Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala rahmat, sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang mungkin sangat sederhana.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
BAB 1
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Dalam uu nomor tahun 36 tahun 2009 tentang diamanatkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien di perlukan informasi kesehatan yang di selenggarakan melalui
sistem informasi dan lintas sector. Sering dengan era desentralisai berbagai sistem informasi kesehatan
telah di kembangkan baik pemerintah pusat atau daerah, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
daerah masing masing selain melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementrian kesehatan,
pemerintah daerah juga di berikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di tingkat
dinas kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit.
b. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini berdasarkan latar belakang masalah diatas
adalah :
c. tujuan penulisan
Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan
kesehatan. Hal ini semata mata karena pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem
yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu Negara, bahkan lebih jauh
lagi sistem yang lebih global. Perubahan perubahan di Negara lain dalam berbagai sector
mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan.
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta
dan penggunaan teknologi, terkhusus pada bidang bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari,
kemajuan teknologi, baik di bidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dangan
sangat pesat, di sisi lain juga berkembang kea rah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian
dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun cara untuk dapat di lakukan melalui
media, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk meniringi kemajuan
teknologinya. Sehingga pada akhurnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah di
tentukan oleh smuber daya manusia yang menggunakannya. Rumah sakit, sebagai salah satu
institusi pelayan kesehatan masyarakat melayani transaksaksi pasien dalam kesehariannya.
Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengaruhi kondisi dan rasa
nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien.
Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan
dan layanan yang harus di berikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi
terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dan untuk
membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit
mneggunakan sisi kemajuan, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upaya
membantu penanganan manajemen yang sebelumnya di lakukan secara manual. Departemen
kesehatan telah menetapkan visi Indonesia sehat 2010 yang di tandai dengan penduduknya
yang hidup sehat dalam lingkungan yag sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu yang di sediakan oleh pemerintah dan atau masyarkat
sendiri, serta di tandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai pemerintah dalam
upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah di tetapkan tersebut,
infrastruktur pelayanan kesehatan telah d bangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional,
propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan
kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi
dan misi depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem
kesehatan yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan
sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem
informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan
yang di laksanakan dan di rasakan oleh masyarakat dapat di ketahui , di fahami,di antisipasi,
dan di kelola dengan sebaik-baiknya.
Sistem informasi kesehatan haus di bangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidak
kompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara
umum, ada beberapa konsep dasar yang harus di pahami oleh para pengembang atau pembuat
rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep konsep tersebut antara lain :
Departemen kesehatan telah membangun sistem informasi sistem kesehatan yang di sebut
siknas yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke
pusat. Namun, demikian dengan keterbatasan sumber daya yang di miliki. Siknas belum
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat di butuhkan sekali di bangunnya
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam kesehatan (antar program danantar
jenjang), dan di luar kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan
jaringan informasi di pusat.
Pengembangan sistem informasi kesehatan nasional (siknas) sejak pelita 1 di atur secara
sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui kanwil dan kandep. Dengan demikian di
beberapa daerah sistem informasi kesehatan mulai menggunakankomputerisasi.
Sejalan dengan berkembangnya masalah dan kondisi Negara yang terjadi pada tahun 1997-
1998 yaitu krisis moneter sangat terpengaruh terhadap pengembangan siknas, sehingga pada
tahun 2001 pengembangan siknas pelaksanaannya di desentralisasi. Namun dengan
desentralisasi. Namun dengan desentralisasi pelaksaan siknas bukan menjadi lebih baik tetapi
malah berantakan. Hal ini di karenakan belum adanya infra struktur yag memadai di daerah
dan juga pencatatan dan pelaporan yang ada (produk sentralisasi) banyak overlaps sehinngga
di rasakan sebagai beban oleh daerah.
1. Strategi pengembangan siknas di era otonomi daerah di arahkan pada : Integrasi dan
simplifikasi pencatatan dan pelaporan yang ada.
2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan baru
3. Fasilitas pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
4. Pengembangan teknologi dan sumber daya
5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.
Indikator : telah terbentuk jaringan jasic online dari seluruh dinkes kabpaten/kota ke dinkes
provinsi dan depkes yang di manfaatkan untuk komunikasi data dan informasi secara
terintegrasi dalam kerangka. Sistem informasi kesehatan nasional (siknas)
1. Indikator/target tahunan :
Tahun 2007 : telah terselanggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 80%
dinkes kab/kota dan 100% dinkes provinsi dengan departemen kesehatan.
Tahun 2008 : telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 100%.
Dinkes provinsi, 100% rumah sakit pusat, dan 100% upt pusat dengan departemen kesehatan.
Tahun 2009 : telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh
dinkes kab/kota, dinkes provinsi, rumah sakit pusat, dan upt pusat dengan departemen
kesehatan.
Tahun 2010 dst : telah terselenggara jaringa komunikasi data online antara seluruh puskesmas,
rumah sakit, dan sarana kesehatan lain. Baik milik pemerintah maupun swasta, dinkes provinsi,
dan upt pusat dengan departemen kesehatan.
Setelah terselenggara jaringan komunikasi tersebut, dii harapakan memiliki manfaat yang
optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran pusat dan daerah untuk komitmen
dalam penyelenggaraannya.
Menurut who, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau
komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (iasic blocks) sistem
kesehatan tersebut ialah :
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5. Sediaan farmasi,alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan.
7. Pemberdayaan masyarakat
Di dalam sistem kesehatan nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu :
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan informasi
kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi fungsi kebijakan kesehatan,
administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan ias kesehatan yang memadai dan mampu
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agara berdaya guna, berhasil guna dan
mendukung penyelenggaraan keenam subsistem lain di dalam sistem kesehatan nasional
sebagai satu kesatuan yang terpadu.
Begitu banyak manfaat sistem informasi kesehatan yang dapat membantu para pengelola
program kesehatan. Pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang
administrasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
Kekurangan
Permasalahan mendasar sistem informasi kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :
a. Factor pemerintah
Standar SIK belum ada sampai saat pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
b. Fragmentasi
Terlalu banyak sistem yang berbeda beda di semua jenjang administrasi (kabupaten atau
kota,provinsi dan pusat) sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan
tidak iasic dengan pusat.
Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)
Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : puskesmas harus mengirim lebih dari 300
laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu
tinggi. Hal ini di anggap tidak efektif dan efisien, format pencatatan dan pelaporan masih
berbeda beda dan belum standar secara nasional.Sumber daya masih minim.
2.4.3 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia
Sistem informasi kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa sebagai
berikut :
Masing masing era sistem informasi kesehatan memiliki karakterisitk yang berbeda sebagai
bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan teknologi informasi dan komunikasi-
TIK).
Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui
berbagai jalan.
Data dan informasi di kelola dan di simpan oleh masing masing unit di departemen kesehatan.
Data sulit di akses karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan vadilitas, maka
data sulit di olah dan di analisis.
Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan .
Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa
masih terfragmentasi).
Data dari unit pelayanan kesehatan langsung di unggah (uploaded) ke bang data di pusat (e-
health).
Penerapan teknologi m-health di mana data dapat langsung di unggah ke bank data.
Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
2.5.1 Pendahuluan.
Pengembangan sistem informasi kesehatan sebenarnya telah di mulai PELITA 1 melalui sistem
informasi kesehatan nasional pada kantor wilayah kementrian kesehatan (kemenkes RI;2007)
semenjak di terapkannya kebijakannya-kebijakan desentralisasi kesehatan, berbagai kalangan
menilai bahwa sistem informasi kesehatan. Kementrian kesehatan selalu mengeluh bahwa
input data dari propinsi, kabupaten/kota sangat berkurang. Di sisi lain beberapa daerah
mengatakan bahwa penerapan sistem informasi kesehatan semenjak era desesntralisasi
member dampak yang lebih baik. Hal ini di tunjukkan dengan semakin tingginya motivasi dinas
kesehatan untuk mengembangkan SIK, semakin banyak puskesmas yang memiliki computer,
tersedianya jaringan LAN di dinas kesehatan maupun teknologi informasi lainnya.
Adanya desentralisasi ini pula, mengakibatkan pencatatan dan pelaporan sebagai produk dari
era sentralisasi menjadi overlaps, hal ini tentu saja menjadi beban bagi kabupaten/kota.
Melalui keputusan menteri kesehatan RI nomor 511 tahun 2002 tentang kebijakan dan strategi
pengembangan SIKNAS tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem informasi
kesehatan daerah di kabupaten/kota di kembangkan berbagai strategi, yaitu :
Selanjutnya , pada melalui keputusan menteri kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberapa dalam setiap
tahunnya; yaitu :
Secara umum pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur
yang di gunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai
sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat
dalam perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi
kesehatan selalu di perlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi,
penentuan prioritas, pembuatan alternative solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan
pemantauan hingga proses evaluasi.
Teknologi informasi member berbagai kemudahan dalam proses managemen di segala bidang.
Dengan teknologi informasi, data dan informasi dapat di olah dan di distribusikan secara lebih
mudah, akurat dan fleksibel. Hal ini mendorong semakin di butuhkannya pemnfaatan teknologi
informasi dalam berbagai kegiatan.
WHO menilai bahwa invetasi sistem sistem informasi menuai beberapa keuntungan, antara lain
:
Informasi kesehatan dapat di bagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :
Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah di kembangkan dapat dianalisa beberapa
hal sebagai berikut :
1. Integrated Sistem
Kementrian kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi di sampung itu
berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas juga
mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindinya informasi dan
berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya. Sejatinya suatu sistem informasi yang
terintegrasi yang memenuhi kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas program yang dapat di
akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan berbagai
keputusan dan kebijakan. Seperti apliaksi keunikasi data, dapat di lihat bahwa data dan
informasi kesehatan yang di sediakan tidak memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau
kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya mengembangkan sistem informasi
sendiri.
SP2TP pun sejatinya dapat di gantikan dengan SIMPUS online ternyata di lapangan puskesmas
pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap bulannya. Hal ini mengakibatkan
beban kerja bagi petugas dan informasi yang di berikan tidaklah dalam hitungan hari,
melainkan bulan. Suatu sistem yang di harapkan dapat memenuhi kebutuhan baik pusat atau
daerah, pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan tepat sehingga
kebiakan dapat efektif dan efisien.
2. Kemampuan Daerah.
1.2 SARAN
2. Sudah selayaknya di manfaatkan dengan maksimal apa yang di lakukan oleh depkes apa
yang di lakukan oleh depkes dengan menyediakan jaringan beseta kelengkapannya
kepada dinas kesehatan provinsi dan kab/kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat
bisa di raih dengan adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin
intensif dan lancar tentunya antara depkes pusat dengan dinas kesehatan provinsi
maupun kab/kota, juga antar dinas kesehatan di seluruh Indonesia. Mari manfaatkan
semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat meningkatkan jaringan dan komunikasi
data terintegrasi di bidang kesehatan.
3. Perlunya di lakukan kajian mengenai kendala kendala yang di hadapi dalam
pelaksanaan sistem informasi kesehatan .
4. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya sistem
informasi yang di kembangkan di sesuaikan dnegan kebutuhan dan karakterisitik
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan republic Indonesia. “visi pembangunan kesehatan : Indonesia sehat
2010”
Di 02.22