Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN PERSIMPANGAN

Disunting oleh : Edi Nursalam

Persimpangan adalah salah satu simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih
ruas jalan bertemu. Simpul ini menjadi titik pertemuan arus yang berbeda arah dan berbeda
kecepatan sehingga menjadikan persimpangan seabagi sebuah titik yang paling rawan terjadinya
permasalahan lalu lintas seperti kemacetan, kecelakaan. Untuk mengendalikan konflik ini
ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa yang mempunyai hak terlebih dahulu untuk
menggunakan pesimpangan.dan antrian kendraan sebagai akbibat waktu tunda yang harus
dialaminya pada saat menungggu giliran untuk jalan. Pertemuan arus yang berbeda tersebut
dalam istilah traffic engineering atau ilmu rekayasa lalu lintas disebut dengan titik konflik.
Koflik yang terjadi dipersimpangan dikelompokkan atas:
1. Berpotongan atau disebut juga crossing, dimana dua arus berpotongan langsung.
2. Bergabung atau disebut juga merging, dimana dua arus bergabung.
3. Berpisah atau disebut juga sebagai diverging, dimana dua arus berpisah
4. Bersilangan atau disebut juga weaving, dimana dua arus saling bersilangan, terjadi pada
bundaran lalu lintas.
Pada persimpangan empat dengan desain standar terdapat sebanyak 32 titik konflik yang saling
mengikat dan menjadi titik yang paling rawan terjadinya permasalahan, jadi bisa dibayangkan
apabila titik-titik ini dibiarkan dan tidak diatur maka kemungkinan yang paling terakhir terjadi
adalah terbentukanya arus terkunci (clocking flow) yang saling mengunci dan tidak memberikan
satupun arus atau kendaraan untuk lewat.
Dinegara yang sudah teratur lalu lintasnya seperti Singapore, untuk menangani arus terkunci ini
pada setiap persimpangan dipasang apa yang disebut “yellow box junction” atau kotak kuning
persimpangan. Dengan adanya kotak kuning ini arus terkunci dapat dihindari karena pengemudi
yang berhenti didalam kotak dianggap melanggar dan dikenakan pinaltii. Aturan ini membuat
pengemudi lebih hati-hati dan tidak memaksakan diri untuk masuk ke areal persimpangan yang
dipasang kotak kuning. Apabila arus didepannya tersendat maka pengemudi harus berhenti
sebelum garis kotak kuning.
Aturan kotak kuning sebenarnya sudah diatur dalam peraturan per undang-undang kita
dalam undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan nomor 22 tahun 2009 pada pasal 103
disebutkan bahwa; dalam hal terjadi kondisi kemacetan lalu lintas yang tidak memungkinkan
gerak kendaraan, fungsi “marka kotak kuning” harus diutamakan daripada alat pemberi isyarat
lalu lintas yang bersifat perintah atau larangan.

A. Aturan hukum persimpangan


Untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi di persimpangan Undang-undang nomor 22
tahu 2009 pada pasal 112 dan 113 telah mengatur hal-hal sebagai berikut :
1. Pengemudi Kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib mengamati situasi
Lalu Lintas di depan, di samping, dan di belakang Kendaraan serta memberikan isyarat dengan
lampu penunjuk arah atau isyarat tangan.
2. Pengemudi Kendaraan yang akan berpindah lajur atau bergerak ke samping wajib
mengamati situasi Lalu Lintas di depan, di samping, dan di belakang Kendaraan serta
memberikan isyarat.
3. Pada persimpangan Jalan yang dilengkapi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Pengemudi
Kendaraan dilarang langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan lain oleh Rambu Lalu Lintas atau
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
4. Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas, Pengemudi wajib memberikan hak utama kepada:
a. Kendaraan yang datang dari arah depan dan/atau dari arah cabang persimpangan yang lain jika
hal itu dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas atau Marka Jalan;
b. Kendaraan dari Jalan utama jika Pengemudi tersebut datang dari cabang persimpangan yang
lebih kecil atau dari pekarangan yang berbatasan dengan Jalan;
c. Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan sebelah kiri jika cabang persimpangan
4 (empat) atau lebih dan sama besar;
d. Kendaraan yang datang dari arah cabang sebelah kiri di persimpangan 3 (tiga) yang tidak
tegak lurus; atau
e. Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan yang lurus pada persimpangan 3 (tiga)
tegak lurus.
5. Jika persimpangan dilengkapi dengan alat pengendali Lalu Lintas yang berbentuk bundaran,
Pengemudi harus memberikan hak utama kepada Kendaraan lain yang datang dari arah kanan.

B. Jenis Pengaturan persimpangan

1. Persimpangan prioritas
Pada umumnya persimpangan yang tidak dilengakap dengan alat pemberi isayarat lalu lintas atau
traffic light dapat disebut dengan persimpangan prioritas. Pengaturan pada persimpangan
prioritan mengandalkan secara utuh pengetahuan dan kepedulian pemakai jalan tentang aturan
hukum pemberian perioritas di persimpangan seperti yang diatur dalam UU no. 22 tahun 2009
pada pasal 113 seperti yang dibahas diatas.
a. Persimpangan prioritas tanpa rambu dan marka;
Jenis persimpangan ini bersifat sederhana dan sama sekali mengandalkan kepatuhan pengguna
jalan terhadap aturan pemberian prioritas untuk berjalan duluan bagi suatu arus lalu lintas.
Sebagai contoh bila kita berada pada persimpangan empat sama sisi maka sebelum memasuki
areal persimpangan kita harus melihat sisi kiri, apabila ada kendaraan dari arah sisi kiri kita maka
kita harus memberikan prioritas pada kendaraan tersebut.
b. Persimpangan prioritas yang dilengkapi dengan rambu prioritas
Kaki persimpangan yang akan diatur harus memberikan prioritas kepada lalu lintas lain dapat
dipasangi dengan rambu prioritas. Kendaraan yang datang dari arah kaki persimpangan yang
dipasangi rambu harus berhati-hati dan harus memastikan bahwa tidak ada kendaraan lain yang
ada di arel persimpangan sebelummemutuskan untuk memasuki areal persimpangan (conflict
area)
c. Persimpangan prioritas yang dilengkapi dengan marka jalan
Persimpangan prioritas juga dapat diatur dengan memasang marka jalan pada kaki persimpangan
yang diatur harus memberikan prioritas kepada lalu lintas lainnya sama halnya dengan
pengaturan rambu diatas.
d. Persimpangan prioritas yang dilengakap dengan Lampu hazard
Persimpangan prioritas dapat juga dilengakapi dengan lampu lampu lalu lintas jenis hazard yang
hanya mengeluarkan warna kuning sebagai peringatan untuk berhati-hati bagi pemakai jalan
hyang akan memasuki arel persimpangan
e. Persimpangan prioritas yang diatur dengan bundaran (round about)
Persimpangan yang dilengakapi dengan bundaran lalu lintas atau round about adalah salah satu
bentuk persimpangan dengan menerapkan sistem prioritas. Berbeda dengan persimpangan
prioritas lain, aturan prioritas pada round abut adalah memberikan prioritas untuk berjalan
duluan kepada arus lalu lintas yang datang dari arah kanan. Dismaping untuk mengatur giliran
berjalan atau prioritas kepada arus lalu lintas, bundaran juga digunakan untuk memeprlambat
kecepatan kendaraan pada suatu ruas jalan. Bundaran cocok digunakan untuk persimpangan yang
belum cukup padat. Sebab apabila dipaksakan untuk persimpangan dengan volume yang relatif
tinggi maka akan terjadi “arus menganci” pada persimpangan tersebut. Dalam beberapa kasus
persimpangan yang diatur dengan bundaran juga dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu
lintas.

2. Persimpangan dengan sinyal


Persimpangan yang diatur dengan sinyal alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL)/traffic
light adalah persimpangan yang umum digunakan di negara-negara manapun didunia.
Persimpangan yang diatur dengan APILL ini digunakan untuk persimpangan yang memiliki
volume lalu lintas kendaraan yang sedang dan mendekati padat atau jenuh.
Dalam beberapa kasus di kota-kota di indonesia persimpangan yang diatur dengan APILL sering
menjadi titik kemacetan pada ruas jalan. Hal ini terjadi karena kurangnya tingginya volume lalu
lintas yang tidak seimbang dengan kapasitas simpang sehingga menyebabkan waktu tunggu
setiap kendaraan menjadi tinggi. Persimpangan yang sudah mencapai tirik jenuh sebenarnya
tidak cocok lagi diatur dengan APILL karena hanya akan menimbulkan kemacetan. Pengalaman
dibeberapa kota di Indonesia persimpangan yang sudah mencapai titik jenuh di tutup, seperti
penutupan persimpangan IP di kota palembang.
Pada dasarnya pengaturan persimpangan dengan menggunakan APILL adalah membagi waktu
lampu lalu lintas yang disebut dengan waktu siklus (Cycle time) kedalam kelompok-kelompok
arus lalu lintas yang disebut dengan fase (phase). Waktu siklus maksimal biasanya adalah 120
detik yang dibagi-bagi menjadi waktu lampu hijau, lampu merah dan lampu kuning untuk setiap
fase. Lama lampu kuning standar berkisar antara 2-3 detik yang ditempatkan sebelum lampu
merah atau sesudah lampu hijau dan sesudah lampun merah atau sebelum lampu hijau. Besaran
waktu hijau untuk masing-masing fase ditentukan oleh besaran volume lalu lintas pada kelompok
fase tersebut. Sebagai contoh sebuah kaki persimpangan yang dikelompokkan menjadi suatu
kelompok fase akan memperoleh porsi lampu hijau yang lebih lama atau lebih besar dibanding
kaki persimpangan lain yang arus lalu lintasnya lebih kecil.
Perhitungan besaran cycle time, waktu hijau dan waktu merah untuk masing-masing fase
dilakukan dengan menggunakan rumus matematis yang relatif sederhana. Hasil perhitungan ini
kemudian dimasukkan kedalam program komputer yang ada pada peralatan elektronis peralatan
elektronis APILL untuk kemudian di operasionalkan menjadi lampu merah, kuning dan hijau
secara bergantian.
Untuk melengkapi pengendalian lalu lintas dipersimpangan dibeberapa kota di Indonesia
pengaturan APILL dipersimpangan dilengkapai dngan peralatan hitung mundur (count down)
yang dapat memberikan informasi kepada pemakai jalan besaran waktu lampu merah atau hijau
sehingga mmeberikan kesempatan bagi pengendara untuk bersiap-siap berhenti diakhir lampu
hijau atau siap-siap berjalan diakhir lamu merah.
3. Persimpangan tidak sebidang
Persimpangan tidak sebidang adalah bentuk pengaturan yang ideal suatu persimpangan.
Pangaturan jenias ini digunakan untuk persimpangan dngan volume lalu lintas yang tinggi atau
untuk ruas jalan dengan kecepatan rencana tinggi seperti jalan bebas hamabatan atau jalan toll.
Prinsip pengaturan persimpangan tidak sebidang adalah mengendalikan persimpangan dengan
jalan meminimalisir jumlah titik konflik sekecil mungkin khusunya untu jenis titik konflik
“berpotongan” (crossing).
a. Fly over
Persimpangan dengan pengaturan fly over adalah memisahkan bidang jalan yang satu dengan
yang lainnya dengan cara mengangkat satu bidang jalan tertentu sehingga berada diats bidang
jalan yang lain. Pemisahan bidang jalan ini secar teoritir dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan titik konflik berpotongan. Falay over banyak digunakan pada persimpangan di
jakarta. Namun yang menjadi masalah pada umumnya flay over tidak memberikan kesempatan
bagi arus belok kiri maupun kanan, sehingga untuk arus yanga akan berbelak kiri harus
menggunakan badan jalan yang sebelah bawah yang masih dibantu dengan pengaturan APILL
b. Under pass
Under pass pada prinsipnya sama dengan dengan fly over, bedanya nya ruas jalan yang akan
diprioritaskan ditempatkan disebelah bawah sisi jalan lain atau dengan kata lain dimasukkan
kedalam permukaan tanah.
c. Semanggi
Pengaturan persimpangan dengan sistim semanggi adalah bentuk pengaturan yang paling ideal
dan artistik untuk persimpangan. Pada prinsipnya pengaturan dengan sistem ini adalah
menghilangkan titik konflik berpotongan.
Namun pengaturan dengan sistem semanggi ini tidak memberi kesempatan pada arus belok
kanan langsung. Arus belok kanan diberikan dengan cara belok kiri terlebih dahulu setelah
melewati areal persimpangan. Walaupun paling ideal untuk lalu lintas dengan volume yang
tinggi terkadang sistem semanggi tidak dapat mengatur lalu lintas dengan baik. Untuk itu pda
jam-jam sibuk sering diadakan pengaturan oleh petugas dengan jalan menutup salah satu kaki
persimpangan untuk menghindari menumpuknya kendaraan sebagi akbibat dari titik konflik
berpisah dan bersilang.
d. Simpang susun
Simpang susun adalaha bentuk yang lebih rumit dari semanggi dengan bentuk yang kurang
simetris dan kurang teratur. Kkalau pada persimpangan semanggi tidak ada kesempatan untuk
arus yang akan berbelok kearah kanan, pada persimpangan susun kesempatan itu diberikan untuk
kesegala arah atau jurusan. Contoh pengaturan simpang susun banyak dilakukan di jalan toll.
Contoh simpang susun di jalan toll Jakarta adalah Cawang dan Tomang.
e. Simpang ketupat
Simpang ketupat yang dikenal juga sebagai diamond interchange merupakan persimpangan
antara jalan utama dengan dengan jalan yang lebih rendah kelasnya (minor) , dimana jalan
utamanya bebas hambatan dipisah pada bidang yang berbeda, sedang hubungan dengan jalan
minor terjadi pada persimpangan sebidang, yang biasanya dikendalikan dengan lampu lalu lintas.
Di Indonesia jenis persimpangan ini dapat kita jumpai pada ruas jalan toll yang bersinggungan
dengan jalan artery biasa.

C, PENUTUP
Persimpangan adalah titik yang paling rawan pada suatu ruas jalan oleh karenanya harus
diatur sedemiakian rupa. Secara teoritis kapasitas suatu ruas jalan sangat dipengaruhi oleh
kapasitas persimpangan. Suatu ruas jalan dengan jumlah persimpangan yang banyak tentu saja
akan mengurangi kapasitas jalan tersebut. Khusus untuk jalan dengan kecepatan rencana yang
tinggi jumlah persimpangannya sangat dibatasi dan tidak diperbolehkan adanya arus yang
berpotongan. Walaupun persimpangan tidak sebidang adalah bentuk yang paling ideal dari
pengaturan persimpangan, dalam beberapa kasus yang terjadi di jalan jakarta, persimpangan
semanggi pada saat lalu lintas yang sangat padat atau waktu puncak (peak hour) kemacetan lalu
lintas tidak dapat dihindari.

Refferensi :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Persimpangan
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:La_city_hwys.jpg
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Florida_SR_408_at_SR_435.jpg
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Simpang_ketupat
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Simpang.JPG
6. http://ndorokakungmu.files.wordpress.com/2008/07/bbm.jpg
7. http://snydez.files.wordpress.com/2009/04/semanggi_map.jpg?w=740&h=497
8. Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang LLAj

Anda mungkin juga menyukai