Anda di halaman 1dari 5

Latihan Teknik, Masihkah Perlu? Jelas Perlu!

December 18, 2015

Judul tulisan di atas adalah bentuk penegasan penulis bahwa latihan teknik yang
terisolir tanpa lawan di sepakbola jelas masih perlu dan sangatlah penting. Dalam
beberapa bulan terakhir muncul segudang pertanyaan dan tanggapan terkait tulisan
sebelumnya berjudul “Latihan Sepakbola atau Latihan dengan Bola?”. Dimana tulisan
tersebut dipersepsi pembaca bahwa latihan teknik terisolir tanpa lawan tidaklah penting!

Persepsi tersebut jelas tidak sepenuhnya benar dan sesat. Kenyataannya, pada konteks
tertentu latihan teknik terisolir tanpa lawan di sepakbola bisa jadi amatlah penting.
Tulisan ini berusaha memberikan gambaran logika dan struktur berpikir dengan
kacamata sepakbola untuk dapat mendefinisikan teknik sepakbola, latihan teknik dan
konteks penggunaannya yang akurat.

Untuk menjelaskan konsep dan definisi teknik sepakbola, tidak ada yang lebih baik
selain melakukan analisa aksi sepakbola. Contoh dalam suatu pertandingan FC Bayern,
Thiago sedang membawa bola. Muller melihat Thiago dan melakukan KOMUNIKASI,
lalu mencari ruang. Setelah KOMUNIKASI dengan Muller, Thiago ambil KEPUTUSAN
dan EKSEKUSI through pass membelah back four lawan. Di saat bersamaan Muller
ambil KEPUTUSAN dan EKSEKUSI untuk berlari ke ruang di belakang back 4 lawan.
Terjadilah dua aksi bersamaan, yaitu aksi passing dan running into space.

Proses terjadinya suatu aksi di sepakbola, selalu dimulai dari komunikasi, keputusan
kemudian eksekusi. Dimana basis komunikasi dan keputusan adalah taktik. Sedangkan
basis dari eksekusi adalah teknik. Kesimpulannya, teknik di sepakbola adalah eksekusi
keputusan bukanlah eksekusi gerakan. Ini berbeda dengan renang indah atau loncat
indah yang menggunakan teknik untuk mengeksekusi gerakan.

Berangkat dari definisi teknik sepakbola yang merupakan eksekusi keputusan, maka
tentunya latihan teknik sepakbola juga tidak boleh dilepaskan dari konteks komunikasi
dan membuat keputusan. Ini berarti secara filosofis, latihan teknik sepakbola yang ideal
adalah yang menggunakan lawan!
Latihan Tanpa Lawan?
Pertanyaannya, masihkah latihan teknik terisolir tanpa lawan diperlukan? Jawabannya
jelas masih diperlukan. Ada dua skenario kondisi dan factor eksternal yang membuat
latihan teknik terisolir menjadi amat penting dan menentukan.

Pertama, saat pelatih sesuai kebutuhan latihannya memang sengaja ingin


mengistirahatkan kerja otak. Sehingga pemain sengaja meminta pemainnya untuk
mengeksekusi gerakan tanpa terlebih dahulu harus ambil keputusan. Contoh yang
sering terjadi adalah pada post match recovery training atau pada latihan perdana pasca
libur. Pasca pertandingan atau pasca libur, terkadang pelatih merasa perlu pemainnya
memulihkan kondisinya dengan bola tanpa harus banyak berpikir dan ambil keputusan.
Tak heran pemain dunia sekalipun masih melakukan latihan teknik terisolir.

Kedua, latihan teknik terisolir jelas diperlukan oleh pesepakbola pemula yang belum
bisa mengeksekusi keputusan. Dengan kata lain, mengeksekusi gerakan sudah menjadi
masalah besar bagi pemain. Apalagi bila pemain tersebut harus berkomunikasi, lalu
menganalisa dan mengambil keputusan terlebih dahulu.

Pada kasus pemain pemula di atas, latihan teknik terisolir tanpa lawan jelas wajib
hukumnya dan tidak dapat dihindari. Meski demikian pada aplikasinya juga harus
dengan cermat. Jangan sampai pada akhirnya latihan teknik terisolir tanpa lawan ini
diaplikasikan dengan logika yang keluar dari filosofi sepakbola itu sendiri. Beberapa hal
penting yang patut dicatat dalam aplikasi kasus ini adalah:

Dari 11v11 ke 1v0, bukan sebaliknya.


Konsep belajar yang dikedepankan di sini adalah konsep whole-part-whole. Artinya
pemain lebih mudah belajar dengan memahami konsep keseluruhan, kemudian masuk
ke detail potongan sebelum kembali ke keseluruhan. Pada kasus pemain pemula
katakanlah usia 8 tahun, tentu tidak dimulai dari 11v11. Tetapi dimulai dari bentuk
permainan terkecil 4v4.

Jadi proses analisa kemampuan pemain juga tidak dimulai dari 1v0, tetapi dari 4v4.
Dengan memulai dari 4v4, pemain bisa merefleksikan kesulitan yang dialami di
permainan tersebut dan memahami sebabnya. Melihat pemain hancur di 4v4, pelatih
kemudian menyederhanakannya ke 4v3, 4v2, 4v1, 4v0, 3v0, 2v0 bahkan 1v0. Selama
proses tersebut lagi-lagi pemain terus merfleksikan kesulitan dan penyebabnya.
Proses refleksi ini akan memudahkan pemain jika pada akhirnya harus mulai berlatih
teknik terisolir tanpa lawan 1v0. Lewat proses ini pemain tidak cuma memahami “apa”
dalam 1v0, tetapi juga “mengapa”. Artinya saat pemain berlatih capping melewati cone,
pemain bukan sekedar mengikuti perintah pelatih. Melainkan ia bisa berimajinasi
melakukannya dengan lawan, karena telah mengalami proses dari mulai game 4v4.

Jangan Asal Seragam


Persoalan berikutnya dari aplikasi latihan teknik terisolir pada pemain pemula adalah
menganggap kemampuan semua pemain sama. Saat memulai dari analisa permainan
4v4, tidak semua pemain perlu turun sampai ke level terbawah 1v0. Jika katakanlah ada
16 pemain usia 8 tahun, biasanya kemampuannya beragam. Ada pemain yang memang
sangat membutuhkan latihan teknik terisolir 1v0. Ada juga pemain yang mungkin telah
mampu melakukan latihan 4v1 misalnya.

Pemain yang berkemampuan lebih tentu kurang mendapat manfaat dari latihan 1v0.
Sebaliknya pemain berkemampuan kurang akan setengah mati jika harus menjalani
aktivitas 4v1. Pemilahan ini amat penting agar pemain bisa belajar sesuai kebutuhan
dan kemampuannya. Untuk itu perlu dilakukan pembagian kelompok-kelompok kecil
sesuai dengan kemampuannya.

Harus Berkembang
Persoalan berikut dari aplikasi latihan teknik terisolir tanpa lawan adalah pelatih lupa
melakukan pengembangan. Padahal salah satu prinsip latihan terpenting adalah
pemberian beban lebih. Setelah melakukan latihan 1v0 selama beberapa waktu,
logikanya kemampuan pemain pasti akan meningkat. Setelah meningkat, tentu tingkat
kesulitan latihan haruslah bertambah. Mungkin setelah terus mengeksekusi gerakan,
pemain ini harus juga mulai mengeksekusi keputusan. Saatnya lawan bisa
diperkenalkan!

Boleh dikatakan memang jarang pelatih yang kemudian berhenti dengan latihan 1v0.
Penghentian progress sering terjadi dan mudah terlihat adalah pada latihan 4v2
misalnya. Dimana pemain katakanlah 14 tahun berlatih 4v2 dan sampai senior terus
berlatih 4v2. Latihan yang diulang-ulang tanpa progress! Di La Masia progress latihan
4v2 terlihat dari waktu ke waktu. Barcelona U12 bermain 4v2 di area misal 15x10m.
Barcelona U14 bermain 4v2 di area 12x8m. Makin tinggi level sepakbola, makin sedikit
ruang dan waktu.

Teknik Tidak Berdiri Sendiri


Kembali ke filosofi bahwa teknik di sepakbola adalah eksekusi komunikasi dan
keputusan, maka keberadaan teknik tidak bisa dipisahkan tersendiri dari taktik. Mitos
yang mengatakan pemain pemula tidak perlu belajar taktik adalah sebuah omong
kosong belaka. Tentu yang dimaksud taktik di sini bukanlah taktik yang kompleks.
Melainkan konsep taktik sederhana umum yang pada akhirnya membantu proses
peningkatan teknik.

Bisa dibayangkan dalam sebuah sesi latihan, seorang pelatih mengakhirinya dengan
Game 4v4. Dalam game tersebut salah satu pemain memegang bola, lalu ketiga
temannya menghampirinya amat dekat. Melihat hal demikian, semua lawan kemudian
juga mendekat ke bola. Lapangan seluas 40x20m praktis hanya digunakan
seperempatnya. Akibatnya dribbling, passing ataupun kontrolpun menjadi begitu sulit
dilakukan. Adakah momen belajar?

Alangkah indahnya bila dalam Game 4v4 tersebut, pelatih mulai mengajarkan konsep
taktik sederhana berupa posisi. Misal ajarkan pemain membuat lapangan besar saat tim
kuasai bola. Tentu dalam kondisi posisi yang lebih baik pemain tetap bisa salah passing.
Tapi jelas, konsep taktik sederhana ini amat membantu pemain lebih mendapatkan
banyak momen belajar dribbling, passing, control, dll.

Kesimpulan
Kupasan tulisan ini diharapkan meluruskan kesalahan persepsi yang menganggap
bahwa latihan teknik terisolir tanpa lawan adalah haram dan harus ditinggalkan. Sekali
lagi latihan teknik terisolir tanpa lawan juga tetap diperlukan selama tidak keluar dari
filosofi permainan sepakbola itu sendiri.

Dimana latihan teknik terisolir tanpa lawan dibuat tanpa memotong proses belajar dari
11v11 (4v4). Juga, latihan teknik terisolir tidak dibuat seragam tanpa melihat ragam
kemampuan pemain. Di samping itu, masa pemain yang harus turun menjalani latihan
teknik terisolir tidaklah abadi. Ada suatu masa dimana latihan teknik terisolir ini harus
dikembangkan kompleksitasnya dengan menambah lawan.

Kesimpulan akhir dari semuanya adalah teknik di sepakbola tidak boleh berdiri sendiri.
Ia selalu terkait dengan elemen lain, termasuk taktik. Justru wawasan taktik akan
membantu pemain dalam memaksimalkan proses belajar teknik sepakbolanya. Selamat
mencoba!
@ganeshaputera

Anda mungkin juga menyukai