Anda di halaman 1dari 13

“SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN”

OLEH :

ASTRIANI

PO713241171011

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR

PRODI D.III FISIOTERAPI

TAHUN AJARAN

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam menyikapi berbagai keilmuan,
penelitian merupakan petunjuk utama penyelesain masalah. Awal dari sebuah penelitian
adalah adanya sebuah problem (masalah). Masalah ilmu social dan ilmu pendidkan sangat
kompleks, semenjak adanya dunia sampai sekarang tidak pernah lepas dari yang namanya
masalah, untuk mencari solusi (jalan keluar) masalah, dengan demikian diperlukan penelitian
secara logis, sistimatis, dan empiris, sebagai pencerahan untuk mengetahui kebenaran ilmiah.

Tahapan yang sangat penting dalam proses penelitian ilmiah adalah menyusun alat ukur
(instrumen) penelitian sebagai pedoman untuk mengukur variabel- variabel penelitian. Alat
ukur tersebut harus valid dan reliabel. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan
menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen penelitian ini
digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti.

Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada
jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi
ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap
instrument harus mempunyai skala.

RUMUSAN MASALAH

A. Apa Pengertian Skala Pengukuran ?


B. Apa jenis-jenis Skala Pengukuran Dalam Penelitian ?
C. Apa penngertian Instrumen penelitian ?
D. Apa ciri-ciri instrumen penelitian ?
E. Bagaimana cara menyusun instrumen penelitian ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Skala Pengukuran

Skala merupakan perbandingan antar kategori dimana masing- masing ketegori diberi
bobot nilai yang berbeda. Sedangkan Pengukuran merupakan cabang ilmu statistika terapan
yang bertujuan untuk membangun dasar- dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga
dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid dan reliabel. Reynolds, et al.
(2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu
bilangan yang mewakili objek, sifat atau karakteristik, atribut atau tingkah laku. Azwar
(2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi)
terhadap atribut atau variabel sepanjang garis kontinum. Dengan demikian secara sederhana
pengukuran dapat dikatakan sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut yang
hendak diukur dengan alat ukurnya.

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk


menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh,
misalnya timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan
skala miligram (mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila
digunakan untuk mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat dengan skala
mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.

B. jenis - jenis Skala Pengukuran Dalam Penelitian

Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variable yang akan
diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian
selanjutnya. Jenis-jenis skala pengukuran dapat berupa : Skala nominal, Skala Ordinal, Skala
interval, dan Skala rasio. Kemudian dijabarkan sebagai berikut :

a. Skala Nominal

Skala Nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis
(kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah
karakteristk dengan karakteristik lainnya. Skala nominal memberikan suatu sistem
kualitatif untuk mengkategorikan orang atau objek ke dalam kategori, kelas atau
klasifikasi.

Adapun ciri-ciri dari sekala nominal adalah:

a) Kategori data bersifat mutually exclusive (saling memisah).


b) Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang), Hasil
perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan, Angka yang tertera hanya lebel
semata.Tidak mempunyai ukuran baru, Dan tidak mempunyai nol mutlak.

Contoh : - Jenis Kulit : 1. Hitam, 2. Putih, 3.Kuning. Agka 1,2,3 hanya sebagai label
saja.

b. Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka- angka tersebut
mengandung pengertian tingkatan. Skala nominal digunakan untuk mengurutkan
objek dari yang terendah ke tertinggi atau sebaliknya. Skala ini tidak memberikan
nilai absolute terhadap objek, tetapi hanya memberikan urutan (rangking) saja.

Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data saling memisah,
kategori data memiliki aturan yang logis, kategori data ditentukan skala berdasarkan
jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya. Contoh, urutan siswa di dalam kelas
berdasarkan tinggi badan, mulai dari paling tinggi ke rendah, siswa dengan badan
tertinggi diberi urutan ke- 1, kemudian di bawahnya diberi urutan ke- 2 dan
seterusnya.

c. Skala Interval

Skala Interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan


skala nominal dan skala ordinal. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang
dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu
berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya
perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala
pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-angka yang dapat
dipergunakan dalam operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk
melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistic parametric. Contoh :

Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya:


Berapa kali Anda melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali,
3 kali, dan 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan
menggunakan interval 2.

d. Skala Rasio

Skala Rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala interval, tetapi skala
ini memiliki nol mutlak yang dapat menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur.
Panjang, kecepatan dan berat merupakan contoh skala rasio. Melalui skala ini kita
dapat menginterpretasikan perbandingan antar skor. Sebagai contoh, tinggi pohon 20
m adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan pohon yang tingginya 10 m,
kendaraan yang melaju denagn kecepatan 60 km/ jam adalah dua kali lebih cepat
dibanding kendaraan dengan kecepatan 30 km/ jam. Contoh lain, Berat Sari 35 Kg
sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama
dengan 1 dibanding 2.

Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan dan
Sosial antara lain adalah :

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutmya disebut sebagai variable penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).

Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan
cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta
memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan.
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yag beupa kata-kata antara lain :

a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d. Tidak Setuju, e. Sangat Tidak setuju

b.Sangat Baik, b. Baik, c. Ragu-ragu, d. Tidak Baik, e. Sangat Tidak Baik

Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut: Item Favorable: sangat
setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik
(1) Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/
baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).

Insrtumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat

dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

Contoh Bentuk Cheklist

Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi
tanda (X) pada kolom yang tersedia

SS : Sangat setuju

S : Setuju

RG : Ragu- Ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju


Contoh Soal Pilihan Ganda. Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai
dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang
tersedia.

1. Pelibatan masyarakat bukan hanya memotivasi, tetapi aktif dalam menghimpun dana,
tenaga, dan materi guna menunjang mutu pendidikan.

a. Sangat Setuju,

b. Setuju,

c. Ragu-ragu,

d. Tidak Setuju,

e. Sangat Tidak setuju

2. Masyararakat melakukan fungsi control dalam pelaksanaan pendidikan.

a. Sangat Setuju,

b. Setuju,

c. Ragu-ragu,

d. Tidak Setuju,

e. Sangat Tidak setuju

3. Masyarakat bersifat proaktif dalam mengembangkan pendidikan.

a. Sangat Setuju,

b. Setuju,

c. Ragu-ragu,

d. Tidak Setuju,

e. Sangat Tidak setuju

Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang berbeda-
beda. Untuk jawaban diatas “Sangat Tidak Setuju” diletakkan pada jawaban nomor pertama.
Untuk item selanjutnya jawaban “Sangat Tidak Setuju”dapat diletakkan pada jawaban nomor
akhir.
2. Skala Guttman

Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan


yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya.
Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu yang variable yang multidimensi.
Skala Guttman disebut juga skala Scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan. Peneliti
tentang kesatuan dimensi dari sifat atau sikap yang teliti yang sering disebut dengan atribut
universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hierarkis
untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan
sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak terhadap
pernyataan berikutnya. Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

Misalnya : Yakin – Tidak Yakin, Ya- Tidak, Benar- Salah ; Positif – Negatif, pernah – Belum
pernah ; Setuju- Tidak Setuju dan lain sebagainya.

Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi (dua alternative
yang berbeda). Oerbedaan skala likert dengan skala guttman ialah kalau skala likert terdapat
jarak (interval); 3, 4, 5, 6 atau 7 yaitu dari sangat benar (SB) sampai denagn Sangat Tidak
Benar (STB), sedangkan dalam skala Guttma hanya ada dua interval, yaitu : Benar (B) dan
Salah (S).

Contoh :

- Yakin atau tidakkah anda, pergantian Presiden akan dapat mengatasi persoalan bangsa :

a. Yakin

b. Tidak

- Apakah komentar saudara, jika GUsdur turun dari kepresidenan ?

a. Setuju

b. Tidak Setuju

- Pernahkah direktur saudara mengajak makan bersama ?

a. Pernah

b. Tidak Pernah

Skala Guttman disamping dapat dibuat bentuk pilihan ganda dan juga bisa dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai (1) dan skor
terendah (0). Misalnya : untuk jawaban benar (1) dan salah (0). Analisis dilakukan seperti
pada skala Likert.
Contoh :

- Saudara punya orang tua ?

a. Ya

b. Tidak

- Saudara sudah menikah ?

c. Sudah

d. Belum

- Anda punya Kartu Pokok Wajib Pajak ?

a. Punya

b. Tidak

3. Skala Penilaian (Rating scale)

Skala rating umumnya melibatkan penilaian tingkah laku atau performa seseorang yang
hendak diteliti. Dalam skala rating ini, seolah- olah penilai diminta oleh peneliti untuk
menempatkan seseorang yang dinilai pada beberapa titik yang telah disusun secara berurutan
atau dalam kategori yang menggambarkan tingkah laku seseorang tersebut.

Pada skala rating ini, penilai atau reater diasumsikan bahwa mereka adalah orang- orang yang
mengetahui benar tentang tingkah laku individual tersebut. Ada beberapa tipe skala rating
yang banyak digunakan sebagai skala pengukuran dalam penelitian. Mereka dapat
dikelompokkan sebagai skala rating individual dan skala rating kelompok. Dilihat dari cara
menggambarkannya, skala rating juga dapat dibedakan menjadi skala grafik dan skala
kategori. Berikut contoh dari skala grafik :

Skala grafik merupakan skala rating yang memberikan kesempatan kepada para penilai
dengan secara mudah memberikan tanda check (Ö) pada titik- titik yang tepat pada garis yang
menunjukkan tentang tingkah laku.

Aspek Tingkah Laku Rendah Sedang Tinggi

Penampilan Pribadi

Ketrampilan
Berkomunikasi

Adaptasi dengan
Lingkungan sosial

Bekerja secara
Kelompok

Bekerja secara Mandiri

Untuk skala kategori, peneliti hendak melakukan penilaian kreativitas seorang siswa. Item
kategorinya mungkin dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.

Untuk item pertanyaan, sebagai contohnya :

Bagamanakah kreativitas siswa dalam proses belajar di kelas ?

- Sangat kreatif

- Kreatif

- Tidak kreatif

- Sangat tidak kreatif

Jika item kategorinya adalah pernyataan, maka bentuk item kategori dapat seperti berikut :

Kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas dapat dikelompokkan sebagai
siswa,

- Sangat kreatif

- Kreatif

- Tidak kreatif

- Sangat tidak kreatif .

4. Skala perbedaan Semantik (Semantic Defential)

Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala
ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat
positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di
bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikap/ karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang.

Contoh :

Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan


kepala sekolah
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak Bersahabat

Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa Janji

Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi

Mmpercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif samapai dengan
negative. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai. Responden yang
memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu
sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila
memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap kepala Sekolah sangat
negative.

ANALISIS

Data kualitatif yang biasanya berupa masalah sosial dan psikologis sering memerlukan
semacam pengukuran variable- variable. Karena tidak dapat dipungkiri hasil penelitian
dianggap lebih mantap bila melalui proses penelitian yang melibatkan perhitungan secara
kuantitatif. Untuk itu aspek- aspek sosial dan psikologis seperti sifat, sikap, nilai- nilai
diusahakan dinyatakan denagn angka- angka, sehingga dapat dioalah dengan statistik.

Menggunakan metode kualitatif yang mana menggunakan wawancara sebagai instrument,


karena metode kualitatif lebih menekankan pada analisis yang mendalam tentang suatu
masalah, akan tetapi apabila dirasa kurang mantap dan kurang terpercaya, si peneliti juga bisa
mengukur data yaitu dengan menggunakan skala pengukuran. Karena tidak dapat dipungkiri
akhir- akhir ini hasil penelitian dianggap benar apabila sudah dibuktikan secara empiris, yaitu
dengan menggunakan perhitungan statistika. Datanya akan lebih akurat, dan kita bisa lebih
tahu antara variabel satu dengan variabel satunya saling berhubungan ataukah tidak.

Dapat digunakan istilah “mengkualitatifkan kuantitatif”, data kuantitatif yang berupa


penghitungan statistic pun lebih mudah dan lebih valid. Dalam pengaplikasian skala
pengukuran dalam penelitian itu sendiri, kita tidak mungkin hanya membuat instrument
penelitiannya saja tanpa tahu hasil dari penelitian tersebut. Contohnya, kita telah menyebar
angket, dalam menyebar angket tersebut kita menggunakan skala pengukuran misalnya skala
likert, skala gutmaan tergantung dari si peneliti cenderung ingin menggunakan skala yang
mana. Pernyataan Nazir, 2009 serta Good dan Hatt, 1952 bahwa Teknik membuat skala,
adalah cara mengubah fakta- fakta kualitatif tyang melekat pada objek atau subjek penelitian
menjadi kuantitatif.

C. Pengertian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,


memeriksa, menyelidiki suatu masalah. Instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai alat
untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis
serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi
semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan di permudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel
secara objektif. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat
yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif,perangsangnya adalah pertanyaan.
Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah
alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif
tentang variabel yang sedang diteliti.

D. Ciri-ciri Instrumen yang Baik

ciri-ciri instrumen yang baik sebagai berikut:


1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3. tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau
angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan,
untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).

E. MENYUSUN INSTRUMEN

Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian,
yaitu :
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yanga digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika
digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Maksud dari skala pengukuran ini untuk
mengklasifikasikan variable yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.

Macam- macam skala pengukuran dapat berupa : Skala nominal, Skala Ordinal, Skala
interval, dan Skala rasio. Juga terdapat skala yang diterapkan dalam penelitian pendidikan
khususnya maupun pendidikan tingkah laku khususnya yaitu Skala Likert, skala Guttman,
Rating Scale dan Semantic Different.

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
menyelidiki suatu masalah. Instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai alat
untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis
serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi
semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Nazir, Moh, Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia, 2005

Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian. Bandung: ALFABETA. 2009

Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan. Bandung :CV. ALFABETA. 2009

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta :PT. Bumi Aksara. 2011

Suprananto,Kusaeri, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan.Yogyakarta:GRAHA ILMU.


2012.

Ibnu Hadjar. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan.


Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Press.
M. Burhan Bungin. 2005.Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, ekonomi, dan
kebij akan p ublik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2000. Manaj emen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2008.Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai