Defisiensi Vitamin A, D, E, K
Defisiensi Vitamin A, D, E, K
Definisi Vitamin adalah suatu senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh
dalam jumlah kecil tetapi keberadaannya tidak dapat digantikan oleh zat lain. Sebuah
senyawa dianggap oleh suatu organisme sebagai vitamin jika organisme tersebut
tidak daptat memproduksi senayawa tersebut dalam tubuhnya. Hal ini, berarti suatu
senyawa vitamin dapat dikatakan vitamin oleh manusia, tetapi belum tentu dianggap
vitamin oleh organisme lain yang mampu memproduksi senyawa yang dimaksud
dalam tubuhnya. Beberapa orgaminanisme ada yang mampu memproduksi
senyawasenyawa yang dianggap sebagai vitamin menurut manusia. Suatu misal
senyawa asam askorbat (vitamin C) dianggap vitamin pada manusia tetapi belum
tentu bertindak sebagai vitamin bagi organisme yang mampu memproduksi senyawa
asam askorbat. Vitamin diperlukan dalam jumlah kecil tetapi keberadaanya sangat
dibutuhkan dan diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsinya. Kebutuhan
vitamin diperlukan untuk kesehatan. Vitamin secara kesehatan adalah senyawa
penting untuk pertumbuhan norrmal untuk rganisme multiseluler termasuk di
dalamnya manusia. Kebutuhan akan vitamin diawali sejak masih janin mulai
berkembang saat pembuahan. Kekurangan konsumsi vitamin dapat menimbulkan
perkembangan mengalami penghambatan dan bahkan menimbulkan penyakit. Lebih
dari itu bahkan kekurangan sedikit kebutuhan vitamin dapat menimbulkan kerusakan
permanen pada manusia Saat ini dikenal sebanyak 13 jenis senyawa vitamin.
Sejumlah vitamin berfungsi hampir mirip dengan hormon atau regulator dalam
metabolisme. Beberpa vitamin lain berfungsi sebagai jaringan pertumbuhan dan
berfungsi segbagai anti okasidator. Vitamin dibagi menjadi 2 jenis yaitu ; vitamin
larut air dan vitamn larut lemak. Vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A,
vitamin D, vitamin E dan vitamin K. Vitamin-vitamin ini idak larut dalam air.
1. DEFISIENSI VITAMIN A
1.1 DEFISIENSI /KEKURANGAN
Defesiensi vitamin A Kekurangan vitamin A dapat terjadi, baik
kekurangan bersifat primer atau kekurangan bersifat sekunder. Sebuah vitamin
utama kekurangan A terjadi di kalangan anak-anak dan orang dewasa yang tidak
mengkonsumsi asupan karotenoid provitamin A dari buah-buahan dan sayuran
atau bahan awal (preformed) vitamin A dari hewan dan produk susu. Penyapihan
dini dari ASI pada anak balita juga dapat meningkatkan risiko kekurangan
vitamin A. Kekurangan konsumsi vitamin A berdampak pada penglihatan,
diawali dengan gejala rabun pada saat pencahayaan kurang, selanjutnya
berdampak pada rabun senja. Dampak yang lebih fatal yakni terjadinya perubahan
mata seperti muncul nintik bitot, erosi permukaan kornea dan penghancuran
kornea. Perubahan lain termasuk gangguan imunitas (peningkatan risiko infeksi
telinga, infeksi saluran kemih, penyakit meningokokus), hiperkeratosis (benjolan
putih pada folikel rambut), keratosis pilaris dan metaplasia skuamosa dari epitel
yang melapisi saluran pernapasan atas dan kandung kemih ke epitel keratin.
kekurangan vitamin A juga menyebabkan enamel hipoplasia.
1). Hemeralopia yang timbul karena menurunnya kemampuan sel basilus pada
waktu senja.
5). Frinoderma (kulit kaki dan tangan bersisik karena pembentukan epitel kulit
terganggu)
6). Pendarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru karena rusaknya epitel
organ,
1.2 ETIOLOGI
Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari
konsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh :
1.3 PATOGENESIS
Efek klinis defisiensi vitamin A yang paling dikenali dan dapat
dideskripsikan adalah efeknya pada mata (xeroftalmia) yang menimbulkan
kebutaan permanen jika keadaan tersebut tidak ditangani, kecuali jika sudah
terjadi kematian. Kendati demikian, defisiensi vitamin A pada hakikatnya
mengenai semua membran mukosa tubuh dan dampaknya pada mata baru terjadi
sesudah sejumlah organ lain terkena. Mekanisme yang melandasi keadaan ini
sekarang diketahui berkaitan dengan penurunan kekebalan tubuh di samping
dengan perubahan fisiologis lainnya.
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID
UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :
X2 : xerosis kornea
X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.
X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar)
XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan
yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera
diobati karena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3. X3A dan X3B bila
diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat
menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup luas sehingga
menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).
Manifestasi Klinis :
Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat di
lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.
Tanda-tanda :
Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering,
berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna
kecoklatan.
Tanda-tanda :
Tanda-tanda X2:
Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit
infeksi dan sistemik lain)
Tanda-tanda X3A dan X3B :
Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.
Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3 permukaan
kornea.
Keadaan umum penderita sangat buruk.
Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah)
Pada bercak Bitot tidak memerlukan obat tetes mata, kecuali ada infeksi yang
menyertainya.Pengobatan dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari sampai semua
gejala pada mata menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan kasa
selama 3-5 hari hingga peradangan dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang telah
dicelupkan kedalam larutan Nacl 0,26 dan gantilah kasa setiap kali dilakukan
pengobatan. Lakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan dengan sangat
berhati-hati. Selalu mencuci tangan pada saat mengobati mata untuk menghindari
infeksi sekunder, Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapat
pengobatan lebih lanjut.
Pengertian Terapi Gizi Medis = adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan
kondisi atau penyakit kronis dan luka-luka serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi pasien sesuai intervensi yang diberikan agar klien serta
keluarganya dapat meneruskan penanganan diet yang telah disusun.
Tujuan :
1.7 PENCEGAHAN
Pilihan intervensi yang tersedia bagi pencegahan dan pengendalian
defisiensi vitamin A, meliputi:
2. VITAMIN D
2.1 DEFESIENSI VITAMIN D
Status vitamin D tubuh ditentukan berdasarkan kadar 25(OH)-D. Hal ini
disebabkan karena masa paruh 25(OH)-D cukup panjang yaitu 2-3 minggu.
Disamping itu 25(OH)-D mudah diperiksa dan memiliki kadar paling tinggi
diantara metabolit vitamin D lainnya serta memiliki korelasi yang kuat antara
keadaan defisiensi 25(OH)-D dengan gejala klinis.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab defisiensi vitamin D dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
defisiensi yang berhubungan dengan paparan UVB dan defisiensi yang
berhubungan dengan kondisi medis/fisik.
- Musim dan letak gegrafis. Pada musim dingin dan pada daerah yang terletak
pada lintang utara dan lintang selatan lapisan ozone relatif lebih tebal sehingga
paparan UVB tidak cukup untuk memproduksi vitamin D.
2.3 PATOGNESISI
Jika paparan sinar matahari dan asupan makanan yang mengandung
vitamin D kurang. Yang akan terjadi adalah proses penyerapan kalsium di dalam
tubuh kita akan menurun dan ini membuat proses mineralisasi atau pengecoran
pada bangunan tulang kita akan terganggu.
Pada masa bayi dan remaja pertumbuhan berlangsung sangat pesat dan
kebutuhan akan kalsium sangat tinggi. Tubuh tidak bisa mengkompensasi
keadaan ini sehingga gejala hipokalsemia seperti kejang dan tetani menonjol
dibandingkan gejala rickets. Sebaliknya pada masa anak-anak gejala klinis rickets
lebih menonjol dibandingkan gejala hipokalsemia. Keadaan ini disebabkan
karena metabolisme lebih rendah sehingga kadar serum kalsium dapat
dipertahankan dengan memobilisasi kalsium tulang akibat hipertiroidisme
sekunder.
3. VITAMIN E
3.1 DEFISIENSI VITAMIN E
Defisiensi atau kekurangan vitamin E dapat menimbulkan anemia pada bayi
yang baru lahir. Kebutuhan akan vitamin E meningkat bersamaan dengan semakin
besarnya masukan lemak tak- jenuh ganda. Asupan minyak mineral, keterpaparan
terhadap oksigen (seperti dalam tenda oksigen ) atau berbagai penyakit yang
menyebabkan tidak efisiennya penyerapan lemak akan menimbulkan defisiensi vitamin
E yang menimbulkan gejala neurology. Vitamin E dirusak oleh pemasakan dan
pengolahan makanan yang bersifat komersial,termasuk pembekuan. Benih gandum,
minyak biji bunga matahari serta biji softlower, dan minyak jagung serta kedelai,
semuanya merupakan sumber vitamin E yang baik.
3.2 ETIOLOGI
a. Diet sangat rendah lemak
Diet sangat rendah lemak menyebabkan seseorang kekurangan vitamin E
b. Bayi Prematurr/Bayi baru lahir
Bayi baru lahir mempunyai cadangan vitamin E yang relative rendah karena
hanya sejumlah kecil vitamin E yang dapat melalui plasenta. Dengan
demikian bayi yang baru lahir, terutama bayi premature beresiko tinggi
untuk mengalami kekurangan vitamin E. Namun, dengan berjalannya usia,
resiko tersebut menurun karena bayi biasanya mendapatkan cukup vitamin
E dari air susu ibu atau susu formula.
1. Fibroplsia Retrorental
2. Penurunana berat badan dan gangguan pertumbuhan
3. Kebiasaan makan yang buruk
4. Gangguan perkembangan, termasuk fisik dan mental
Pada anak:
3.7 PENCEGAHAN
a. Mengkonsumsi suplemen vitamin E
b. Mengkonsumsi sumber vitamin E
Vitamin E dapat ditemukan dalam biji-bijian (misalnya biji bunga matahari),
zaitun dan minyak zaitun, almond, collard hijau, bayam, kangkung, serta
sayuran lain yang berdaun hijau.
4. VITAMIN K
4.1 DEFISIENSI VITAMIN K
Kekurangan vitamin K akan mengganggu “vitamin K-dependen factor” :
F.II, F.VII, F.IX, dan F.X . Kekurangan vitamin K dapat disebabkan oleh
kurangnya asupan vitamin K pada makanan atau akibat gangguan penyerapan
lemak sehingga mengurangi penyerapan vitamin K. Terjadi pada orang orang
yang mengkonsumsi obat-obat tertentu, seperti beberapa antibiotika dan obat anti-
kejang. Bayi bayi baru lahir dberisiko untuk terjadi kekurangan vitamin K karena
usus bayi baru lahir belum memiliki bakteri untuk memproduksi vitamin K.
4.2 ETIOLOGI
a. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
Obat-obatan tertentu menghambat pertumbuhan bakteri tertentu dan mengh
ambat upaya bakteri untuk membentuk vitamin
b. Gangguan pada aliran empedu
Empedu adalah salah satu anggota tubuh yang diperlukan untuk penyerapan
vitamin K
4.3 PATOGENESIS
Tidak ada asupan vitamin K, kadar vitamin k tidak mencukupi dalam dar
ah dan tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat me
yebabkan pendarahan atau hemoragik
Terjadi perdarahan pada tali pusat, hidung, mulut, telinga, saluran kemih atau
anus.
Memar tanpa sebab (bukan karena terantuk benda).
Tinja atau muntah berwarna kehitaman Terjadi perdarahan pada bekas
pengambilan darah sampai lebih dari 6 menit, padahal sudah ditekan.
Jika terjadi perdarahan di otak, bayi tampak pucat, menangis melengking,
muntah-muntah, pandangan mata kosong, demam, ubun-ubun tampak
menonjol, kadang tampak kuning, akhirnya diikuti dengan kejang
Laboratorium: