Anda di halaman 1dari 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teh merupakan salah satu jenis minuman yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia. Minuman teh dapat dihasilkan dari pucuk muda daun

tanaman teh (Camellia sinensis L.) yang sudah diolah. Industri komoditi teh

merupakan industri yang lumayan penting. Di samping kepentingan konsumsi

dalam negeri teh juga penting sebagai komoditi ekspor (Xenia, 2010).

Hal ini berarti bahwa ekspor teh sangat menunjang perekonomian

Indonesia sebagai sumber devisa negara dari sub sektor pertanian atau

perkebunan. Selain berperan penting dalam perekonomian Indonesia, teh juga

memiliki banyak manfaat dari segi kesehatan. Teh mengandung alkaloid kafein

yang bersama dengan polifenol teh akan membentuk rasa alami yang

menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh di antaranya adalah vitamin

C, vitamin B, dan vitamin A yang baik bagi kesehatan (Motamayor, 2008).

Untuk meningkatkan produksi dan kualitas tanaman teh dibutuhkan klon-

klon teh unggul. Kegiatan pemuliaan yang dilakukan oleh tim peneliti Fakultas

Pertanian UGM telah menghasilkan 17 klon PGL yang berpotensi untuk dilepas

sebagai klon unggul baru. Hasil seleksi awal terhadap ketujuhbelas klon PGL

didapatkan tujuh klon yang berpotensi untuk dilepas sebagai klon unggul baru.

Ketujuh klon tersebut adalah PGL 1, 3, 4, 10, 12, 15, dan 17 (Alexander, 1997).

Klon PGL terpilih sebagai klon unggul baru. Data pendukung yang cukup

penting yaitu tingkat kemudahan klon PGL untuk distek. Selain itu, diperlukan

juga data laju pembentukan dan pertumbuhan akar serta tajuk stek. Karakter

tersebut penting karena mempengaruhi tingkat ketersedian bibit di lapangan


2

ketika akan dilakukan pengembangan teh menggunakan klon tersebut. Klon yang

sulit distek serta pertumbuhannya lambat selama tahapan pembibitan tidak

menarik untuk dikembangkan sekalipun potensi produksinya tinggi serta tahan

terhadap hama dan penyakit utama komoditas teh

(Tjitrosoepomo, 1994).

Pemberian ZPT pada tahapan pembibitan teh dengan metode stek

berpotensi untuk meningkatkan prosentase keberhasilan pembibitan.

Pembentukan dan pertumbuhan akar serta tunas dari bahan stek dapat dipercepat

dengan aplikasi ZPT sehingga periode pembibitannya lebih pendek. Selain itu,

melalui aplikasi ZPT dapat memberi tingkat keseragaman bibit yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, aplikasi ZPT secara langsung dapat meningkatkan kualitas bibit

serta mengurangi jumlah bibit yang pertumbuhannya abnormal (Heddy, 1990).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perbanyakan

tanaman dengan stek daun untuk meningkatkan produksi tanaman

teh (Camellia sinensiss L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman Perkebunan C:

Kopi, Kakao dan Teh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Teh (Camellia sinensiss L.)

Adapun penjabaran klasifikasi tanaman teh menurut Hendrata (2009)

adalah Kingdom: Plantae, Divisi : Spermatopyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas

: Dicotyledonae, Ordo: Crusiales, Famili : Theaceae, Genus : Camellia, Spesies :

Camellia sinensis L.

Pohon teh mempunyai akar tunggang yang panjang, akar tunggang

tersebut masuk ke dalama lapisan tanah yang dalam. Percabangan akarnya pun

banyak. Perakaran pohon ini akan menjadi baik jika mempunyai gerakan yang

leluasa, yaitu dapat menembus tanah dengan mudah dan juga bergerak

menyamping. Semua itu akan dapat dipenuhi jika mempunyai susunan dan fisik

tanah yang baik (Lingga, 2007).

Batang pohon teh ini tumbuh denga lurus dan banyak, akan tetapi batang

ini mempunyai ukuran yang lebih kecil. Dengan demikian maka pohon teh ini

akan tumbuh dengan bentuk yang mirip pohon cemara. Hal itu terjadi jika pohon

teh dibiarkan tumbuh tanpa adanya pemangkasan. Akan tetapi jika pohon teh

dibutuhkan untuk diambil produksinya, bentuk yang demikian ini tidak

menguntungkan. Sebab akan mengalami kesukaran dalam pemetikannya dan juga

pemeliharaannya (Panggabean, 2011).

