Anda di halaman 1dari 3

MALARI

Peristiwa malari merupakan serangkaian peristiwa dimulai dari gerkan atau aksi demonstrasi
mahasiswa dan pelajar, hingga kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 januari 1974. Dalam aksi itu
bersamaan dengan akan kedatangannya perdana mentri Jepang Tanaka Kakuei yang melakukan
sebuah kunjungan menuju jakarta. Sekitar 14-17 januari 1974. Mahasiswa yang telah tergabung
dalam sebuah aksi kemudian melancarkan aksinya dengan berencana melakukan aksi demonstrasi di
pangkalan udara Halim Perdanakusuma. Namun wilayah tersebut telah dijaga dengan ketat oleh
apart keamanan. Akan tetapi ada beberapa aktivis yang berhasil menerobos sampai kelandasan pacu
. begitu tanaka turun dari tangga pesawat merekapun membentangkan poster-poster bernada
protes yang kemudian berhasil di amankan oleh aparat.

Peristiwa malari tidak berakhir di situ saja dimana selasa malam 15 januari 1974 dua orang tewas di
depan kantor departemen pertanian mereka tertembak peluru aparat keamanan yang berupaya
membubarkan kerumunan masa yang kemunian pada pukul 1 dini hari mayat jenazah berhasil di
angkut ke RSCM.

Jakarta terbakar. selama 2 hari asap mengepul di atas langit hampir di sebagian wilayah kota dari
(barat) Roxy hingga cempaka putih dan bypass (timur), glodok (utara) hingga jalan
Sudirman(selatan). Api paling besar melahap Pusat pertokoan Pasar senen yang dibangun sekitar
1967 dengan dana 2,7 Miliar. Dua blok bangunannya yang berlantai 4 berisi 700 toko, 3 Bank (BBD,
BNI 46, dan BPD jaya) , satu klub malam, taman ria anak anak, fasilitas sauna, tempat bermain
bowling dan unit perkantoran PT pembangunan jaya di hanguskan si jago merah

Menhakam/ panglima Jendral Maraden Pangabean, di sidang Pleno DPR (21 Januari 1974)
melaporkan bahwa sebanyak 114 buah gedung rusak atau terbakar (termasuk pabrik coca cola), 160
kilo gram emas hilang dari sejumlah toko perhiasan. Dalam kerusuhan dua hari itu jatuh korban 11
orang meninggal 177 mengalami luka berat, 120 mengalami luka ringan dan 775 orang ditangkap.
Namnun gubernur jakarta Ali Sadikin saat memberikan penjelasan di hadapan huru e jakarya yang
juga di hadiri oleh Wapang Kopkamtip laksamana Sudomo serta Muspida Jakarta di gedung jakarta
teater 19 Januari menyebutkan angka angka berbeda :522 buah mobil dirusak dengan 269
diantaranya dibakar, 137 buah motor dirusak (94 buah dibakar), 5 buah bangunan ludes di bakar
termasuk dua blok proyek pasar senen bertingkat 4 serta gedung milik PT Astra di jalan Sudirman,
juga 113 buah bangunan lainya dirusak.

Menurut Hariman Siregar Dalam serangkaian aksi pembakaran dan perusakan oleh masa itu sudah
diluar kendali mahasiswa. Begitu sore hari ada kebakaran di pasar senen, pasti ada yang
menunggangi aksi mahasiswa.

Dimana hari itu mahasiswa Jakarta, Bogor, Bandung di dukung pelajar melakukan demonstrasi.
Mereka berjalan dari Universitas Indonesia di salemba Jakarta Pusat, menuju Universitas Trisakti di
Grogol Jakarta Barat sebagian tokohnya sudah kelelahan karena berdemmonstrasi menyabut
kedatangan PM Jepang, Tanaka, pada senin malam.

Dalam menyerukan aksinya para mahasiswa membentangkan poster –poster diantaranya bertuis “
Get Out Japan” , “Tolak Dominasi Ekonomi Jepang”, “Ganyang Antek-antek Kolonialis Jepang”,
“Menghimpun Kekuatan Budak-budak Kapitalis Jepang sama dengan Makar dan “ Mahasiswa
Militan, Tanaka You Genit deh. Bagero”

Menurut demonstran sudah cukup banyak modal asing yang beredar di indonesia , menurut mereka
tanaka adalah investasi , korporasi dan produk produk asal jepang adalah bentuk imperialisme gaya
baru.

Kemudian jendral Soemitro memberikan keterangan pers di dampingi oleh Ali Moertopo, Soedjono
Hoemardani dan petinggi ABRI lainnya. Ia mengatakan bahwa akan di lakukan penangkapan bagi
siapa saja yang melakukan tindakan yang memperparah situasi/ menambah ketegangan yang ada
baik secara langsung maupun tidak langsung akan melakukan tindakan yang tegas disertai dengan
kekerasan. Serangkaian penangkapan pun memang betul dilakukan, dimana banyak tokoh aksi yang
di tangkap seperti Hariman Siregar, Gumilang Kartasasmita, Theo L. Sambuaga Bambang Sulistomo
dan masih banyak lagi.

