Anda di halaman 1dari 11

AUDIT KEUANGAN NEGARA

“RMK PERTEMUAN 3”

DOSEN PENGAMPU:
DR.H.M.RASULI, SE, M.SI, AK, CA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9:


- ALYA DWI RAHMADANI (1602122637)
- NUGRAHA TASYA RAMADHANTY (1602114419)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
Statement of Authorship

Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/makalah/tugas


terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa
saya/kami menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata kuliah: Audit Keuangan Negara


Judul RMK/Makalah/Tugas: Standar Perilaku Auditor Keuangan Negara (SPAKN) / Kode
Etik. Penerimaan Penugasan dan Perencanaan dalam Penugasan Keuangan Negara.
Tanggal: 8 Agustus 2019
Dosen: Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA

Nama : Alya Dwi Rahmadani Nama : Nugraha Tasya Ramadhanty

N I M : 1602122637 N I M : 1602114419
POKOK PEMBAHASAN :
 Kode Etik
 Penerimaan Penugasan dan Perencanaan dalam Pemeriksaan Keuangan Negara
MATA KULIAH : AUDIT KEUANGAN NEGARA
JAM : 13.00
KELAS :C
DOSEN : DR.H.M.RASULI, SE, M.SI, AK, CA
NAMA KELOMPOK : 1. ALYA DWI RAHMADANI (1602122637)
2. NUGRAHA TASYA RAMADHANTY (1602114419)
STANDAR PERILAKU AUDITOR KEUANGAN NEGARA (SPAKN) / KODE ETIK.
PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN DALAMPEMERIKSAAN
KEUANAN NEGARA

A. ETIK DAN KODE ETIK


Kode etik pada prinsipnya merupakan nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah
untuk mengatur perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yg
harus dipenuhi dan ditaati setiap anggota profesi.
Kode etik suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka
yang menjalankan tugas profesi tersebut, seperti dokter, pengacara, polisi,akuntan, penilai
dan profesi lainnya.

Tujuan Utama Kode Etik


Terdapat dua tujuan utama dari kode etik:

 Kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan kelalaian,


kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh anggota
profesi.
 Kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilaku perilaku
menyimpang oleh anggota profesi.

Kode Etik Akuntan Indonesia


Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan disebut dengan Kode Etik Akuntan Indonesia. Dalam hubungan ini perlu
diingat bahwa IAI adalah satu-atunya organisasi profesi akuntan di Indonesia. Anggota IAI
meliputi auditor dalam berbagai jenisnya (auditor independen/publik, auditor intern dan
auditor pemerintah), akuntan manajemen, dan akuntan pendidik. Oleh sebab itu, kode etik
IAI berlaku bagi semua anggota IAI, tidak terbatas pada akuntan anggota IAI yang berpraktik
sebagai akuntan publik.
Kode Etik Akuntan Indonesia mempunyai struktur seperti kode etik AICPA yang
meliputi prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan etika yang diikuti dengan tanya
jawab dalam kaitannya dengan interpretasi aturan etika.

Prinsip-prinsip etika dalam Kode Etik IAI ada 8 (delapan), yaitu:

1. Tanggung Jawab
2. Kepentingan Umum (Publik)
3. Integritas
4. Obyektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis

Perlunya Kode Etik Bagi Profesi


Kode etik yang mengikat semua anggota profesi perlu ditetapkan bersama. Tanpa
kode etik, maka setiap individu dalam satu komunitas akan memiliki tingkahlaku yang
berbeda-beda yang dinilai baik menurut anggapannya dalam berinteraksi dengan masyarakat
lainnya. Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan oleh
keahlian, independensi serta integritas moral/kejujuran para auditor dalam menjalankan
pekerjaannya. Kode etik atau aturan perilaku dibuat untuk dipedomani dalam berperilaku atau
melaksanakan penugasan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan memelihara citra
organisasi di mata masyarakat.
Tidak dapat dibayangkan betapa kacaunya apabila, misalnya, setiap orang dibiarkan
dengan bebas menetukan mana yang baik dan mana yang buruk menurut kepentingannya
masing-masing, atau bila menipu dan berbohong dianggap perbuatan baik, atau setiap orang
diberi kebebasan untuk berkendara disebelah kiri atau kanan sesuai keinginannya. Oleh
karena itu nilai etika atau kode etik diperlukan oleh masyarakat, organisasi, bahkan negara
agar semua berjalan dengan tertib, lancar, teratur dan terukur.
Dasar pikiran yang melandasi penyusunan kode etik dan standar setiap profesi adalah
kebutuhan profesi tersebut akan keprcayaan masyarkat terhadap mutu jasa yang diberikan
oleh profesi. Setiap profesi yang menjual jasanya kepada masyarakat memerlukan
kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya.
Pada umumnya tidak semua jasa audit memahami hal-hal yang berkaitan dengan
auditing. Oleh karena itu profesi tersebut perlu mengatur dan menetapkan ukuran mutu yang
harus dicapai oleh para auditornya. Aturan yang ditetapkan oleh profesi ini menyangkut
aturan perilaku, yang disebut dengan Kode Etik, yang mengatur perilaku auditor sesuai
dengan tuntutan profesi dan organisasi pengawasan serta standar audit yang merupakan
ukuran mutu minimal yang harus dicapai auditor dalam menjalankan tugas auditnya.Apabila
aturan ini tidak dipenuhi berarti auditor tersebut bekerja dibawah standar dan dapat dianggap
melakukan malpraktik.

Kode Etik dan Standar Audit APIP


Auditor APIP adalah pegawai negeri yang mendapat tugas antara lain untuk
melakukan audit. Auditor APIP meliputi :
1. Auditor lingkungan BPKP
2. Inspektorat Jenderal Departemen
3. Unit Pengawasan LPND
4. Inspektorat Propinsi, Kabupaten, dan Kota.

Dalam menjalankan tugas auditnya wajib mentaati kode etik APIP yang berkaitan
dengan statusnya sebagai pegawai negeri dan standar auditor APIP sebagaimana diatur dalam
peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatu Negara No. PER/M. PAN/03/2008 M.
PAN/03/2008 dan No. PER/05/M. PAN/03/2008 Tanggal 31 Maret 2008.
Disisi lain terdapat pula auditor pemerintah khususnya auditor BPKP adalah akuntan
anggota IAI yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas yang menerbitkan
laporan keuangan yang disusun berdasar PABU (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam
PSAK. Karena itu auditor pemerintah tersebut wajib mengetahui dan mentaati kode etik
akuntan Indonesia dan standar audit yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik
yang ditetapkan oleh IAI.
Auditor APIP adalah pegawai negeri yang mendapat tugas antara lain untuk
melakukan audit. Oleh karena itu, auditor pemerintah dapat diibaratkan sebagai seseorang
yang kaki kanannya terikat pada ketentuan-ketentuan sebagai pegawai negeri sedangkan kaki
kirinya terikat pada ketentuan-ketentuan profesinya.
Auditor APIP yang meliputi auditor dilingkungan BPKP, Inspektorat Jenderan
Departemen, Unit Pengawasan, LPND, dan Inspektorat Provinsi, Kabupaten, dan kota dalam
menjalankan tugas auditnya wajib mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan statusnya
sebagai pegawai negeri dan standar audit APIP sebagaimana diatur dalam peraturan menteri
pendayagunaan aparatur negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 dan
No.PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008. Kode etik harus ditaati oleh setiap
auditor baik itu dilingkungan swasta maupun dilingkungan pemerintah yang sebagaimana
telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Kode etik APIP dimaksudkan sebagai pegangan atau pedoman bagi para pejabat dan
audiotr APIP dalam bersikap dan berperilaku agar dapat memberikan citra APIP yang baik
serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap APIP.

Pelanggaran
Kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP sesuai dengan pernyataan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret
2008 menetapkan sebgai berikut:

1. Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi, mes kipun
dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisas i atau
diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.
2. Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa karyawan lain
melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.
3. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor kepada
pimpinan organisasi.
4. Pemeriksaan, investigasi dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh Badan
Kehormatan Profesi, yang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang berjumlah
ganjil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan. Profesi
diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan APIP.

Pengecualian
Terdapat beberapa pengecualian atas pelanggaran kode etik profesi karena dalam
penerapan kode etik profesi berkaitan dengan peran manusia yang lingkungannya tidak selalu
normal. Dalam hal-hal tertentu seorang auditor dimungkinkan untuk tidak menerapkan aturan
perilaku tertentu. Oleh karena itu, terdapat beberapa aturan pengecualian sebagai berikut:

1. Permohonan pengecualian atas penerapan kode etik tersebut harus dilakukan secara
tertulis sebelum auditor terlibat dalam kegiatan atau tindakan yang dimaksud.
2. Persetujuan untuk tidak menerapkan kode etik hanya boleh diberikan oleh pimpinan
APIP. Pengecualian untuk tidak menerapkan kode etik hanya dilakukan atas situasi
yang telah direncanakan, bukan secara spontan pada saat kejadian itu berlangsung.
3. Pengecualian tidak diperkenankan ketika pelanggaran atas kode etik telah dilakukan
baru kemudian diajukan permohonan.

B. PENERIMANAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT


Enam langkah dalam mempertimbangkan penerimaan penugasan :
1. Mengevaluasi integritas manajemen.
 Komunikasi dengan Auditor Pendahulu
Sebelum menerima penugasan, PSA No. 16, Komunikasi Antara Auditor Pendahulu
dengan Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti untuk
mengambil inisiatif untuk berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan
maupun tertulis. Komunikasi harus dilakukan dengan persetujuan klien, karena kode
etik profesi melarang auditor untuk mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh
dalam audit tanpa ijin klien.

 Mengajukan Pertanyaan pada Pihak Ketiga

Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dari orang-orang yang


mengenal klien, seperti penasehat hukum klien, bankir, dan pihak–pihak lain dalam
lingkungan bisnis dan keuangan yang memiliki hubungan bisnis dengan calon klien.
Sumber informasi potensial lainnya, adalah mereview berita yang berkaitan dengan
penggantian manajemen puncak di majalah atau surat kabar dan seandainya calon
klien adalah perusahaan terbuka yang menjual saham- sahamnya dipasar modal dan
pernah diaudit auditor lain, informasi bisa diperoleh dengan membaca laporan klien
ke Bapepam tantang penggantian auditor.

 Mereview Pengalaman Masa Lalu dengan Klien

Auditor harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman berhubungan kerja


dengan manajemen klien di waktu yang lalu, seperti auditor harus mempertimbangkan
semua kekeliruan dan ketidak beresan material, serta tindakan melawan hukum yang
ditemukan dalam audit yang lalu. Auditor juga mengajukan pertanyaan kepada
manajemen mengenai berbagai hal seperti ada tidaknya kewajiban bersyarat (
contingencies ), lengkap tidaknya notulen rapat dewan komisaris, dan kepatuhan
terhadap peraturan yang berlaku. Kebenaran jawaban manajemen atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut dalam audit yang lalu harus dipertimbangkan dengan cermat
dalam mengevaluasi integritas manajemen.

2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko yang tidak biasa.

 Mengidentifikasi Pemakai Laporan Keuangan Auditan

Auditor harus mempertimbangkan apakah klien merupakan perusahaan publik (


menjual saham- sahamnya kepada masyarakat ) atau perusahaan privat, kepada siapa
saja atau kepada pihak ketiga mana diperkirakan klien berpotensi mempunyai
kewajiban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Auditor harus
mempertimbangkan apakah laporan audit yang biasa akan cukup untuk memenuhi
kebutuhan semua pemakaian laporan atau apakah perlu dibuat laporan khusus.

 Memperkirakan Adanya Persoalan Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien

Apabila penggugat bisa menemukan alasan bahwa ia dirugikan karena keputusan


yang diambilnya didasarkan pada laporan keuangan , maka situasi demikian sangat
mungkin akan melibatkan auditor. Bila hal itu terjadi , maka auditor terancam untuk
membayar denda atas putusan pengadilan. Oleh karena itu, auditor harus berusaha
untuk mengidentifikasi dan menolak calon klien yang memiliki risiko tinggi terkena
gugatan hukum. Hal yang sama juga perlu diperhatikan auditor, apabila calon klien
menunjukkan ketidakstabilan keuangan , seperti tidak mampu membayar utang yang
jatuh tempo seperti : investigasi aparat pemerintah mengenai hasil produksi, dan
ketidakstabilan keuangan.

 Mengevaluasi Auditabilitas Perusahaan Klien


Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kondisi- kondisi lain yang menimbulkan
pertanyaan mengenai auditabilitas klien. Kondisi- kondisi tersebut antara lain
misalnya perusahaan tidak memiliki catatan akuntansi atau catatan akuntansinya
buruk sekali, perusahaan tidak memiliki struktur pengendalian intern yang memadai,
atau kemungkinan adanya pembatasan dari klien atas audit yang akan dilakukan. Bila
auditor berhadapan dengan situasi demikian, maka sebaiknya ia menolak untuk
menerima penugasan, atau klien harus diberi pengertian mengenai kemungkinan
adanya pengaruh dari kondisi demikian terhadap laporan auditor.

3. Menilai Kompetensi staf audit yang ada.

 Penetapan Tim Audit

Tujuan elemen pengendalian mutu ini adalah untuk melihat bahwa tingkat keahlian
teknis dan pengalaman tim audit akan dapat memenuhi keburuhan untuk menangani
penugasan secara profesional. Dalam menetapkan anggota tim, perlu dipertimbangkan
pula sifat dan luasnya supervisi yang harus dipersiapkan. Tim audit pada umumnya
terdiri dari :

 Seorang partner yang bertanggung jawab penuh dan merupakan penanggung jawab
akhir dari suatu penugasan.
 Seorang manajer atau lebih yang mengkoordinasi dan melakukan supervisi
pelaksanaan program audit.
 Seorang senior atau lebih yang bertanggung jawab atas sebagian program audit dan
melakukan supervisi serta mereview pekerjaan staf asisten.
 Staf asisten yang mengerjakan berbagai prosedur audit yang diperlukan.
 Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis

4. Menilai independensi staf auditor yang ada. (Mengevaluasi Indepedensi)


Standar auditing kedua menyatakan bahwa ”Dalam semua hal yang berhubungan dengan
penugasan independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh audit”. Selain diatur
dalam standar auditing, independensi dalam penugasan audit juga diwajibkan oleh Kode Etik
IAI, disamping merupakan salah satu elemen dari elemen-elemen pengendalian mutu. Salah
satu prosedur yang ditempuh adalah mengirim surat edaran kepada semua staf profesional
KAP yang bersangkutan dengan menyebut nama calon klien, untuk mengidentifikasi
kemungkinan adanya hubungan keuangan atau bisnis dengan calon klien tersebut. Bila
disimpulkan syarat independensi tidak dipenuhi, maka penugasan harus ditolak atau calon
klien harus memberi informasi apabila audit tetap dilaksanakan, maka auditor akan
memberikan pendapat ” menolak memberi pendapat ”.

5. Menentukan kemampuan untuk bekerja dengan cermat dan seksama

 Saat Penunjukan

Penunjukan auditor secara dini oleh klien dan penerimaan penugasan oleh auditor
akan berpengaruh pada perencanaan audit, Sebaliknya apabila penerimaan penugasan
terjadi pada saat mendekati / sesudah akhir tahun buku , auditor bisa mendapat
berbagai hambatan dalam perencanaan audit dan pelaksanaan pekerjaan lapangan ,
termasuk kemungkinan auditor harus menggeser ke belakang prosedur-prosedur yang
seharusnya dilakukan pada tanggal neraca.
 Penjadwalan audit.

Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan umumnya dibagi menjadi dua kategori berikut
:
- Pekerjaan interim yaitu pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam kurun
waktu antara tiga sampai empat bulan sebelum tanggal neraca.
- Pekerjaan akhir tahun yaitu pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam
kurun waktu tidak lama sebelum tanggal neraca sampai kira-kira tiga bulan setelah
tanggal neraca.

 Penaksiran Kebutuhan Waktu.

Dalam mempertimbangkan penerimaan penugasan, auditor biasanya membuat suatu


taksiran kebutuhan waktu audit. Pembuatan taksiran kebutuhan waktu meliputi
estimasi tentang jumlah jam yang diperkirakan dibutuhkan setiap tingkat staff (
partner, manager, senior, dsb )untuk menyelesaikan setiap bagian audit dengan cermat
dan seksama. Angka taksiran ini akan digunakan oleh kantor akuntan sebagai bahan
diskusi dengan calon klien dalam menetapkan honorarium tertentu yang telah
ditentukan jumlahnya berdasarkan kesepakatan dengan klien ( fixed-fee basis ), tapi
honorarium audit.

 Personal Klien.

Penggunaan personal klien juga mempunyai dampak besar dalam penentuan staff dan
penjadwalan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada honorarium audit, pengaruh
ini berkaitan dengan tiga kategori prosedur auditing, yaitu: prosedur untuk
memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien, pengujian
pengendalian, dan pengujian substantif.

6. Menyiapkan surat penugasan


Langkah terakhir dalam tahap penerimaan penugasan adalah penyusunan surat
penugasan. Bentuk dan isi surat penugasan berbeda-beda untuk setiap klien, namun secara
umum setiap surat penugasan hendaknya berisi hal-hal:

 menyebutkan dengan jelas nama perusahaan atau satuan organisasi dan laporan
keuangan yang akan diperiksa
 menyebutkan tujuan audit
 menyebutkan bahwa audit akan dilakukan berdasarkan standar profesional
 menjelaskan tenteng sifat dan lingkup audit dan tanggung jawab auditor
 menyebutkan bahwa walaupun audit telah dirancang dan dilaksanakan dengan baik
 mengingatkan manajemen
 menyebutkan bahwa manajemen akan diminta untuk mmberikan representasi tertulis
kepada auditor.
 menjelaskan mengenai dasar perhitungan honorarium audit dan cara penagihan
honorarium.
 meminta klien untuk mnegaskan kesepakatannya atas berbagai hal yang tercantum
dalam surat penugasan dengan menandatangani surat penugasan tersebut dan
mengirimkan kembali salinannya kepada auditor.
Perencanaan Audit
Merupakan tahap yang vital bagi pelaksanaan audit yang luas perencanaan audit yang
dipengaruhi oleh :
a) Ukuran dan kompleksitas perusahaan klien
b) Pengalaman auditor dengan klien
c) Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya

Dalam perencanaan audit diperlukan :


1. Pemahaman Bisnis dan industri klien
2. Prosedur analitik
3. Mempertimbangkan materialitas awal
4. Mempertimbangkan resiko audit
5. Mempertimbangkan saldo awal
6. Mengembangkan strategi audit awal
7. Review informasi yang berhubungan dengan kewajiban klien
8. Memahami struktur pengendalian intern

Berbagai prosedur bisa digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut . Beberapa


prosedurnya antara lain :
• Mereview kertas kerja tahun lalu
• Mereview data industry dan bisnis klien
• Melakukan peninjauan ke tempat operasi klien
• Mengajukan pertanyaan kepada komite audit
• Mengajukan pertanyaan kepada manajemen
• Menentukan adanya hubungan istimewa
• Mempertimbangkan dampak dari pernyataan akuntansi dan auditing tertentu yang
relevan
DAFTAR PUSTAKA

Rai, I Gusti Agung.2008.Audit Kinerja pada Sektor Publik-Konsep-Praktik-Studi


Kasus:Salemba Empat
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan. 2007. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1
Tahun 2007 tentang: Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
UU No 15 2004 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai