Anda di halaman 1dari 7

Nama : Eka Agustina Putri Kinanti

Kelas : C4
Nim : 1910104046

FATWA MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH


NO. 6/SM/MTT/III/2010 TENTANG HUKUM MEROKOK

A.PENDAHULUAN

Kebiasan merokok di masyarakat kita sudah menjadi kebiasaan yang dianggap biasa,
mungkin karena begitu banyaknya para perokok atau juga karena begitu banyaknya aktivitas
merokok yang biasa kita jumpai disekitar kita, sehingga merokok menjadi hal yang lumrah dan
biasa saja. Dari kalangan pengusaha sampai karyawan dan buruhnya, dari mulai pejabat sampai
rakyat jelatanya, dari kalangan intelektual sampai kalangan orang awamnya, dan dari kalangan
tokoh Agama sampai umatnya, mereka tidak lepas dari kebiasaan merokok.

Menurut PP No. 81/1999 Pasal 1 Ayat (1), rokok adalah hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan.

Mangku Sitopoe mengatakan bahwa merokok adalah membakar tembakau kemudian


dihisap baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok
yang telah dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat
celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Umi, 2003: 20).

Di tengah masyarakat kita telah tersebar dan terbentuk opini bahwa hukum rokok adalah
makruh. Keyakinan ini membuat para perokok seakan 2 mendapat jastifikasi dari Agama bahwa
merokok diperbolehkan oleh Islam, bukan haram. Kita telah mengetahui bahwa mayoritas
penduduk kita adalah muslim tentunya kaum musliminlah yang paling banyak mengkonsumsi
rokok. Kemudian ketika dikatakan kepada para perokok bahwa hukum rokok dalam Agama
Islam adalah haram dengan mengacu kepada dalil-dalil yang ada, banyak diantara mereka yang
kaget dan heran. Mereka merasa aneh dan ganjil dengan orang yang mengatakan bahwa rokok
adalah haram.

B.PEMBAHASAN

Fatwa Muhammadiyah yang tertanggal 7 Maret 2010 itu mulai disosialisasikan


kepada publik sejak Selasa 9 Maret 2010. Berbeda dengan fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Fatwa haram yang dikeluarkan Muhammadiyah tanpa batas umur
tertentu. "Prinsip fatwa haram ini adalah berangsur, memudahkan, dan tidak mempersulit.
Kami tidak ingin mengeluarkan sebuah fatwa haram tanpa solusi," (kata Ketua PP
Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Kesehatan, Yunahar Ilyas dalam konferensi pers di
kantornya). Keputusan yang dituangkan dalam fatwa No 6/SM/MTT/III/2010 itu
menggunakan pertimbangan dasar dalam Al Quran dan Hadits serta pertimbangan sebab-
akibat. Selain itu juga menggunakan kaidah fikih untuk mewujudkan kemaslahatan hidup
manusia dan menggunakan istimbat hukum berupa Qiyas.

Selain MUI, di Indonesia juga ada organisasi Muhammadiyah yang ikut peduli
terhadap masalah tersebut. Muhammadiyah melalui Majlis Tarjihnya mengeluarkan
fatwa tentang pengharam

Majlis Tarjih Majlis Tarjih adalah suatu lembaga dalam Muhammadiyah yang
membidangi masalah-masalah keagamaan, khususnya hukum bidang fiqh. Majlis ini
dibenuk dan disahkan pada kongres Muhammadiyah XVII tahun 1928 di Pekalongan,
dengan KH. Mas Mansur sebagai ketua yang pertama (Tim Lembaga Study Islam, 2008:
97).

Peran Majlis Tarjih adalah:

a. Bertanggung jawab mengambil keputusan ketarjihan.

b. Mengembangkan pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam keislaman dan


menampung aspirasi baru yang tumbuh dikalangan umat.
Muhammadiyah Secara bahasa Muhammadiyah berasal dari kata “Muhammad”
yaitu nama seorang Rasul Allah yang terakhir yang dikehendaki oleh Allah untuk
menjadi tauladan hidup yang meliputi segala aspek kehidupan manusia. Mendapatkan
akhiran “iyah” yang berarti umat atau pengikut. Jadi Muhammadiyah adalah umat
Muhammad atau pengikut Muhammad yaitu semua orang yang beragama Islam dan
meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.

Sedangkan menurut istilah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan Islam.


Maksud gerakannya ialah dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar (Salim, 1981:11).

Amar ma’ruf menurut pengertian Muhammadiyah ialah pembangunan manusia


seutuhnya (dalam segala bidang kebutuhan) sehingga tercapai keluarga dan masyarakat
sejahtera lahir dan batin yang 6 diridhoi Allah (sejahtera spiritual dan material).
Sedangkan nahi munkar berarti usaha mencegah kemungkaran (tingkah laku perbuatan
yang terlarang oleh Islam).

Dakwah Muhammadiyah juga bersifat tajdidiyah, yaitu mengembalikan semua


ajaran agama Islam yang murni, dengan demikian Muhammadiyah termasuk gerakan
tajdid (gerakan pembaruan Islam). Dengan Islam yang murnilah Muhammadiyah
menyatakan tujuan yang akan dicapai ialah terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenarbenarnya (Salim, 1981:9).

Gerakan ini didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 M.an
rokok.

MEMUTUSKAN Menetapkan: FATWA TENTANG HUKUM MEROKOK

Pertama : Amar Fatwa

1. Wajib hukumnya mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan


masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang merupakan hak setiap orang dan
merupakan bagian dari tujuan syariah (maq±¡id asy-syar³‘ah);
2. Merokok hukumnya adalah haram karena:

a. merokok termasuk kategori perbuatan melakukan khab±’i£ yang dilarang dalam

Q. 7: 157, 2

b. perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan


bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara perlahan sehingga oleh karena itu
bertentangan dengan larangan al-Quran dalam Q. 2: 195 dan 4: 29,

c. perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang terkena paparan asap
rokok sebab rokok adalah zat adiktif dan berbahaya sebagaimana telah disepakati
oleh para ahli medis dan para akademisi dan oleh karena itu merokok bertentangan
dengan prinsip syariah dalam hadis Nabi saw bahwa tidak ada perbuatan
membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain,

d. rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang membahayakan
walaupun tidak seketika melainkan dalam beberapa waktu kemudian sehingga oleh
karena itu perbuatan merokok termasuk kategori melakukan suatu yang
melemahkan sehingga bertentangan dengan hadis Nabi saw yang melarang setiap
perkara yang memabukkan dan melemahkan.

e. Oleh karena merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang sekitar
yang terkena paparan asap rokok, maka pembelajaan uang untuk rokok berarti
melakukan perbuatan mubazir (pemborosan) yang dilarang dalam Q. 17: 26-27,

f. Merokok bertentangan dengan unsur-unsur tujuan syariah (maq±¡id asysyar³‘ah),


yaitu (1) perlindungan agama (hafiz ad-din), (2) perlindungan jiwa/raga (hafiz an-
nafs), (3) perlindungan akal (hafiz al-‘aql), (4) perlindungan keluarga (hafiz an-
nasl), dan (5) perlindungan harta (hafiz al-mal).

3. Mereka yang belum atau tidak merokok wajib menghindarkan diri dan keluarganya dari
percobaan merokok sesuai dengan Q. 66: 6 yang menyatakan, “Wahai orang-orang
beriman hindarkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
4. Mereka yang telah terlanjur menjadi perokok wajib melakukan upaya dan berusaha
sesuai dengan kemampuannya untuk berhenti dari kebiasaan merokok dengan
mengingat Q. 29: 69, “Dan orang-orang yang bersungguhsungguh di jalan Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalanjalan Kami, dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik,” dan Q. 2: 286, “Allah tidak akan
membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya; ia akan mendapat hasil
apa yang ia usahakan dan memikul akibat perbuatan yang dia lakukan;” dan untuk itu
pusat-pusat kesehatan di lingkungan Muhammadiyah harus mengupayakan adanya
fasilitas untuk memberikan terapi guna membantu orang yang berupaya berhenti
merokok. 3

5. Fatwa ini diterapkan dengan mengingat prinsip at-tadr³j (berangsur), at-tais³r


(kemudahan), dan ‘adam al-¥araj (tidak mempersulit).

6. Dengan dikeluarkannya fatwa ini, maka fatwa-fatwa tentang merokok yang


sebelumnya telah dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dinyatakan tidak berlaku. Kedua: Tausiah

1. Kepada Persyarikatan Muhammadiyah direkomendasikan agar berpartisipasi aktif


dalam upaya pengendalian tembakau sebagai bagian dari upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan dalam kerangka amar
makruf nahi munkar.

2. Seluruh fungsionaris pengurus Persyarikatan Muhammadiyah pada semua jajaran


hendaknya menjadi teladan dalam upaya menciptakan masyarakat yang bebas dari
bahaya rokok.

3. Kepada pemerintah diharapkan untuk meratifikasi Framework Convention on


Tobacco Control (FCTC) guna penguatan landasan bagi upaya pengendalian
tembakau dalam rangka pembangunan kesehatan masyarakat yang optimal, dan
mengambil kebijakan yang konsisten dalam upaya pengendalian tembakau dengan
meningkatkan cukai tembakau hingga pada batas tertinggi yang diizinkan undang-
undang, dan melarang iklan rokok yang dapat merangsang generasi muda tunas
bangsa untuk mencoba merokok, serta membantu dan memfasilitasi upaya
diversifikasi dan alih usaha dan tanaman bagi petani tembakau.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Erwandi Tarmidzi. 2011. Hukum Rokok Dalam Islam.

https://konsultasisyariah.com/13753-hukum-rokok-dalam-islam.html.

Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A.2010. fatwa majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat
muhammadiyah no. 6/sm/mtt/iii/2010 tentang hukum merokok.

file:///C:/Users/user/Downloads/Fatwa%20Hukum%20Merokok%20(2).pdf

Anda mungkin juga menyukai