT 25,3 U/l. SGPT
17,1 U/l, BUN 13,4 mg/dl, creatinin 0,76 mg/dl, pH 7,5 , pO2 216 mmHg,
pCO2 21,9 mmHg, HCO3 24,7 mEq/l, BE 2,9.
e. Terapi obat yang diberikan kepada pasien
- Ketorolac 1x30 mg(iv)
- Ranitidine 1x50 mg(iv)
- Ondansentron 1x4 mg(iv)
- Ceftriaxone 1x1 gr(iv)
- Asam tranexamat 1x1000 mg
- Drip petidine 100 mg dalam 100cc D5% 10 tetes per menit.
Diangnosa utama pada kasus tersebut adalah Gangguan pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hemothoraks adalah:
1. Hematotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi
pada rongga pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada
yang menjadi predisposisi terpenting perembesan darah berkumpul
dikantong pleura tidak bisa diserap oleh lapisan pleura. Hemothoraks
adalah adanya darah pada rongga pleura.
2. Penyebab utama hemothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi
pada paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma
tumpul pada dada juga menyebabkan hemothoraks karena laserasi
pembuluh darah internal.
5.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak
kekurangan, maka dari itu kami membutuhkan berbagai macam kritikan
maupun saran untuk makalah kami
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Bararah, Taqiyyah. 2013 Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Edisi Jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustakarya
Joyce M. Black. 2004. Medical Surgical Nursing. Elsever Saunder
Ignatavicus. 2006. Medical Surgical Nursing. New Mexico
Marylinn E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai