Anda di halaman 1dari 11

BAHAN AJAR MENULIS RESENSI BUKU ILMU PENGETAHUAN

MENULIS RESENSI BUKU ILMU PENGETAHUAN

Pengertian Resensi

Tahukah Anda tentang Resensi? Apakah itu Resensi? Disini akan kita ulas mengenai Resensi. Resensi berasal
dari bahasa Latin yaitu dari kata revidere atau recensere yang berarti melihat kembali, menilai atau
mempertimbangkan. Dalam bahasa Inggris adalah review, dalam bahasa Belanda adalah recensie yang keduanya
berarti mengulas sebuah buku.
Dalam kamus bahasa latin menyatakan, bahwa resensi adalah hasil pembahasan atau penilaian yang pendek
sebuah karya tulis.
Menurut WJ. Poerwadarminta, bahwa Resensi adalah sebagai petimbangan atau perbincangan tentang sebuah
buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menitik beratkan tema, isi buku, kritikan, dan memberi
dorongan pada halayak tentang perlu atau tidaknya buku dibaca, dimuat disurat kabar atau majalah.
Menurut Hoesnaeni dalam blognya,Resensi adalah tulisan timbangan suatu hasil karya atau wawasan tentang
baik dan kurang baiknya kualitas suatu tulisan yang terdapat dalam suatu karya. Resensi dapat pula diartikan sebagai
suatu tulisan yang memberikan penilaian terhadap suatu karya baik fiksi maupun nonfiksi dengan cara
mengungkapkan segi keunggulan dan kelemahannya secara objektif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka, secara garis besar resensi merupakan suatu hasil karya yang
memuat sebuah pertimbangan tentang baik atau buruknya kualitas atau mutu suatu hasil karya orang lain dan
memotifasi masyarakat umum untuk perlu atau tidaknya mengapresiasi karya tersebut.

Contoh Resensi
RESENSI BUKU TUANKU RAO DI JAWA POS, MINGGU, 24 JUNI 2007.

“PRAHARA DI TANAH BATAK”

Judul Buku: Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao. Teror Agama Islam Mazhab Hambali Di Tanah
Batak.
Penulis: Mangaradja Onggang Parlindungan
Editor: Ahmad Fikri A.F.
Penerbit: LKiS, Jogjakarta
Cetakan I, Juni 2007
Isi buku: iv + 691 halaman-Hardcover
Harga: Rp 135.000

“Tak ada fakta, yang ada hanyalah tafsir,” begitu kata Nietzsche berkenaan dengan masalah kebenaran dan
pengetahuan. Katakata itu tampaknya berlaku juga untuk sejarah, sebab sejarah erat kaitannya dengan serpihan-
serpihan kebenaran dan pengetahuan, yang supaya bermakna perlu ditata dan ditafsir kembali. Karena itu, sejarah
juga merupakan tafsir, dan sebuah tafsir bukanlah segumpal kebenaran mutlak. Ia baru merupakan upaya untuk
mendekati kebenaran.

Buku Tuanku Rao karya M.O. Parlindungan ini merupakan salah satu upaya menggali dan menafsirkan kembali
serpihan-serpihan pengalaman masa lalu itu, terutama yang terkait dengan Perang Paderi. Melalui buku ini, penulis
mengajak kita mengunjungi kembali ke masa lalu Tanah Batak secara gamblang dengan berupaya memahami
proses-proses yang terjadi di balik teror kekerasan penyebaran agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak pada
1816-1833.
Berbeda dengan sejarawan lain, penulis memilih untuk menuliskan sejarah Batak dengan gaya bertutur (story telling
style), yang semula memang ditujukan kepada anak-anaknya. Di sinilah sesungguhnya letak daya tarik buku ini. Ia
muncul orisinal karena fokusnya lebih diletakkan pada praktik penciptaan sejarah Batak itu sendiri ketimbang
menjajarkan peristiwa-peristiwa kesejarahan naratif seperti praktik sejarawan konvensional selama ini.

Menurut penulis, setidaknya ada dua alasan mengapa penyerbuan ke Tanah Batak tersebut dilakukan dengan
kekerasan. Selain menyebarkan Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak, penyerbuan itu juga dipicu oleh dendam
keturunan marga Siregar terhadap Raja Oloan Sorba Dibanua, dinasti Singamangaraja, yang pernah mengusirnya
dari Tanah Batak. Togar Natigor Siregar, pemimpin marga Siregar, pun sampai mengucapkan sumpah yang diikuti
seluruh marga Siregar, akan kembali ke Batak untuk membunuh Raja Oloan Sorba Dibanua dan seluruh
keturunannya.

Agama Islam Mazhab Hambali yang masuk ke Mandailing dinamakan penduduk setempat sebagai Silom Bonjol
(Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol, meski dipimpin orang-orang Batak sendiri, seperti
Pongkinangolngolan Sinambela (Tuanku Rao), Idris Nasution (Tuanku Nelo), dan Jatengger Siregar (Tuanku Ali
Sakti). Dalam silsilah yang terlampir di buku ini, disebutkan bahwa Pongkinangolngolan adalah anak hasil
hubungan gelap antara Gana Sinambela (putri Singamangaraja IX) dengan pamannya, Pangeran Gindoporang
Sinambela (adik Singamangaraja IX). Gindoporang dan Singamangaraja IX adalah putra Singamangaraja VIII,
sedangkan Gana Sinambela adalah kakak Singamangaraja X. Walaupun terlahir sebagai anak di luar nikah,
Singamangaraja X sangat mengasihi dan memanjakan keponakannya (hlm. 355).

Namun kelahiran di luar nikah ini diketahui oleh tiga orang Datu (tokoh spiritual) yang dipimpin Datu Amantagor
Manurung. Sesuai hukum adat, Singamangaraja X terpaksa menjatuhkan hukuman mati kepada keponakan yang
disayanginya dengan menenggelamkandi Danau Toba. Tapi, bukannya mati tenggelam, Pongkinangolngolan
terselamatkan arus hingga mencapai Sungai Asahan dan ditolong seorang nelayan bernama Lintong Marpaung.
Setelah bertahun-tahun berada di daerah Angkola dan Sipirok, Pongkinangolngolan memutuskan pergi ke
Minangkabau karena takut dikenali sebagai orang yang telah dijatuhi hukuman mati oleh Raja Batak.

Di Minangkabau, pada 1804, Pongkinangolngolan diislamkan oleh Tuanku Nan Renceh, lalu dikirim ke Makkah
dan Syria serta sempat mengikuti pendidikan kemiliteran pada pasukan kavaleri Janitsar Turki. Sekembalinya, pada
1815, Pongkinangolngolan diangkat menjadi perwira tentara Paderi dan mendapat gelar Tuanku Rao.

Ternyata Tuanku Nan Renceh menjalankan politik divide et impera seperti Belanda, yaitu menggunakan orang
Batak untuk menyerang Tanah Batak. Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1 Ramadan 1231 H (1816 M)
terhadap benteng Muarasipongi yang dipertahankan Marga Lubis. Muarasipongi berhasil diluluhlantakkan dan
seluruh penduduknya dibantai tanpa menyisakan seorang pun. Kekejaman ini sengaja dilakukan dan disebarluaskan
untuk menebarkan teror dan rasa takut agar memudahkan penaklukan guna penyebaran agama Islam Mazhab
Hambali.

Setelah itu, penyerbuan terhadap Singamangaraja X di Benteng Bakkara dilaksanakan 1819. Orang-orang Siregar
Salak dari Sipirok dipimpin Jatengger Siregar ikut dalam pasukan penyerang untuk memenuhi sumpah Togar
Natigor Siregar dan membalas dendam kepada keturunan Raja Oloan Sorba Dibanua, yaitu Singamangaraja X.
Jatengger Siregar menantang Singamangaraja untuk melakukan perang tanding satu lawan satu. Singamangaraja
kalah dan kepalanya dipenggal pedang Jatengger Siregar. Terpenuhi sudah dendam yang tersimpan selama 26
generasi.

Penyerbuan pasukan Paderi terhenti pada 1820, karena berjangkitnya penyakit kolera dan epidemi penyakit pes.
Dari 150.000 orang tentara Paderi yang memasuki Tanah Batak pada 1818, hanya tersisa sekitar 30.000orang.
Sebagian terbesar bukan tewas di medan pertempuran, melainkan mati karena berbagai penyakit. Untuk
menyelamatkan sisa pasukannya, pada 1820 Tuanku Rao bermaksud menarik mundur seluruh pasukannya dari
Tanah Batak Utara, sehingga rencana pengislaman seluruh Tanah Batak tak dapat diteruskan. Sementara itu, Tuanku
Imam Bonjol memerintahkan agar Tuanku Rao bersama pasukannya tetap di Tanah Batak untuk menghadang
masuknya tentara Belanda. Akhirnya, Tuanku Rao tewas dalam pertempuran di Air Bangis pada 5 September 1821,
sedangkan Tuanku Lelo tewas dipenggal kepalanya, sedangkan tubuhnya dicincang oleh Halimah Rangkuti, salah
satu tawanan yang dijadikan selirnya.
Akhirnya, buku yang terbagi dalam tiga bagian besar dan berisi 34 lampiran ini jelas memiliki tempat khusus di
dalam penulisan sejarah berdasarkan fakta dan representasi historiografi sebagai interpretasi yang tidak mutlak.

Penulis telah menunjukkan adanya kekuatan pada naskah tertulis dalam merekonstruksi visi sejarah Batak bagi
perkembangan politik, sosial, dan budaya. Tak dapat disangkal, kontribusi utama buku ini terletak pada temuannya
atas faktor lain di luar domain historiografi konvensional. Hal itu jelas akan berdampak luas dalam perdebatan
mengenai historiografi Indonesia. (*)

Oleh: TASYRIQ HIFZHILLAH Peminat sejarah asal Probolinggo, bergiat di Lembaga Studi Pembebasan (LSP),
Jogjakarta.

Uraian dari contoh.


Judul Buku

RESENSI BUKU TUANKU RAO DI JAWA POS, MINGGU, 24 JUNI 2007.

“PRAHARA DI TANAH BATAK”

Data Buku

Judul Buku: Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao. Teror Agama Islam Mazhab Hambali Di Tanah
Batak.
Penulis: Mangaradja Onggang Parlindungan
Editor: Ahmad Fikri A.F.
Penerbit: LKiS, Jogjakarta
Cetakan I, Juni 2007
Isi buku: iv + 691 halaman-Hardcover
Harga: Rp 135.000

Pembuka

“Tak ada fakta, yang ada hanyalah tafsir,” begitu kata Nietzsche berkenaan dengan masalah kebenaran dan
pengetahuan. Katakata itu tampaknya berlaku juga untuk sejarah, sebab sejarah erat kaitannya dengan serpihan-
serpihan kebenaran dan pengetahuan, yang supaya bermakna perlu ditata dan ditafsir kembali. Karena itu, sejarah
juga merupakan tafsir, dan sebuah tafsir bukanlah segumpal kebenaran mutlak. Ia baru merupakan upaya untuk
mendekati kebenaran.

Buku Tuanku Rao karya M.O. Parlindungan ini merupakan salah satu upaya menggali dan menafsirkan kembali
serpihan-serpihan pengalaman masa lalu itu, terutama yang terkait dengan Perang Paderi. Melalui buku ini, penulis
mengajak kita mengunjungi kembali ke masa lalu Tanah Batak secara gamblang dengan berupaya memahami
proses-proses yang terjadi di balik teror kekerasan penyebaran agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak pada
1816-1833.

Berbeda dengan sejarawan lain, penulis memilih untuk menuliskan sejarah Batak dengan gaya bertutur (story telling
style), yang semula memang ditujukan kepada anak-anaknya. Di sinilah sesungguhnya letak daya tarik buku ini. Ia
muncul orisinal karena fokusnya lebih diletakkan pada praktik penciptaan sejarah Batak itu sendiri ketimbang
menjajarkan peristiwa-peristiwa kesejarahan naratif seperti praktik sejarawan konvensional selama ini.

Tubuh/isi resensi

Menurut penulis, setidaknya ada dua alasan mengapa penyerbuan ke Tanah Batak tersebut dilakukan dengan
kekerasan. Selain menyebarkan Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak, penyerbuan itu juga dipicu oleh dendam
keturunan marga Siregar terhadap Raja Oloan Sorba Dibanua, dinasti Singamangaraja, yang pernah mengusirnya
dari Tanah Batak. Togar Natigor Siregar, pemimpin marga Siregar, pun sampai mengucapkan sumpah yang diikuti
seluruh marga Siregar, akan kembali ke Batak untuk membunuh Raja Oloan Sorba Dibanua dan seluruh
keturunannya.

Agama Islam Mazhab Hambali yang masuk ke Mandailing dinamakan penduduk setempat sebagai Silom Bonjol
(Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol, meski dipimpin orang-orang Batak sendiri, seperti
Pongkinangolngolan Sinambela (Tuanku Rao), Idris Nasution (Tuanku Nelo), dan Jatengger Siregar (Tuanku Ali
Sakti). Dalam silsilah yang terlampir di buku ini, disebutkan bahwa Pongkinangolngolan adalah anak hasil
hubungan gelap antara Gana Sinambela (putri Singamangaraja IX) dengan pamannya, Pangeran Gindoporang
Sinambela (adik Singamangaraja IX). Gindoporang dan Singamangaraja IX adalah putra Singamangaraja VIII,
sedangkan Gana Sinambela adalah kakak Singamangaraja X. Walaupun terlahir sebagai anak di luar nikah,
Singamangaraja X sangat mengasihi dan memanjakan keponakannya (hlm. 355)…(sampai sebelum penutup)

Penutup

Akhirnya, buku yang terbagi dalam tiga bagian besar dan berisi 34 lampiran ini jelas memiliki tempat khusus di
dalam penulisan sejarah berdasarkan fakta dan representasi historiografi sebagai interpretasi yang tidak mutlak.

Penulis telah menunjukkan adanya kekuatan pada naskah tertulis dalam merekonstruksi visi sejarah Batak bagi
perkembangan politik, sosial, dan budaya. Tak dapat disangkal, kontribusi utama buku ini terletak pada temuannya
atas faktor lain di luar domain historiografi konvensional. Hal itu jelas akan berdampak luas dalam perdebatan
mengenai historiografi Indonesia. (*)

Oleh: TASYRIQ HIFZHILLAH Peminat sejarah asal Probolinggo, bergiat di Lembaga Studi Pembebasan (LSP),
Jogjakarta.

Tujuan Penulisan Resensi

Dalam sebuah penulisan tentu terdapat tujuan mengapa tulisan tersebut dibuat, begitu pula dengan resensi.
Terdapat beberapa tujuan resensi yaitu, menimbang agar suatu hasil karya memperoleh perhatian dari orang-orang
yang belum mengetahui atau membutuhkannya. Agar seseorang tidak akan merasa sia-sia melihat hasil karya
tersebut jika karya tersebut jauh dari kualitas dan makna bacaan yang baik.
Memberikan penilaian dan penghargaan terhadap isi suatu hasil karya sehingga penilaian itu diketahui
khalayak. Mengungkapkan sisi positif dan negatifnya agar halayak umum mudah menarik garis besar dari karya
tersebut.
Melihat kesesuaian latar belakang pendidikan/penguasaan ilmu pengarang dan kesesuaian karakteristik tokoh,
penokohan, atau setting dengan bahan yang disajikannya. Karena latar belakang seorang pengarang berpengaruh
terhadap sasaran pembaca, misalnya apakah dari kaum intelek, pebisnis, atau masyarakat lain pada umumnya.
Mengungkapkan kelemahan suatu tulisan dan sistem penulisan atau alur suatu hasil karya. Misalnya dengan
cara memperhatikan sistematika penulisan yang baik.
Memberikan pujian atau kritikan yang konstruktif terhadap bobot ilmiah atau nilai sastra karya tulis seseorang.
Sehingga bagi penulis atau siapapun orang yang hendak menulis dengan karya sejenis dapat memperbaiki tulisan
yang dikritik dan mampu atau bahkan dapat menambah keunggulan yang ada.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat resensi, yaitu resensi harus bersifat Informatif, artinya
informasi yang disampaikan tidak berbelit-belit melainkan diuaikan secara singkat dan umum menyampaikan
keseluruhan isi buku.
Deskriptif, artinya tidak ada unsur penting yang terlewatkan meskipun penyajiannya diungkap secara menyeluruh
harus detail pada tiap bagian atau bab.
Kritis, maksudnya dalam penulisan resensi baik menulis kelebihan maupun kekurangannya harus disertai dengan
pembahasan disiplin ilmu lain dengan kata lain ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari
sebuah resensi biasanya kritis dan objektif dalam menulis buku.

Cara Membuat Resensi

Pada pembahasan ini akan dibahas bagaaimana cara membuat resensi yang baik, yaitu menurut karya Myrna
Friend, di kampus Erindale Campus Library, University of Toronto. Cara ini sudah diterima secara internasional,
yaitu dengan:

1) Member informasi bibliografi buku, seperti nama penulis, judul lengkap,editor, tempat penerbit, penerbit, waktu
buku diterbitkan dan jumlah halaman.
2) Bandingkan materi tulisan dengan keadaan sekarang, deskripsikan penulis pengarang, seperti latar belakang,
pekerjaan, reputasi, dll.
3) Apakah hal-hal atau keadaan yang penting ada hubungannya dengan buku tersebut? Apa sumber materi penulis?
4) Jenis buku (sejarah, biografi, kritik tulisan orang lain literasy cristim, sastra, dll) apa yang kita resensi?
5) Jelaskan tujuan penulis dalam menulis buku yang kita resensi dan terangkan batasan tulisannya dengan tema.
Apakah buku tersebut menyusun tema popular? Apa hasil ssurvei? Untuk siapa buku tersebut ditulis?
6) Apa tema buku tersebut? Cari tema dibagian pendahuluan dan kesimpulan. Selama mencoba, coba elaborasi
kaitkan dengan tema buku, apa masih berhubungan?
7) Apa asumsi penulis yang tersirat atau tersurat berhubungan dengan materi yang dia tulis?
8) Jelaskan struktur dari buku (daftar isi), apakah pembagian buku tersebut valid? Apakah appendiks, bibliografi,
catatan-catatan, indeks buku tersebut berhubungan dengan isi buku?
9) Cari point utama atau konsep kunci!
10) Apa jenis data yang penulis gunakan dalam mendukung argumennya? Bagaimana dia gunakan data tersebut dalam
berargumen? Apakah argumennya sesuai data?
11) Beri bagian penting dari buku dengan kutipan!
12) Apakah penulis suskses dalam mengkomunikasikan wacana atau teorinya? Apakah dia sukses dengan tujuannya?
Apakah malah bias?
13) Jelaskan tujuan lain tulisan dari bukun yang kita resensi. Apakah tulisannya dalam bahasa yang baku dan efektif?
14) Apakah buku tersebut berkembang dari isu atau tema penelitian?
15) Baca secara mendalam dan kritis. Alasan utama kemampuan membaca buku, yaituagar dapat mengikuti alur pikiran
penulis, melihat hubungan diantara idenya, menghubungkan idenya, menghubungkan idenya dengan penglaman
kita, dan mengevaluasi dengan cerdas dan kritis. Cari bagian yang controversial beserta kekuatan dan
kelemahannya. Bandingkan dengan teori lain yang diungkapkan oleh teori lain. Perhatikan kalimat yang tidak
dimengerti, baca bukunya sampai slesai sambil ikuti argumentnya jangan menjastivikasi sebelum selesai membaca.
16) Resensi di koran dengan jurnal ilmiah tentu berbeda. Resensi di Koran biasanya berupa bedah buku dengan isi
ringkasan buku, tujuan tulisan, latar belakang penulis, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan serta kata atau
kalimat yang digunakan atau tidak baku atau popular yang diperuntukan untuk halayak umum. Resensi di jurnal
ilmiah ditambah teori lain yang diungkapkan penulis lain dan bahasa yang digunakan bahasa buku serta untuk
kalangan terbatas.

Unsur Resensi
Unsure-unsur dalam pembuatan resensi menurut Samad dalam bukunya terdiri dari, membuat judul resensi.
Judul resensi harus selaras dengan keseluruhan cerita yang ada pada buku tersebut, maksudnya sebuah judul resensi
itu harus dapat mewakili kandungan makna yang terdapat di dalmnya.
Menyusun data buku. Data buku dicantumkan sebelun kalimat pembuka atau pendahuluan, data buku terdiri
dari judul buku, pengarang jika ada berikut editor maupun penyunting, penerbit, tahun terbit beserta cetakannya
(cetakan ke berapa), tebal buku, harga buku (jika diperlukan).
Membuat pembuka. Dalam pembuka kita dapat memperkenalkan sosok pengarang atau penulis buku
tersebut,memaparkan latar belakang pengarang, memaparkan keunikan yang terdapat dalam buku, bahkan dapat
membandingkan dengan buku atau tulisan lain yang sejenis.
Tubuh/isi. Pada bagian ini merupakan inti dari penuulisan resensi, bagian ini mencantumkan synopsis buku,
sedikit rangkuman, mempaarkan kelebihan maupun kekurangan buku, kesalahan sistematika penulisan dan hal lain
yang mungkin perlu diresensi.
Penutup. Dalam pembahasan ini yang meresensi biasannya mebuat tulisan yang merupakan ajakan kepada
halayak untuk membaca buku yang telah diresensi, atau mengungkapkan tentang keadaan buku tersebut, hendaknya
dibaca oleh kalangan tertentu.

Alasan dibuatnya resensi buku

Ada beberapa alasan,mengapa kita harus membuat resensi buku ????


Dengan meresensi sebuah buku, kita akan teringat kembali dengan buku apa saja yang telah kita baca karena tercatat
dalam agenda resensi.
Dapat mengikat atau menarik sebuah makna. Dengan merensi sebuah buku, berarti kita mengikatkan sebuah
makna buku (seperti Mas Hernowo bilang dalam bukunya "mengikat makna"). Dengan mengikat sebuah makna
buku, kita dapat mengetahui point-point penting dalam sebuah buku.
Dapat memperkaya pengetahuan. Meresensi sebuah buku tidak hanya sekedar merangkum sebuah buku, tetapi
lebih dari sekedar itu, kita dapat memberikan kritikan sebuah buku selain sanjungan terhadap buku tersebut sehingga
kita dapat mengetahui suatu kualitas buku tersebut.
Dapat memperkaya pengalaman menulisDengan membuat resensi buku berarti secara tidak langsung kita juga
belajar menulis buku. Dengan begitu kita dapat mengembangkan ide-ide dari buku tersebut.
Dapat memperkaya pendapatan. Dengan membuat resensi buku kita bisa mendapatkan penghasilan dengan
cara mengirimkan ke penerbit-penerbit buku dan itu adalah salah satu pemasukan keuangan.

Keuntungan dibuatnya sebuah membuat resensi

Ada beberapa keuntungan yang kita dapat dari sebuah resensi, di antaranya, membantu pembaca yang belum
memiliki kesempatan membaca buku yang dimaksud atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu
untuk membaca. Dari sebuah resensi pembaca dapat mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku yang
dimaksud.
Meenambah pengetahuan, misalnya dengan, mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi,
mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan, mengetahui perbandingan buku yang telah
dihasilkan penulis yang sama atau buku karya penulis lain yang sejenis.
Bagi penulis yang diresensi, informasi yang diulas bias dijadikan masukan berharga bagi proses kreatif
kepenulisan selanjutnya.

Seperti itulah ulasan singkat mengenai resensi sebuah buku ilmu pengetahuan. Pada dasarnya setiap orang dapat
meresensi sebuah buku apapun itu jenisnya baik fiksi maupun nonfiksi (buku ilmiah), maka dari itu mari kita coba
menulis dengan dimulai dari yang terkecil.

ecara etimologi, resensi berasal dari bahasa latin dari kata kerja revidere atau recensere yang memilik
arti melihat kembali, menimbang atau menilai.
Pengertian Resensi
Unsur-Unsur Resensi
1. Judul resensi
Selaras dengan buku yang dibuat.
2.Menyusun data buku
Penyusunan data buku dapat dilakukan sebagai berikut:
-Judul buku.
-Pengarang.
-Penerbit.
-Tahun terbit beserta cetakannya.
-Dimensi buku.
-Harga buku.
3.Isi resensi buku
Meliputi isi buku secara umum.
4.Penutup resensi buku .
Alasan buku ditulis dan kepada siapa ditujukan.
Langkah Membuat Resensi
1. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi
Tujuan Resensi
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada
hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada.
K.D. 4.4
Menulis Resensi Buku
Pengetahuan Berdasarkan Format Baku
Mencatat identitas buku.
Mendaftar pokok-pokok isi.
Mencatat keunggulan dari isi buku.
Mencatat kekurangan dari isi buku.
Menulis resensi buku dengan memperhatikan kelengkapan unsur-unsur resensi.
Mendiskusikan resensi yang telah dibuat.
Indikator
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan
tentang buku, yaitu ulasan buku. Secara garis besar resensi dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara
memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut.
2. Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti.
3. Menandai bagian-bagian buku yang diperlukan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang
dikutip untuk dijadikan data.
4. Membuat sinopsis atau inti sari buku
5. Menentukan sikap dan menilai isi buku.
6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi. Penilaian hasil resensi dapat dilakukan dari segi kelengkapan
karya, EYD, dan sistematika resensi.
Tips Menulis Resensi
Cari dan tentukan buku baru nonfiksi yang akan dibuat resensi.
Catatlah identitas buku yang akan diresensi, seperti jenis buku, judul buku, nama pengarang, nama
penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah halaman, jenis kertas dan harga buku.
Catat dan pahami tujuan dan latar belakang penulisan buku, dengan cara membaca kata pengantar atau
pendahuluan buku. Buatlah daftar pokok-pokok isi buku secara keseluruhan.
Tentukan kelebihan dan kekurangan isi buku.
Tulis ringkasan materi dari buku yang dibuat resensi secara jelas dan sistematis.
Pada akhir resensi berilah saran dan kesimpulan, apakah buku yang kita resensi tersebut layak dibaca
atau tidak.
Terima
Kasih
Contoh

Judul buku : Rahasia Dibalik Telepon


Penulis : Prista Rini
Jumlah halaman : 60 halaman
Jenis/Ukuran huruf : Souvenir, 12 pt
Ilustrasi isi : Arini Bakar
Tata letak dan desain sampul : T.Prabowo
Penerbit : CV IASHA JAYA
Jl. Rajawali Blok D5 No. 8
Griya Cinere I Limo, Depok
Telepon (021) 33019246

Buku ini sangat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi pelajan SD maupun tingkat SMP.
Kaum pelajar dapat menambah wawasan mereka dengan buku ini karena isi yang di jelaskan tentang
teknologi yang tidak asing bagi kita yakni tentang telepon.
Semua Tentang Telepon
Telepon berasal dari bahasa latin. Jika di uraikan jadi tele dan phone. Tele berarti jauh dan
phone berarti bunyi atau suara. Jadi telephone berarti bunyi yang jauh dan dapat diartikan sebagai
media atau alat untuk melakukan percakapan dari jarak jauh. Telepon itu sendiri terdiri dari tiga pokok,
yaitu: Transmitter (alat pengirim), Connecting Wire (kabel penghubung) dan Receiver (alat penerima).
Penggunaan jasa teleon dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan yang cukup
melejit, yaitu kenaikan diatas 200 persen. Jumlah yang padat ini di Indonesia hanya dilayani oleh 169
sentral otomat, dengan kapasitas 600.000 satuan sambungan (ss). Padahal pengadaan SS ini hanya di
tangani oleh satu perusahaan yakni, PT. INTI yang mamp mengembangkan 750.000 SS dan 750.000
pesawat telepon selama 5 tahun. Bahkan di Amerika Serikat kini diperkirakan sudah 200 juta telepon
yang ada.
Pesawat pengirim dan penerima merupakan handset atau pesawat tangan. Artinya komponen itu
berada dalam ganggang telepon yang kita pegang sewaktu bicara melalui telepon yang dirancang
sedemikian rupa dengan benruk dan ukuran standar sehingga nyaman digunakan.
Tahun-tahun belakangan ini telepon makin memayarakatkan. Bahkan kini sudah banyak telepon umum
dan warung telepon dimana-mana. Selain manfaat telepon untuk berkomunikasi dengan jarak jauh,
banyak bahaya dalam pemanfaatan telepon. Seperti halnya penipuan atau teror lewat telepon.
Banyak sekali informasi yang dapat kita peroleh dari buku ini. Namun sayang, cara penyampaian
pada buku ini tidak dijelaskan dengan alur yang runtut. Sehingga hal inilah yang nantinya membuat para
pembaca menjadi bingung.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.penerbitanbuku.wordpress.com
http://hoesnaeni.wordpress.com
http://definisi-pengertian.blogspot.com
http://elzurqoh.blogspot.com
Samad, Daniel. 1997. Dasar-dasar Meresensi Buku. Jakarta: PT. Gramedia Widasarana Indonesia

MENULIS RESENSI BUKU PENGETAHUAN


BERDASARKAN FORMAT BAKU
Posted by Adri Aswin Azhari Minggu, 20 April 2014 0 comments

Kata resensi berasal dari bahasa Belanda resensie atau bahasa latin resenseo yang berarti ulasan
atau uraian tentang buku, film, drama, teater, ataupun kaset. Ulasan resensi bersifat informatif
mengenai pertimbangan mutu, baik atau buruk sebuah buku, Resensi buku bertujuan
memberikan rangsangan kepada pembaca agar membaca dan memiliki buku tertentu. Di samping
itu, resensi buku dapat membantu penerbit atau engarang untuk memperkenalkan buku yang baru
diterbitkan. Pokok-pokok yang dijadikan sasaran dalam meresensi buku sebagai berikut.

1. IDENTITAS BUKU

Identitas buku meliputi judul, nama pengarang, nama penerbit, tempat dan tahun terbit, cetakan,
serta tebal buku.

2. PEMBUKA RESENSI

Kegiatan menulis resensi dapat dilakukan dengan mengutip paragraf dalam buku. Kutipan ini
sebagai landasan berpikir. Penulis juga dapat mengemukakan tema buku secara singkat yang
dilengkapi dengan deskripsi isi buku dan memperkenalkan kepengarangan (nama, ketenaran,
hasil karya, ataupun proses kreatifnya).

3. MACAM ATAU JENIS BUKU

Penulis resensi menunjukkan jenis buku yang diulas kepada pembaca. Dengan kata lain, ia harus
mengklasifikasi buku itu dalam kelas atau kelompok buku tertentu, misalnya fiksi dan nonfiksi.

4. KEUNGGULAN BUKU

Penulis resensi mengemukakan segi-segi menarik dari buku tersebut. Penulis dapat menguraikan
hal-hal berikut.

1. Organisasi buku.
Organisasi meliputi kerangka buku, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang
lain. Jadi, ada kepaduan, kejelasan, dan memperlihatkan perkembangan yang logis.
2. Isi buku.
Isi buku menyangkut paparan dan rincian buku, serta adanya kesimpulan umum. Buku
dikatakan berkualitas jika organisasi dan tema terangkai padu, baik, dan benar.
3. Bahasa.
Penggunaan bahasa yag baik dapat dinilai dari segi struktur kalimat, hubungan
antarkalimat, dan diksi atau pilihan kata. Selain itu, perlu pembedaan antara penggunaan
bahasa untuk buku ilmiah dan buku fiksi sastra. Bahasa dalam buku ilmiah bersifat
denotatif, satu penafsiran, sedangkan bahasa fiksi sastra bersifat konotatif untuk
mengembangkan daya imajinasi.

5. KELEMAHAN BUKU
Resensi buku juga menguraikan kelemahan buku. Kelemahan ini meliputi cacat fisik
(kelengkapan halaman, konsistensi penulisan, kualitas penjilidan) dan pembahasan yang tidak
sistematis. Sisi kelemahan bisa disesuaikan dengan tema yang mengikat buku tersebut.

6. NILAI BUKU

Apabila penulis resensi telah memberikan gambaran mengenai latar belakang buku dan
mengemukakan pokok-pokok yang menjadi sasaran ulasan, penulis resensi telah menilai buku.
Nilai sebuah buku akan lebih jelas jika dibandingkan dengan karya lain.

Anda mungkin juga menyukai