Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN STRES

PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 SALATIGA

PROPOSAL
untuk memenuhi persyaratan tugas Metodologi Penelitian

Disusun oleh :
Agata Cynthia 201811003
Fransiska Dhiu 201811025
Rarisa Octaviant 201811050
Veronica Betty 201811060
Yashinta Prastica 201811063

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena stres dikalangan remaja merupakan salah satu topik
menarik untuk dibahas. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan
stres,salah satunya adalah Obesitas. Obesitas adalah suatu penyakit serius
yang dapat mengakibatkan masalah emosional dan sosial. Seseorang
dikatakan obesitas bila berat badan 20% diatas berat badan normal.
Sedangkan stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan saat melihat
adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban diluar batasan
kemampuan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Saat ini trend tubuh ideal
berdampak pada adanya body shaming yang dilakukan oleh kebanyakan
kelompok maupun individu pada lingkungan sosial. Menurut kamus
psikologi Chaplin (2005,dalam Cinara:2017) citra tubuh atau biasa disebut
body image adalah ide seseorang mengenai penampilannya di hadapan
orang lain. Penyebutan body image ini tentu sangat dipengaruhi oleh tingkat
kepercayaan diri masing-masing orang. Sedangkan body shaming adalah
bentuk dari ujaran atau tindakan mengomentari fisik, penampilan, atau citra
diri seseorang.
Sejak tahun 1980, menurut WHO jumlah anak yang mengalami
kelebihan berat badan meningkat tiga kali lipat dengan perkirakan 170 juta
anak (usia kurang dari 18 tahun) mengalami kelebihan berat badan. Obesitas
akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Kejadian obesitas
disebagian besar negara di Asia juga mengalami peningkatan dalam
beberapa dekade terakhir (Ramachandran & Snehalatha, 2010), yaitu 14%
untuk wilayah Asia Tenggara (WHO, 2016). Di Indonesia kelebihan berat
badan bahkan juga mulai terjadi pada masyarakat pedesaan dan masyarakat
dengan tingkat ekonomi rendah (Roemling & Qaim, 2012). Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas
diseluruh provinsi selalu mengalami peningkatan pada tiap tahunnya
(Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Jawa Tengah
termasuk dalam salah satu provinsi yang memiliki prevalensi obesitas 2,7%.
Kota Semarang memiliki prevalensi remaja obesitas sebesar 1,7% pada
tahun 2013. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
sekitar 450 juta orang di dunia mengalami stres. Di Indonesia sebanyak 90%
remaja dari 5.053 tidak bahagia dengan bentuk tubuhnya (“90% teens
unhappy”, 2016).
Penderita obesitas mengeluhkan masalah kecemasan, depresi, dan
penarikan diri dari sosial karena masalah berat badan mereka. Kegemukan
ditinjau dari segi psikososial merupakan beban bagi individu yang
bersangkutan karena dapat menghambat kegiatan jasmani, sosial, dan
psikologis. Selain itu, akibat bentuk yang kurang menarik, sering
menimbulkan problem dalam pergaulan dan seseorang menjadi rendah diri
dan merasa putus asa. Body image yang buruk dapat menimbulkan efek
utama kesehatan psikososial, misalnya stres di masa yang akan datang.
Stres psikososial yang berkelanjutan menimbulkan gejala-gejala fisik
seperti depresi, disforia, insomnia, keletihan, mudah tersinggung, rentan
terhadap infeksi, serta berkurangnya performa fisik dan mental.
Sarafino (dalam Mulyani, 2011) mengatakan bahwa dukungan
sosial dapat mengurangi stres yang dialami oleh seseorang. Fleming
(dalam Mulyani, 2011) mengatakan bahwa dukungan sosial juga
berhubungan dengan penurunan stres yang disebabkan oleh berbagai
stressor. Cohen dan Wills (dalam Mulyani, 2011) mendefinisikan
dukungan sosial sebagai bantuan atau pertolongan yang diterima oleh
seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial penting
dalam mengurangi dampak buruk dan pengaruh stres terhadap proses
koping. Dukungan sosial merupakan faktor sosial yang berasal dari luar
individu yang dapat meningkatkan kemampuan individu untuk
menghadapi stressor. Hoits (dalam Mulyani, 2011) juga mengatakan
dukungan sosial pada umumnya berasal dari orang-orang signifikan
seperti anggota keluarga, teman dekat, teman sebaya, rekan kerja,
saudara dan tetangga. Hilman (dalam Wibowo, 2013) menjelaskan
bahwa, dukungan sosial dari teman sebaya membuat remaja merasa
memiliki teman senasib.
Dalam penelitian Diah Ayu Kusuma Wardani dkk berjudul
Obesitas,Body Image Dan Perasaan Stres Pada Mahasiswa Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Obesitas dapat menyebabkan berbagai resiko
termasuk gangguan psikososial. Terdapat hubungan signifikan antara
obesitas dengan perasaan stres baik pada mahasiswa laki-laki maupun
perempuan. Penelitian oleh Tuti Mariana Damanik dengan judul Dinamika
Psikologis Perempuan Mengalami Body Shame, bahwa ketidakpuasaan
individu terhadap bagian tubuhnya akan semakin besar apabila individu
tersebut menerima penelitian tentang tubuh yang ideal (Knauss, Paxton, dan
Alsaker, 2008).
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai Hubungan Obsesitas Dengan Stres Pada Remaja Putri Di SMA N
2 Salatiga karena banyaknya siswi yang mengalami obesitas dengan kasus
body shamming. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan
obesitas dengan stres dengan menggunakan skala stres (Subjective Unit Of
Distress Scale : SUDS).

B. Rumusan Masalah
Apakah obesitas berhubungan dengan stres remaja putri di SMA N 2
Salatiga?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis
hubungan obesitas dengann tingkat stres pada remaja putri di SMA
N 2 Salatiga
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat stres pada remaja putri yang
mengalami obesitas
b. Untuk mengetahui ketidakpercayaan pada remaja putri yang
mengalami obesitas

D. Manfaat
1. Bagi Institusi
Memberikan data yang bersifat informatif tentang hubungan obesitas
dengan stres pada remaja putri
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam
pengalaman peneliti tentang hubungan obesitas dengan stres pada
remaja putri
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang
hubungan obesitas dengan stres pada remaja putri
4. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan teori yang
sudah ada khususnya di bidang keperawatan mengenai hubungan
obesitas dengan stres pada remaja putri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Remaja
a. Definisi Remaja
1) Remaja menurut WHO adalah mereka yang berada pada tahap
transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun.
2) Menurut Dr.Sarlito psikolog di Indonesia, remaja sebagai
individu dalam batas usia 11-24 tahun dan sedang mengalami
perkembangan fisik dan mental.
3) Menurut Zakiyah Darajat remaja didefinisikan sebagai anak
yang ada pada
masa peralihan dari masa anak-anak menuju usia dewasa.
Biasanya akan terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik
maupun psikis, dengan batas usia dari 13 tahun hingga 24
tahun.

b. Batasan Usia Remaja


Menurut Widyastuti,2009 menjadi 3 yaitu :
1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

c. Ciri-Ciri Masa Remaja


1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada remaja
awal yang dikenal sebagai masa Stres.
2) Perubahan yang cepat secara fisik disertai kematangan seksual.
3) Lebih memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
dan menghayal.
4) Tampak dan merasa ingin bebas.
5) Merasa ingin mencari identitas diri.
6) Mulai tertarik pada lawan jenis.
7) Memiliki citra (gambaran,keadaan,peranan) terhadap dirinya.

2. Obesitas
a. Definisi Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak tubuh
yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal
dan dapat membahayakan kesehatan. Obesitas atau kegemukan
terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan
energi yang keluar, sehingga terjadi peningkatan rasio lemak yang
terlokalisasi atau merata keseluruh tubuh.
b. Fisiologi obesitas terhadap stres remaja putri
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan
keluaran kalori dari tubuh serta punurunan aktifitas fisik yang
memyababkan penumpukan disejumlah bagian tubuh
(Rosen,2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa
pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang
diatur oleh mekanisme neoral dan humoral (neurohumoral) yang
dipengaruhi oleh genetik,nutrisi,lingkungan dan sinyal sikologis.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi terjadi melalaui
sinyal-sinyal eferen ( yang berpusat dihipotalamus) setelah
mendapat sinyal eferen dari perifer, sinyal tersebut bersifat
anabolik (meningkatkan rasa lapar dan menurunkan pengeluaran
energi ).
c. Faktor Penyebab Obesitas
1) Faktor konsumsi berlebih
Jumlah makanan yang dimakan setiap hari jauh melebihi
kebutuhan faal tubuh.
2) Kurangnya aktifitas fisik
Kurang melakukan aktifitas fisik akan menumpuk dalam
jaringan sehingga menjadi lemak.
3) Faktor genetik
Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan
dan kebiasaan gaya hidup dapat mendorong terjadinya obesitas.
Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
faktor genetik.
4) Lingkungan
Lingkungan meliputi perilaku atau pola hidup, misalnya
makanan dan aktifitas sehari-hari.
5) Faktor psikis
Pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makanannya,
makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap
keadaan berduka, kesepian dan stres.

