Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Seperti yang kita ketahui sampah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, karena sampah merupakan
sisa kegiatan sehari-hari, baik yang dianggap tidak berguna lagi sehingga dibuang begitu saja. Bahkan,
tidak jarang sampah-sampah ini justru ditumpuk tanpa diolah terlebih dahulu. Padahal jika ditelaah lebih
jauh, banyak dampak negatif dari sampah bertumpuk yang tidak dapat terurai.
Dari segi kesehatan sendiri, sampah-sampah yang menumpuk merupakan tempat yang disukai beberapa
organisme maupun binatang seperti nyamuk dan lalat, sehingga dapat menjadi sarang penyakit. Mulai
dari penyakit diare, kolera, tifus dan demam berdarah dapat menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah ini. Selain itu, pengelolaan sampah yang kurang baik juga berdampak terhadap
lingkungan. Mulai dari pencemaran air karena sampah yang mengalir ke sungai, sampai matinya binatang
di laut karena banyaknya sampah plastik yang masuk ke dalam tubuhnya. Bahkan, penguraian sampah
yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak. Oleh karena itu dibutuhkan sistem
pengelolaan sampah yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Surabaya sendiri sudah dinilai mampu mengelola sampah dengan baik, melalui program 3R (reduce,
reuse, recycle). Tidak hanya itu, Program 3R dinilai telah menjadi landasan upaya pengelolaan sampah
secara mandiri oleh masyarakat, dalam rangka mengurangi sampah dan mengambil nilai ekonomis dari
sampah. Hal ini menjadikan Surabaya sebagai salah satu contoh kota yang masyarakatnya berhasil
mengelola sampah, sehingga menjadi role model negara-negara di Asia Pasifik.
Bahkan, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya saat pembukaan juga mengatakan, Kementerian
Lingkungan Hidup saat ini sedang intensif mendorong pemimpin kota-kota di Indonesia, untuk mau
mengelola sampah di kotanya dengan cara 3R, karena sejauh ini penerapan secara keseluruhan di
Indonesia baru sekitar 7%. Artinya selama ini banyak kota yang mengelola sampah dengan cara lama,
yakni dengan menimbun sampah di dalam tanah.
“Untuk tingkat nasional, baru sebesar 7%. Ini kita dorong supaya bisa mengeloa sampah dengan 3 R.
Tetapi untuk beberapa kota seperti Surabaya, Malang dan Jombang sudah di atas itu. Surabaya one step
ahead (selangkah di depan) dan menjadi role model bagi kota-kota lain. Makanya, acara ini kita gelar di
Surabaya,” kata Balthasar Kambuaya, Menteri Lingkungan Hidup.
Selain masyarakat, gerakan pengurangan sampah juga diterapkan di sekolah melalui program Eco School.
Risma mengungkapkan, edukasi kepada anak-anak usia sekolah menjadi salah satu langkah penting
menanamkan budaya 3 R di masyarakat, sehingga masyarakat semakin banyak yang sadar akan
pentingnya mengurangi sampah pribadi, karena hingga kini sampah rumah tangga merupakan
penyumbang terbesar sampah perkotaan.
Sayangnya, walaupun begitu belum banyak kota-kota lain di Indonesia yang mencoba menerapkan
sistem pengelolaan sampah ini. Padahal seharusnya permasalahan mengenai sampah ini menjadi
1
perhatian kita semua. Apalagi jika kita adalah mahasiswa yang seharusnya bisa merealisasikan ilmu yang
kita dapat di bangku kuliah ke semua permasalahan yang terjadi.
Seharusnya Indonesia bisa mencontoh sistem pengelolaan negara lain seperti Jepang maupun Jerman
yang memiliki tiga jenis pembagian sampah. Ada yang dibakar dan diolah secara alami. Ada sampah yang
tidak bisa dibakar, dan barang-barang bekas yang tidak dapat dimasukan ke dalam plastic sampah seperti
televisi, mesin cuci, AC, kompor dan sejenisnya. Belum lagi Swedia yang limbah sampahnya mereka
manfaatkan sebagai pembangkit listrik.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa kita harus mulai berpikir dan membuat sesuatu untuk mengatasi hal
ini. Mahasiswa teknik misalnya, seharusnya mereka mulai bisa membuat tempat sampah yang efektif
dan efisien untuk ditaruh di warung-warung di sekitar jalan, agar kebersihannya disana juga terjaga.
Selain itu, mahasiswa juga bisa memikirkan bagaimana cara mengubah sampah menjadi pembangkit
listrik atau campuran bahan pembuatan aspal. Di bidang kesehatan sendiri, mahasiswa harus
mensosialisasikan betapa pentingnya pengelolaan sampah bagi kehidupan kita. Sehingga ada kesadaran
masyarakat akan pentingnya membuang sampah sesuai jenis sampah tersebut.
Selain itu, mahasiswa dapat berkerja sama dengan pemerintah untuk mendiskusikan mengenai bank air
atau semacam dispenser besar yang disediakan dimana-mana untuk refill air putih. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi penggunaan sampah plastik dan menerapkan hidup sehat dengan membawa botol
minum atau tumblr pribadi.
Maks dari itu, dengan kerja mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah, diharapkan dapat diwujudkan
lingkungan yang bersih dan sehat di Indonesia. Selain itu, diharapkan air yang kita konsumsi bukanlah
campuran dari tumpukan sampah maupun sisa-sisa sampah plastik, agar kesehatan kita bisa terjaga.
Mengurangi plastik dan mengelola pembuangan sampah bukan hanya tugas petugas kebersihan, tetapi
juga tugas kita semua sebagai manusia yang tinggal di bumi ini. Sudah sepatutnya kita menjaga tanah
yang kita tinggali dengan sebaik mungkin. Dengan merawatnya dan mencegah hal-hal buruk yang
semakin membuat bumi kita menjadi 'sakit agar keseimbangan lingkungan tercipta dengan baik.