Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ikbal Hakim (1192090049)

Kelas : I-B PGMI


Mata Kuliah : Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu : Sani Insan Muhamadi, M.Pd
Tugas : Resume Materi – Baik dan Buruk
A. Pengertian Baik dan Buruk
Istilah baik dan buruk menurut Hadi Podo (2007: 99) dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, baik memiliki makna sesuatu yang elok, patut, dan teratur
sedangkan kebaikan merupakan sifat-sifat baik atau perbuatan baik. Istilah buruk
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 141) memiliki makna rusak dan jelek,
sedangkan istilah keburukan memiliki makna sifat-sifat buruk atau perbuatan
buruk. Istilah baik dan buruk menurut Mahmud Yunus (2007: 123) dalam bahasa
Arab disebut dengan khayr dan hasanah yang mengandung arti “yang baik”,
sedangan itsm dan sayyi’ah mengandung arti “dosa” menurut Mahmud Yunus
(2007: 34).
Adapun baik dan buruk menurut Echols dan Shadily (1994: 274) dalam
English-Indonesia Dictionary yang terbentuk dari term good dan bad. Istilah baik
dalam bahasa Inggris disebut sebagai good yang mengandung arti kebaikan dan
kebajikan, sedangkan buruk dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan bad yang
mengandung arti dalam kesukaran, buruk, jelek, susah, tidak enak, dan busuk.
Jadi dapat kita simpulkan secara etimologi, baik adalah hal yang
mengandung keindahan, ketaatan, kebajikan dalam diri kita yang berhubungan
antara manusia dengan Tuhan maupun sesama manusia dalam menjalankan
kehidupan. Sedangkan buruk merupakan kebalikan dari segala sesuatu yang baik.
B. Penentuan Baik dan Buruk
Asmaran As, menyebutkanya sebayak empat aliran fisafat yang digunakan
orang dalam menentukan baik dan buruk yaitu adat kebiasaan, hedonisme, intuisi
dan evolusi. Pembagian yang dikemukakan Asmaran As ini tampak sejalan
denganpendapat Ahmad Amin yang membagi aliran menjadi empat, yaitu adat
istiadat, hedonism, utilitarianisme, evolusi, dan vitalisme.
1. Adat Istiadat
Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang
berlaku dan ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh
oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang
baik dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk,
dan kalau perlu dihukum secara adat. Adat istiadat selanjutnya disebut pula sebagai
pendapat umum. Ahmad Amin mengatakan bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai
adat istiadat yang tertentu dan menganggap baik bila mengikutinya, mendidik anak-
anaknya sesuai dengan adat iastiadat itu, dan menanamkan perasaan kepada
mereka, bahwa adat istiadat itu akan membawa kepada kesucian, sehingga apabila
seseorang menyalahi adat istiadat itu sangat dicela dan dianggap keluar dari
golongan bangsanya.

2. Hedonisme
Banyak para filosof berpendapat bahwa tujuan akhir dari hidup adalah untuk
mencapai kebahagiaan. Menurut faham ini segala perbuatan yang mendatangkan
kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan dalah baik. Begitu sebaliknya, segala
perbuatan yang tidak mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan adalah
buruk. Aliran ini merupakan pemikiran filsafat Epicurus (341 – 270 SM). Faham
ini menjadikan kelezatan, kenikamatan, dan kepuasan sebagai ukuran baik dan
buruk.
Baik Buruk

• Kelezatan • Kesedihan

• Kenikmatan • Penderitaan

• Kepuasan • Ketidak puasan

3. Utilitarianisme
Secara harfiah utilis berarti berguna, menurut paham ini bahwa yang baik
adalah yang berguna, jika ukuran ini berlaku bagi perorangan disebut individualis
dan jika berlaku bagi masyarakat dan negara disebut sosial. Namun demikian
paham ini terkadang cenderung eksterm dan melihat kegunaan hanya dari sudut
materialistik, selain itu paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang dianggap
ada gunanya.
Baik Buruk

Berguna Tidak berguna

4. Vitalisme

Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan


dalam hidup manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukan orang lain
yang lemah dianggap sebagai yang baik. Paham ini lebih lanjut cenderung
pada sikap binatang dan berlaku hukum siapa yang kuat dan menang itulah
yang baik. Paham ini pernah dipraktekkan pada zaman feodalisme terhadap
kaum yang lemah dan bodoh.

Baik Buruk

• Kekuatan • Lemah

• Kekuasaan • Tidak punya kekuasaan

5. Evolusi
Mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam
ini mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada
kesempurnaannya. Paham ini pertama muncul dibawah oleh seorang ahli
pengetahuan bernama Lamark. Dia berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah
satu sama lainnya. Pendapat ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang
tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada
benda yang tak dapat dilihat / diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral.
Ada 2 faktor pergantian :
1. Lingkungan
2. Warisan
Herbert Spencer (1820 – 1903) salah seorang ahli filsafat Inggris yang
berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara
sederhana, kemudian berangsur-angsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan kea
rah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Tampaknya bahwa Spencer menjadikan
ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah diri sesuai dengan keadaan yang
mengelilinginya.
Menurut Hamzah Ya’kub Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya akhlak atau moral pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan
oleh duaf aktor utama yaitu factor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah
yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung
pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya.
Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang
nantinya akan mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur yang ada dalam
dirinya yang turut membentuk akhlak atau moral, diantaranya adalah:
a. Instink (naluri)
Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan
sebelumnya, terarah pada tujuan yang berarti bagi si subyek, tidak disadari dan
berlangsungsecara mekanis. Ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai naluri yang
ada pada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya, diantaranya naluri
makan, naluri berjodoh, naluri keibu-bapakan, naluri berjuang, naluri bertuhan dan
sebagainya.
b. Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah kebiasaan atau
adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang
sehingga menjadi mudah dikerjakan. Kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang
kedua setelah nurani. Karena 99% perbuatan manusia terjadi karena kebiasaan.
Misalnya makan, minum, mandi, cara berpakaian itu merupakan kebiasaan yang
sering diulang-ulang.
c. Keturunan
Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifat-sifattertentu dari orang
tua kepada keturunannya, maka disebut al-Waratsah atau warisan sifat-sifat.
Warisan sifat orang tua terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung dan tidak
langsung. Artinya, langsung terhadap anaknya dan tidak langsung terhadap
anaknya, misalnya terhadap cucunya. Sebagai contoh, ayahnya adalah seorang
pahlawan, belum tentu anaknya seorang pemberani bagaikan pahlawan, bisa saja
sifat itu turun kepada cucunya.
d. Keinginan atau kemauan keras
Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia adalah
kemauan keras atau kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat
mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang
menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja
sampai larut malam dan pergi menuntut ilmu di negeri yang jauh berkat kekuatan
azam (kemauan keras). Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang
berat dan hebat memuat pandangan orang lain karena digerakkan oleh kehendak.
Dari kehendak itulah menjelma niat yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan
atau tingkah laku menjadi baik dan buruk karenanya.
e. Hati nurani
Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu
memberikan peringatan (isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di ambang
bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati”
yang dalam bahasa arab disebut dengan “dhamir”.

2. Faktor eksternal
Adapun faktor eksternal adalah faktor yang diambil dari luar yang
mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi;
a. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu
masyarakat adalah lingkungan (milleu). Milleu adalah suatu yang melingkupi suatu
tubuh yang hidup. Misalnya lingkungan alam mampu mematahkan/mematangkan
pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang; lingkungan pergaulan mampu
mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.
b. Pengaruh keluarga
Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelasfungsi keluarga dalam
pendidikan yaitu memberikanpengalaman kepada anak baik melalui penglihatan
atau pembinaan menuju terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua.
Dengan demikian orang tua (keluarga) merupakan pusat kehidupan rohani sebagai
penyebab perkenalan dengan alam luar tentang sikap, cara berbuat, serta
pemikirannya di hari kemudian. Dengan kata lain, keluarga yang melaksanakan
pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan akhlak.
c. Pengaruh sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga
dimana dapat mempengaruhi akhlak anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud
Yunus sebagai berikut ;“Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang
tidak dapat dilaksanakan di rumah tangga, pengalaman anak anak dijadikan dasar
pelajaran sekolah, kelakuan anak-anak yang kurang baik diperbaiki, tabiat-
tabiatnya yang salahdi betulkan, perangai yang kasar diperhalus, tingkah laku yang
tidak senonoh diperbaiki dan begitulah seterunya. Di dalam sekolah berlangsung
beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan. Pada umumnya yaitu
pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari kecakapan-kecakapan pada
umumnya, belajar bekerja sama dengan kawan sekelompok melaksanakan
tuntunan-tuntunan dan contoh yang baik, dan belajar menahan diri darikepentingan
orang lain.
d. Pendidikan masyarakat
Masyarakat dalam pengertian yang sederhana adalah kumpulan individu
dalam kelompok yang diikat oleh ketentuan negara, kebudayaan, dan agama.
Ahmad D. Marimba mengatakan; “Corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam masyarakat banyak sekali. Hal ini meliputi segala bidang baik
pembentukan kebiasaan. Kebiasaan pengertian (pengetahuan), sikap dan minat
maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan”

C. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam


Menurut ajaran islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada Al-
Quran dan Al- Hadits, jika kita perhatikan Al-Quran dan Al-Hadits dapat dijumpai
berbagai istilah yang mengacu pada baika dan buruk. Diantara istilah yang mengacu
pada yang baik antara lain al-hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah,
azizah, dan al-bar.
Baik Buruk

1. Al-hasanah (sesuatu yang disukai atau 1. Al-sayyiah. Misalnya

dipandang baik) misalnya: kesempitan,kelaparan dan

• Keuntungan,kelapangan rezeki dan keterbelakangan

kemenangan. 2. Al-qobihah (buruk) misalnya dalam

2. Thayyibah (sesuatu yang memberikan ayat:

kelezatan kepada panca indera dan jiwa Kami turunkan kepadamu manna dan salwa.
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang
manusia) misalnya:
kami berikan kepadamu.( QS.al-Baqarah 57)
• makanan, pakaian, tempat tinggal 3. Al-syarr, misalnya terdapat dalam ayat:
3. Al-khair (sesuatu yang baik oleh seluruh Barang siapa yang melakukan sesuatu kebiakn
dengan kerelaan hati maka sesungguhnya
umat manusia) misalnya:
Allah maha mensyukuri kebaikan lagi maha
• berakhlak, adil, keutamaan dan segala mengetahui.(QS.al-Baqarah 158)

sesuatu yang bermanfaat.

4. Al-mahmudah (menunjukkan pada

kebaikan yang bersifat batin dan spiritual)

5. Al-karimah (menunjukkan pada

perbuatan dan akhlak yang terpuji yang

ditempatkan dalam kenyataan hidup

sehari-hari)

Anda mungkin juga menyukai