d. Alat Ukur Obesitas


Klasifikasi obesitas juga dapat dilihat berdasarkan penilaian
hasil Indeks Masa Tubuh (IMT). Nilai IMT dapat diperoleh
melalui perhitungan perbandingan Berat Badan dengan Tinggi
Badan.

e. Klasifikasi obesitas
1) Obesitas tipe android ( buah apel )
Penumpukan lemak terjadi pada bagian tubuh atas seperti
sekitar dada,pundak,leher dan muka dan badan dengan bentuk
gendut seperti gentong,perut membuncit kedepan. Tipe ini pada
umumnya banyak didapatkan pada laki-laki dan wanita yang
sudah menopouse.orang dengan tipe ni biasanya cenderung
akan timbul penyakit jantung koronel,diabetes dan stok.
2) Obesitas tipe Ginoit (buah pir)
Tipe ginoit umumnya diderita oleh wanita dengan timbunan
lemak pada bagian tubuh bawah seperti perut,pinggul,paha dan
pantat yang besar,dari jauh tampak seperti buah pir.tipe ini
relativ lebih aman dibandingkan tipe android sebab timbunan
lemk bersifat tak jenuh,namaun sulit untuk menurunkan lemak
badan.

f. Akibat Obesitas
Body Shame merupakan perasaan malu akan salah satu
bentuk bagian tubuh ketika penilaian orang lain tidak sesuai
dengan yang diharapkan individu, orang lain tidak hanya
mengamati bentuk tubuh sebagai bagian dari diri kita, tetapi juga
menjadikannya tempat untuk kepribadian yang membuat
pengalaman subyektif manusia yang bermakna terjadi. Body Shame
adalah salah satu dampak dari self-objectification selain stres
sehingga dapat diartikan banyak perempuan menilai bahwa
tubuhnya memalukan.

3. Stres
a. Definisi Stres
1) Menurut (Goliszek,2005:1)
Stres adalah suatu respon adaptif individu pada berbagai
tekanan atau tuntutan eksternal dan menghasilkan berbagai
gangguan meliputi : Gangguan fisik,emosional,dan perilaku.
2) Menurut Dadang Hawari (1995:44-45)
Stres bisa didefinisikan sebagai reaksi fisik dan psikis yang
berupa perasaan tidak enak,tidak nyaman atau tertekan
terhadap tekanan atau tuntutan yang sedang di hadapi.
3) Menurut Selye (Santrock,2003:557)
Stress adalah kerusakan yang dialami oleh tubuh akibat
berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya.
4) Dari Sudut Pandang Psikologis
Stres adalah suatu keadaan internal yang disebabkan oleh
kebutuhan psikologis tubuh,atau disebabkan oleh situasi
eksternal seperti keadaan lngkungan atau sosial yang
berpotensi bahaya, memberikan tantangan, menimbulkan
perubahan-perunahan, atau memerlukan mekanisme
pertahanan.

b. Fisiologis stres pada remaja putri karena obesitas


Efek stres dapat bersifat mengaktifkan sistem saraf
simpatik,yang memobilisasi sumber daya yang kita miliki selama
menghadapi ancaman atau bahaya. Caranya adalah dengan
mengaktifkan organ-organ tubuh agar tubuh kita siap mengambil
tindakan segera,baik dengan melawan (fight),menghindar,atau
melarikan diri.aktivitas sistem endokrin meningkat pada saat kita
stres.

c. Ciri-Ciri Stres
1) Melakukan agresi keluar, seperti tindak kekerasan atau
kerusakan.
2) Agresi ke dalam
Orang yang mengalami stres biasanya mengurung diri,
menyiksa diri, dan membiarkan dirinya sakit.
3) Tingkat kesetresan seseorang juga ditunjukkan dengan perilaku
yang tidak percaya diri, ragu-ragu, tidak toleran, sulit
mengambil keputusan, dan malas. Dengan kata lain, stres yang
tidak dikendalikan mampu mengubah kehidupan seseorang.

d. Faktor Penyebab Stres


1) Situasional
Berasal dari situasi, lingkungan, dan budaya kontemporer.
Penyebab stres ini mencakup situasi yang tidak diketahui dan
tidak terduga. Misalnya adanya perubahan pola hidup,
pemberitaan media yang menekan, dan beban kerja yang berat.
2) Peristiwa besar dalam hidup
Kejadian yang berdampak nyata terhadap cara hidup dan emosi
kita. Peristiwa ini mencakup pernikahan, perceraian,
kehilangan anggota keluarga, kelahiran anak, dan masalah
keuangan.
3) Disebabkan oleh orang lain
Hal ini mencakup tuntutan yang tidak masuk akal seperti
penilaian mengenai bentuk tubuh, suasana yang tidak nyaman
serta perasaan yang tidak pernah dimengerti.
4) Diri sendiri
Seseorang selalu mencari kesempurnaan dan ekspetasi akan
diri. Keinginan dan kebutuhan untuk memegang kendali serta
keinginan untuk selalu diterima dan dicintai.

e. Cara Mengukur Tingkat Stres


DASS atau Depression Anxiety Stress Scale adalah
seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status
emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS
dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional
mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut
tentang pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di
manapun dari status emosional secara khusus digambarkan sebagai
stres. DASS dapat digunakan oleh kelompok atau individu untuk
tujuan penelitian.
B. Kerangka Teori

Remaja Putri SMA

OBESITAS

Faktor penyebab
obesitas antara lain:
BODY SHAMING
1. Konsumsi
berlebih
2. Kurang
aktifitas fisik
3. Faktor genetik
4. Faktor Tidak Percaya Diri
lingkungan
5. Faktor psikis

STRES

Akibat stres antara lain:


1. Melakukan tindakan
kekerasan
2. Mengurung diri
3. Menyiksa diri
4. Membiarkan diri sakit
C. Keaslian Penelitian
No
Judul Tahun Metode Hasil Perbedaan
.
Konsep 2017 Deskritif Berdasarkan hasil Meneliti
Diri dengan penelitian,menunju penyampaian
Remaja pendekat kan pentingnya keluarga
Obesitas an peran orang tua tentang tubuh
kualitatif dalam ideal kepada
dimana menyampaikan anak remaja
peneliti ujaran tubuh ideal perempuan
observasi kepada anak yang obesitas.
dan remaja Sedangkan
wawanca perempuannya. penelitian
ra Hasil penelitian kami tentang
1.
mendala tersebut di penyampaian
m internalisasi oleh body shame
anak remaja kepada anak
perempuan remaja
obesitas dalm perempuan.
keluarga dan
menghasilkan
konsep diri yang
sesuai dengan
proses
penyampaian.
Obesitas, 2015 Cross Hubungan Meneliti
Body Sectional Signifikan antara mahasiswa
2. Image, Body Image dan laki – laki dan
dan Obesitas perempuan
Perasaan berdasarkan pada yang berarti
Stres PLT mahasiswa termasuk
pada laki – laki dan dalam kategori
mahasisw perempuan. Hasil remaja akhir.
a di penellitian Sedangkan
Daerah menunjukkan penelitian
Istimewa hubungan obesitas kami
Yogyakar dan perasaan stres menggunakan
ta kurang signifikan responden
remaja awal
putri
Depresi, 2016 Cross Faktor psikologis Menggunakan
ansietas, Sectional seperti depresi dan sampel pada
dan stres stres memiliki remaja laki –
serta hubungan yang laki dan
hubungan bermakna dengan perempuan.
nya status gizi pada Penelitian
dengan remaja di pekan kami hanya
3. obesitas baru. Faktor menggunakan
pada psikologis ini sampel remaja
remaja hanya merupakan awal putri
salah satu faktor
risiko pemicu
terjadinya obesitas
pada anak usia
sekolah
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan


pendekatan Analitik Observasional dengan desain cross sectional. Artinya
mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen dan
variabel dependen diidentifikasi pada waktu yang sama.

C. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan tanggal 17 Oktober 2019 di SMA Negeri 2
Salatiga.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 2 Salatiga, yang
berjumlah 225 orang.
2. Sampel
Merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagaian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian
ini jenis pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling dengan teknik consecutive sampling, yaitu pemilihan sampel
berdasarkan pertimbangan sesuai dengan kriteria-kriteria terentu yang
telah ditetapkan sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
Didapatkan jumlah sampel sebanyak 144 sampel. Penentuan besar
sampel akan dihitung dengan rumus Slovin :
𝑁
n=
1+𝑁.𝑑 2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = populasi
e = batas toleransi kesalahan
Dengan perhitungan :
𝑁
n = 1+𝑁.𝑑2

225
n = 1+225.(0,05)2

225
n = 1,5625

n = 144
3. Dengan memperhatikan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai
berikut :
Kriteria Inklusi :
a. Dapat berkomunikasi dengan baik
b. Bersedia menjadi responden penelitian.
c. Remaja Putri usia 16-19 tahun.
d. Remaja putri dengan berat 20% di atas berat normal remaja. Berat
normal remaja putri usia 16-19 tahun yaitu 54,4 kg.
e. Berstatus pelajar SMA Negeri 2 Salatiga

Kriteria Ekslusi :

a. IMT remaja putri yang termasuk kategori gemuk.


b. Remaja Putri dengan IMT 23-27kg/m2
E. Definisi Operasional
No Hasil Skala
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur
. Ukur Ukur
1. Variabel Siswi dengan 1. Timban Menimbang IMT Numerik
Independen berat badan di gan setiap siswi
Obesitas atas 20% berat Badan yang dirasa
normal atau 2. Stature masuk dalam
dikategorikan Meter kategori
obesitas. berbadan
gemuk.
2. Variabel Tingkat stres Selidik DASS Responden Skala Numerik
Dependen yang dialami (Depression dibagikan DASS
Stres oleh siswi Anxiety Stress Selidik
SMA N 2 Scale) DASS yang
Salatiga dalam berisi 21
menghadapi pertanyaan.
body
shamming

F. Instrumen Penelitian
Terlampir.

G. Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data melalui beberapa tahap,
yaitu :
1. Peneliti memilih responden sesuai dnegan kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi yang telah ditetapkan.
2. Peneliti melakukan kontrak waktu.
3. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur yang dilakukan
kepada responden serta memberi informed consent kepada subjek
penelitian untuk persetujuan responden.
4. Peneliti mengukur berat badan dan tinggi badan untuk mendapatkan
hasil IMT.
5. Peneliti membagikan Selidik DASS yang sudah valid kepada masing-
masing responden, setaip responden menerima 1 Selidik DASS.
6. Setelah Selidik DASS terisi, peneliti menghitung atau mengecek
kembali Selidik DASS yang terkumpul dan memeriksa kelengkapan
jawaban responden.
7. Skor untuk masing-masing responden selama masing-masing sub
skala,kemudian di evaluasi sesuai dengan keparahan-rating indeks
dibawah :
a) Normal : 0-14
b) Stres Ringan : 15-18
c) Stres Sedang : 19-25
d) Stres Berat : 26-33
e) Stres Sangat Berat : >34
8. Peneliti melakukan pengolahan data dan melakukan analisis data yang
diolah menggunakan program SPSS.

H. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat beberapa langkah yang harus
ditempuh,yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang berupa selidik DASS dan IMT
2. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan. Melihat lengkapnya tidaknya selidik DASS dan IMT.
Editing dilakukan ditempat pengisian selidik DASS sehingga tidak ada
kekurangan data.
3. Entry
Memasukkan data dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.
Data yang sudah didapatkan kemudian dimasukkan dalam program SPSS
untuk dilakukan olah data.
4. Tabulating
Tabulating adalah pengorganisasian dan sedemikian rupa dengan
jumlah,susunan,tatanan,agar dapat disajikan. Tabulating dilakukan dengan
cara memasukkan data kedalam tabel dengan format yang ada dengan
program komputerisasi.
5. Cleaning
Cleaning adalah pembersihan data dengan melihat variabel apakah data
udah benar atau belum.

I. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan bantuan program analisis komputer.
Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat.
1. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk menjelaskan atau mengdeskripsikan
karakterristik setiap variabel penelitian. Analisis ini dilakukan dengan
menghasilkan data berupa tabel distribusi,frekuensi dan presentase dari
jenis kelamin,umur,skor tingkat stres dan skor konstipasi.
2. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan
kejadian kostipasi fungsional pada mahasiswa tingkat akhir. Dalam
penelitian ini menggunakan skala rasio (numerik) dan rasio
numerik,sehingga dalam pengolahan data menggunakan uji tidak
berpasangan. sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dengan menggunkan Shapiro Wilk karena suyek penelitian
berjumlah 225 dimana dari kedua data yang didapat data terdistribusi
normal ( p value ) .
J. Etika penelitian
Secara umum terdapat 4 prinsip utama dalam etika penelitian
keperawatan :
1. Menghormati hakikat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia. Subyek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk
menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy)
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and
convidentialty)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan inisial pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice
inclussiveness)
Prinsip keterbukaan dan penelitian mengandung makna bahwa
penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati – hati dan
dilakukan secara profesional.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits)
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek
penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan
(beneficience). Kemudian meminimalisir risiko atau dampak yang
merugikan bagi subjek penelitian (nonmaleficience).

Anda mungkin juga menyukai