OLEH:
KELAS D
KELOMPOK 4
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
Pedaging”
Dr.Agr. Ir. Asep Anang, M.Phil. sebagai dosen pengampu Pemuliaan Ternak
Kelas D yang telah memeberi arahan dan rekomendasi untuk menyusun makalah
Dalam penyusunan makalah ini tentu saja tidak terlepas dari kesalahan,
untuk itu penyusun menerima kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan
makalah ini. Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
I. PENDAHULUAN ................................................................. 1
PENDAHULUAN
Indonesia sudah mulai sadar akan pentingnya kebutuhan protein hewani dalam
primer. Sebagai contoh yaitu daging, telur susu merupakan produk yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Untuk saat ini banyak kalangan yang beranggapan bahwa
dunia peternakan adalah dunia yang kurang mempunyai prospek ke depan. Salah
hanya tergantung pada gen-gen yang dimiliki ternak. Keadaan lingkungan dan
pakan juga turut menunjang munculnya performa reproduksi secara optimal. Pada
iklim mikro yang berbeda reproduksi ternak didaerah tropis dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, kelembaban dan pakan yang tersedia bagi ternak. Suhu dan
kelembaban lingkungan yang tinggi serta kondisi pakan yang buruk menghambat
laju reproduksi. Laju reproduksi yang rendah akan membatasi program seleksi.
Daging ayam menjadi salah satu produk peternakan yang jumah konsumsi
perharinya sangat tinggi, maka dari itu seiring dengan perkembangan jaman dan
permintaan masyarakat,kini ayam pedaging (broiler) sudah dapat dipanen ketika
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
namun belum dikembangkan secara baik, padahal sebenernya ayam lokal ini
memiliki kelebihan ditinjau dari kemampuan adaptasi dan secara finansial telah
individu yang berkontribusi pada perbedaan antar individu untuk sifat yang
adalah genetik (Warwick et al. 1990). Faktor lain yang mempengaruhi nilai
heretabilitas adalah tempat dan waktu. Nilai heretabilitas dibagi menjadi tiga yaitu
Nilai ripitabilitas dapat digunakan untuk mengetahui daya ulang suatu sifat
yang dimiliki suatu individu selama individu tersebut hidup. Selain itu untuk
menduga besarnya suatu sifat yang diturunkan dari tetua kepada turunannya,
karena nilai ripitabilitas dapat untuk menduga nilai maksimum heretabilitas sifat
PEMBAHASAN
oleh dua faktor yaitu faktor genetik, dan faktor non genetik atau lingkungan.
A. Faktor Genetik
Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki
oleh individu. Oleh karena itu, faktor genetik sudah ada sejak terjadinya
pembuahan atau bersatunya sel telur (ovum) dengan spermatozoa. Faktor genetik
ini tidak akan berubah selama hidup individu, sepanjang tidak terjadi mutasi dari
gen yang menyusunnya, dan faktor genetik dapat diwariskan kepada anak
Sebagai contoh yaitu ayam pedaging (ras) dengan ayam kampung (bukan
ras) diambil pada saat umur yang sama DOC (kira-kira1 hari setelah penetasan),
dengan memberikan pakan yang sama dan perlakuan yang sama pula setiap
harinya, pada saat ayam keduanya mencapai umur 2 bulan ayam broiler memiliki
berat 1,5 kg, dan ayam kampong memiliki berat 0,8 kg. Hal ini karena
dipengaruhi faktor genetik yaitu ayam broiler (ayam ras) dan ayam kampung
B. Faktor Lingkungan
bersangkutan berada. Sebagai contoh kita memilih ternak dengan jenis yang
sama, sebagai contoh ayam broiler dan diambil pada saat umur yang sama. Tetapi
kita memberikan pakan kedua ayam tersebut dengan pakan yang berbeda, maka
pada saat ayam mencapai umur kira-kira 2 bulanan kita akan melihat perbedaan
berat diantara keduanya, hal ini karena pemberian pakan yang berbeda pada kedua
ayam tersebut.
Tahun 2001. Persilangan ayam Pelung jantan x Kampung betina hasil seleksi
generasi kedua (G2). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(1):21-27. Penelitian ini
yaitu mencapai bobot badan lebih besar dari 1 kg pada umur 3 bulan. Materi yang
digunakan adalah 330 ekor DOC ayam silangan (PK) yang berasal dari
perkawinan inseminasi buatan (IB) Pelung jantan dengan Kampung betina hasil
seleksi generasi kedua (G2) dan 180 ekor DOC ayam Kampung murni (KK) yang
ekor/cages yang dihitung sebagai 1 satuan unit ulangan percobaan. Pakan yang
diberikan selama penelitian dibagi dalam 3 fase, yaitu pakan starter I (protein
21%, energi 3000 kkal/kg) untuk ayam umur (0-21 hari); pakan starter II (protein
19%, energi 2900 kkal/kg) untuk ayam umur 22-42 hari, dan pakan grower
(protein 17%, energi 2900 kkal/kg) untuk ayam umur 43-84 hari. Peubah yang
diamati antara lain bobot badan setiap minggu selama 12 minggu, konsumsi
pakan, konversi pakan, mortalitas selama penelitian, bobot karkas, dan komponen
Kampung (PK) lebih tinggi dibandingkan dengan ayam KK (1009 vs 923 g) dan
tidak nyata (3037 vs 3036 g/ekor/12 mg), tetapi konversi pakannya untuk ayam
silangan lebih baik (3,09 vs 3,4). Hasil evaluasi karkas menunjukkan bahwa untuk
bobot karkas dan komponen karkas antara kedua galur tidak berbeda nyata,
memelihara ayam KK saja yang ditunjukkan oleh nilai B/C ratio sebesar 1,31
untuk PK dan 1,20 untuk KK. Mortalitas selama penelitian masih dalam kisaran
normal, yaitu untuk ayam silangan sebesar 6,36% dan ayam Kampung murni
sebesar 5,56%.
Heretabilitas beberapa ukuran tubuh ayam kampung. Junal Ilmu Peternakan, Vol.
3 No.1 Hal. 16-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi niai heretabilitas
badan yang dicapai sampai umur 6 bulan hanya berkisar 1,4 – 1,8 kg (Mansjoer,
1985; Maryanto dan Noerdjito, 1988; Mugiyono dkk, 1988). Lambatnya
persilangan sangat ditentukan oleh kekuatan pewarisan dari sifat-sifat yang akan
penelitian ini digunakan 97 ekor ayam kampung sebagai kelompok anak yang
selama 21 hari dan beri no identitas pada kedua kakinya dalam kelompok anak
dan umur 8 minggu lakukan pengukuran terhadap panjang shang, panjang betis,
panjang paha, lingkar dada,panjang dada, lebar dada, panjang badan, panjang
sayap, panjang kepala dan tinggi kepala. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
beberapa ukuran tubuh ayam kampung umur 8 minggu yang ditemukan yang ter-
masuk kategori (a) rendah: tinggi kepala (0,007), panjang sayap (0,024) dan tinggi
kepala (0,028); (b) sedang: lingkar dada (0,171) dan panjang dada (0,251); dan
tinggi: panjang paha (0,318), lebar dada (0,371), panjang badan (0,390), panjang
Nilai h2 yang tinggi dari suatu sifat menunjukkan adanya korelasi yang
tinggi antara ragam fenotipik dan ragam genetik aditif, sehingga seleksi
tanggap terhadap seleksi (Lasley, 1978), sedangkan apabila rendah maka seleksi
genetik karakteristik panjang shank, pan-jang betis, panjang paha, panjang badan
dan lebar dada ayam kampung umur 8 minggu akan efektif bila dilakukan seleksi
merupakan salah satu parameter genetik yang digunakan untuk menduga bagian
dari keragaman fenotip yang disebabkan oleh ke-ragaman genetik total (aditif,
keragaman genetik total dan keragaman lingkungan permanen terjadi pada sifat
yang kinerjanya diukur beberapa kali pada waktu yang berbeda namun pada
Perbedaan kinerja suatu sifat pada sekelompok ayam pedaging pada waktu
Estimasi ripitabilitas yang tinggi sangat diharapkan karena kinerja sifat pada
waktu yang akan datang dapat diprediksi berdasarkan kinerja yang diukur pada
berguna untuk sifat-sifat yang muncul beberapa kali pada ayam pedaging.
ripitabilitas suatu sifat dalam populasi ayam pedaging selalu lebih tinggi daripada
nilai heritabilitas apabila diestimasi pada sifat dan kelompok individu yang sama.
Oleh karena itu, nilai ripitabilitas merupakan batas atas nilai heritabilitas.
antara 0 (0%) sampai dengan 1 (100%) yang dapat di-golongkan menjadi tiga
kategori yaitu rendah apabila nilainya 0,00—0,20; sedang apabila nilainya 0,20—
0,40; tinggi apabila nilainya lebih dari 0,4. Nilai ini akan semakin rendah dan
semakin tinggi dan mendekati 1,0 apabila ragam suatu sifat se-bagian besar
meningkat. Sebaliknya, nilainya semakin tinggi dan men-dekati 1,0 apabila ragam
suatu sifat sebagian besar dikendalikan oleh faktor genetik dan lingkungan yang
e. Menghitung Nilai Pemuliaan (NP) ternak betina pada sifat tertentu untuk
seleksi.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan niai repitabilitas
Keterangan:
r = ripitabilitas
n = jumlah individu
kinerja suatu sifat, misalnya produksi daging pada tiga generasi. Estimasi
Ykm = µ + αk + ekm
Keterangan:
pendugaan nilai pemuliaan akan menentukan respon seleksi yang diperoleh. Nilai
pemuliaan dapat diduga dengan berbagai cara, salah satu cara yang cukup cermat
(1) Model dapat memperhitungkan semua pengaruh lingkungan tetap dan bisa
(3) Bisa menduga nilai pemuliaan ternak yang tidak mempunyai catatan
mempunyai catatan.
Salah satu cara untuk perbaikan genetik pada ayam pedaging dilakukan
melalui seleksi dalam kelompok ternak lokal dengan tujuan untuk meningkatkan
frekuensi gen yang diinginkan. Kegiatan seleksi akan efektif bila jumlah ternak
yang diseleksi banyak, namun catatan performans individu dari jumlah yang
banyak akan sangat mahal. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah, seleksi
atau peningkatan mutu genetik dilakukan pada kelompok-kelompok tertentu
Pola pemuliaan pada dasarnya ada dua bentuk yaitu pola inti tertutup
(Closed nucleus breeding scheme) dan pola inti terbuka (Open nucleus breeding
scheme). Pada pola tertutup aliran gen hanya berlangsung satu arah dari puncak
(nucleus) ke bawah tidak ada gen yang mengalir dari bawah ke nucleus. Croston
dan Pollot (1985) mengemukakan bahwa tiga hal penting untuk keberhasilan
(1) Tujuan seleksi harus jelas serta sejalan dengan yang diinginkan peternak.
(3) Pola (scheme) harus praktis untuk memperoleh materi genetik yang tinggi
berhasil dan sesuai dengan kepentingan peternak. Sifat yang ditingkatkan pada
ayam pedaging sebaiknya bernilai ekonomis tinggi serta mudah diukur, antara lain
adalah litter size, laju reproduksi, bobot lahir dan kualitas karkas. Langkah kedua
bersama-sama dengan petani menentukan bangsa dari ayam pedaging yang cocok
berhasil meningkatkan mutu genetik ternak serta dalam jangka panjang dapat
Sifat kualitatif merupakan sifat yang dikontrol oleh beberapa gen yang
memiliki perbedaan yang jelas antar fenotipnya, biasanya bersifat tidak aditif, dan
variasinya tidak kontinyu (Noor, 2008). Menurut Warwick, et al., (1995), sifat
dalam satu dari dua kelompok atau lebih dan pengelompokan itu berbeda jelas
karena secara tidak langsung sifat ini berpengaruh terhadap sifat produksi. Sifat
kualitatif dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak sama
atau merugikan, tergantung pada lingkungan ternak itu dipelihara. Beberapa sifat
kualitatif yang penting yang merupakan ciri khas yang dipakai sebagai patokan
untuk penentuan suatu bangsa ayam diantaranya adalah warna bulu, warna
kerabang, warna cakar (shank) dan bentuk jengger yang tidak dipengaruhi oleh
Sifat kuantitatif merupakan sifata yang dapat diukur. Sifat ini dipengaruhi
banyak gen dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti pakan dan
setelah unggas dewasa sangat sedikit perubahan yang terjadi pada tulang sehingga
pengukuran pada tulang dapat memberikan hasil yang lebih akurat untuk
bobot badan. Oleh karena itu panjang kaki mempunyai korelasi positif dengan
untuk seleksi ayam untuk produksi daging ayam yang mempunyai kaki yang
terlalu panjang tidak diinginkan karena kaki yang pendek lebih kuat menopang
ayam pedaging dapat dilakukan dengan mengukur panjang paha atas ( panjang
tarsus) dan paha bawah. Perkembangan dari panjang paha bawah dan paha atas
banda. Kemudian diperjelas oleh Jull (1951) yang menyatakan bahwa panjang
kaki dan diameter kaki mempunyai korelasi positif dengan bobot badang dan
untuk produksi daging ayam yang mempunyai kaki yang terlalu panjang dan
diameter kaki kecil tidak diinginkan karena kaki pendek dan diamter kaki yang
besar lebih kuat menopang tubuhnya. Dimensi tubuh ayam pedaging yang dapat
tepat untuk penentuan bobot badan. Kemudian diperjelas oleh Jull ( 1951)
yang menyatakan bahwa panjang kaki dan diameter kaki mempunyai
Namun dengan demikian untuk seleksi ayam untuk produksi daging ayam
yang mempunyai kaki yang terlalu panjang dan diameter kaki kecil tidak
diinginkan karena kaki pendek dan diameter kaki yang besar lebih kuat
menopang tubuhnya.
bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging
d) Panjang paruh, panjang sayap dan panjang tibia Pertumbuhan fisik yang
karenabertambahnya jumlah sel dan volume sel serta proses tersebut tidak
dapat dibalik.
IV
KESIMPULAN
seleksi generasi kedua (G2). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(1):21-
27
5. Nilai pemuliaan dapat diduga dengan berbagai cara, salah satu cara
merupakan sifata yang dapat diukur. Sifat ini dipengaruhi banyak gen