Anda di halaman 1dari 16

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala rahmat, sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang mungkin sangat sederhana.

Makalah ini berisikan tentang pengertian system informasi nasional dan


perkembangan system informasi nasional yang ada di Indonesia, semoga makalah
ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan , petunjuk maupun pedoman
dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
BAB 1

Pendahuluan
a. Latar Belakang

Tujuan pembanguna kesehehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat yang setinggi tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut di perlukan kebijakan
yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua baik pemerintah, swasta, masyarakat,
penggalian informasi yang akurat, tepat, dan dapat di pertanggung jawabkan merupakan
sumber utama dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.

Dalam uu nomor tahun 36 tahun 2009 tentang diamanatkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien di perlukan informasi kesehatan yang di selenggarakan melalui
sistem informasi dan lintas sector. Sering dengan era desentralisai berbagai sistem informasi kesehatan
telah di kembangkan baik pemerintah pusat atau daerah, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
daerah masing masing selain melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementrian kesehatan,
pemerintah daerah juga di berikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di tingkat
dinas kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit.

b. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini berdasarkan latar belakang masalah diatas
adalah :

apakah pengertian sistem informasi kesehatan nasional.?

Bagaimana sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia?

Apakah kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional ?

Bagaimana perkembangan sistem informasi kesehatan nasional saat sekarang ?

c. tujuan penulisan

1. untuk mengetahui apa pengertian sistem informasi kesehatan nasional !

2. untuk menjelaskan sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia !

3. untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional !

4. untuk menjelaskan perkembangan sistem informasi kesehatan nasional saat sekarang !


BAB 2
Pembahasan
2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh tingkat


pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Peraturan perundang undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah
kepmenkes nomor 004/menkes/sk/i/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan kepmenkes nomor 932/menkes/sk/viii/2002 tentang petunjuk petunjuk
pelaksanaan perkembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja
dari isi kedua kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang
sistem informasi kesehatan dari sudut pandang manejemen kesehatan, tidak
memanfaatkanstate of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan system
informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum di jabarkan secara detail
sehingga data yang di sajikan tidak tepat waktu. Perkembangan sistem informasi rumah sakit
yang berbasis computer (computer vased hospital information system) di Indonesia telah di
mulai pada akhir 80`an. Salah satu rumah sakit pada waktu itu telah memanfaatkan untuk
mendukung aperasionalnya adalah rumah sakit husada. Departemen kesehatan dengan proyek
bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan sistem informasi rumah sakit pada
beberapa rumah sakit pemerintah dengan di bantu oleh tenaga ahli dari ugm. Namun,
tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang
cukup memuaskan semua pihak. Ketidalkkberhasilan dalam sistem pengambilan informasi
tersebut, lebih di sebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi
factor factor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem
informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh.

Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan
kesehatan. Hal ini semata mata karena pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem
yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu Negara, bahkan lebih jauh
lagi sistem yang lebih global. Perubahan perubahan di Negara lain dalam berbagai sector
mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan.

Dalam era seperti saat ini, begitu banyak kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta
dan penggunaan teknologi, terkhusus pada bidang bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari,
kemajuan teknologi, baik di bidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dangan
sangat pesat, di sisi lain juga berkembang kea rah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian
dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun cara untuk dapat di lakukan melalui
media, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk meniringi kemajuan
teknologinya. Sehingga pada akhurnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah di
tentukan oleh smuber daya manusia yang menggunakannya. Rumah sakit, sebagai salah satu
institusi pelayan kesehatan masyarakat melayani transaksaksi pasien dalam kesehariannya.
Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengaruhi kondisi dan rasa
nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien.
Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan
dan layanan yang harus di berikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi
terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dan untuk
membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit
mneggunakan sisi kemajuan, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upaya
membantu penanganan manajemen yang sebelumnya di lakukan secara manual. Departemen
kesehatan telah menetapkan visi Indonesia sehat 2010 yang di tandai dengan penduduknya
yang hidup sehat dalam lingkungan yag sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu yang di sediakan oleh pemerintah dan atau masyarkat
sendiri, serta di tandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai pemerintah dalam
upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah di tetapkan tersebut,
infrastruktur pelayanan kesehatan telah d bangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional,
propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan
kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi
dan misi depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem
kesehatan yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan
sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem
informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan
yang di laksanakan dan di rasakan oleh masyarakat dapat di ketahui , di fahami,di antisipasi,
dan di kelola dengan sebaik-baiknya.

