38
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52
39
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
daerah sesuai dengan karakter daerahnya dalam lembaran Daerah sesuai dengan
akan mempunyai prioritas yang berbeda ketentuan peraturan perundang-undangan.
antara satu Daerah dengan Daerah lainnya Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari,
dalam upaya menyejahterakan masyarakat. Ini Menteri atau gubernur sebagai wakil
merupakan pendekatan yang bersifat Pemerintah Pusat tidak memberikan jawaban,
asimetris artinya walaupun Daerah sama-sama Peraturan Daerah dianggap telah mendapat
diberikan otonomi yang seluas-luasnya, persetujuan.
namun prioritas Urusan Pemerintahan yang Dinamika tuntutan masyarakat akan
dikerjakan akan berbeda satu Daerah dengan kualitas pelayanan menuntut pemerintah
Daerah lainnya. Konsekuensi logis dari daerah untuk melakukan pemerintahan
pendekatan asimetris tersebut maka Daerah daerah kelembagaan sehingga bentuk
akan mempunyai prioritas Urusan kelembagaan daerah yang dibuat akan lebih
Pemerintahan dan kelembagaan yang berbeda efisien. Karakter ini ditunjukkan dengan
satu dengan lainnya sesuai dengan karakter struktur kelembagaan yang ramping.
daerah dan kebutuhan masyarakat. Kelembagaan yang besar, akan memungkinkan
Pembentukan dan susunan Perangkat terjadinya overlap implementasi tugas pokok
Daerah berdasarkan Peraturan tersebut dan fungsi antar organisasi yang ada.
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Banyaknya keragaman organisasi
Peraturan Daerah pembentukan dan susunan kelembagaan yang dibangun oleh Pemerintah
perangkat daerah berlaku setelah mendapat Daerah menciptakan potensi terjadinya
persetujuan dari Menteri bagi Perangkat duplikasi pelakasanaan tugas. Kondisi ini
Daerah Provinsi dan dari Gubernur sebagai menciptakan sulitnya koordinasi pada tatanan
wakil Pemerintah Pusat bagi perangkat daerah implementasi kebijakan publik juga berakibat
kabupaten/kota. Persetujuan Menteri atau pada borosnya penggunaan sumber daya.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat Banyaknya keragaman organisasi yang
diberikan berdasarkan pemetaan Urusan dibangun juga menciptakan semakin banyak
Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. kemungkinan terciptanya garis konflik
Menteri atau Gubernur sebagai wakil diantara organisasi kelembagaan itu sendiri.
Pemerintah Pusat menyampaikan jawaban Organisasi pemerintah yang ramping akan
menyetujui seluruhnya atau menyetujui menghasilkan kualitas pelayanan masyarakat
dengan perintah perbaikan Peraturan Daerah lebih berkualitas serta memudahkan bagi
kepada gubernur atau bupati/walikota paling penerima layanan. Kondisi ini menjadikan
lambat 15 (lima belas) hari sejak diterimanya kelembagaan yang tidak berbelit-belit serta
Peraturan Daerah. Dalam hal Menteri atau prosedur pelayanan yang mudah dipahami
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat oleh masyarakat serta memberikan kejelasan
menyetujui seluruhnya atas Peraturan Daerah dan kepastian hukum bagi masyarakat.
40
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52
41
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
42
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52
kelompok orang tertentu atau gambaran elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa
tentang suatu gejala atau hubungan antara dua peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang,
gejala atau lebih”. Sebelum menggunakan kendaraan dan sejenisnya.
metode penelitian kualitatif, ada baiknya Dalam penelitian kualitatif ini nantinya,
penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai yang menjadi instrument atau alat penelitian
metode penelitian kualitatif. adalah peneliti atau penulis sendiri. Penulis
Metode penelitian kualitatif adalah yang bertindak sebagai human instrument,
metode penelitian yang digunakan untuk berfungsi menentukan fokus penelitian,
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, memilih informan sebagai sumber data,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana melakukan pengumpulan data, menilai
peneliti adalah sebagai instrument kunci, kualitas data, analisis data, menafsirkan data
teknik pengumpulan data dilakukan secara dan membuat kesimpulan atas temuan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat dilapangan. Hal tersebut didasari atas
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih pendapat Nasution (Sugiyono, 2008: 60) yang
menekankan makna dari pada generalisasi. menyatakan bahwa: Dalam penelitian
(Sugiono, 2008). kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada
Selanjutnya Sugiono (2008) menyatakan menjadikan manusia sebagai instrument
bahwa: Dalam penelitian kualitatif suatu penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
realitas atau obyek tidak dapat dilihat secara segala sesuatunya belum mempunyai bentuk
parsial dan dipecah ke dalam beberapa yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur
variabel. Penelitian kualitatif memandang penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan
obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil hasil yang diharapkan, itu sebelumnya tidak
konstruksi pemikiran, dan utuh (holistic) dapat ditentukan secara pasti dan jelas
karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam
Sebelum membahas mengenai keadaan serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
pengumpulan data, penulis akan menjelaskan tidak ada pilihan lain hanya peneliti itu sendiri
populasi. Akan tetapi dalam penelitian sebagai alat satu-satunya yang dapat
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi. mencapainya.
Spradley (Sugiyono, 2008) menyebutkan Dalam penelitian ini nantinya penulis
sebagai “social situation” atau situasi sosial akan menggunakan data yang bersumber dari
yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat observasi partisipatif, wawancara dan studi
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) dokumentasi. Marshall (Sugiyono, 2008: 64)
yang berinteraksi secara sinergis. Sebenarnya menyatakan bahwa “through observation, the
obyek penelitian kualitatif bukan semata-mata researcher learn about behavior and the
pada situasi sosial yang terdiri dari tiga meaning attached to those behavior”. Melalui
43
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan journal, you will find that much social research
makna dari perilaku tersebut. Sedangkan is based on interview, either standardized or
Seohartono (2002: ha 70) mengatakan bahwa: more in depth”. Maksudnya adalah wawancara
Dalam observasi partisipan, pengamat ikut merupakan hatinya penelitian sosial. Bila
serta dalam kegiatan–kegiatan yang dilakukan dilihat jurnal dalam ilmu sosial, maka akan
subjek penelitian, ia tetap waspada untuk ditemui semua penelitian sosial didasarkan
mengamati kemunculan tingkah laku tertentu. pada wawancara, baik standar maupun yang
Sejalan dengan pendapat tersebut, Stainback dalam.
(Sugiyono, 2008: 65) menyatakan “participant Kemudian Esterberg (Sugiyono, 2008:
observation, the researcher observes what 73) juga mengemukakan beberapa macam
people do listen to what they say, and wawancara, yaitu wawancara terstruktur,
participates in their activities”. Secara bebas semi terstruktur, dan tidak terstruktur.
dapat diartikan dalam observasi partisipatif, Wawancara terstruktur digunakan sebagai
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan pengumpul data telah mengetahui dengan
berpartisipasi dalam aktivitas mereka. pasti tentang informasi apa yang akan
Wawancara (interview) adalah pengumpulan diperoleh. Wawancara semi terstruktur
data dengan mengajukan pertanyaan secara termasuk dalam kategori in-dept interview
langsung oleh pewawancara (pengumpul data) yang dalam pelaksanaannya lebih bebas jika
kepada responden, dan jawaban-jawaban dibandingkan dengan wawancara
responden dicatat atau direkam dengan alat tersruktur.Tujuan dari wawancara semi
perekam (tape recorder). Selanjutnya terstruktur adalah untuk menemukan
Esterberg (Sugiyono, 2008; 72) permasalahan secara lebih terbuka di mana
mendefenisikan wawancara sebagai “a pihak yang diajak wawancara diminta
meeting of two persons to exchange information pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan
and idea through question and responses, wawancara, peneliti perlu mendengarkan
resulting in communication and join secara teliti dan mencatat apa yang
construction of meaning about a particular dikemukakan oleh informan. Sedangkan
topic”. (Wawancara merupakan pertemuan wawancara tidak terstruktur adalah
dua orang untuk bertukar informasi dan ide wawancara bebas di mana peneliti tidak
melalui tanya jawab, sehingga dapat menggunakan pedoman wawancara yang telah
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tersusun secara sistematis dan lengkap
tertentu). Kemudian Esterberg dalam buku pengumpulan datanya. Oleh karena itu, dalam
yang sama mengemukakan bahwa penelitian penulis menggunakan wawancara
“interviewing is at the heart of social research. semi terstruktur sebagai sumber data yang
If you look through almost any sociological utama untuk menarik kesimpulan dengan
44
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52
Dairi telah menetapkan Peraturan Daerah mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni:
Kabupaten Dairi Nomor 7 Tahun 2016 tentang (i) faktor apa yang mendukung keberhasilan
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah di implementasi kebijakan? Dan (ii) faktor apa
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat merupakan syarat utama keberhasilan proses
Daerah, maka sesuai dengan Pasal 5 Peraturan implementasi, yakni komunikasi, sumber daya,
Daerah Kabupaten Dairi Nomor 7 Tahun 2016 sikap birokrasi atau pelaksana dan sturktur
dijelaskan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi organisasi, termasuk tata aliran kerja
sebagai salah satu perangkat daerah adalah birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi
satuan kerja yang berada dibawah dan kriteria penting dalam implementasi suatu
45
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
kebijakan dan instruksi implementasi harus komunikasi dengan semua pihak-pihak baik
ditransmisikan kepada personil-personil yang dilakukan dengan secara langsung maupun
tepat sebelum dilaksanakan. Komunikasi secara tidak langsung oleh Pihak Pemerintah
semacam ini harus akurat dan harus dipahami sebagai Stake Holder. Adapun komunikasi yang
oleh para pelaksana/implementor kebijakan. terjadi dari bawah ke atas dan atas ke bawah
Ada tiga hal penting yang dibahas dalam oleh Pemerintah Kabupaten Dairi melalui tim
proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, telah melakukan komunikasi ke semua pihak
konsistensi, dan kejelasan (calrity). Faktor terkait dalam melaksanakan implementasi
pertama yang mendukung implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
kebijakan adalah transmisi. Seorang pejabat tentang Perangkat Daerah. Namun untuk
yang mengimplementasikan keputusan harus komunikasi dan koordinasi lintas organisasi
menyadari bahwa suatu keputusan telah perangkat daerah yang lainnya masih kurang
dibuat dan suatu perintah untuk berjalan dengan baik.
pelaksanaanya telah dikeluarkan. Faktor Sebagiamana hasil wawancara dengan
kedua yang mendukung implementasi Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana
kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi. Terkait
petunjuk-petunjuk pelaksanaan kebijakan dengan Implementasi Peraturan Pemerintah
tidak hanya harus diterima oleh para Nomor 18 Tahun 2016, bahwasanya telah
pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi dilakukan komunikasi yang berjenjang tentang
tersebut harus jelas. Faktor ketiga yang tahapan, prosedur dan segala sesuatu terkait
mendukung implementasi kebijakan adalah dengan aturan dimaksud, yaitu Tim
konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Dairi melalui Bagian
ingin berlangsung efektif, maka perintah- Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat
perintah pelaksanaan harus konsisten dan Daerah Kabupaten Dairi dengan Kementrian
jelas. (Winarno, 2002) Dalam Negeri dan Kementrian Pendayagunaan
Kaitannya dengan pentingnya Aparatur Negara Reformasi Birokrasi telah
komunikasi dalam organisasi publik, paling melakukan konsultasi, koordinasi dan
tidak ada ukuran komunikasi yang efektif komunikasi namun dengan keterbatasan
menurut Harianja (2006), yakni: “1) waktu dan anggaran, maka komunikasi dan
terciptanya pemahaman yang sama, 2) koordinasi cenderung lebih intens dilakukan
mempengaruhi sikap dalam kerja, serta 3) dengan Pemerintah Provinsi selaku wakil
tindakan atau perilaku yang berwujud pada Pemerintah Pusat. Dengan demikian dapat
semangat dan motivasi kerja untuk dipahami komunikasi yang berjenjang secara
peningkatan organisasi. Berkaitan dengan hal ekternal telah dilaksanakan dengan baik.
tersebut di atas, agar terselenggaranya Namun komunikasi internal belum berjalan
implementasi dengan efektif, harus ada dengan efektif.
46
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52
47
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
namun untuk staf masih perlu penambahan Kabupaten Dairi telah terpenuhi sesuai jumlah
serta pembinaan sebagaimana fungsi dari dan kebutuhan. Selanjutnya untuk fungsional
Sekertariat Daerah selaku tim perumus umum (staf) masih belum terpenuhi sesuai
kebijakan. kebutuhan dan jumlah. Terdapat beberapa
Dan dalam pengisian komposisi jabatan Bagian pada Sekretariat Daerah yang
Pemerintah Kabupaten Dairi telah mengacu Subbagian tidak memiliki staf. Idealnya setiap
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Subbagian memiliki seorang staf. Sehingga
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Kepala Subbagian merangkap seluruh tugas
Negara. Namun untuk penempatan Jabatan yang ada.
Pimpinan Tinggi Pratama (eselon IIb) pada Sebagaimana hasil wawancara penulis
Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi tidak dengan Kepala Badan Kepegawaian dan
dilaksanakan lelang jabatan. Jabatan tersebut Pengembangan Sumber Daya Manusia
diisi oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) yang Kabupaten Dairi menyatakan..........Secara
sudah duduk sebagai Pejabat Eselon II, hanya keseluruhan untuk komposisi jabatan
melakukan Rotasi Jabatan. fungsionanl umum (staf) untuk semua
Tetapi untuk Organisasi Perangkat Organisasi Perangkat Daerah Kabupaen Dairi
Daerah Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama yang memang kurang sesuai jumlah dan kebutuhan
lain dilaksanakan dengan lelang jabatan sesuai seharusnya. Kedepan kita akan mengusulkan
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 kepada Kementrian Pendayagunaan Aparatur
tentang Aparatur Sipil Negara terutama untuk Negara dan Reformasi Birokrasi untuk
Organisasi Perangkat Daerah yang baru. pengadaan maupun penerimaan calon
Namun untuk Jabatan Administrator (Kepala Aparatur Sipil Negara di Pemerintah
Bagian pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kabupaten Dairi.
Dairi yakni eselon III.A) dan Jabatan Pengawas
(Kepala Subbagian yakni eselon IV.A) pada Sikap Birokrasi
Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi belum Menurut Mulyono dalam
dilakukan lelang jabatan namun masih hasil http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/
keputusan Tim Baperjakat yang telah di model-implementasi-kebijakan-george-
tetapkan oleh Bupati Dairi. edward-iii/, salah satu faktor yang
Sebagaimana pengamatan penulis untuk mempengaruhi efektivitas implementasi
jabatan administrator (Kepala Bagian) pada kebijakan adalah sikap implementor. Jika
Sekretariat Daerah belum sepenuhnya impelementor setuju dengan bagian-bagian isi
terpenuhi, salah satu Bagian yakni Bagian dari kebijakan maka mereka akan
Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi. melaksanakan dengan senang hati, tetapi jika
Namun untuk jabatan pengawas (eselon IV. A) pandangan mereka berbeda dengan pembuat
untuk semua Bagian pada Sekretariat Daerah
48
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52
kebijakan maka proses implementasi akan Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan
mengalami banyak masalah. Pemerintahan Pilihan. Selanjuntnya ayat (4)
Ada tiga bentuk sikap dan respon Menteri atau gubernur sebagai wakil
implementor terhadap kebijakan; kesadaran Pemerintah Pusat menyampaikan jawaban
pelaksana, petunjuk dan arahan pelaksana menyetujui seluruhnya atau menyetujui
untuk merespon program ke arah penerimaan dengan perintah perbaikan Perda kepada
atau penolakan, dan intensitas dari respon gubernur atau bupati/walikota paling lambat
tersebut. Para pelaksana mungkin memahami 15 (lima belas) Hari sejak diterimnya Perda.
maksud dan sasaran program namun Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Dairi
seringkali mengalami kegagalan dalam melalui Bagian Organisasi dan Tata Laksana
melaksanakan program secara tepat karena Sekretariat Daerah mengantar sekaligus
mereka menolak tujuan yang ada di dalamnya berkoordinasi ke Gubernur selaku Pemerintah
sehingga secara tepat karena mereka menolak Provinsi sebagai wakil Pemerintah Pusat
tujuan yang ada di dalamnya sehingga secara untuk mendapat persetujuan dan koreksi,
sembunyi mengalihkan dan menghindari dengan batas waktu 15 (lima belas) hari. Hal
implementasi program. Disamping itu, ini dibenarkan oleh Asisten Pemerintahan dan
dukungan para pejabat pelaksana sangat Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah
dibutuhkan dalam mencapai sasaran program. Kabupaten Dairi. Pada Pasal 6 Peraturan
Setelah tim telah melaksanakan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 ayat (1)
tugasnya sesuai dengan tahapan-tahapan yang Kriteria tipelogi Perangkat Daerah untuk
telah ditetapkan, maka Pemerintah Kabupaten menentukan tipe Perangkat Daerah
Dairi melalui sidang di Dewan Perwakilan berdasarkan hasil pemetaan urusan
Rakyat Daerah Kabupaten Dairi telah pemerintahan, dengan variabel: (a) umum
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten dengan bobot 20% (dua puluh persen); dan
Dairi Nomor 7 Tahun 2016 tentang (b) teknis dengan bobot 80% (delapan puluh
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah persen), ayat (2) Kriteria variabel umum
Kabupaten Dairi. Sesuai pasal 3 ayat (2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah ditetapkan berdasarkan karakteristik Daerah
mendapat persetujuan dari Menteri bagi yang terdiri dari atas indikator: (a) jumlah
Perangkat Daerah provinsi dan dari gubernur penduduk; (b) luas wilayah; dan (c) jumlah
sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi anggaran pendapat dan belanja Daerah. Dalam
Perangkat Daerah kabupaten/kota. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 7
Selanjutnya pada Pasal 3 ayat (3) Persetujuan tersebut dalam pasal 5 disebut Sekretariat
Menteri atau Gubernur sebagai wakil Daerah Kabupaten Dairi adalah Tipe A (beban
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud kerja besar). Penetapan tipe A ditetapkan
pada ayat (2) diberikan berdasarkan pemetaan berdasarkan Input Data Variabel Sekretariat
49
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
Daerah Kabupaten Dairi. Penetapan tipe A oleh pihak masyarakat ikut berperan dalam
telah disesuaikan dengan dua faktor yaitu terselenggaranya Impelementasi Peraturan
faktor umum dengan indikator jumlah Pemerintah tersebut. Walaupun Peraturan
penduduk, luas wilayah dan jumlah APBD Pemerintah tersebut tidak sampai ke
selanjutnya faktor subtantif/teknis dengan masyarakat langsung; 3) Sumber-sumber
indikator jumlah kecamatan, jumlah politik suatu organisasi (misalnya dukungan
desa/kelurahan dan jumlah perangkat daerah dari pihak anggota legislatif) dengan
kecuali kecamatan, jumlah kebijakan daerah, penetapan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi
jumlah ASN serta jumlah APBD. Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah; 4) Vitalitas
Struktur Organisasi suatu organisasi, atau kemampuan untuk
Struktur birokrasi adalah karakteristik, berjalan dan berlangsungnya kegiatan di suatu
norma-norma, dan pola-pola hubungan yang organisasi sesuai dengan Tugas Pokok dan
terjadi berulang-ulang dalam badan-badan fungsinya; 5) Tingkat komunikasi “terbuka”
eksekutif yang mempunyai hubungan baik yaitu jaringan kerja komunikasi horizontal
potensial maupun nyata dengan apa yang maupun vertikal secara bebas serta tingkat
mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. kebebasan yang secara relatif tinggi dalam
Van Horn dan Van Meter menunjukkan komunikasi dengan individu-individu diluar
beberapa unsur yang mungkin berpengaruh organisasi; 6) Kaitan formal dan informal
terhadap suatu organisasi dalam implementasi suatu badan dengan badan pembuat
kebijakan, yaitu: 1) Kompetensi dan ukuran keputusan atau pelaksana keputusan. Bila
staf suatu badan; sebagaimana telah dibahas sumberdaya cukup untuk melaksanakan suatu
sebelumnya, salah satu faktor pendukung kebijakan dan para implementor mengetahui
terlaksananya impelementasi kebijakan adalah apayang harus dilakukan, implementasi masih
tersedianya sumber daya khususnya manusia gagal apabila struktur birokrasi yang ada
untuk mengaplikasikan Peraturan Pemerintah menghalangi koordinasi yang diperlukan
tersebut dalam birokrasi dimana dia bertugas, dalam melaksanakan kebijakan. Kebijakan
dan memiliki integritas yang tinggi dalam yang kompleks membutuhkan kerjasama
memegang teguh janji yang dibuatnya dalam banyak orang, serta pemborosan sumberdaya
Pakta Integritas, ataupun patuh terhadap akan mempengaruhi hasil implementasi.
Peraturan Pemerintah yang telah Perubahan yang akan dilakukan tentunya akan
disampaikan; 2) Tingkat pengawasan hirarki mempengaruhi individu dan secara umum
terhadap keputusan-keputusan sub unit dan akan mempengaruhi sistem dalam birokrasi.
proses-proses dalam badan pelaksana. Tidak (George Edward III: Implementing public policy,
hanya dilaksanakan oleh Badan yang berperan 1980).
langsung dalam hal pengawasan, tetapi juga
50
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52
51
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
Sutarto. (2002). Dasar-Dasar Organisasi, Gadjah Wibawa, S. (1994). Evaluasi Kebijakan Publik,
Mada University Press,Yogjakarta. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa.
Tarigan, A. (2000). Implementasi Kebijakan Jaring Widodo, J. (2001). Good Governance: Telaah dari
Pengaman Sosial; Studi Kasus Program Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi
Pengembangan Kecamatan di Kabupaten pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah,
Dati II Lebak, Jawa Barat, Tesis Magister Insan Cendekia, Jakarta.
Administrasi Publik UGM Yogyakarta. Winarni. (2004). Manajemen Perubahan
Turnip, K. (2016). Prokontra dan Resistensi ITC/E- (Management og Change), Prenada Media,
Gov Perspektif Psikologi Birokrasi, Elmatera Jakarta.
Yogjakarta Winarno, B. (2002). Teori dan Proses Kebijakan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Publik. Media Pressindo, Yogjakarta.
Pemerintahan Daerah.
52