Karena makin meluasnya kerusuhan yang terjadi kemudian Hariman di depan siaran televisi yang
waktu itu di depan TVRI . Hariman selaku Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia ia menjelaskan
bahwa Aspirasi DMUI sudah jelas. Dan ini bisa di bedakan dengan tindakan kerusuhan yang
dilakukan pemuda karena punya program. Kami menyesalkan tindakan kerusuhan tersebut. karena
ekses-eksesnya menguburkan perjuangan kami kepada pemerintah.

Sikap mahasiswa kemudian di pertegas melalui pernyataan Dewan Mahasiswa se-Jakarta yang di
keluarkan, sehari setelah kerusuhan terjadi. Dalam pernyataan tersebut di nyatakan bahwa 1)
tindakan pengrusakan yang telah dilakukan masa adalah tindakan destruktif, tidak
bertanggungjawab dan mengarah anarkhis, nyata-nyata merusak citra mahasiswa; 2) mahasiswa
menyesalkan dan menyatakan prihatin atas kejadian yang telah menyebabkan kerugian material dan
moral itu; 3) diserukan kepada seluruh mahasiswa untuk siaga ditempat, tetap memelihara
ketertiban dan tidak terpancing oleh Provokasi; 4) diserukan kepada masyarakat agar mereka
menjaga ketertiban demi tercapainya aspirasi perjuangan mahasiswa yang murni.

Awal januari 1974 suhu politik nasional memang makin memanas melanjutkan pidati Hariman
Siregar dlam malam tirakatan 31 desember 1973 diawal januari 1974 para mahasiswa mengelar
berbagai Aksi. Tanggal 10 januari dideklarasikan “Tiga Tuntutan Rakyat” (Tritura)yang baru di
rumuskan : pembubaran dwifungsi ABRI, Penurunan harga-harga, pemberantasan korupsi. Duahari
kemudian pada pertemuan mahasiswa yang diorganisasi oleh universitas kristen indonesia (UKI)
Jakarta, patung Sudjono Humardani, Ali Moertopo, Tanaka dan Widodo Budidarmo (kepala
kepolisian Jakarta) dibakar . DM dari berbagai kota terutama Bandung dan Bogor, berpartisipasi
dalam demonstrasi yang terjadi dijakarta.

Karena berbagai macam aksi yang terjadi kemudian Presiden Soeharto pun bersedia menerima
delegai mahasiswa, maka pada 11 januari 1974, tiga hari sebelum tanaka datang , Presiden Soeharto
mengajak mahasiswa berdialog. Hariman selaku DMUI , hadir bersama 34 dewan mahasiswa
perguruan tinggi sejawa. Dalam pertemyan yang berlangsung selama dua jam itu, delegasi
mahasiswa yang hadir mencapai 100 orang. Dalam pertemuan di istana merdeka itu , beberapa wakil
dewan mahasiswa sempat memaki maki presiden Soehartodan mengecam habis ASPRI Presiden,
yang bertindak melebihi pejabat-pejabat resmi dan memperkaya diri secara tidak sah.
Dalam kesempatan ini .Hariman menyampaikan petisi 24 Oktober 1973, yang isinya :pertama,
mengingatkan kepada pemerintahan , militer, intelektual, teknokrat, dan politisi agar meninjau
kembali strategi pembangunan. Sehingga di dalamnya terdapat keseimbangan bidang sosial, politik,
dan ekonomi yang anti kemiskinan, kebobrokan dan ketidak adilan. Kedua, meminta agar rakyat
segera di bebaskan dari tekanan ketidakpastian dan pemerkosaan hukum, merajalelanya korupsi dan
penyelewengan kekuasaan, kenaikan harga dan pengangguran. Ketiga, lembaga penyalur pendapat
masyarakat harus kuat dan berfungsi, serta masyarakat harus mendapatkan kesmpatan yang seluas-
luasnya untuk berpendapat dan berbeda pendapat.

Ada beberapa versi yang yang diungkap oleh pengamat sosial-politik terhadap peristiwa Malari ada
yang mengatakan bahwa peristiwa malari: merupakan ekses konflik internal di kalangan elit politik ;
ledakan ketidakpuasan kelompok kelas menengah pribumi terhadap strategi pembangunan orde
baru; sampai peristiwa yang didalangi oleh oknum PSI dan Masyumi.

Menurut Hariman Siregar sendiri, yang merupakan tokoh sentral gerakan itu ; “peristiwa malari
adalah puncak dari gerakan kritis terhadap konsep pembangunan yang di lakukan pemerintah Orde
Baru saat itu.” Gugatan terhadap strategi pembangunan juga berkaitan dengan ekses-eksesnya yang
sudah terlihat jelas sat itu, seperti mis-menejemen pembangunan, korupsi , kesenjangan sosial-
ekonomi, dan dominasi modal asing

Akibat peristiwa Malari 15 januari 1974 selanjutnya adalah reorganisasi di tubuh kekuasaan. Jendral
Soemitro mengundurkan diri dari jabatan Pangkopkamtib, Presiden Soeharto menghapuskan jabatan
Aspri yang disandang Ali Moertpo, mengganti kepala Badan Koordinasi Intelejen Negara(BAKIN) yang
di pegang oleh Letjen Sutopo Juwono- dianggap orang dekat Soemitro- dengan mayjen Yoga
Soegama

Anda mungkin juga menyukai