Anda di halaman 1dari 15

JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52

JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA


(Journal of Governance and Political Social UMA)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma

Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016


tentang Perangkat Daerah pada Penataan Kelembagaan
Sekretariat Daerah
Implementation of Government Regulation No. 18 of 2016 on
Regional Devices on Institutional Arrangement of the
Regional Secretariat
Susilawaty Munthe1)*, Warjio2) & Kariono2)
1) Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, Indonesia
2)Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan penghambat
dalam pelaksanaan Impelementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah pada
Penataan Kelembagaan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi. Metode penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui, wawancara dilakukan terhadap
informan kunci yang dianggap benar-benar dapat memberikan informasi baik mengenai orang, peristiwa atau hal,
dengan tidak mementingkan jumlah informan tetapi lebih mementingkan bagaimana relevansinya dan
ketepatannya dengan penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Penataan Kelembagaan Sekretariat Daerah
Kabupaten Dairi sudah berjalan namun belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek
pertama adalah komunikasi yang memperlihatkan bahwa komunikasi dan koordinasi internal di lingkungan
Perangkat Daerah lainnya masih belum berjalan dengan baik. Kedua adalah Sumber Daya memperlihatkan masih
belum terpenuhi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan baik secara jumlah maupun kompetensi. Aspek ketiga,
adalah Sikap Birokrasi yang memperlihatkan adanya program kegaiatan sehingga perlu pembenahan dan
penataan yang tidak. Aspek keempat adalah Standard Operational Prosedure (SOP) dalam melaksanakan
impelementasi telah mengacu sesuai tahapan yang telah ditetapkan. Untuk SOP sesuai dengan struktur organisasi
yang baru masih dalam proses penyusunan dan perumusan.
Kata Kunci: Implementasi, Pemerintah Daerah, Penataan Kelembagaan.
Abstract
This study aims to determine and analyze the factors that influence and inhibit the implementation of the
implementation of Government Regulation No. 18 of 2016 on the Regional Devices on Institutional Arrangement
Regional Secretariat Dairi. This research method using descriptive research method with qualitative method. Data
collection techniques through, interviews conducted on key informants who are considered really able to provide good
information about people, events or things, with no importance of the number of informants but more concerned with
how its relevance and accuracy with research conducted. The result of the research shows that the Implementation of
Government Regulation Number 18 Year 2016 on the Regional Device of Institutional Arrangement of Dairi Regency
Secretariat has been running but not yet optimal. This can be seen from several aspects. The first aspect is the
communication which shows that internal communication and coordination in other regional apparatus are still not
running well. The second is that the resources show are still not fulfilled in accordance with the amount needed both
in quantity and competence. The third aspect, is the Bureaucracy Attitude which shows the existence of the program
so that the need for correction and structuring that is not. The fourth aspect is the Standard Operational Procedure
(SOP) in implementing the implementation has been based on the stages. For SOPs in accordance with the new
organizational structure is still in the process of drafting and formulation.
Keywords: Implementation, Local Government, Institutional Arrangement.
How to Cite: Munthe, S. Warjio & Kariono. (2018). Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah pada Penataan Kelembagaan Sekretariat Daerah. JPPUMA:
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1): 38-52.
*Corresponding author: ISSN 2549-1660 (Print)
E-mail: 81susilawatymunthe@gmail.com ISSN 2550-1305 (Online)

38
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52

PENDAHULUAN setiap penanganan urusan pemerintahan


Menurut Winataputra (2007) kesadaran harus dibentuk kedalam organisasi tersendiri.
berkonstitusi secara konseptual diartikan Dengan perubahan terminologi pembagian
sebagai kualitas Gejolak dan perubahan urusan pemerintah yang bersifat konkuren
lingkungan strategi dalam menghadapi berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
globalisasi, sosio-kultural, perubahan politik, 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka
perubahan pimpinan, telah menyebabkan dalam implementasi kelembagaan setidaknya
perubahan drastis dan mempengaruhi terwadahi fungsi-fungsi pemerintahan
berbagai aspek kehidupan masyarakat di tersebut masing-masing tingkatan
Indonesia. Sistem Pemerintahan Indonesia pemerintahan. Pembentukan kelembagaan
mengalami perubahan mendasar pada Tahun daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor
1999 yaitu diberlakukannya sistem 23 Tahun 2014 pasal 208 yang
desentralisasi. Perubahan tata aturan mengungkapkan bahwa perangkat daerah
pemerintahan Indonesia pada hakekatnya kabupaten/kota terdiri atas sekretariat
merupakan upaya dalam penyelenggaraan daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, dinas,
pemerintahan yang baik atau Good badan dan kecamatan.
Govermance. Salah satu tujuan Good Dengan terbitnya Undang-Undang
Govemance adalah mendekatkan pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
dengan rakyat. Dengan demikian apa yang Daerah membawa perubahan yang signifikan
menjadi kebutuhan, permasalahan, keinginan, terhadap pembentukan Perangkat Daerah,
dan kepentingan serta aspirasi masyarakat yakni dengan prinsip tepat fungsi dan tepat
dapat dipahami secara baik dan benar oleh ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja
pemerintah. Sehingga pemerintah mampu yang sesuai dengan kondisi nyata di masing-
menyediakan layanan kepada masyarakat masing Daerah. Hal ini juga sejalan dengan
secara efisien, mampu mengurangi biaya, prinsip penataan organisasi perangkat daerah
memperbaiki output dan penggunaan sumber yang rasional, proporsional, efektif dan efisien.
daya manusia secara lebih efektif. Dengan membentuk kelembagaan, maka
Pelaksanaan otonomi daerah Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan
memberikan keleluasan bagi pemerintah pemerintahan secara efisien untuk
daerah untuk menyusun organisasi perangkat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
daerahnya. Dasar utama penyusunan masyarakat. Bahwa untuk melaksanakan
perangkat daerah dalam bentuk suatu ketentuan Pasal 232 ayat (1) Undang Undang
organisasi adalah adanya urusan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Maka ditetapkanlah Peraturan
daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18
urusan pilihan, namun tidak berarti bahwa Tahun 2016 tentangPerangkat Daerah. Setiap

39
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18

daerah sesuai dengan karakter daerahnya dalam lembaran Daerah sesuai dengan
akan mempunyai prioritas yang berbeda ketentuan peraturan perundang-undangan.
antara satu Daerah dengan Daerah lainnya Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari,
dalam upaya menyejahterakan masyarakat. Ini Menteri atau gubernur sebagai wakil
merupakan pendekatan yang bersifat Pemerintah Pusat tidak memberikan jawaban,
asimetris artinya walaupun Daerah sama-sama Peraturan Daerah dianggap telah mendapat
diberikan otonomi yang seluas-luasnya, persetujuan.
namun prioritas Urusan Pemerintahan yang Dinamika tuntutan masyarakat akan
dikerjakan akan berbeda satu Daerah dengan kualitas pelayanan menuntut pemerintah
Daerah lainnya. Konsekuensi logis dari daerah untuk melakukan pemerintahan
pendekatan asimetris tersebut maka Daerah daerah kelembagaan sehingga bentuk
akan mempunyai prioritas Urusan kelembagaan daerah yang dibuat akan lebih
Pemerintahan dan kelembagaan yang berbeda efisien. Karakter ini ditunjukkan dengan
satu dengan lainnya sesuai dengan karakter struktur kelembagaan yang ramping.
daerah dan kebutuhan masyarakat. Kelembagaan yang besar, akan memungkinkan
Pembentukan dan susunan Perangkat terjadinya overlap implementasi tugas pokok
Daerah berdasarkan Peraturan tersebut dan fungsi antar organisasi yang ada.
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Banyaknya keragaman organisasi
Peraturan Daerah pembentukan dan susunan kelembagaan yang dibangun oleh Pemerintah
perangkat daerah berlaku setelah mendapat Daerah menciptakan potensi terjadinya
persetujuan dari Menteri bagi Perangkat duplikasi pelakasanaan tugas. Kondisi ini
Daerah Provinsi dan dari Gubernur sebagai menciptakan sulitnya koordinasi pada tatanan
wakil Pemerintah Pusat bagi perangkat daerah implementasi kebijakan publik juga berakibat
kabupaten/kota. Persetujuan Menteri atau pada borosnya penggunaan sumber daya.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat Banyaknya keragaman organisasi yang
diberikan berdasarkan pemetaan Urusan dibangun juga menciptakan semakin banyak
Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. kemungkinan terciptanya garis konflik
Menteri atau Gubernur sebagai wakil diantara organisasi kelembagaan itu sendiri.
Pemerintah Pusat menyampaikan jawaban Organisasi pemerintah yang ramping akan
menyetujui seluruhnya atau menyetujui menghasilkan kualitas pelayanan masyarakat
dengan perintah perbaikan Peraturan Daerah lebih berkualitas serta memudahkan bagi
kepada gubernur atau bupati/walikota paling penerima layanan. Kondisi ini menjadikan
lambat 15 (lima belas) hari sejak diterimanya kelembagaan yang tidak berbelit-belit serta
Peraturan Daerah. Dalam hal Menteri atau prosedur pelayanan yang mudah dipahami
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat oleh masyarakat serta memberikan kejelasan
menyetujui seluruhnya atas Peraturan Daerah dan kepastian hukum bagi masyarakat.

40
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun Kabupaten Dairi adalah salah satu


2016 tentang Perangkat Daerah telah Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera
ditetapkan pada tanggal 15 Juni 2016 dan Utara yang melaksanakan amanah Peraturan
diundangkan pada tanggal 19 Juni 2016 yang Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
mencabut dan menyatakan tidak berlaku Perangkat Daerah. Untuk menyikapi Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2017 Pemerintah dimaksud, Pemerintah Kabupaten
tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dairi melalui Bagian Organisasi dan Tata
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Laksana Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi
tentang Perangkat Daerah menjadi acuan atau telah melakukan tahapan-tahapan
pedoman terbaru bagi Pemerintah Daerah baik diantaranya, pemetaan, penetapan typology,
Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
rangka penataan Kelembagaan Perangkat tentang Organisasi Perangkat Daerah,
Daerah untuk pembentukan Organisasi penyusunan Rancangan Peraturan Bupati
Perangkat Daerah secara efesien, efektif, dan tentang uraian tugas pokok dan fungsi, Analisa
rasional sesuai dengan kebutuhan nyata dan Jabatan dan Anggaran Belanja Kegiatan.
kemampuan Daerah masing-masing serta Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan merupakan salah satu organisasi perangkat
simplikasi serta komunikasi kelembagaan daerah yang ditetapkan melalui Peraturan
antara Pusat dan Daerah. Dasar utama Daerah Kabupaten Dairi Nomor 7 Tahun 2016
pembentukan perangkat daerah adalah adanya tentang Pembentukan Organisasi Perangkat
urusan pemerintah yang diserahkan kepada Daerah Kabupaten Dairi. Berdasarkan tipe
daerah dan menjadi kewenangan, yang terdiri sesuai dengan pasal 30 Peraturan Pemerintah
dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
wajib dibagi atas urusan wajib yang berkaitan Daerah maka Sekretariat Daerah Kabupaten
dengan pelayanan dasar, dan urusan wajib Dairi tergolong tipe A.Tipe A mewadahi
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar pelaksanaan fungsi sekretariat Daerah
penyelenggaraan. Kabupaten dengan beban kerja yang besar.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah pasal 2 Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
dijelaskan bahwa, pembentukan Perangkat Daerah, maka Sekretariat Daerah Kabupaten
Daerah dilakukan berdasarkan asas: a) Urusan Dairi terdiri dari 3 (tiga) Asisten, (I) Asisten
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
daerah; b) Intensitas Urusan Pemerintahan membawahi 4 (empat) Bagian yaitu, (1)
dan Potensi Daerah; c) Efisiensi; d) Efektivitas; Bagian Tata Pemerintahan (2) Bagian
e) Rentang kendali; f) Tata kerja yang jelas; Kesejahteraan (3) Bagian Hukum (4) Bagian
dan g) Fleksibilitas. Organisasi dan Tata Laksana, (II) Asisten

41
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18

Administrasi Pembangunan membawahi 2 mempunyai program kegiatan (dari


(dua) Bagian yaitu, (1) Bagian Perekonomian pengamatan penulis Bagian Humas dan
(2) Bagian Pembangunan, (III) Asisten Protokol salah satu subbagian yaitu subbagian
Administrasi Umum membawahi 3 (tiga) protokol, dimana sebelumnya subbagian ini
Bagian yaitu, (1) Bagian Umum (2) Bagian tergabung pada Bagian Umum Sekretariat
Perlengkapan (3) Bagian Humas dan Daerah yaitu subbagian Tata Usaha dan
Protokol,dan setiap Bagian mempunyai 3 Protokoler.
(tiga) subbagian sehingga secara keseluruhan Selanjutnya ketersediaan sumber daya
menjadi 27 (dua puluh tujuh) Subbagian. manusia atau Aparatur Sipil Negara yang
Dalam proses pelaksanaan tahapan masih perlu penambahan (komposisi
dimaksud terjadi perubahan kelembagaan penempatan staf/jabatan fungsional umum
maupun struktur organisasi di lingkungan belum merata, terdapat beberapa subbagian
Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi juga turut dimasing-masing Bagian tidak memiliki
mempengaruhi dari berbagai aspek, staf/jabatan fungsional umum) serta sarana
diantaranya ketatalaksanaan, Sumberdaya dan prasarana masih sangat perlu dibenahi,
Aparatur, standarisasi sarana dan prasarana dengan bertambahnya 1(satu) Bagian
kerja. Karena ini kebijakan Peraturan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi yaitu
Pemerintah tergolong masih baru sehingga Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah
pasti dalam mengimplementasikan belum KabupatenDairi, sehingga perlu penambahan
optimal, masih ada kekurangan dan sarana dan prasarana), karena fasilitas
keterbatasan. Terdapat berbagai maupun sarana dan prasarana sangat
permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah berperan guna mancapai efektif dan efisiensi
Kabupaten Dairi terkhusus Sekretariat Daerah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-
Kabupaten Dairi dalam mengimplementasikan masing guna meningkatkan kinerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah tersebut. METODE PENELITIAN
Diantaranya adalah kurangnya koordinasi Defenisi metode penelitian menurut
antara bagian-bagian terkait ketatalaksanaan Soehartono (2002) adalah cara atau strategi
masih terdapat ketidaksesuaian dan kurang menyeluruh untuk menemukan atau
tepatnya tupoksi serta uraian tugas sesuai memperoleh data yang diperlukan. Penelitian
jabatan yang ada dilingkungan Sekretariat ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif
Daerah. Hal ini sangat penting dan berkaitan dengan metode kualitatif.Hal ini sesuai dengan
dengan penyusunan uraian jabatan untuk pernyataan Atherton dan Klemmack
pemangku jabatan struktural, jabatan (Soehartono, 2002) bahwa penelitian
fungsional dan jabatan fungsional umum. deskriptif “….bertujuan untuk memberikan
Namun masih ada subbagian yang tidak gambaran tentang suatu masyarakat atau

42
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52

kelompok orang tertentu atau gambaran elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa
tentang suatu gejala atau hubungan antara dua peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang,
gejala atau lebih”. Sebelum menggunakan kendaraan dan sejenisnya.
metode penelitian kualitatif, ada baiknya Dalam penelitian kualitatif ini nantinya,
penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai yang menjadi instrument atau alat penelitian
metode penelitian kualitatif. adalah peneliti atau penulis sendiri. Penulis
Metode penelitian kualitatif adalah yang bertindak sebagai human instrument,
metode penelitian yang digunakan untuk berfungsi menentukan fokus penelitian,
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, memilih informan sebagai sumber data,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana melakukan pengumpulan data, menilai
peneliti adalah sebagai instrument kunci, kualitas data, analisis data, menafsirkan data
teknik pengumpulan data dilakukan secara dan membuat kesimpulan atas temuan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat dilapangan. Hal tersebut didasari atas
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih pendapat Nasution (Sugiyono, 2008: 60) yang
menekankan makna dari pada generalisasi. menyatakan bahwa: Dalam penelitian
(Sugiono, 2008). kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada
Selanjutnya Sugiono (2008) menyatakan menjadikan manusia sebagai instrument
bahwa: Dalam penelitian kualitatif suatu penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
realitas atau obyek tidak dapat dilihat secara segala sesuatunya belum mempunyai bentuk
parsial dan dipecah ke dalam beberapa yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur
variabel. Penelitian kualitatif memandang penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan
obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil hasil yang diharapkan, itu sebelumnya tidak
konstruksi pemikiran, dan utuh (holistic) dapat ditentukan secara pasti dan jelas
karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam
Sebelum membahas mengenai keadaan serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
pengumpulan data, penulis akan menjelaskan tidak ada pilihan lain hanya peneliti itu sendiri
populasi. Akan tetapi dalam penelitian sebagai alat satu-satunya yang dapat
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi. mencapainya.
Spradley (Sugiyono, 2008) menyebutkan Dalam penelitian ini nantinya penulis
sebagai “social situation” atau situasi sosial akan menggunakan data yang bersumber dari
yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat observasi partisipatif, wawancara dan studi
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) dokumentasi. Marshall (Sugiyono, 2008: 64)
yang berinteraksi secara sinergis. Sebenarnya menyatakan bahwa “through observation, the
obyek penelitian kualitatif bukan semata-mata researcher learn about behavior and the
pada situasi sosial yang terdiri dari tiga meaning attached to those behavior”. Melalui

43
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18

observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan journal, you will find that much social research
makna dari perilaku tersebut. Sedangkan is based on interview, either standardized or
Seohartono (2002: ha 70) mengatakan bahwa: more in depth”. Maksudnya adalah wawancara
Dalam observasi partisipan, pengamat ikut merupakan hatinya penelitian sosial. Bila
serta dalam kegiatan–kegiatan yang dilakukan dilihat jurnal dalam ilmu sosial, maka akan
subjek penelitian, ia tetap waspada untuk ditemui semua penelitian sosial didasarkan
mengamati kemunculan tingkah laku tertentu. pada wawancara, baik standar maupun yang
Sejalan dengan pendapat tersebut, Stainback dalam.
(Sugiyono, 2008: 65) menyatakan “participant Kemudian Esterberg (Sugiyono, 2008:
observation, the researcher observes what 73) juga mengemukakan beberapa macam
people do listen to what they say, and wawancara, yaitu wawancara terstruktur,
participates in their activities”. Secara bebas semi terstruktur, dan tidak terstruktur.
dapat diartikan dalam observasi partisipatif, Wawancara terstruktur digunakan sebagai
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan pengumpul data telah mengetahui dengan
berpartisipasi dalam aktivitas mereka. pasti tentang informasi apa yang akan
Wawancara (interview) adalah pengumpulan diperoleh. Wawancara semi terstruktur
data dengan mengajukan pertanyaan secara termasuk dalam kategori in-dept interview
langsung oleh pewawancara (pengumpul data) yang dalam pelaksanaannya lebih bebas jika
kepada responden, dan jawaban-jawaban dibandingkan dengan wawancara
responden dicatat atau direkam dengan alat tersruktur.Tujuan dari wawancara semi
perekam (tape recorder). Selanjutnya terstruktur adalah untuk menemukan
Esterberg (Sugiyono, 2008; 72) permasalahan secara lebih terbuka di mana
mendefenisikan wawancara sebagai “a pihak yang diajak wawancara diminta
meeting of two persons to exchange information pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan
and idea through question and responses, wawancara, peneliti perlu mendengarkan
resulting in communication and join secara teliti dan mencatat apa yang
construction of meaning about a particular dikemukakan oleh informan. Sedangkan
topic”. (Wawancara merupakan pertemuan wawancara tidak terstruktur adalah
dua orang untuk bertukar informasi dan ide wawancara bebas di mana peneliti tidak
melalui tanya jawab, sehingga dapat menggunakan pedoman wawancara yang telah
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tersusun secara sistematis dan lengkap
tertentu). Kemudian Esterberg dalam buku pengumpulan datanya. Oleh karena itu, dalam
yang sama mengemukakan bahwa penelitian penulis menggunakan wawancara
“interviewing is at the heart of social research. semi terstruktur sebagai sumber data yang
If you look through almost any sociological utama untuk menarik kesimpulan dengan

44
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52

tidak mengenyampingkan hasil pengamatan tidak akan berhasil dilaksanakan.


dan dokumen-dokumen terkait. Penentuan Implementasi kebijakan adalah aktivitas yang
sumber data melalui wawancara akan terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang
dilakukan penulis secara purposive, yaitu sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan mengelola input untuk menghasilkan output
tertentu. atau outcomes bagi masyarakat.
Implementation problem appoarch yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dikenalkan Edward III (1984: 9-10),

Pemerintah Kabupaten Dairi melalui mengajukan pendekatan masalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten implementasi dengan terlebih dahulu

Dairi telah menetapkan Peraturan Daerah mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni:

Kabupaten Dairi Nomor 7 Tahun 2016 tentang (i) faktor apa yang mendukung keberhasilan

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah di implementasi kebijakan? Dan (ii) faktor apa

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Dairi dan yang menghambat keberhasilan implementasi

ditetapkan pada tanggal 18 November 2016. kebijakan?. Berdasarkan kedua pertanyaan

Sebagaimana amanah Peraturan Pemerintah tersebut dirumuskan empat faktor yang

Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat merupakan syarat utama keberhasilan proses

Daerah, maka sesuai dengan Pasal 5 Peraturan implementasi, yakni komunikasi, sumber daya,

Daerah Kabupaten Dairi Nomor 7 Tahun 2016 sikap birokrasi atau pelaksana dan sturktur

dijelaskan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi organisasi, termasuk tata aliran kerja

sebagai salah satu perangkat daerah adalah birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi

satuan kerja yang berada dibawah dan kriteria penting dalam implementasi suatu

bertanggung jawab kepada Bupati Dairi yang kebijakan.

mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk


menyelenggarakan penyusunan administratif Komunikasi

kebijakan dan pengkoodinasian administratif Menurut Edward III, implementasi akan

perangkat daerah pelaksanaan tugas berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan

perangkat daerah serta pelayanan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh

administratif. individu-individu yang bertanggungjawab


dalam pencapaian tujuan kebijakan. Hal ini

Implementasi Peraturan Pemerintah menyangkut proses penyampaian informasi,


Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat kejelasan informasi dan konsistensi informasi
Daerah Penataan Kelembagan Sekretariat
Daerah yang disampaikan. Komunikasi adalah perekat
Sesuai dengan pernyataan Edward III organisasi. Implementasi kebijakan dapat
(19984:1) bahwa tanpa implementasi yang berfungsi efektif jika pertama-tama
efektif maka keputusan pembuat kebijakan mengetahui apa yang harus dilakukan, sebuah

45
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18

kebijakan dan instruksi implementasi harus komunikasi dengan semua pihak-pihak baik
ditransmisikan kepada personil-personil yang dilakukan dengan secara langsung maupun
tepat sebelum dilaksanakan. Komunikasi secara tidak langsung oleh Pihak Pemerintah
semacam ini harus akurat dan harus dipahami sebagai Stake Holder. Adapun komunikasi yang
oleh para pelaksana/implementor kebijakan. terjadi dari bawah ke atas dan atas ke bawah
Ada tiga hal penting yang dibahas dalam oleh Pemerintah Kabupaten Dairi melalui tim
proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, telah melakukan komunikasi ke semua pihak
konsistensi, dan kejelasan (calrity). Faktor terkait dalam melaksanakan implementasi
pertama yang mendukung implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
kebijakan adalah transmisi. Seorang pejabat tentang Perangkat Daerah. Namun untuk
yang mengimplementasikan keputusan harus komunikasi dan koordinasi lintas organisasi
menyadari bahwa suatu keputusan telah perangkat daerah yang lainnya masih kurang
dibuat dan suatu perintah untuk berjalan dengan baik.
pelaksanaanya telah dikeluarkan. Faktor Sebagiamana hasil wawancara dengan
kedua yang mendukung implementasi Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana
kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi. Terkait
petunjuk-petunjuk pelaksanaan kebijakan dengan Implementasi Peraturan Pemerintah
tidak hanya harus diterima oleh para Nomor 18 Tahun 2016, bahwasanya telah
pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi dilakukan komunikasi yang berjenjang tentang
tersebut harus jelas. Faktor ketiga yang tahapan, prosedur dan segala sesuatu terkait
mendukung implementasi kebijakan adalah dengan aturan dimaksud, yaitu Tim
konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Dairi melalui Bagian
ingin berlangsung efektif, maka perintah- Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat
perintah pelaksanaan harus konsisten dan Daerah Kabupaten Dairi dengan Kementrian
jelas. (Winarno, 2002) Dalam Negeri dan Kementrian Pendayagunaan
Kaitannya dengan pentingnya Aparatur Negara Reformasi Birokrasi telah
komunikasi dalam organisasi publik, paling melakukan konsultasi, koordinasi dan
tidak ada ukuran komunikasi yang efektif komunikasi namun dengan keterbatasan
menurut Harianja (2006), yakni: “1) waktu dan anggaran, maka komunikasi dan
terciptanya pemahaman yang sama, 2) koordinasi cenderung lebih intens dilakukan
mempengaruhi sikap dalam kerja, serta 3) dengan Pemerintah Provinsi selaku wakil
tindakan atau perilaku yang berwujud pada Pemerintah Pusat. Dengan demikian dapat
semangat dan motivasi kerja untuk dipahami komunikasi yang berjenjang secara
peningkatan organisasi. Berkaitan dengan hal ekternal telah dilaksanakan dengan baik.
tersebut di atas, agar terselenggaranya Namun komunikasi internal belum berjalan
implementasi dengan efektif, harus ada dengan efektif.

46
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52

Dan menurut pendapat Asisten mengetahui tindakan apa yang harus


Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat dilakukan dan informasi tentang data
Sekretariat Daerah Sebagaimana hasil pendukung kebutuhan kepada peraturan
wawancara penulis dengan Kepala Bagian pemerintah dan undang-undang. Kekurangan
Organisasi Kabupaten Dairi. Kurangnya informasi dan pengetahuan bagaimana
sosialisasi lintas organisasi perangkat daerah melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi
dilingkungan Pemerintah Kabupaten Dairi, langsung seperti pelaksana tidak
sehingga dengan perubahan stuktur organisasi bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di
pada Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi tempat kerja sehingga menimbulkan
terdapat atau masih banyak Aparatur Sipil inefisiensi.
Negara di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Impelementasi kebijakan membutuhkan
Dairi belum mengetahui perubahan dimaksud. kepatuhan organisasi dan individu terhadap
peraturan pemerintah yang ada. Pihak
Sumber Daya (Resources) Pemerintah Kabupaten Dairi telah
Walaupun isi suatu kebijakan sudah baik menetapkan Pembentukan Tim Penyusunan
dan sudah dikomunikasikan secara jelas dan Rancangan Peraturan Daerah tentang
konsisten, tetapi bila sumber daya kurang Kelembagaan Perangkat Daerah di Lingkungan
memahami dan kurang melaksanakan Pemerintah Kabupaten Dairi. Tim merupakan
implementasi dari suatu kebijakan tidak akan perumus penyusunan kebijakan dimaksud
berjalan efektif. Sumber Daya meliputi empat melalui Surat Keputusan Bupati Dairi Nomor
komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan 188.05/442/VII/2016 dan ditetapkan pada
mutu), karenanya manusia merupakan sumber tanggal 26 Juli 2016.
daya yang paling penting dalam menjalankan Sumber Daya Manusia selaku promotor
suatu kebijakan. Tanpa sumber daya, dan yang paling berperan dalam pelaksanaan
kebijakan hanya tinggal dikertas dan menjadi setiap kebijakan. Sehubungan dengan
dokumen saja. Selain hal tersebut, dua pelaksanaan kebijakan Peraturan Pemerintah
komponen selanjutnya adalah informasi yang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
dibutuhkan guna pengambilan keputusan, Daerah terkait Sumber Daya Manusia telah
kewenangan yang cukup guna melaksanakan memenuhi komposisi dari jumlah dan
tugas dan tanggung jawab dan fasilitas yang kompetensi, sehingga pelaksanaan kebijakan
dibutuhkan dalam pelaksanaan. Di lain pihak, sudah berjalan.
informasi merupakan sumber daya penting Begitu juga dengan Penataan
bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk Kelembagaan Sekretariat Daerah Kabupaten
informasi yaitu informasi mengenai Dairi bahwa Sumber Daya Manusia (ASN) pada
begaimana cara menyelesaikan kebijakan dan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi telah
program serta bagi pelaksana harus memenuhi komposisi jabatan dan kompetensi,

47
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18

namun untuk staf masih perlu penambahan Kabupaten Dairi telah terpenuhi sesuai jumlah
serta pembinaan sebagaimana fungsi dari dan kebutuhan. Selanjutnya untuk fungsional
Sekertariat Daerah selaku tim perumus umum (staf) masih belum terpenuhi sesuai
kebijakan. kebutuhan dan jumlah. Terdapat beberapa
Dan dalam pengisian komposisi jabatan Bagian pada Sekretariat Daerah yang
Pemerintah Kabupaten Dairi telah mengacu Subbagian tidak memiliki staf. Idealnya setiap
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Subbagian memiliki seorang staf. Sehingga
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Kepala Subbagian merangkap seluruh tugas
Negara. Namun untuk penempatan Jabatan yang ada.
Pimpinan Tinggi Pratama (eselon IIb) pada Sebagaimana hasil wawancara penulis
Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi tidak dengan Kepala Badan Kepegawaian dan
dilaksanakan lelang jabatan. Jabatan tersebut Pengembangan Sumber Daya Manusia
diisi oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) yang Kabupaten Dairi menyatakan..........Secara
sudah duduk sebagai Pejabat Eselon II, hanya keseluruhan untuk komposisi jabatan
melakukan Rotasi Jabatan. fungsionanl umum (staf) untuk semua
Tetapi untuk Organisasi Perangkat Organisasi Perangkat Daerah Kabupaen Dairi
Daerah Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama yang memang kurang sesuai jumlah dan kebutuhan
lain dilaksanakan dengan lelang jabatan sesuai seharusnya. Kedepan kita akan mengusulkan
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 kepada Kementrian Pendayagunaan Aparatur
tentang Aparatur Sipil Negara terutama untuk Negara dan Reformasi Birokrasi untuk
Organisasi Perangkat Daerah yang baru. pengadaan maupun penerimaan calon
Namun untuk Jabatan Administrator (Kepala Aparatur Sipil Negara di Pemerintah
Bagian pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kabupaten Dairi.
Dairi yakni eselon III.A) dan Jabatan Pengawas
(Kepala Subbagian yakni eselon IV.A) pada Sikap Birokrasi
Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi belum Menurut Mulyono dalam
dilakukan lelang jabatan namun masih hasil http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/
keputusan Tim Baperjakat yang telah di model-implementasi-kebijakan-george-
tetapkan oleh Bupati Dairi. edward-iii/, salah satu faktor yang
Sebagaimana pengamatan penulis untuk mempengaruhi efektivitas implementasi
jabatan administrator (Kepala Bagian) pada kebijakan adalah sikap implementor. Jika
Sekretariat Daerah belum sepenuhnya impelementor setuju dengan bagian-bagian isi
terpenuhi, salah satu Bagian yakni Bagian dari kebijakan maka mereka akan
Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi. melaksanakan dengan senang hati, tetapi jika
Namun untuk jabatan pengawas (eselon IV. A) pandangan mereka berbeda dengan pembuat
untuk semua Bagian pada Sekretariat Daerah

48
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52

kebijakan maka proses implementasi akan Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan
mengalami banyak masalah. Pemerintahan Pilihan. Selanjuntnya ayat (4)
Ada tiga bentuk sikap dan respon Menteri atau gubernur sebagai wakil
implementor terhadap kebijakan; kesadaran Pemerintah Pusat menyampaikan jawaban
pelaksana, petunjuk dan arahan pelaksana menyetujui seluruhnya atau menyetujui
untuk merespon program ke arah penerimaan dengan perintah perbaikan Perda kepada
atau penolakan, dan intensitas dari respon gubernur atau bupati/walikota paling lambat
tersebut. Para pelaksana mungkin memahami 15 (lima belas) Hari sejak diterimnya Perda.
maksud dan sasaran program namun Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Dairi
seringkali mengalami kegagalan dalam melalui Bagian Organisasi dan Tata Laksana
melaksanakan program secara tepat karena Sekretariat Daerah mengantar sekaligus
mereka menolak tujuan yang ada di dalamnya berkoordinasi ke Gubernur selaku Pemerintah
sehingga secara tepat karena mereka menolak Provinsi sebagai wakil Pemerintah Pusat
tujuan yang ada di dalamnya sehingga secara untuk mendapat persetujuan dan koreksi,
sembunyi mengalihkan dan menghindari dengan batas waktu 15 (lima belas) hari. Hal
implementasi program. Disamping itu, ini dibenarkan oleh Asisten Pemerintahan dan
dukungan para pejabat pelaksana sangat Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah
dibutuhkan dalam mencapai sasaran program. Kabupaten Dairi. Pada Pasal 6 Peraturan
Setelah tim telah melaksanakan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 ayat (1)
tugasnya sesuai dengan tahapan-tahapan yang Kriteria tipelogi Perangkat Daerah untuk
telah ditetapkan, maka Pemerintah Kabupaten menentukan tipe Perangkat Daerah
Dairi melalui sidang di Dewan Perwakilan berdasarkan hasil pemetaan urusan
Rakyat Daerah Kabupaten Dairi telah pemerintahan, dengan variabel: (a) umum
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten dengan bobot 20% (dua puluh persen); dan
Dairi Nomor 7 Tahun 2016 tentang (b) teknis dengan bobot 80% (delapan puluh
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah persen), ayat (2) Kriteria variabel umum
Kabupaten Dairi. Sesuai pasal 3 ayat (2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah ditetapkan berdasarkan karakteristik Daerah
mendapat persetujuan dari Menteri bagi yang terdiri dari atas indikator: (a) jumlah
Perangkat Daerah provinsi dan dari gubernur penduduk; (b) luas wilayah; dan (c) jumlah
sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi anggaran pendapat dan belanja Daerah. Dalam
Perangkat Daerah kabupaten/kota. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 7
Selanjutnya pada Pasal 3 ayat (3) Persetujuan tersebut dalam pasal 5 disebut Sekretariat
Menteri atau Gubernur sebagai wakil Daerah Kabupaten Dairi adalah Tipe A (beban
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud kerja besar). Penetapan tipe A ditetapkan
pada ayat (2) diberikan berdasarkan pemetaan berdasarkan Input Data Variabel Sekretariat

49
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18

Daerah Kabupaten Dairi. Penetapan tipe A oleh pihak masyarakat ikut berperan dalam
telah disesuaikan dengan dua faktor yaitu terselenggaranya Impelementasi Peraturan
faktor umum dengan indikator jumlah Pemerintah tersebut. Walaupun Peraturan
penduduk, luas wilayah dan jumlah APBD Pemerintah tersebut tidak sampai ke
selanjutnya faktor subtantif/teknis dengan masyarakat langsung; 3) Sumber-sumber
indikator jumlah kecamatan, jumlah politik suatu organisasi (misalnya dukungan
desa/kelurahan dan jumlah perangkat daerah dari pihak anggota legislatif) dengan
kecuali kecamatan, jumlah kebijakan daerah, penetapan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi
jumlah ASN serta jumlah APBD. Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah; 4) Vitalitas
Struktur Organisasi suatu organisasi, atau kemampuan untuk
Struktur birokrasi adalah karakteristik, berjalan dan berlangsungnya kegiatan di suatu
norma-norma, dan pola-pola hubungan yang organisasi sesuai dengan Tugas Pokok dan
terjadi berulang-ulang dalam badan-badan fungsinya; 5) Tingkat komunikasi “terbuka”
eksekutif yang mempunyai hubungan baik yaitu jaringan kerja komunikasi horizontal
potensial maupun nyata dengan apa yang maupun vertikal secara bebas serta tingkat
mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. kebebasan yang secara relatif tinggi dalam
Van Horn dan Van Meter menunjukkan komunikasi dengan individu-individu diluar
beberapa unsur yang mungkin berpengaruh organisasi; 6) Kaitan formal dan informal
terhadap suatu organisasi dalam implementasi suatu badan dengan badan pembuat
kebijakan, yaitu: 1) Kompetensi dan ukuran keputusan atau pelaksana keputusan. Bila
staf suatu badan; sebagaimana telah dibahas sumberdaya cukup untuk melaksanakan suatu
sebelumnya, salah satu faktor pendukung kebijakan dan para implementor mengetahui
terlaksananya impelementasi kebijakan adalah apayang harus dilakukan, implementasi masih
tersedianya sumber daya khususnya manusia gagal apabila struktur birokrasi yang ada
untuk mengaplikasikan Peraturan Pemerintah menghalangi koordinasi yang diperlukan
tersebut dalam birokrasi dimana dia bertugas, dalam melaksanakan kebijakan. Kebijakan
dan memiliki integritas yang tinggi dalam yang kompleks membutuhkan kerjasama
memegang teguh janji yang dibuatnya dalam banyak orang, serta pemborosan sumberdaya
Pakta Integritas, ataupun patuh terhadap akan mempengaruhi hasil implementasi.
Peraturan Pemerintah yang telah Perubahan yang akan dilakukan tentunya akan
disampaikan; 2) Tingkat pengawasan hirarki mempengaruhi individu dan secara umum
terhadap keputusan-keputusan sub unit dan akan mempengaruhi sistem dalam birokrasi.
proses-proses dalam badan pelaksana. Tidak (George Edward III: Implementing public policy,
hanya dilaksanakan oleh Badan yang berperan 1980).
langsung dalam hal pengawasan, tetapi juga

50
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 38-52

SIMPULAN Baedhowi. (2004) Implementasi Kebijakan Otonomi


Daerah Bidang Pendidikan;Study Kasus di
Penataan kelembagaan maupun pola Kabupaten Kendal dan Kota Surakarta.
Disertasi Departemen Ilmu Administrasi
restrukturisasi birokrasi oleh Pemerintah
FISIP UI, Jakarta.
Daerah guna mewujudkan Good Governance. Edward III, G.C. (1980). Implementing Public Polyci,
Congressional Quarterly Press, Washington.
Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi salah satu Grindle, Merilee S, George C, 1984, Public Policy
Implementing, Jai Pressline, London-England.
Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten
Hardijto, D. (1995). Teori Organisasi dan Teknik
Dairi telah mengimplementasi Peraturan Pengorganisasian, Raja Grafindo Persada.
Jones, C.O. (1970). An Introduction To The Study of
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Public Policy, Wadsworth, Belmont, CA.
Kadir, A. (2015). Study Pemerintahan Daerah dan
Perangkat Daerah dengan Penataan
Pelayanan Publik, CV. Dharma Persada
Kelembagaan Sekretariat Daerah tetapi belum Dharmasraya.
Marpaung, H.W. (2011). Implementasi Peraturan
berjalan dengan baik dilihat dari aspek Daerah Kabupaten Labuhanbatu Nomor 37
komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi dan Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan, Jurnal
struktur organisasi. Faktor yang Administrasi Publik, 1 (1): 29-50
Mazmanian, D.H. & Sabatier, P.A. (1983), 1983,
mempengaruhi/penghambat pelaksanaan Implementation and Public Policy, New York,
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor Harper Collins.
Nasution. (1998). Metode Naturalistik Kualitatif,
18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Tarsito, Bandung.
Nugroho, R. (2004). Kebijakan Publik, Formulasi,
Penataan Kelembagaan Sekretariat Daerah Implementasi, dan Evaluasi. Elex Media
Kabupaten Dairi adalah belum baiknya Komputindo, Jakarta.
Peraturan Bupati Dairi Nomor 20 Tahun 2016
komunikasi lintas organisasi perangkat daerah tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat
di lingkungan Pemerintah Kabupaten Dairi. Daerah Kabupaten Dairi.
Selanjutnya keterbatasan Sumber Daya Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 7 Tahun
2016 tentang Pembentukan Organisasi
sebagai Tim penyusun Rancangan Peraturan Perangkat Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
Daerah, dan keterbatasan Sumber Daya
tentang Perangkat Daerah.
Manusia baik dari segi komposisi dan Rambe, T. (2015). Implementasi Peraturan Daerah
Rokan Hilir No.8 Tahun 2009 Tentang
kompetensi sebagai implementor atau Pembangunan Kawasan Kepenghuluan
Ujung Tanjung Kabupaten Rokan Hilir, Jurnal
pelaksanaan kebijakan dimaksud. Dan untuk
Administrasi Publik Universitas Medan Area,
SOP masih dalam proses karena masih 3 (2): 155-160
Sastroatmodjo, S. (1995). Partisipasi Politik, IKIP
meyesuaikan dengan struktur yang baru Semarang Press, Semarang.
Sedarmayanti. (2000). Sumber Daya Manusia dan
sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah
Produktivitas Kerja, Mandar Maju, Bandung.
Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perangkat Siagian, S. (1995). Teori Pengembangan Organisasi.
Bumi Aksara: Jakarta.
Daerah. Sinambela, L.P. dkk. (2006). Reformasi Pelayanan
Publik, Teori Kebijakan, dan Implementasi,
Bumi Aksara, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Solichin, A.W. (1997). Evaluasi Kebijakan Publik,
Aisyah, D. (2003). Hubungan Birokrasi dengan PeneSrbit FIA UNIBRAW dan IKIP Malang.
Birokrasi, USU Digital Library, Diakses Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif,
tanggal 30 November 2008. Alfabeta, Bandung.
Alfian & Syamsyuddin, N. (1991). Profil Budaya Suryono, A. (2003) Budaya Birokrasi Pelayanan
Politik Indonesia, Pustaka Utama Grafit, Publik, Diakses tanggal 30 November 2008.
Jakarta.

51
Susilawaty Munthe, Warjio & Kariono, Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18

Sutarto. (2002). Dasar-Dasar Organisasi, Gadjah Wibawa, S. (1994). Evaluasi Kebijakan Publik,
Mada University Press,Yogjakarta. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa.
Tarigan, A. (2000). Implementasi Kebijakan Jaring Widodo, J. (2001). Good Governance: Telaah dari
Pengaman Sosial; Studi Kasus Program Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi
Pengembangan Kecamatan di Kabupaten pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah,
Dati II Lebak, Jawa Barat, Tesis Magister Insan Cendekia, Jakarta.
Administrasi Publik UGM Yogyakarta. Winarni. (2004). Manajemen Perubahan
Turnip, K. (2016). Prokontra dan Resistensi ITC/E- (Management og Change), Prenada Media,
Gov Perspektif Psikologi Birokrasi, Elmatera Jakarta.
Yogjakarta Winarno, B. (2002). Teori dan Proses Kebijakan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Publik. Media Pressindo, Yogjakarta.
Pemerintahan Daerah.

52

Anda mungkin juga menyukai