2.2 Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.

Sistem informasi kesehatan haus di bangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidak
kompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara
umum, ada beberapa konsep dasar yang harus di pahami oleh para pengembang atau pembuat
rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep konsep tersebut antara lain :

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.


Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi. Sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi dalam implementasinya di sebut sebagai
sistem informasi. Berbasis komputer (computer based information system). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksutkan dengan sistem informasi adalah sistem
informasi yang berbasis. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi atau
teknologi infromasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak di landasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia , tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat di tentukan oleh dinamika
perkembangan organsasi tersebut. Oleh karena itu perlu di sadari bahwa
pengembangan sistem informasi pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem.
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau bberubah menjadi sistem
yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang
pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut di tentukan di antaranya oleh :
a. Perkembangan organisasi tersebut
b. Perkembangan teknologi informasi
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.

2.3 Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Siknas) Di Indonesia

Departemen kesehatan telah membangun sistem informasi sistem kesehatan yang di sebut
siknas yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke
pusat. Namun, demikian dengan keterbatasan sumber daya yang di miliki. Siknas belum
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat di butuhkan sekali di bangunnya
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam kesehatan (antar program danantar
jenjang), dan di luar kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan
jaringan informasi di pusat.

Pengembangan sistem informasi kesehatan nasional (siknas) sejak pelita 1 di atur secara
sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui kanwil dan kandep. Dengan demikian di
beberapa daerah sistem informasi kesehatan mulai menggunakankomputerisasi.

Sejalan dengan berkembangnya masalah dan kondisi Negara yang terjadi pada tahun 1997-
1998 yaitu krisis moneter sangat terpengaruh terhadap pengembangan siknas, sehingga pada
tahun 2001 pengembangan siknas pelaksanaannya di desentralisasi. Namun dengan
desentralisasi. Namun dengan desentralisasi pelaksaan siknas bukan menjadi lebih baik tetapi
malah berantakan. Hal ini di karenakan belum adanya infra struktur yag memadai di daerah
dan juga pencatatan dan pelaporan yang ada (produk sentralisasi) banyak overlaps sehinngga
di rasakan sebagai beban oleh daerah.

Mempertimbangkan hal tersebut di atas departemen kesehatan mengeluarkan keputusan


tentang kebijakan dan strategi siknas melalui kepmenkes no.511 di kab/kota melalui
kepmenkes no.932 dengan konsep pendekatan baru dalam pengembangan siknas di era
otonomi daerah.

1. Strategi pengembangan siknas di era otonomi daerah di arahkan pada : Integrasi dan
simplifikasi pencatatan dan pelaporan yang ada.
2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan baru
3. Fasilitas pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
4. Pengembangan teknologi dan sumber daya
5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.

Indikator : telah terbentuk jaringan jasic online dari seluruh dinkes kabpaten/kota ke dinkes
provinsi dan depkes yang di manfaatkan untuk komunikasi data dan informasi secara
terintegrasi dalam kerangka. Sistem informasi kesehatan nasional (siknas)

1. Indikator/target tahunan :
Tahun 2007 : telah terselanggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 80%
dinkes kab/kota dan 100% dinkes provinsi dengan departemen kesehatan.

Tahun 2008 : telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 100%.
Dinkes provinsi, 100% rumah sakit pusat, dan 100% upt pusat dengan departemen kesehatan.

Tahun 2009 : telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh
dinkes kab/kota, dinkes provinsi, rumah sakit pusat, dan upt pusat dengan departemen
kesehatan.

Tahun 2010 dst : telah terselenggara jaringa komunikasi data online antara seluruh puskesmas,
rumah sakit, dan sarana kesehatan lain. Baik milik pemerintah maupun swasta, dinkes provinsi,
dan upt pusat dengan departemen kesehatan.

Setelah terselenggara jaringan komunikasi tersebut, dii harapakan memiliki manfaat yang
optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran pusat dan daerah untuk komitmen
dalam penyelenggaraannya.

2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Informasi Kesehatan Nasioanl (Berdasarkan


Perodenya) Kelebihan.

1. PERANAN SIK DALAM SISTEM KESEHATAN.

Menurut who, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau
komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (iasic blocks) sistem
kesehatan tersebut ialah :

1. Servis delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)


2. Medical product, vaccines, and technologies (produk meids, vaksin dan teknologi kesehatan).
3. Health workforce (tenaga medis)
4. Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan)
5. Health information system (sistem informasi kesehatan)
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintahan).

2. SIK Di Dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia

Sistem kesehatan nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu :

1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5. Sediaan farmasi,alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan.
7. Pemberdayaan masyarakat

Di dalam sistem kesehatan nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu :
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan informasi
kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi fungsi kebijakan kesehatan,
administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan ias kesehatan yang memadai dan mampu
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agara berdaya guna, berhasil guna dan
mendukung penyelenggaraan keenam subsistem lain di dalam sistem kesehatan nasional
sebagai satu kesatuan yang terpadu.

Manfaat sistem informasi kesehatan.

Begitu banyak manfaat sistem informasi kesehatan yang dapat membantu para pengelola
program kesehatan. Pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang
administrasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :

1. Mendukung manajemen kesehatan


2. Mengidentififkasi masalah dan kebutuhan
3. mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas.
4. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti
(evidence-based decision)
5. Mengalokasikan sumber daya secara optimal
6. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
7. Membantu penilaian transparansi

Kekurangan

1. Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia

Permasalahan mendasar sistem informasi kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :

a. Factor pemerintah

Standar SIK belum ada sampai saat pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam

Belum ada rencana kerja SIK nasional.

Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam

b. Fragmentasi

Terlalu banyak sistem yang berbeda beda di semua jenjang administrasi (kabupaten atau
kota,provinsi dan pusat) sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan
tidak iasic dengan pusat.

Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)

Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : puskesmas harus mengirim lebih dari 300
laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu
tinggi. Hal ini di anggap tidak efektif dan efisien, format pencatatan dan pelaporan masih
berbeda beda dan belum standar secara nasional.Sumber daya masih minim.
2.4.3 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia

Sistem informasi kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa sebagai
berikut :

1. Era manual (sebelum 2005)


2. Era transisi (tahun 2005-2011)
3. Era komputerisasi (mulai 2012)

Masing masing era sistem informasi kesehatan memiliki karakterisitk yang berbeda sebagai
bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan teknologi informasi dan komunikasi-
TIK).

1. Era Manual (Sebelum 2005).

Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui
berbagai jalan.

Data dan informasi di kelola dan di simpan oleh masing masing unit di departemen kesehatan.

Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.

Sangat beragamnya bentuk laporan. Validitas di ragukan.

Data sulit di akses karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan vadilitas, maka
data sulit di olah dan di analisis.

Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan .

2. Era Transisi (2005-2011)

Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa
masih terfragmentasi).

Sebagian besar data agregat dan sebgian kecil data individual.

Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.

Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.

3. Era Komputerisasi (Mulai 2012)

Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).

Data iasic (disagregat).

Data dari unit pelayanan kesehatan langsung di unggah (uploaded) ke bang data di pusat (e-
health).

Penerapan teknologi m-health di mana data dapat langsung di unggah ke bank data.
Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).

Lebih cepat, tepat waktu dan efisisen.

Lebih ramah lingkungan.

2.5 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Saat Ini.

2.5.1 Pendahuluan.

Pengembangan sistem informasi kesehatan sebenarnya telah di mulai PELITA 1 melalui sistem
informasi kesehatan nasional pada kantor wilayah kementrian kesehatan (kemenkes RI;2007)
semenjak di terapkannya kebijakannya-kebijakan desentralisasi kesehatan, berbagai kalangan
menilai bahwa sistem informasi kesehatan. Kementrian kesehatan selalu mengeluh bahwa
input data dari propinsi, kabupaten/kota sangat berkurang. Di sisi lain beberapa daerah
mengatakan bahwa penerapan sistem informasi kesehatan semenjak era desesntralisasi
member dampak yang lebih baik. Hal ini di tunjukkan dengan semakin tingginya motivasi dinas
kesehatan untuk mengembangkan SIK, semakin banyak puskesmas yang memiliki computer,
tersedianya jaringan LAN di dinas kesehatan maupun teknologi informasi lainnya.

Adanya desentralisasi ini pula, mengakibatkan pencatatan dan pelaporan sebagai produk dari
era sentralisasi menjadi overlaps, hal ini tentu saja menjadi beban bagi kabupaten/kota.
Melalui keputusan menteri kesehatan RI nomor 511 tahun 2002 tentang kebijakan dan strategi
pengembangan SIKNAS tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem informasi
kesehatan daerah di kabupaten/kota di kembangkan berbagai strategi, yaitu :

1. Integrasi dan simplifikasi penctatan dan pelaporan yang ada ;


2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan;
3. Fasilitasi pengembangan sistem sistem informasi kesehatan daerah;
4. Pengembangan teknologi dan sumber daya;
5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk managemen dan pengambilan
keputusan;
6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.

Selanjutnya , pada melalui keputusan menteri kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberapa dalam setiap
tahunnya; yaitu :

1. Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80% dinas kesehatan


kabupaten/kota dan 100% dinas provinsi dengan kementrian kesehatan pada tahun
2007.
2. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90% dinas
kesehatan provinsi, 100% rumah sakit pusat, 100% unit pelaksana teknis (UPT) pusat
dengan kementerian kesehatan tahun 209.
3. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, rumah sakit pusat, dan UPT pusat
kementrian kesehatan pada tahun 2010.
Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun berupaya mengembangkan
sistem informasi yang sesuai dengan keunikan dan karakteristiknya. Pengembangan sistem
informasi kesehatan daerah melalui software atau web, seperti SIMPUS,SIMRS, SIKDA, dan
sebagainya.

2.5.2 Sistem Informasi Kesehatan.

Secara umum pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur
yang di gunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai
sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat
dalam perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi
kesehatan selalu di perlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi,
penentuan prioritas, pembuatan alternative solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan
pemantauan hingga proses evaluasi.

Teknologi informasi member berbagai kemudahan dalam proses managemen di segala bidang.
Dengan teknologi informasi, data dan informasi dapat di olah dan di distribusikan secara lebih
mudah, akurat dan fleksibel. Hal ini mendorong semakin di butuhkannya pemnfaatan teknologi
informasi dalam berbagai kegiatan.

WHO menilai bahwa invetasi sistem sistem informasi menuai beberapa keuntungan, antara lain
:

1. Membantu pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah


kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
2. Pemberdayaan indvidu dan komunitas dengan cepat dan mudah di pahami serta
melakukan berbagai perbsiksn kualitas pelayanan kesehatan.
3. Penguatan evidence based dalam pengambilan kebijakan yang efektif, evaluasi dan inovasi
melalui penelitian.
4. Perbaikan dalam tata kelola, mobilisasi sumber baru dan akuntabilitas cara yang di
gunakan.

Informasi kesehatan dapat di bagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :

1. Penentu kesehatan, yang meliiputi factor resiko, perilaku, keturunan, lingkungan ,


ekonomi dan demogafi.
2. Input sistem kesehatan yang meliputi kebijakan, pembiayaan , sumber daya dan
organisasi.
3. Output sistem kesehatan, meliputi informasi, kemampuan pelayanan dan kualitas.
4. Hasil sistem kesehatan, meliputi pemanfaatan pelayanan.
5. Status kesehatan meliputi angka kematian, kesakitan, atau ketidakmampuan dan
kesejahteraan.

2.5.3 Pembahasan SIKNAS Online

Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah di kembangkan dapat dianalisa beberapa
hal sebagai berikut :
1. Integrated Sistem

Kementrian kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi di sampung itu
berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas juga
mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindinya informasi dan
berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya. Sejatinya suatu sistem informasi yang
terintegrasi yang memenuhi kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas program yang dapat di
akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan berbagai
keputusan dan kebijakan. Seperti apliaksi keunikasi data, dapat di lihat bahwa data dan
informasi kesehatan yang di sediakan tidak memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau
kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya mengembangkan sistem informasi
sendiri.

SP2TP pun sejatinya dapat di gantikan dengan SIMPUS online ternyata di lapangan puskesmas
pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap bulannya. Hal ini mengakibatkan
beban kerja bagi petugas dan informasi yang di berikan tidaklah dalam hitungan hari,
melainkan bulan. Suatu sistem yang di harapkan dapat memenuhi kebutuhan baik pusat atau
daerah, pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan tepat sehingga
kebiakan dapat efektif dan efisien.

2. Kemampuan Daerah.

Sebagai dampak dari desentralisasi , daerah masih menganggap kebutuhan sistem


informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah prioritas, akan tetapi daerah
masih memenuhi kebutuhan infrastruktur dan sarana fisik. Tidak semua daerah masih
surplus, akan tetapi tidak sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya pelaksana
sistem informasi membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam perjalanannya juga
memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang tidak sedikit. Kondisi geografis juga
sangat mempengaruhi, masih banyak puskesmas di daerah yang sangat terbatas akses
Sumber daya manusia informasinya.

3. Pemanfaatan Dan Informasi.


Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan pusat, bukanlah kebutuhan
daerah, sehungga munculah anggapan hanya proyek dan ego program masing masing.
Hal ini karena pemanfaatan data dan informasi secara signifikan tidak di rasakan oleh
kabupaten/kota. Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat.
4. Sumber Daya Manusia
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang
merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa tempat memang di jumpai adanya
tenaga purna waktu.
Kini departemen kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76% dari
440 kabupaten/kota) dinas kabupaten/kota dan 33 (100%) dinas kesehatan provinsi,
melalui jaringan (online). Jaringan ini di mungkinkan karena depkes telah memasang
perangkat. Peringkat 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP IPHONE, dan 1 buah
printer di dinas kesehatan kabupaten/kpta. Sedamgkan bagi dinas kesehatan provinsi,
telah di pasang 5 buah pc, 1 buah server, 1 buah IP Iphone , 1 set peralatan video
conference dan 1 buah printer.
Pengembangan jaringan iasic sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) online ini telah di
tetapkan melalui keputusan menteri kesehatan (KEPMENKES) NO. 837 tahun 2007. Untuk
mengatasi kendala di bidang sumber daya manusia (SDM), depkes telah meminta kepada dinas
dinas kesehatan untuk menunjuk/menetapkan 2 orang petugas khusus yang mengelola sistem
informasi kesehatan nasional (SIKNAS) online. Petugas petugas yang di tetapkan tersebut
sebanyak 787 orang, dan telah di latih selama 3 hari di bandung pada bulan November 2007.
Kegiatan ini di tujukkan untuk pencapaian sasaran ke-14, dari 17 sasaran departemen
kesehatan yang berbunyi “berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di
seluruh Indonesia”.

A. Master plan sistem informasi kesehatan.


Langkah departemen kesehatan dalam mengembangkan SIKNAS ONLINE harus
mendapat sebuah penghargaan dan dukungan semua pihsk. Pengembangan jaringan
iasic sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) online ini telah di tetapkan melalui
keputusan menteri kesehatan (KEPMENKES) No. 837 tahun 2007, SIKNAS ONLINE
mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data yang
terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar instansi.
Sebebnarnya pengembangan SIKNAS ONLINE ini di lakukan sejak PELITA 1 tetapi pada
saat itu masih bersifat sentralistis.
Berdasarkan informasi dari departemen kesehatan melalui situsnya tanggal 15 januari
2008 departemen kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76% dari
440 kabupaten/kota dan 33 (100%). Dinas kesehatan provinsi, melalui jaringan (online).
Jariingan ini di mungkinkan karena depkes telah memasang perangkat-perangkat, 1
buah PC, 1 buah SGM medem , 1 buah IP Iphone, dan 1 buah printer di dinas kesehatan
kabupaten/kota. Sedangkan bagi dinas kesehatan provinsi, telaah di pasang 5 buah PC,
1 set buah server, 1 buah IP iphone, 1 set peralatann video- conference , dan 1 buah
printer.
Jaringan yang di rancang oleh departemen kesehatan ini merupakan upaya untuk
memfasilitasi dan memacu pengembangan sisntem infoirmasi kesehatan daerah
(SIKDA). Jaringan (SIKNAS) online terutama akan di manfaatkan untuk keperluan
komunikasi data terintegrasi atau jaringan pelayanan bank-bank data (intranet dan
internet). Di luar dari permasalahan itu, akan di kembangkan aplikasi-aplikasi untuk
keperluan-keperluan lain.
Seharusnya kebijakan dari pusat di tindak lanjuti dengan pembuatan kebijakan di
daerah. Ada pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
melaksanakan SIKNAS online ini. Berdasarkan presentase dari bapak kepala pusat data
dan informasi departemen kesehatan Bamabang Hartono dalam pelatihan SIKNAS
online di bandung yang di laksanakan pada bulan November 2007 menjelaskan peran
tersebut. Peran pusat yaitu: menerbitkan kebijakan, standar, pedoman, dan lainnya
yang sejenis dalam rangka SIKNAS/SIKDA, membantu pengadaan beberapa perangkat
untuk membangun jaringan nasional online sebagai pemicu dan pemacu, membangun
jaringan nasional online dan membayarkan sewa jaringannya sebagai pemicu dan
pemacu, menyediakan software “iasic” untuk komunikasi data, melatih petugas
pengelola SIKNAS online (pusat, provinsi, dan kab/kota). Mengupayakan insentif untuk
pengelola SIKNAS online sebagai pemicu bagi adanya tunjangan jabatan fungsional oleh
daerah, membantu dan mengkoordinasikan penerapan aplikasi-aplikasi misalnya
konsultasi eksekutif, teleconference , dan lain sebgainya, dan membantu melakukan
advokasi kepada stakeholders daerah untuk pengembangan SIKDA.

B. Pentingnya master plan SIKNAS online


Hal yang harus di lakukan oleh daerah dalam menindak lanjuti kebijakan departemen
kesehatan adalah dengan membuat master plan pengembangan sistem informasi
kesehatan nasional di setiap daerah. Dalam sebuah artikel di blog tanggal 16 november
2006 seorang oakar jaringan yang juga adalah seorang dosen di S2 ilmu kesehatan
masyarakat universitas gadjah mada minat sistem informasi kesehatan menjelaskan
tentang pentingnya master plan sistem informasi berdasarkan pengalaman beliau
sebagai perusahaan. Beliau menemukan banyak perusahaan yang tidak mempunyai
master plan sistem informasi dan langsung mengembangkan sistem informasi dengan
bantuan staf teknologi informasi (TI) baik internal maupun dengan bantuan vendor
(eksternal). Hal tersebut menimbulkan adanya sekat-sekat sistem informasi dalam
suatu perusahaan karena masing-masing bagian mengembangkan sistem informasinya
sendiri, dan apabila perusahaan berkembang semakin besar, maka semakin sulit pula
dalam pengintegrasian antar satu sistem. Sehingga output yang di dapatkan pun
berbeda-beda pula.
Beliau juga menjelaskan mengenai pengertian master plan sistem informasi yaitu suatu
perencanaan jangka panjang dalam pengembangan S1 di perusahaan tersebut yang
dengan baik ias menterjemahkan keinginan baik dari manajemen (sistem owner),
pengguna (sistem user) maupun perubahan perubahan yang terjadi di dalam maupun di
luar organisasi.
Dalam bukunya WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) berjudul “DEVELOPING” health
management information sistem : A Pratical Guide for developing countries”
Menyebutkan ada 10 langkah dalam sistem informasi manajemen kesehatan yaitu :
1. Meninjau kembali sistem yang telah berjalan dengan prinsip bahwa jangan merubah
sistem yang ada dan bangun kekuatan-kekuatan yang ada serta pelajari kelemahan-
kelemahan dari sistem yang telah ada.
2. Gambarkan kebutuhan-kebutuhan data yang relevan dari unit-unit dalam sistem
kesehatan, dengan prinsip, dengan prinsip tingkatan administrasi yang berbeda
dalam suatu sistem kesehatan mempunyai peran peran yang berbeda beda pula,
oleh karena itu keperluan data berbeda beda pula. Tidak semua data yang di
butuhkan siap dalam pengumpulan data rutin. Data yang tidak sering di butuhkan
atau di perlukan hanya untuk bagian dari populasi dapat di hasilkan melalui studi-
studi khusus dan survey sampel.
3. Menentukan sebagian besar data yang tepat dan aliran data yang efektif., dengan
prinsip bahwa tidak semua data yang di kumpulkan pada suatu tingkatan tetrtentu
di perlukan dan di sampaikan ke tingkat yang lebih tinggi.
4. Melakukan desain pengumpulan data dan perangkat pelaporan, dengan prinsip
kemampuan pengumpul data yang akan di tugaskan dengan mengisi formulir yang
harus di pertimbangkan dalam mengembangkan pengumpul data.
5. Mengembangkan prosedur dan mekanisme untuk pengelolahan data, dengan
prinsip bahwa arah data sistem informasi manajemen kesehatan adalah prosesnya
sebaiknya konsisten dengan sasaran untuk pengumpulan data dan perencanaan
untuk analisis data serta pemanfaatannya.
6. Mengembangkan dan melaksanakan program pelatihan untuk penyedia data dan
pengguna data, dengan prinsip program-program pelatihan di rancang sesuai
dengan kebutuhan dan tingakatan kelompok yang akan di latih.
7. Melakukan pre test dan jika di perlakukan melakukan perancngan ulang sistem
untuk pengumpulan data, aliran data, proses dan pemanfaatan data, dengan prinsip
sebelum sistem di uji sistem harus menggambarkan kondisi yang nyata dan umum
selama pelaksanaannya.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi sistem yang ada, dengan prinsip bahwa hasil
akhir dari monitoring dan evaluasi tidak bersifat menghukum atau mencari cari
kesalahan, dan lebih mencari hal-hal yang positif yang dapat membuat sistem
bekerja.
9. Mengembangkan penyebaran data yang efekti dan mekanisme umpan balik,
dengan prinsip bahwa suatu cara yang efektif untuk memberikan motivasi kepada
pengahasil data agar terus menerus menyediakan data adalah dengan memberikan
feedback yang positif dan negative mengenai keadaam data yang mereka berikan.
10. Meningkatkan sistem informasi manajemen kesehatan, dengan prinsip bahwa
pengembangan sistem informasi kesehatan adalah selalu berusaha memberikan
kemajuan, hal ini merupakan sistem suatu uasaha yang dinamis di mana para
manajer dan para pekerja berusaha memberikan kemajuan terus menerus.
BAB 3
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN

2. pengembangan jaringan komputer sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) online


ini telah di tetapkan melalui keputusan menteri kesehatan (KEPMENKES) No. 837 tahun
2007
3. SIKNAS online mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data yang
terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta mengahpus hirarki antar instansi.

1.2 SARAN

2. Sudah selayaknya di manfaatkan dengan maksimal apa yang di lakukan oleh depkes apa
yang di lakukan oleh depkes dengan menyediakan jaringan beseta kelengkapannya
kepada dinas kesehatan provinsi dan kab/kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat
bisa di raih dengan adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin
intensif dan lancar tentunya antara depkes pusat dengan dinas kesehatan provinsi
maupun kab/kota, juga antar dinas kesehatan di seluruh Indonesia. Mari manfaatkan
semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat meningkatkan jaringan dan komunikasi
data terintegrasi di bidang kesehatan.
3. Perlunya di lakukan kajian mengenai kendala kendala yang di hadapi dalam
pelaksanaan sistem informasi kesehatan .
4. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya sistem
informasi yang di kembangkan di sesuaikan dnegan kebutuhan dan karakterisitik
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan republic Indonesia. “visi pembangunan kesehatan : Indonesia sehat
2010”

(13 mei 2008)

Di 02.22

Anda mungkin juga menyukai