Daun-daun dan mahkota bunga, keduanya hampir sama. Kelompok daun

teh itu akan berjumlah antara 4-5 helai dan berwarna agak hijau. Kalau daun

mahkota bunga berjumlah sekitar 5-8 helai, adapun jumlah benang sarinya antara

100-250 helai. Diatas mahkota bunga terdapat putik, kepala putik bersirip 3 helai.

Tangkai putik berukuran panjang, tapi kadang-kadang ada yang lumayan pendek
4

sekali (Poedjiwidodo, 1996).

Sedangkan buah teh mengandung 3 biji. Namun ada kalanya hanay

mengandung 1 atau 2 biji. Atau kalau agak besar dapat pula mengandung sekitar 4

sampai 5 biji. Warnanya putih. Semakin tua warnanya akan berubah coklat. Buah

teh terbentuk bulat dan bergaris tengah antara 1,2 sampai 1,5 cm

(Pusat Penelitian Kopi dan Teh Indonesia, 2004).

Biji yang telah tua akan berkulit tebal dank eras. Maka memerlukan waktu

yang agak lama kalau akan ditanam. Berbulan-bulan baru menjadi kecambah dan

ini berlangsung tidak serentak (bersamaan) (Prawoto, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim

Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang baik berkisar

13 - 15 derajat C, kelembaban relatif pada siang hari > 70%, curah hujan tahunan

tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm

tidak lebih 2 bulan (Rao, 1996).

Dari segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh.

Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30 derajat C

pertumbuhan tanaman teh akan terlambat (Samudra, 2005).

Pada ketinggian 400 – 800 m kebun-kebun teh memerlukan pohon

pelindung tetap atau sementara. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk

menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran tanaman,

terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan adalah

tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat
5

mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan

penyakit (Prawoto, 2008).

Tanah

Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang

serasi. Tanah yang serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan

organik, tidak terdapat cadas dengan derajat keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik

untuk pertanaman teh terletak di lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah

Andisol (Sutanto, 2006).

Selain Andisol terdapat jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu

Latosol dan Podzolik. Kedua jenis tanah ini terdapat di daerah yang rendah di

bawah 800 m dpl. Dalam rangka pembukaan dan pengelolaan kebun perlu

dilakukan survei tanah agar diketahui klasifikasi kesesuaian tanah dan

kemampuan lahan (Sutejo, 2002).

Kesesuaian tanah yang ada dibagi kedalam kategori I, II, dan III.

Sedangkan kemampuan lahan menghasilkan peta yang berisi kemiringan lahan,

ketebalan tanah, peta kemampuan lahan dan peta rekomendasi penggunaan lahan

(Sutanto, 2006).
6

PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN STEK DAUN UNTUK MENINGKATKAN


PRODUKSI TANAMAN TEH (Camellia sinensiss L.)

Pengertian Stek

Pembiakan vegetatif tanaman melalui penyetekan diartikan sebagai upaya

perbanyakan tanaman dengan memisahkan organ vegetatif tanaman seperti akar,

batang, dan daun dari pohon induknya. Potongan bahan perbanyakan disebut

sebagai stek kemudian ditanam pada medium tumbuh agar terbentuk akar dan

kemudian tunas (Suwahyono, 2011).

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan

menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan

menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih

ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat

dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya

(Tjitrosoepomo, 1994).

Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika

bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk

tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih

bertahan (Waluyo, 2010).

Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya

regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang

true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor

intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu

faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon

yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh menemukan substansi yang disebut

rhizocaline (Heddy, 1990)


7

Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan

pucuk yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman

dengan cara stek, tanaman sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta

tidak terserang hama dan/atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi

lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar

tingkat keberhasilan stek tinggi (Xenia, 2010).

Stek Daun

Stek daun merupakan cara perbanyakan tanaman selain menggunakan

setek batang. Pada perbanyakan dengan setek daun, akar maupun tunas terbentuk

dari hasil inisiasi kalus yang membengkak pada dasar tangkai daun yang

disetekkan, sedangkan daun pokoknya tidak berkembang menjadi tanaman baru

(Tisdale et al., 1990).

Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat berupa

lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal pada stek daun

tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Penggunaan bahan yang

mengandung kimera periklinal dihindari agar tanaman-tanaman baru yang

dihasilkan bersifat true to type (Sutanto, 2006).

Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer

atau meristem sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal

dari meristem primer pada kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada

tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican violet), Sansevieria, Crassula dan

Lily, akar dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder dari hasil pelukaan

(Simanungkalit et al., 2006).


8

Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru muncul dari

jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan.

Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif,

bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah

dibandingkan pembentukan tunas adventif (Prawoto, 2008).

Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan

panjang 7,5 – 10 cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta petiolnya

kemudian ditanam pada media. Untuk Begonia dan Violces, perlakuan kimia yang

umum dilakukan adalah penyemprotan dengan IBA 100 ppm (Rao, 1996).

Cara Perbanyakan Stek Daun Teh (Camellia sinensiss L.)

Tanaman teh dapat diperbanyak dengan biji ataupun stek daun. Dengan

menggunakan perbanyakan secara stek daun akan diperoleh bibit dalam jumlah

banyak serta kualitasnya sesuai dengan induknya. Jika menggunakan biji secara

genetik tidak sesuai dengan induknya, sebab tanaman mudah mengalami

penyerbukan silang dengan bunga varietas lain (Novizan, 2007).

Proses perbanyakan benih dimulai dengan pemangkasan empat bulan

sebelum penanaman benih pemeliharaan dimulai dari penyiangan, pemupukan

dengan dosis 9092 +15 gr TSP + 45 gr KCC per pohon pertahun, pengendahan

hama dan penyakit, penyemprotan Zing Sulfat dengan konsentrasi 1% pada satu

bahan sebelum pengambilan ranting stek dan pembuangan peko satu

minggusebelum pengembilan ranting stek (Hendrata, 2009).

Ranting stek mulai dapat diambil bila 10 cm pangkalnya berwarna coklat.

Pengambilan ranting stek dilakukan secara selektif dan bertahap dengan

memotong 15 cm diatas bidang pangkas atau dibawah perbatasan ranting yang


9

berwarna coklat dengan hijau kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik

ukuran 80 x 50 cm yang tebalnya 0,1mm dan dibawa ketempat yang teduh

(Endah, 2008).

Stek dengan satu daun yang prima adalah stek yang ada dibagian tengah

ranting stek dengan warna hijau tua. Stek yang berwarna coklat dibagian pangkal

dan hijau muda dibagian ujung harus dibuang. Pemotongan stek dilakukan 0,5 cm

diatas ruas daun dan 5 cm dibawah ruas daun dengan kemiringan 450 . Mata tunas

yang lebih dari 5 cm harus dipotong. Stek yang telah dipotong langsung

dimasukan kedalam air bersih selama 30 menit dan segera direndam dalam larutan

pungisida selama 1 menit. Selama pemotongan stek hendaknya hanya satu klon

agar tidak ada off-tipe. Stek selanjutnya siap ditanam dipembibitan atau dikemas

potensi stek setiap perdu adalah tergantung umur pohon induk perbanyakannya

(Lingga, 2007).

Untuk pengangkutan yang memerlukan waktu 7 hari, stek dimasukan

dalam kantong plastik ukuran 40 x 50 cm yang diberi kapas basah dan diatur

setiap kantong berisi 50 stek.setelah diberi label kantong di tutup rapat. Kantong

plastik kemudian disusun dalam peti tripleks ukuran 50 x 50 x 40 cm setiap peti

dapat berisi 3.000 stek. Untuk pengangkutan sampai 2 hari stek yang telah

dipotong dan direndam fungisida dimasukan dalam kantong plastik ukuran 50 x

50 cm yang diberi kapas 25 gr. Setiap kantong dapat berisi 2.000 stek. Selama

pengangkutan kantong plastik dibiarkan terbuka dan tidak ditumpuk

(Endah, 2008).
10

Kelebihan dan Kekurangan Stek Daun Teh (Camellia sinensiss L.)

Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan dan tidak memerlukan

peralatan khusus dan teknis pelaksanaan yang rumit. Dimana, perbanyakan

tanaman dengan stek ini mempunyai berbagai keunggulan seperti dapat

menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan tanaman induknya

dan dengan dilakukan perbanyakan tanaman secara stek lebih cepat berbuah dan

berbunga, dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun

bahan tanaman yang tersedia terbatas atau sedikit (Alexander, 1997).

Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara setek ini mempunyai

banyak kelebihan yang antara lain sebagai berikut:1. Hasil tanaman yang

diperbanyak dengan cara setek dapat menghasilkan tanaman yang sempurna

dalam waktu yang relatif singkat, 2. Tanaman mempunyai sifat yang sama dengan

induknya baik sifat, jenis dan umur, 3. tidak perlu menggunakan teknik-teknik

khusus sehingga tidak rumit dan mudah untuk dipraktekkan, 4. biaya yang

diperlukan dalam perkembangbiakkan tanaman dengan cara setek ini murah dan

bahannya mudah didapat dan dijangkau (Abbasniayzare et al., 2012.).

Selain mempunyai kelebihan tanaman dari hasil perkembangbiakkan

secara setek ini juga mempunyai beberapa kerugian yang antara lain adalah

sebagai berikut: 1. perakaran yang dangkal dan tidak ada akar tunggang

menjebabkan tanaman akan mudah roboh apabila diterjang angin, 2. pada saat

musim kemarau yang panjang tanaman dapat tidak tumbuh karena pengaruh suhu

yang terlalu tinggi sehingga tanaman mengalami kekeringan (Motamayor, 2008).

Mutu bahan stek tidak dipengaruhi oleh umur pohon induk, tetapi sangat

dipengaruhi oleh kesehatan dan kesuburan pohonnya, teknik pengambilan,


11

pengemasan, dan pengangkutannya. Sedangkan keberhasilan pembibitan stek

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain mutu bahan stek, kematangan

perencanaan dan persiapan, pemilihan atau pengelolaan media tanam, lokasi yang

tepat, serta tenaga kerja yang cukup dan terampil (Panggabean, 2011).

Persentase bibit siap tanam dapat mencapai 75 – 80 %. Disarankan agar

tanaman induk sebaiknya bebas dari hama dan penyakit, kuat, tumbuh normal

serta jelas identitasnya (Lukito, 2010).

Perbanyakan Tanaman dengan Stek Daun Untuk Meningkatkan Produksi


Tanaman Teh (Camellia sinensiss L.)

Tanaman teh merupakan tanaman yang sifatnya hampir tidak dapat

menyerbuk sendiri (self incompatible sempuma) sehingga untuk menghasilkan

biji yang dapat tumbuh secara normal diperlukan penyerbukan silang. Apabila

dalam suatu areal pertanaman bibitnya dari biji maka antara perdu yang satu

dengan yang lainnya akan terlihat adanya perbedaan-perbedaan seperti kecepatan

pertumbuhan, habitus, kualitas, produksi per perdu maupun ketahanannya

terhadap serangan hama dan penyakit (Poedjiwidodo, 1996).

Pertumbuhan akar pada stek terlihat dua hal yang menarik, yaitu : 1. Tunas

berkembang secara normal akan tetapi tidak terbentuk akar. Daun indung sudah

mulai gugur sehingga tidak dapat berfungsi sebagai sumber makanan cadangan, 2.

tunas tidak berkembang (stagnasi), sedang bagian ujung atas dan bawah gugur

sehingga tidak dapat berfungsi sebagai sumber makanan cadangan

(Pusat Penelitian Kopi dan Teh Indonesia, 2004).

Bahan tanaman teh yang diperbanyak secara vegetatif dalam jumlah yang

banyak maka stek harus diambil dari tunas ujung yang sudah dewasa yang terdiri

atas satu daun. Daun ini berfungsi sebagai sumber makanan cadangan untuk
12

pembentukan akar dan tunas. Dalam penyelenggaraan pesemaian hendaknya

diusahakan agar pertumbuhan akar lebih cepat daripada pertumbuhan tunas

sehingga dapat menyerap unsur hara dalam tanah (Lukito, 2010).

Tanaman teh yang berasal dari bibit asal stek menunjukkan pertumbuhan

tunas lebih awal dan lebih cepat kekar, sehingga merupakan pilihan yang tepat

untuk mendapatkan bibit cepat tumbuh dalan jumlah banyak dan sifat seragam

dengan induknya. Penanaman dengan stek daun dilakukan pada polibag

menggunakan media tanam yang gembur, bebas nematoda dan busuk akar

tanaman, diletakkan pada tempat yang dinaungi (Endah, 2008).

Ranting stek diambil dari tanaman pada kebun induk, tanaman berumur 4-

5 bulan setelah dipangkas, ranting yang tegak lurus atau vertikal, mulai berkayu,

berwarna hijau tua/coklat. Panjang ranting stek 3-4 cm, dipotong miring 45

derajat, memiliki satu helai daun, direndam dengan larutan perangsang tumbuh

atau anti jamur akar sesuai rekomendasi. Upaya petani untuk mendapatkan bibit

yang cepat berakar adalah menggunakan urin sapi yang berfungsi juga sebagai

sumber unsur hara bagi tanaman (Novizan, 2007).


13

KESIMPULAN

1. Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan

menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan

menjadi tanaman baru.

2. Pada perbanyakan dengan setek daun, akar maupun tunas terbentuk dari hasil

inisiasi kalus yang membengkak pada dasar tangkai daun yang disetekkan,

sedangkan daun pokoknya tidak berkembang menjadi tanaman baru.

3. Dengan menggunakan perbanyakan secara stek daun akan diperoleh bibit

dalam jumlah banyak serta kualitasnya sesuai dengan induknya.

4. Kerugian stek daun adalah perakaran yang dangkal dan tidak ada akar

tunggang menjebabkan tanaman akan mudah roboh apabila diterjang angin.

5. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya

regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru

yang true to name dan true to type.


14

DAFTAR PUSTAKA

Abbasniayzare, S. K., Shahram, S. Dan Mohammad N.P.D. 2012. Effect of


Biofertilizer Application on Growth Parameters of Spathiphyllum
illusion. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci., 12 (5): 669-
673.

Alexander, M. 1997 . Introduction to Soil Microbiology. 2nd edition. John Wiley


and Sons. New York.

Endah. 2008. Agri Bisnis Tanaman Sayur. Jakarta: Niaga Swadaya. Bukhari.
2013.”Sains Riset”. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Dan Air.
Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung.
(Solanum Melongena L.) (3): 1.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Hendrata, R. dan Sutardi. 2009. Respon bibit teh pada bagian pangkal, tengah, dan
pucuk terhadap pemupukan majemuk. Agrovigor 2: 103-109.

Lingga, P. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 360 hal.

Lukito. 2010. Budidaya Teh. Pusat penelitian kopi dan teh Indonesia. Jakarta. 298
hal.

Motamayor. 2008. Geographic and genetic population differentiation of the


Amazonian chocolate tree (Theobroma cacao L.). Cacao Pos
Differentiation 3(10): 1-8.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Teh. Penerbit Agromedia. Jakarta.

Poedjiwidodo, M. S., 1996. Sambung Samping Teh. Trubus Agriwidya, Jawa.


Tengah.

Prawoto, A. A. 2008. Pemangkasan, hal. 123-127. Dalam T. Wahyudi, T.R.


Panggabean, dan Pujiyanto (Eds.). Teh: Manajemen Agribisnis dari
Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pusat Penelitian Kopi dan Teh Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Teh.
Jakarta (ID) : PT Agromedia Pustaka

Rao, S. 1996. Mikroorganisme Tanah dan. Pertumbuhan Tanaman. Edisi ke-2. H.


Susilo, penerjemah. Jakarta.

Samudra, U. 2005. Bertanam Coklat. PT Musa Perkasa Utama. 42 hal.


15

Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, Saraswati, D. Setyorini, dan W.


Hartatik., 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Diakses dari
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/

Siregar THS ; S Riyadi & L Nuraeni. 1999. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran
Coklat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara.


Efektif Dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tisdale, S. I., W . I. Nelson and J. D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertlizers.
3rd Ed.

Tjitrosoepomo. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. UGM Press.


Yogyakarta.

Wahyudi, T., T.R Panggabean, dan Pujiyanto., 2008. Panduan Lengkap Teh
Manajemen Agribisnis dai hulu hingga hilir. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Waluyo, L. 2010. Teknik Dasar Metode Mikrobiologi. UMM Press. Malang.

Xenia. 2010. Pengaruh Inokulasi Azotobacter sp. Terhadap Perakaran Jagung


Pada Beberapa Tingkat Pemberian KNO3 Di Media Padat Wanatabe.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai