Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari
suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat.Sebagai satuan terkecil, keluarga
merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia.
Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang
baik karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai
dasar kehidupan masyarakat (Ali, 2010).
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK
berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun
negatif.kehidupan keluargapun banyak mengalami perubahan dan berada jauh
dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang
ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai
bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi
kehidupan dalam keluarga (Setiawati, 2009).
Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting
untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan
kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat
yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya
dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008).
Sejak tiga dasa warsa terakhir peran Ibu dalam kehidupan keluarga
mengalami kemajuan pesat.Dorongan utamanya adalah tuntutan
ekonomi.Keluarga tidak bisa lagi mengandalkan para bapak untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara memadai.Untuk itu, para Ibu terpanggil untuk
berperan, mengambil alih peran bapak yang tak mampu mencukupi.
Sementara, posisi Ibu dalam rumll,opah tangga juga mengalami perubahan,
bahkan dengan cara drastis dan radikal. Wewenang dan wibawa para ibu
menanjak dalam keluarga. Mereka turut memutuskan apa saja yang selama ini
dipegang kaum bapak. Disamping itu, pergeseran dalam kemampuan

1
intelektual, khususnya tingkat pendidikan kaum perempuan merupakan salah
satu kunci perkembangan sekaligus masalah baru dalam keluarga.Emansipasi
dalam kehidupan sosial juga turut menentukan hubungan harmonisasi antara
bapak dan ibu serta anak-anak di rumah (Jhonson,L & Leni, 2010).
Dengan demikian, keluarga harus “dimanage” dengan cara yang lebih
demokratis, bukan otoriter. Karena alasan atau reasoning tidak lagi
dimonopoli oleh para bapak. Semua anggota keluarga mempunyai referensi
yang hampir sama secara intelektual. Pemecahan masalah dalam rumah
tangga, konkurensi wibawa, aset sosial ekonomi, seksual dan intelektual
semacamnya tidak lagi bisa dipecahkan dengan cara- cara di masa lalu
(Hnur,2009).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah Bagaimana
asuhan keperawatan keluarga berdasarkan teori Imogene M. King.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang pengaplikasian Asuhan keperawatan Pada
keluarga berdasarkan teori Imogene M. King.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep keluarga.
2. Untuk mengetahuidan memahami model keperawatan keluarga
Imogene M. King.
3. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan keluarga
menurut teori Imogene M. King.

2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan
komunikasi dan penyampaian permasalahan mengenaiasuhan
keperawatan keluarga menurut teori Imogene M. King.
2. Bagi Penulis
Meningkatkan pemahaman, daya analisis, dan kemampuan
dalam mengaplikasikan teori yang ada tentang asuhan keperawatan
keluarga menurut teori Imogene M. King.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam memahami
tentang asuhan keperawatan keluarga menurut teori Imogene M. King.
2. Bagi Penulis
Makalah ini dapat menjadi landasan sebagai media
pembelajaran untuk selanjutnya tentang asuhan keperawatan keluarga
menurut teori Imogene M. King.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman, 2010).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes
RI, 2014).Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO, 2012).

2.2.1 Struktur Keluarga


Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas :
1. Pola dan Proses Komunikasi
a. Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a) Bersifat terbuka dan jujur.
b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c) Berfikiran positif.
d) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
b. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik Pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat,
apayang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan
menerima umpan balik.

4
b) Karakteristik Penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan
validasi.
2. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri,
anak dan sebagainya.Tetapi kadang peran initidak dapat dijalankan oleh
masing-masing individu dengan baik.Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain,
sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di
rumah.
3. Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kearah positif.
4. Nilai-nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secarasadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah perilaku yang baik,
menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.Budaya
adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.3.1 Tipe Keluarga


Menurut Murwani (2007) menyebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :
1. Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiridari ayah,
ibu dan anak-anak.

5
b. Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege mather, keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Stepparent Family, keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak
dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d. Gay And Lesbian Family, seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).
e. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family, keluarga yang
hidup bersama dan berganti- ganti pasangan tanpa melelui pernikahan.
f. Cohibiting Couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, beberapa orang dewasa menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-
nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling

6
menggunakan barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
tanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
j. Homeless family,keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanent karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
k. Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.

2.4.1 Fungsi Keluarga


Menurut Friedman (2010) mengidentifikasi lima fungsi keluarga,
sebagai berikut:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga.Fungsi afektifberguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga.Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif.Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi
dan hubungan dalam keluarga.Dengan demikian, keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

7
dukungan dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubbungan
intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memeberikan
hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan
tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan
melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anakanak dapat meniru tingkah laku
yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga.Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah
keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat
terpenuhi.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial.Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-
orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasidengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga
tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

8
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan
akanmakanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang
kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri,
hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi statuskesehatan
keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.Keluarga
yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.

2.5.1 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Friedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga

9
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
ataubahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

2.6.1 Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keperawatan Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain adalah :
a. Pengenal kesehatan, perawat membantu keluarga untuk mengenal
penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan
menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar akan
akibat masalah dalam perkembangan keluarga.
b. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan
memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga,
yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik
secara berkelompok maupun individu.

10
d. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
e. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat.
f. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk
tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat
tidak dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan
bekerja sama dengan profesi lain untuk mencapai asuhan keperawatan
keluarga dengan baik (Setiadi, 2008).

2.7.1 Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yaitu :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
7. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.

11
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan
kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

2.2. Keperawatan Keluarga dalam Teori Imogene M King


King memandang keluarga sebagai sistem sosial dan konsep utama
dalam modelnya.Keluarga diperlukan baik sebagai kontek maupun klien.
King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat
bila terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan
mereka atau mengatasi masalah atau keadaansakit (Christensen & Kenney,
1995)).
King terus menguraikan modelnya sebagai perawat untuk
membantuanggaota keluarga menyusun tujuan untuk mengatasi masalah dan
mengambil keputusan, karenamodel tersebut beroriantasi padasistemdan
intervensi dengan perluasan isi keluarga yang lebih jauh,model tersebut
cukup bermanfaat dalam keperawatan keluarga (Christensen J.P, 2009).

2.2.1 Teori Pencapaian Tujuan Imogene M. King


Model keperawatan terakhir dari King memadukan tiga sistem
interaksi yang dinamis personal, interpersonal, dan sosial yang mengarah
pada perkembangan teori pencapaian tujuan. Konsep yang ditempatkan
dalam sistim personal karena mereka terutama berhubungan dengan
individu, sedangkan konsep yang ditempatkan dalam sistim interpersonal
karena menekankan pada interaksi antara dua orang atau lebih.Konsep yang
ditempatkan dalam sistem sosial karena mereka menyediakan pengetahuan
untuk perawat agar berfungsi di dalam sistim yang lebih besar (King, 1995
dalam Tomey & Alligood,2006).Dalam interpersonal sistem perawat-klien

12
berinteraksi dalam suatu area (space). Menurut King, intensitas dari
interpersonal system sangatmenentukan dalam menetapkan pencapaian
tujuan keperawatan.Adapun beberapa karakteristikteori Imogene King yaitu
(Christensen &Kenney,1995):
a. Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai system
terbuka, mampu berinteraksi, mengubah energi, dan informasi dengan
lingkungannya. Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai
perasaan, rasional, dan kemampuan dalam bereaksi, menerima,
mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai dengan hak
danrespon yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan
waktu.Sistem personal dapat dipahami dengan memperhatikan konsep
yang berinteraksi yaitu: persepsi, diri, gambaran diri, pertumbuhan dan
perkembangan, waktu dan jarak.
b. Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang
berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh
konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress, koping.
c. Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan
lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku
masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan. Sistem sosial dapat
mengantarkan organisasi kesehatan dengan memahami konsep
organisasi, kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.

13
Gambar 1 Bentuk interaksi Imogene M King yang dinamis

2.2.2 Konsep Interaksi Imogene M. King


King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja
konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) sebagai sistem
terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi
dasar King tentangmanusia seutuhnya (Human Being) meliputi sosial,
perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi
pada waktu. Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah
menderivatasumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat-klien
(Christensen J.P, 2009):
1. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi
2. Tujuan kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien
mempengaruhi interaksi
3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan.
5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran
informasi.
6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan
kesehatan.
7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan
kesehatan dapatberbeda. Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-
aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan konsep utama, dimana
konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap situasi praktek
keperawatan meliputi (Christensen J.P,2009):
a. Interaksi, King mendefinisikan interaksi sebagai suatu proses dari
persepsidan komunikas antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan
sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.

14
b. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita,
persepsi berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri,
sosial ekonomi,genetika dan latar belakang pendidikan.
c. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi
dari seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak
langsung.
d. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud
tertentu dalam pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi
adalah pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan
lingkungannya.
e. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi
pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak
dankewajiban sesuai dengan posisinya.
f. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat
interaksi manusia dengan lingkungannya. Stress melibatkan
pertukaran energi dan informasi antara manusia dengan
lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.
g. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri
individu. Tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat
aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai
kematangan.
h. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang
akan datang. Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan
peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap
manusia.
i. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama, ruang
merupakaan area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan
klien. Menurut Murwani (2009), konsep hubungan manusia menurut
King terdiri dari komponen :
a) Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya
aksi danmerupakan respon individu.

15
b) Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling
mempengaruhiantara perawat dan klien, yang diwujudkan dalam
bentuk komunikasi.
c) Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien
terjadisuatu persetujuan dalamrencana tindakan keperawatan yang
akandilakukan

2.2.3 Asumsi-Asumsi Utama Imogene M. King


Beberapa asumsi-asumsi utama dalam teori Imogene M. King, yaitu
(Meleis, 1997):
a. Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu proses interaksi antara klien dan
perawat yang selama pengkajian, pembuatan tujuan, dan
menjalankannya, terjadi transaksi dan tujuan dicapai.
b. Klien
King mengatakan bahwa klien adalah individu (sistem personal)
atau kelompok (sistem interpersonal) yang tidak mampu mengatasi
peristiwa atau masalah kesehatan ketika berinteraksi dengan lingkungan.
c. Kesehatan
Menurut King, Kesehatan adalah kemampuan individu untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam peran sosial yang
lazim; suatu pengalaman hidup yang dinamis dalam penyesuaian terus-
menerus terhadap stresor lingkungan melalui penggunaan sumber-
sumber yang optimum.
d. Lingkungan
King menyatakan, lingkungan merupakan setiap sistem sosial
dalam masyarakat dimana sistem sosial adalah kekuatan dinamis yang
memengaruhi perilaku sosial, integrasi, persepsi, dan kesehatan, seperti
rumah sakit, klinik, lembaga komunitas, dan industri.
Asumsi-Asumsi Teori Imogene King (Meleis, 1997) secara
implicit yaitu klien ingin berpartisipasi aktif dalam proses perawatan dan

16
klien secara sadar, aktif dan mampu berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan. Sedangkan secara explicit yaitu :
a) Fokus dalam keperawatan adalah interaksi manusia dan lingkungan
dengan tujuan kesehatan untuk manusia.
b) Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan,
rasional,dan kemampuan dalam bereaksi, menerima, mengontrol,
mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai dengan hak dan respon
yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.
c) Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi-persepsi, tujuan-tujuan,
kebutuhan, dan nilai-nilai antara perawat – klien.
d) Klien memiliki hak azazi dalam menerima informasi, berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kehidupan,
kesehatan, dan pelayanan kesehatan namun klien juga berhak untuk
menolaknya.
e) Pertanggungjawaban dalam pelayanan keperawatan pada individu
mencakup semua aspek termasuk dalam keputusan memberi
informasi.

2.2.4 Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan


Pengaplikasian teori Imogene M. King dalam proses keperawatan
keluarga, yaitu (Potter & Perry, 2005) :
1. Pengkajian
a. Terjadi selama interaksi antara perawat dan pasien/klien. Perawat
membawapengetahuan khusus dan ketrampilan sedangkan klien
membawa pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah yang
menjadi perhatian, untuk interaksi ini.
b. Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang klien,
diantaranya adalah tingkat tumbuh kembang, pandangan tentang diri
sendiri, persepsi yang merupakan dasar pengumpulan dan
interpretasi data terhadap status kesehatan, pola komunikasi

17
diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi, untuk interaksi
transaksi dan sosialisasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Dibuat setelah melakukan pengkajian
b. Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan pasien/klien.
c. Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya dengan
diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan
a. Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.
b. Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan
masalah tersebut dilakukan.
c. Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan
menetapkantujuan dan membuat keputusan.
d. Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien yang
dianjurkan ikut serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus
bertanggung jawab.
4. Implementasi
a. Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan actual
untuk mencapai tujuan.
b. Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.
5. Evaluasi
Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang
dicapai danmembahas tentang pencapaian tujuan dan keefektifan proses
keperawatan(Perry & Potter, 2005).

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA MENURUT IMOGENE M
KING

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. S
2. Umur : 32 Tahun
3. Alamat : Jl. Anang Panangah, Ds. Pasar Baru, Rt. 06,
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINo.008, Kec. Kusan Hilir, Kab. Tanah
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIBumbu, Prov. Kal-Sel
4. Komposisi keluarga :4
No Nama Umur JK Hub. Kel. Pendidikan Pekerjaan
Kepala Pegawai
1 Tn. S 32 L Sarjana
Keluarga Kontrak
2 Ny. W 30 P Istri Sarjana PNS
Tidak
3 An. M 7 P Anak SD
Bekerja
Belum Tidak
4 An. A 2,5 L Anak
sekolah Bekerja
5. Genogram
x

Keterangan :
Tn. S masih mempunyai orang tua yang lengkap, sedangkan Ny. W
ayahnya sudah meninggal. Kemudian Tn. S memiliki kakak

19
perempuan sama seperti istrinya, kemudian dari hasil pernikahan Tn.
S dan Ny. W mereka dikarunia 2 orang anak, yang pertama An.
Mberusia 7 tahun dan An. A berusia 2,5 tahun
6. Tipe keluarga
Keluarga Inti, yang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 orang anak, perempuan
(7 tahun), dan laki-laki (2,5 tahun).
7. Suku
Tn. S dan Ny.W berasal dari suku Bugis-Banjar, keluarga
menggunakan bahasa banjar sebagai bahasa sehari-hari nya. Tidak ada
nilai yang terkait budaya yang diyakini keluarga yang dapat merugikan
8. Keyakinan dan Agama
Tn. S dan Ny. W beragama Islam dan sehari-hari menjalankan shalat
lima waktu, puasa ramadhan, dan mengaji. Ny. W menyatakan tidak
ada masalah dalam menjalankan ibadahnya sehari-hari. Selain itu tidak
ada keyakinan yang dianut ia dan keluarganya terkait kesehatan yang
dapat merugikan kesehatan
9. Kelas Social dan Status Ekonomi
Tn. S bekerja sebagai pegawai kontrak dengan penghasilan perbulan 5
juta dan Ny.W bekerja sebagai PNS dengan penghasilan perbulan 5
juta.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Tn. S dan Ny. W jarang memiliki waktu untuk rekreasi secara
khusus.Ny. W mengatakan sulit berekreasi dikarenakan waktu,
dimana ia sibuk bekerja dan suaminya sibuk dengan usaha yang
mereka jalankan.

3.1.2 Riwayat Dan Tahap Perkembangan


1. Tahap Perkembangan Keluarga Inti
Keluarga melepaskan anak untuk sekolah dimana anak pertama mereka
An. M sudah memasuki sekolah dasar.

20
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn. S mengatakan mereka lebih berfokus ke perkembangan anaknya
yang baru memasuki sekolah dasar, dan memperhatikan tumbuh
kembang An. A yang juga berusia 2,5 tahun.
3. Riwayat Keluarga Inti
Tn. S menikah berusia 24 tahun dan Ny. W 22 tahun.Mereka tinggal
bersama dirumah sendiri.Tn. S dan Ny. W melalui proses berpacaran
dahulu selama 3,5 tahun dan menikah atas keinginan sendiri tanpa
paksaan dari siapapun. Tn. S dan Ny. W saling mencintai.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Tn. S mengatakan bahwa sebelumnya dalam keluarganya tidak pernah
mengalami penyakit serius (sepertijantung, ginjal, dll) maupun yang
menurun (seperti Diabetes Melitus, dll)

3.1.3 Lingkungan
1. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Karakteristik tetangga kebanyakan adalah kaum pendatang, sebagian
besar warga beragama islam bersuku jawa, bugis dan banjar.
2. Mobilitas Geogrefis Keluarga
Keluarga Tn. S sudah lama tinggal dirumah kurang lebih 7 tahun. Alat
transfortasi keluarga yaitu motor dan mobil. Rumah tangga dekat
dengan pasar.Fasilitas kesehatan yang terdekat yaitu Puskesmas
Perawatan Pagatan yang mudah diakses dengan kendaraan roda 2.
3. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. S sering berkumpul dengan keluarganya.Ny. Wlebih banyak
menghabiskan waktu di rumah sakit karena tuntutan pekerjaan.

3.1.4 Fokus pengkajian Imogene King


1. Personal
a. Persepsi Terhadap Diri
a) Bagaimana perasaan anda terhadap diri anda sendiri ?

21
Tn.S merasa cukup bangga dengan dirinya, Tn. S mengatakan
percaya diri dengan dirinya saat melakukan pekerjaannya, dan
berinteraksi dengan orang-orang dilingkungan sekitar. Ny. W
mearasa puas dengan dirinya sekarang, ia bekerja sesuai dengan
apa yang ia pelajari.
b) Bagaimana cara anda menyelesaikan jika ada masalah dengan
orang lain ?
Tn. S dan Ny. W mengatakan dalam menyelesaikan suatu
masalah dengan orang lain dengan cara musyawarah secara
bersama.
b. Pertumbuh dan Perkembangan
Ny. W mengatakan bahwa An. M yang berusia 7 tahun dan An. A
yang berusia 2,5 tahun tidak mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan dan sesuai dengan perkembangan
c. Jarak dan Waktu
a) Waktu berkumpul dengan keluarga ada atau tidak ?
Tn. S dan Ny. W mengatakan didalam keluarga Tn. S waktu
berkumpul dengan keluarganya tidak menentu.
2. Interpersonal
a. Interaksi dalam Keluarga
a) Bagaimana komunikasi sesama anggota keluarga ?
Pola komunikasi dalam keluarga 2 arah.Ny. W selalu
membicarakan segala sesuatunya dengan suaminya. Saling
meminta masukan dan pendapat untuk menghindari konflik
diantara mereka. Komunikasi dengan anak kurang, karena waktu
yang dimilikinya sedikit akibat pekerjaan yang dimilikinya.
b. Peran dalam Keluarga
a) Bagaimana peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga

22
Tn. S berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah
utama.Ny. W berperan sebagai ibu rumah tangga namun ia juga
membantu suaminya mencukupi kebutuhan rumah tangga.
c. Stress dan Koping
a) Stressor jangka pendek
Saat ini keluarga memikirkan An. M yang tidak mau
mengkonsumsi sayur-sayuran dan sangat menghindari konsumsi
sayur-sayuran.
b) Stressor jangka panjang
Tn. S dan Ny. W mengatakan mereka tidak memikirkan stressor
jangka panjang dalam keluarganya.
c) Kemampuan keluarga berespon dalam masalah
Setiap kali menghadapi masalah, keluargaselalu mencoba
ikhlas.Keluarga percaya bahwa segalanya sudah merupakan
ketentuan dari Allah yang harus di jalani.
d) Strategi Koping yang Digunakan
Bersikap terbuka dan saling menghargai, serta
mengkomunikasikan segalanya merupakan cara yang di
gunakan keluarga dalam mengahadapi setiap masalah yang
menimpa
3. Sosial
a. Pengambilan keputusan dalam keluarga
a) Bagaimana stuktur kekuatan keluarga
Didalam keluarga tersebut terdiri dari Tn. S sebagai kepala
keluarga, Ny. W sebagai ibu rumah tangga, dan mempunyai dua
orang anak yaitu An.M sebagai kakak dan An. A sebagai adik.
b) Dalam pengambilan keputusan siapa yang lebih dominan,dan
kenapa ?
Didalam keluarga Tn. S pengambilan keputusan lebih dominan
diambil oleh Tn. S. Hal ini karena Tn. Adalah seorang kepala
keluarga, sehingga ia dirasa berhak untuk mengambil sebuah

23
keputusan. Namun jika ada masalah dalam keluarga biasanya
Tn. S mendiskusikannya dengan istrinya juga.
b. Interaksi dalam lingkungan social
a) Bagaimana komunikasi dengan tetangga/warga sekitar ?
Komunikasi yang terjalin dengan tetangga sekitar baik, keluarga
Tn. S sering bertegur sapa dengan tetangga sekitar
b) Apakah keluarga sering mengikuti kegiatan di lingkungan ?
Keluarga kurang aktif mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar
dikarenakan kesibukan masing-masing, Tn. S sibuk dengan
usahanya dan Ny. W sibuk dengan pekerjaan dan anak-anaknya.
c) Karakteristik tetangga dilingkungan sekitar ?
Tn. S mengatakan bahwa tetangga yang ada dilingkungan
sekitar bermacam-macam suku seperti Jawa, Banjar dan Bugis.
Tidak ada perkelahian yang berarti dilingkungannya.
c. Transaksi
a) Kesehatan
1) Apakah saat ini ada anggota yang sakit ?
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang sakit
2) Bagaimana cara keluarga menangani anggota yang sakit
?apakah ke pelayanan kesehatan atau beli obat sendiri ?
Tn. S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit lebih
memilih menangani dengan mengobati sendiri.
3) Apakah keluarga sering memeriksakan kesehatannya secara
rutin ?
Tn. S mengatakan bahwa mereka jarang memeriksakan
kesehatannya.
4) Dimana biasanya keluarga memeriksakan kesehatannya ?
Ny. W mengatakan biasanya keluarga memeriksakan
kesehatannya di Rumah Sakit atau di Puskesmas.

24
5) Bagaimana cara keluarga memperoleh penkes dilingkungan ?
Tn. S mengatakan bahwa keluarga tidak pernah memperoleh
pendidikan kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya.
Namun, Tn. S dan ny. W memiliki latar belakang sebagai
seorang perawat, sehingga mereka cukup banyak tau tentang
masalah kesehatan.
6) Misalkan ada penyuluhan tentang kesehatan, ikut menghadiri
atau tidak ?
Tidak ikut menghadiri penyuluhan tentang kesehatan, karena
Tn. S dan Ny. W sendiri adalah orang yang bekerja dibidang
kesehatan, yaitu perawat. Sehingga tidak menikuti
penyuluhan kesehatan yang ada dan mereka banyak
memahami tentang dunia kesehatan.

3.1.5 Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Fisik Tn. S
Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 N : 81 x/menit
R : 22 x/menit S : 36,6 0C
Head to toe
a. Tinggi badan : 168 cm
b. Berat badan : 65 kg
c. Kepala :Rambut tebal, hitam, distribusi merata, tak ada
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiluka maupun ketombe pada kulit kepalanya.
d. Mata : Konjungtiva tak anemis, sklera ikterik (-)
e. Telinga :Telinga simetris, tak terdapat nyeri ataupun
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii pembengkakan, tak tampak serumen maupun
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipengeluaran cairan. Fungsi pendengaran baik.
f. Hidung :Proporsi tepat di tengah, tak nampak pengeluaran
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiicairan maupun lendir, mukosa lembab, tak ada
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipembengkakan.

25
g. Mulut :Proporsi tepat di tengah, mukosa lembab, mulut
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiidan gigi bersih, tak terdapat karies gigi.
h. Leher :Tak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
i. Thorax :Dada simetris, BJ I dan II reguler, tak terdapat
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimurmur dan gallop, tak terdapat ronchi dan
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiwheezing.
j. Abdomen :Perut bulat, Bising usus 20x/mnt, tak terdapat
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinyeri abdomen dan epigastrium, tak teraba
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimassa, terdapat lesi bekas operasi apendiks.
k. Ekstremitas :Akral hangat, tak terdapat pitting edema
l. Kulit :Warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis,
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiilembab, tidak ada lesi, integritas kulit utuh.

2. Pemeriksaan Fisik Ny. W


Tanda-tanda vital
TD : 120/80 N : 85 x/menit
R : 22 x/menit S : 36,4 C
Head to toe
a. Tinggi badan : 163 cm
b. Berat badan : 55 kg
c. Kepala :Rambut tebal, hitam, distribusi merata, tak ada
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiluka maupun ketombe pada kulit kepalanya.
d. Mata :Konjungtiva tak anemis, sklera ikterik (-)
e. Telinga :Telinga simetris, tak terdapat nyeri ataupun
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ipembengkakan, tak tampak serumen maupun
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipengeluaran cairan. Fungsi pendengaran baik.
f. Hidung :Proporsi tepat di tengah, tak nampak pengeluaran
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiicairan maupun lendir, mukosa lembab, tak ada
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipembengkakan.
g. Mulut :Proporsi tepat di tengah, mukosa lembab, mulut
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiidan gigi bersih, tak terdapat karies gigi.

26
h. Leher :Tak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
i. Thorax :Dada simetris, BJ I dan II reguler, tak terdapat
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii murmur dan gallop, tak terdapat ronchi dan
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiwheezing.
j. Abdomen :Perut bulat, Bising usus 20x/mnt, tak terdapat
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinyeri abdomen dan epigastrium, tak teraba
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimassa, terdapat lesi bekas operasi Caesar.
k. Ekstremitas :Akral hangat, tak terdapat pitting edema
l. Kulit :Warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis,
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiilembab, tidak ada lesi, integritas kulit utuh.

3. Pemeriksaan Fisik An. M


Tanda-tanda vital
TD : - N : 95 x/menit
R : 18 x/menit S : 36,5 C
Head to toe
a. Tinggi badan : 120 cm
b. Berat badan : 20 kg
c. Kepala :Rambut tipis, hitam, distribusi merata, tak ada luka
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimaupun ketombe pada kulit kepalanya, terdapat
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikiloid di pipi sebelah kiri.
d. Mata :Konjungtiva tak anemis, sklera ikterik (-)
e. Telinga :Telinga simetris, tak terdapat nyeri ataupun
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii pembengkakan, tak tampak serumen maupun
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipengeluaran cairan. Fungsi pendengaran baik.
f. Hidung :Proporsi tepat di tengah, tak nampak pengeluaran
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiicairan maupun lendir, mukosa lembab, tak ada
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipembengkakan.
g. Mulut :Proporsi tepat di tengah, mukosa lembab, mulut
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiidan gigi cukup bersih, terdapat karies gigi.
h. Leher :Tak terdapat pembesaran kelenjar tiroid

27
i. Thorax :Dada simetris, tak terdapat murmur dan gallop, tak
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiterdapat ronchi dan wheezing.
j. Abdomen :Perut bulat, tak terdapat nyeri abdomen dan
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiepigastrium, tak teraba massa.
k. Ekstremitas :Akral hangat, tak terdapat pitting edema
l. Kulit :Warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis,
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiilembab, tidak ada lesi, integritas kulit utuh.

4. Pemeriksaan Fisik An. A


Tanda-tanda vital
TD : - N : 105 x/menit
R : 35 x/menit S : 36,4 C
Head to toe
1. Tinggi badan : 87 cm
2. Berat badan : 15 kg
3. Kepala :Rambut tebal kriting, hitam, distribusi merata, tak
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiada luka maupun ketombe pada kulit kepalanya.
4. Mata :Konjungtiva tak anemis, sklera ikterik (-)
5. Telinga :Telinga simetris, tak terdapat nyeri ataupun
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipembengkakan, tak tampak serumen maupun
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipengeluaran cairan. Fungsi pendengaran baik.
6. Hidung :Proporsi tepat di tengah, tak nampak pengeluaran
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiicairan maupun lendir, mukosa lembab, tak ada
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipembengkakan.
7. Mulut :Proporsi tepat di tengah, mukosa lembab, mulut
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiidan gigi bersih kurang bersih, terdapat karies gigi.
8. Leher :Tak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
9. Thorax :Dada simetris, tak terdapat murmur dan gallop, tak
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiterdapat ronchi dan wheezing.
10. Abdomen :Perut bulat, tak terdapat nyeri abdomen dan
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiepigastrium, tak teraba massa.

28
11. Ekstremitas : Akral hangat, tak terdapat pitting edema
12. Kulit :Warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis,
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiilembab, tidak ada lesi, integritas kulit utuh.
3.2 Analisa data
Diagnosa Keluarga
No Data Diagnosa
1 Ds : Bpak. S mengatakan bahwa dia Resiko Gangguan perlekatan
dan istri memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan
menguras waktu, dan itu ketidakmampuan orang tua
membuatnya sedikit sedih, karena untuk memenuhi kebutuhan
kurangnya komunikasinya dengan personal
sang anak.

Do : Interaksi antara orang tua dan


anak terlihat kurang.

Diagnose Individu
No Data Diagnosa
1 Ds : Ny. W mengatakan anaknya Ketidakseimbangan nutrisi
tidak mau memakan sayur-sayuran kurang dari tubuh pada
yang diberikan ibunya, anaknya keluarga Tn. S, khususnya
hanya mau makan makanan yang ia pada An. M
sukai seperti telur dan ayam

Do : An. M tidak mau memakan


sayur-sayuran yang telah disiapkan

29
ibu w. An. M telihat kurus.
BB An. M : 15 kg
TB An. M : 120 cm
IMT : 10,4 (kurang)

3.3 Skoring Asuhan Keperawatan Keluarga


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh pada keluarga Tn. S
khususnya pada An. M
Kriteria Bobot Score Justifikasi
Sifat masalah 1 3/3x1= 1 Masalah Ketidakseimbangan nutrisi
aktual kurang dari tubuh pada keluarga bpk
S, khususnya pada anak M sudah
terjadi, yang ditandai dengan anak M
yang susah makan dan tidak mau
menghabiskan sayur-sayuran yang
dimasak ibunya, anak M sering
menutup mulutnya ketika disuapin.
Anak M terlihat sangat kurus, jika
tidak ditangani dengan segera akan
mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak M.
Kemunginan 2 2/2x2= 2 Keluarga bpk S merupakan keluarga
masalah dapat dengan social ekonomi menengah
dipecahkan keatas, akses untuk bahan makanan
mudah juga mudah didapatkan, karena
keluarga S dekat dengan masalah
dapat diubah dengan tindakan
keperawatan, dan mengubah prilaku
ibu tentang cara penberian makanan

30
dan kreasi bentu-bentuk sayuran yang
menarik agar disukai anak-anak
Potensi 1 3/3x1= 1 Tidak terdapat adanya komplikasi.
masalah untuk Masalah dapat dicegah karena anak
dicegah tidak tekena penyakit infeksi dan ibu
Tinggi W peduli untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami anak M.
Menonjolnya 1 2/2x1= 1 Ibu w sdah mengetahuibahwa
masalah anaknya kurus dan berupaya ingin
Segera di memberikan suplemen penambah
atasi nafsu makan. Ia tidak inggin anaknya
terkena gizi buruk.
Jumlah 5
skoring

3.4 Pembahasan serta Kelebihan Dan Kekurangan Teori Imogine King


Berdasarkan analisa kelompok, konsep teori ini diprediksi dapat
menyesuaikan pada setiap perubahan, perkembangan iptek, sosial,ekonomi
dan politik, karena sistem ini terbuka dan dinamis. Teori ini cukup adekuat
dan logis karena beberapa konsep yang ada didukung oleh beberapa riset.
Teori King menyatakan bahwa manusia mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi, berpartisipasi dalam membuat keputusan untuk
mempengaruhi kehidupan, kesehatan, maupun mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Berdasarkan hal diatas maka kelompok menyimpulkan bahwa teori
King adalah cukup logis dipandang dari cakupan teori atau pernyataan yang
dikemukakan karena teori King ini sangat sesuai karena keberhasilan
perawatan adalah adanya interaksi yang terus menerus antara perawat dan
klien serta lingkungan eksternal yang mempengaruhinya. Pengkajian
keperawatan keluarga menurut King ini lebih berfokus bagaimana interaksi

31
individu dalam keluarga, baik secara personal, interpersonal, maupun sosial.
Sehingga interaksi yang terjalin dalam keluarga dapat di kaji
permasalahannya lebih mendalam.
1. Kelebihan Teori Imogene M. King
a. Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, teori ini dapat
dipergunakan dan menjelaskan atau memprediksi sebagian besar
fenomena dalam keperawatan.
b. Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungan
dengan jelas dan dapat diamati.
c. Mengedepankan partisipasi aktif klien dalam penyusunan tujuan
bersama, mengambil keputusan, dan interaksi untuk mencapai tujuan
klien.
d. Dengan teori King, interaksi klien dapat dikaji secara mendalam
sehingga letak permasalahan individu dapat diketahui.

2. Kekurangan Teori Imogene M. King


a. Teori ini berfokus pada sistem interpersonal. Sehingga tujuan yang
akan dicapai sangat bergantung pada persepsi perawat dan klien yang
terlibat dalam hubungan interpersonal dan hanya pada saat itu saja.
b. King pada pengkajiannya berfokus interaksi klien baik secara individu
maupun keluarga, perawat dalam mengkaji harus benar-benar bisa
membuka pembicaraan dan memancing klien agar dapat berbicara
lebih tentang dirinya tanpa harus ditutup-tutupi dan terbebani.
Sehingga, pengkajian yang didapatkan oleh perawat dapat lebih
optimal. Kunci komunikasi yang baik sangat penting dalam
pengkajian ini.

32
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas Pola dan
Proses Komunikasi, Struktur Peran, Struktur Kekuatan, Nilai-nilai Keluarga.
Untuk mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut yaitu Fungsi
Afektif, Fungsi Sosialisasi, Fungsi Reproduksi, Fungsi Ekonomi, Fungsi
Perawatan Kesehatan.
Model keperawatan terakhir dari King memadukan tiga sistem
interaksi yang dinamis personal, interpersonal, dan sosial yang mengarah pada
perkembangan teori pencapaian tujuan. Konsep yang ditempatkan dalam
sistim personal karena mereka terutama berhubungan dengan individu,
sedangkan konsep yang ditempatkan dalam sistim interpersonal karena
menekankan pada interaksi antara dua orang atau lebih. Konsep yang
ditempatkan dalam sistem sosial karena mereka menyediakan pengetahuan
untuk perawat agar berfungsi di dalam sistim yang lebih besar (Tomey &
Alligood, 2006).
Asumsi dasar King tentang manusia seutuhnya (Human Being)
meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan
dan orientasi pada waktu. Dari keyakinannya tentang human being ini, King
telah menderivatasumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat-
klien (Christensen J.P, 2009) yaitu Persepsi dari perawat dan klien
mempengaruhi proses interaksi, Tujuan kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari
perawat dan klien mempengaruhi interaksi, Individu mempunyai hak untuk
mengetahui tentang dirinya sendiri, Individu mempunyai hak untuk

33
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, Profesional kesehatan
mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi, Individu
mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan, dan
Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan
kesehatan dapat berbeda.

4.2 Saran
Dengan diselesaikannya tugas ini, penyusun mengetahui bahwa masih
banyak kekurangan dalam menyusun tugas mata kuliah ini. Untuk itu,
penyusun berharap mendapatkan kritik dan saran yang membangun agar
dalam penyusunan tugas yang akan datang bisa lebih baik dari yang saat ini,
Dan Saran sebagai penyusun makalah ini, kami menyarankan kepada para
pembaca khusus nya kepada perawat atau mahasiswa agar lebih mendalami
materi yang telah di paparkan dalam makalah ini, agar dapat berguna dalam
kehidupan sehari-hari maupun saat berada dilapangan sehingga dapat
menerapkan Keperawatan Keluarga.

34
DAFTAR PUSTAKA

Christensen, P. & Kenney. 2009. Proses Keperawatan : Aplikasi Model


Konseptual. Jakarta, Indonesia : EGC

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC

Jhonson , L., & Leny, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Murwani, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen


Publishing

Potter, P.A, Perry, A,G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,
dkk. Jakarta : EGC

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Z, Ali. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

35

Anda mungkin juga menyukai