Bab 2
Bab 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tata guna lahan memiliki hubungan erat dengan transportasi, sehingga biasanya
penyediaan layanan pada daerah tersebut juga semakin berkembang dan makin banyak.
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat tidak sementara
Kemudahan yang diinginkan tersebut salah satuya adalah parkir dibadan jalan
dalam negrei no. 43 tahun 1980 tentang pengolahan perparkiran di daerah, yang
dilaksanakan secara terpadu dan terkendali didaerahnya, hal itu bertujuan untuk
II-1
Bab II Tinjauan Pustaka
Jalan perkotaan adalah jalan yang terdapat perkembangan secara permanen dan menerus
di sepanjang atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, baik berupa
perkembangan lahan atau bukan. Yang termasuk dalam kelompok jalan perkotaan
adalah jalan yang berada didekat pusat perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari
100.000 jiwa. Jalan di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang kurang dari
100.000 juga dapat digolongkan pada kelompok ini jika perkembangan samping jalan
Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut, karakteristik jalan
memanjang, maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan.
b) Komposisi arus dan pemisahan arah; volume lalu lintas dipengaruhi komposisi
arus lalu lintas, setiap kendaraan yang ada harus dikonversikan menjadi suatu
Indonesia, dan karenanya hanya sedikit berpengaruh pada kecepatan arus bebas.
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
kendaraan merupakan bagian dari arus lalu lintas yaitu sebagai pemakai jalan.
Faktor psikologis, fisik pengemudi sangat berpengaruh dalam menghadapi situasi arus
Geometrik suatu jalan terdiri dari beberapa unsur fisik dari jalan sebagaiberikut:
1. Tipe jalan; berbagai tipe jalan akan menunjukan kinerja berbeda pada pembebanan
lalu-lintas tertentu, misalnya jalan terbagi, jalan tak terbagi, dan jalan satu arah.
2. Lebar jalur; kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan pertambahan
3. Bahu/Kereb; kecepatan dan kapasitas jalan akan meningkat bila lebar bahu semakin
c. Kendaraan bermotor yang masuk dan keluar ke/dari lahan samping jalan dan
jalan sisi.
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
(1998), kapasitas tempat parkir disesuaikan dengan fungsi bangunan dan luas lantai
efektif bangunan tersebut. Standar kebutuhan parkir untuk pusat perdagangan yaitu 3,5
– 7,5. Standar tersebut dihitung dari jumlah seluruh satuan ruang parkir yang ada, baik
parkir mobil maupun parkir sepeda motor. Untuk satuan ruang parkir sepeda motor
diekuivalenkan ke satuan parkir mobil dengan nilai 1 SRP mobil setara dengan 6 SRP
sepeda motor.
menjadi :
a) Fasilitas parkir untuk umum adalah tempat yang berupa gedung parkir atau
gedung parkir atau taman parkir yang disediakan untuk menunjang kegiatan
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,1996 posisi parkir off street mobil
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut yang lebih kecil dari 900 .
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih besar jika
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
(Gambar 2.2 Posisi parkir kendaraan satu sisi membentuk 300 , 450 , 600 )
Pola parkir ini diberlakukan jika luas lahan parkir cukup luas dan memadai.
Pada pola parkir ini, pergerakan kendaraan dapat satu arah dan dua arah
(Gambar 2.4 Posisi parkir kendaraan dua sisi membentuk 300 , 450 , 600 )
II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
Suatu “Satuan Ruang Parkir” (SRP) adalah tempat untuk satu kendaraan. Dimensi
3. Jarak bebas.
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
Dapat dilihat dari Tabel 2.1 bahwa Satuan Ruang Parkir untuk mobil penumpang
adalah (2,30 x 5,00), (2,50 x 5,00), (3,00 x 5,00) m2. Lebih detailnya dapat dilihat
(Gambar 2.8 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk mobil penumpang (dalam m))
Keterangan :
O = 55 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R=5 a2 = 20
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
dipengaruhi oleh :
yang masuk dan keluar dari fasilitas parkir), lebar minimum untuk jalur
satu arah =3,5 meter dan untuk jalur dua arah = 6,5 meter.
d. Jalur gang (jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan). Lebar
jalur gang untuk kendaraan bermotor dapat dilihat pada Tabel 2.2,
II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
Tergantung pada tata letak yang digunakan dan bentuk tapak, pelataran parkir di atas
pembangunan tempat parkir semacam ini sangat kecil, tetapi dalam hal penggunaan
Tata letak harus sedemikian rupa sehingga kendaraan dapat diparkir dalam satu
gerakan, tanpa kemudi kehabisan putaran. Penggunaan area parkir yang paling
efisien dapat dicapai dengan jalan mobil mundur ke tempat parkir dengan sudut
parkir 90º. Dengan menggunakan ukuran gang 6 m (yang memungkinkan arah lalu
II-11
Bab II Tinjauan Pustaka
lintas dua-arah) dan ukuran tempat parkir 5,5 m x2,5 m, maka luas yang dibutuhkan
untuk satu mobil adalah 21,25 m2, yang ukuran ini sudah termasuk setengah dari
luas gang jalan masuk berdekatan dengan tempat parkir tersebut untuk gerakan
Kebutuhan dasar sirkulasi lalu lintas berupa jalan masuk menuju ke seluruh tempat
parkir harus sependek mungkin dan gerak lalu lintas harus tersebar cukup merata
untuk mencegah kemacetan, terutama sekali pada periode sibuk ruang parkir
Hobbs,1995).
Standar kebutuhan ruang parkir akan berbeda-beda untuk tiap jenis tempat kegiatan.
Hal ini disebabkan antara lain karena perbedaan tipe pelayanan, tarif yang dikenakan,
II-12
Bab II Tinjauan Pustaka
standar kebutuhan ruang parkir untuk sekolah / perguruan tinggi dapat dilihat dalam
II-13
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan yang parkir di suatu area pada waktu
Keterangan:
Jika sebelum diadakan pengamatan sudah ada kendaraan yang parkir di lokasi survei
maka jumlah kendaraan yang ada tersebut dijumlahkan dalam harga akumulasi yang
Keterangan:
Dari hasil yang diperoleh dibuat grafik yang menunjukkan persentase kendaraan
2. Durasi Parkir
Durasi parkir merupakan rentang waktu (lama waktu) kendaraan yang parkir, durasi
Keterangan :
3. Volume Parkir
II-14
Bab II Tinjauan Pustaka
Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang terlibat dalam suatu beban parkir
Keterangan =
4. Indeks Parkir
Indeks parkir adalah persentase jumlah kendaraan parkir yang menempati area parkir
dengan jumlah ruang parkir yang tersedia pada area parkir tersebut, dengan rumus :
𝑨𝒌𝒖𝒎𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓
Indeks Parkir = 𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓 𝑻𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂 𝑥 100% …………….………….…....(1.5)
Turn Over parkir adalah angka yang menunjukan tingkat penggunaan ruang parkir,
dengan rumus:
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓
Turn Over = 𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓 𝑻𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂 ……………………………….…………(1.6)
Keterangan :
II-15
Bab II Tinjauan Pustaka
yang akan disediakan atau yang akan ditawarkan untuk memenuhi permintaan
Keterangan :
Rumus diatas digunakan untuk mencari kapasitas dinamis ruang parkir dan
Keterangan :
II-16
Bab II Tinjauan Pustaka
Keterangan :
Berdasarkan MKJI 1997 fungsi utama dari suatu jalan adalah memberikan pelayanan
transportasi sehingga pemakai jalan dapat berkendaraan dengan aman dan nyaman.
Parameter arus lalu lintas yang merupakan faktor penting dalam perencanaan lalu lintas
Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati satu titik Pengamatan pada suatu
penampang melintang jalan selama periode waktu tertentu. Volume kendaraan dihitung
berdasarkan persamaan :
𝑁
𝑄 = 𝑇 .......................................................................................................(1.11)
dengan :
Q = volume (kend/jam)
II-17
Bab II Tinjauan Pustaka
Penggolongan tipe kendaraan untuk jalan dalam kota berdasarkan MKJI 1997 adalah
sebagai berikut:
Kendaraan bermotor beroda empat, dengan dua gandar berjarak 2,0 – 3,0m
(termasuk kendaraan penumpang, opelet, mikro bis, angkot, mikro bis, pick-up, dan
truk kecil).
Kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50 m, biasanya beroda lebih dari
empat, (meliputi : bis, truk dua as, truk tiga as dan truk kombinasi sesuai sistem
d) Kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda (termasuk sepeda motor, kendaraan
Kendaraan bertenaga manusia atau hewan di atas roda (meliputi sepeda, becak,
kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). Berbagai jenis
ekivalensi mobil penumpang (emp), emp adalah faktor yang menunjukkan berbagai
tipe kendaraan dibandingkan dengan kendaraan ringan. Nilai emp untuk berbagai
jenis tipe kendaraan dapat dilihat pada Tabel 2.6. dan Tabel 2.7.
II-18
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.6. Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi
Emp
Arus Lalu MC
Tipe Jalan : Jalan Tak
Lintas Total Lebar Jalur Lalu
Terbagi HV
Dua Arah Lintas Wc (m)
≤6 >6
Dua - Lajur Tak Terbagi 0 1,3 0,5 0,40
(2/2 UD ) ≥ 1800 1,2 0,35 0,25
Empat - Lajur Tak 0 1,3 0,40
terbagi ( 4/2 UD ) ≥ 1800 1,2 0,25
Tabel 2.7. Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Terbagi
𝑑
𝑉= .........................................................................................................(1.12)
𝑡
dengan:
II-19
Bab II Tinjauan Pustaka
V = Kecepatan (km/jam)
a) Kecepatan bintik (Spot Speed) adalah kecepatan sesaat kendaraan pada titik/lokasi
jalan tertentu.
b) Kecepatan rata-rata ruang (Space Mean Speed) adalah kecepatan rata-rata kendaraan
3,6 𝑛𝑑
𝑈𝑠 = 𝑖 ..............................................................................................(1.13)
∑𝑛=1 𝑡𝑖
dengan :
d = jarak (meter)
c) Kecepatan rata-rata waktu (Time Mean Speed) adalah kecepatan rata-rata yang
menggambarkan kecepatan rata-rata dari seluruh kendaraan yang melewati satu titik
∑𝑖𝑛=1 𝑈𝑖
𝑈𝑡 = .............................................................................................(1.14)
𝑛
dengan :
II-20
Bab II Tinjauan Pustaka
n = jumlah kendaraan
d) Kecepatan rata-rata perjalanan (Average Travel Speed) dan kecepatan jalan. Waktu
perjalanan adalah total waktu tempuh kendaraan untuk suatu segmen jalan yang
ditentukan. Waktu jalan adalah total waktu ketika kendaraan dalam keadaan bergerak
Operating speed adalah kecepatan aman maksimum kendaraan yang dapat ditempuh
kendaraan yang berjalan dengan kecepatan lebih rendah dari ini cenderung
menjadi hambatan pada arus lalu lintas dan dapat menyebabkan kecelakaan.
Kerapatan adalah jumlah kendaraan yang menempati panjang jalan yang diamati dibagi panjang
jalan yang diamati tersebut. Kerapatan sulit untuk diukur secara pasti. Kerapatan dapat dihitung
berdasarkan kecepatan dan volume. Hubungan antara volume, kecepatan, dan kerapatan adalah
sebagai berikut :
𝐷 = 𝑉 × 𝑄 ............................................................................................................(1.15)
dengan :
II-21
Bab II Tinjauan Pustaka
Tingkat kinerja jalan berdasarkan MKJI 1997 adalah ukuran kuantitatif yang
kejenuhan, derajat iringan, kecepatan rata – rata, waktu tempuh, tundaan, dan rasio
arus lalu lintas dan persepsi pengemudi tentang kualitas berkendaraan dinyatakan
2.12.1. Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai arus lalu-lintas (stabil) maksimum melalui suatu titik
pada jalan bebas hambatan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi
tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah
dengan :
C = Kapasitas (smp/jam)
FCSP = Faktor penyesuaian pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
II-22
Bab II Tinjauan Pustaka
Kapasitas dasar (C0) kapasitas segmen jalan pada kondisi geometri, ditentukan
Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Keterangan
( smp/jam )
Faktor penyesuaian lebar jalan ditentukan berdasarkan lebar jalan efektif yang dapat
II-23
Bab II Tinjauan Pustaka
Perlajur
3,00 0,92
Empat-Lajur Terbagi Atau 3,25 0,96
Jalan Satu-Arah 3,5 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
Perlajur
3,00 0,91
3,25 0,95
Empat-Lajur Tak-Terbagi
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Dua arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
Dua-Lajur Tak-Terbagi
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber : MKJI 1997
Faktor penyesuaian pembagian arah jalan didasarkan pada kondisi dan distribusi arus
lalu lintas dari kedua arah jalan atau untuk tipe jalan tanpa pembatas median.
Untuk jalan satu arah atau jalan dengan median faktor koreksi pembagian arah jalan
adalah 1,0. Faktor penyesuaian pemisah jalan dapat dilihat pada Tabel 2.10.
II-24
Bab II Tinjauan Pustaka
Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping untuk ruas jalan yang
mempunyai kereb didasarkan pada 2 faktor yaitu lebar kereb (Wk) dan kelas hambatan
samping. Nilai faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping ini dapat dilihat
Faktor penyesuaian ukuran kota didasarkan pada jumlah penduduk, Faktor penyesuaian
II-25
Bab II Tinjauan Pustaka
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap kapasitas, yang
digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen
kapasitas atau tidak. Persamaan dasar untuk menentukan derajat kejenuhan adalah
sebagai berikut:
𝑄
𝐷𝑆 = 𝐶 ..................................................................................................................( 1.17)
dengan :
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol yaitu
kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa
dengan :
(km/jam).
FV0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang
II-26
Bab II Tinjauan Pustaka
diamati (km/jam).
Kecepatan arus bebas ditentukan berdasarkan tipe jalan dan jenis kendaraan sesuai
Tabel 2.13. Kecepatan Arus Bebas Dasar untuk Jalan Perkotaan (FV0)
Semua
Kendaraan Kendaraan Sepeda
Kendaraan
Ringan LV Berat HV Motor MC
( rata-rata )
Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas berdasarkan lebar jalur
lalu lintas efektif dan kelas hambatan samping dapat dilihat pada Tabel 2.9. Lebar lalu
lintas efektif diartikan sebagai lebar jalur tempat gerakan lalu lintas setelah dikurangi
oleh lebar jalur akibat hambatan samping. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas
akibat lebar jalan (FVW) dipengaruhi oleh kelas jarak pandang dan lebar jalur efektif.
II-27
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.14. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu-Lintas (FVW)
Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas akibat hambatan samping berdasarkan jarak
kereb dan penghalang pada trotoar (FFVSF). untuk jalan dengan kereb dapat dilihat pada
Tabel 2.15.
II-28
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.15. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping
Nilai faktor penyesuaian untuk pengaruh ukuran kota pada kecepatan arus bebas
Tabel 2.16. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Ukuran Kota (FFVCS)
II-29