Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG QURBAN DAN AQIQAH

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini . Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik . Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW .
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Qurab
Dan Aqiqah” , yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber .
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan . Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan .
Makalah ini memuat tentang “Qurban Dan Aqiqah” walaupun makalah ini
kurang sempurna dan memerlukan perbaikan, tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru fiqih yaitu Bapak
Umar Dhani yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah .
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada para pembaca . Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan
. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang membangun .
Terima Kasih
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah Qurban adalah ibadah yang di perintah kan oleh Allah SWT karena
berqurban adalah salah satu bentuk pernyataan rasa sukur kita atas nikmat yang
telah di berikan . Jadi, bagi orang yangt mampu, maka di wajibkan untuk
berqurban .
Disamping itu ibadah qurban merupakan ungkapan rasa persaudaraan
antara saudara kita yang mampu dengan saudara kita yang mampu secara
ekonomi, untuk saling berbagi rezeki . Menumbuhkan sifat untuk saling
berkorban untuk orang lain . Saling tolong menolong untuk mempererat tali
persatuan antara umat manusia , khususnya umat islam .
Ibadah qurban hanya di batasi 4 hari yaitu pada hari Raya Idul Adha pada
tanggal 10 dzulhijjah dan Hari Tasyrik yaitu tanggal 11, 12 , dan 13 dzulhijjah .
Daripada itu ibadah qurban juga mempunyai banyak sekali hikmah diantaranya
dapat merajut jalinan kebahagiaan kepada fakir dan miskin , dengan membagikan
daging qurban, menyadarkan manusia bahwa hidup ini penuh pengorbanan ,
Memupuk solidaritas terhadap sesama manusia dan masih banyak lagi .
Ibadah aqiqah adalah penyembelihan hewan pada hari ke 7 , dan 14 .
Aqiqah juga dapat di laksanakan pada saat anak itu dewasa . Menyembelih hewan
aqiqah hukumnya sunnah muakkad . Pada jaman Nabi Muhammad SAW , yang
pertama kali di akikah kan adalah 2 orang saudara kembarnya yaitu Hasan dan
Husein, yang tidak lain adalah cucu dari Nabi Muhammad SAW .
Ibadah aqiqah mengandung banyak sekali hikmah dan manfaat ,
diantaranya adalah merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kehadiran seorang anak , dapat menumbuhkan jalinan kasih dan sikap hormat
anak kepada orang tuanya .
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tata cara berqurban yang baik dan benar menurut syariat dan
para usul fiqih ?
2. Bagaimana kah bentuk penjelasan tentang ibadah qurban ?
3. Bagaimana kah syarat syarat orang yang berqurban menurut ketentuan ajaran
islam ?
4. Bagaimanakah sifat sifat binatang yang boleh di jadikan binatang qurbgan
menurut ketentuan ajaran islam ?
5. Bagaimana kah cara membagikan daging hewan qurban yang baik dan benra
menurut ketentuan ajaran islam ?
6. Bagaimana kah hukum menjual daging qurban menurut ajaran islam , halal atau
haram ?
7. Bagaimana kah hikmah hikmah yang ada di dalam ibadah qurban menurut
ajaran islam ?
8. Bagaimanakah tata cara ber aqiqah yang baik dan benar menurut syariat dan
para usul fiqih ?
9. Bagaimana kah hukum melaksanakan aqiqah itu
10. Bagaimanakah waktu yang tepat untuk melaksanakan ibadah aqiqah menurut
ketetentuan ajaran islam ?
11. Bagaimana kah syarat dan tata cara pemotongan hewan aqiqah yang sah
menurut syariat ?
12. Bagaimanakah hikmah hikmah yang terkandung dalam ibadah aqiqah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan qurban
2. Untuk mengetahui hukum berqurban
3. Untuk mengetahui cara pembagian daging qurban yang benar
4. Untuk mengetahui dalil tentang qurban dan hadits nya
5. Untuk mengetahui hewan apa saja yang boleh di jadikan untuk berqurban
6. Untuk mengetahui manfaat berqurban
7. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan berqurban yang baik menurut syariat
islam
8. Untuk mengetahui hikmah berqurban
9. Untuk mengetahui pengertian aqiqah
10. Untuk mengetahui hukum dan waktu aqiqah
11. Untuk mengetahui dalil dallil tentang aqiqah
12. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan aqiqah yang baik menurut syariat
islam
13. Untuk mengetahui syarat apa saja untuk beraqiqah
14. Untuk mengetahui manfaat aqiqah
15. Untuk mengetahui hikmah aqiqah
D. Sistematika Penulisan

Judul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Sistematikan penulisan
BAB II Isi
A. Ketentuan ajaran islam tentang qurban dan hikmahnya
B. Ketentuan ajaran islam tentang aqiqah dan hikmahnya
BAB III Penutup
A.Kesimpulan
B.Kritik dan saran
Daftar pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketentuan Ajaran Islam Tentang Qurban Dan Hikmahnya

1. 1. Pengertian

Qurban bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu “al-udhiyah” diambil dari kata
“adh-ha” yang bermakna: permulaan siang setelah terbitnya matahari dan dhuha
yang selama ini sering kita gunakan untuk sebuah nama sholat, yaitu sholat dhuha
di saat terbitnya matahari hingga menjadi putih cemerlang.

Adapun al-udhiyah/qurban menurut syariat adalah sesuatu yang disembelih dari


binatang ternak yang berupa unta, sapi dan kambing untuk mendekatkan diri
kepada Allah yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan Hari Tasyrik. Hari
Tasyrik adalah hari ke 11, 12, dan 13 Dzulhijah.

‫(إِنَّ شَانِئَكَ ه َُو أاْلَ أبتَ ُر‬3) ‫ص ِ ِّل ِل َربِِّكَ َوا أنح أَر‬
َ ‫( َف‬2) ‫(إِنَّا أَ أع َط أي َناكَ ا ألك أَوث َ َر‬1)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).

Qurban merupakan salah satu ibadah yang asal muasalnya dari kisah Nabi
Ibrahim ‘alayhis salam dan Nabi Isma’il ‘alayhis salam, hal ini diabadikan oleh
Allah Subahanhu wa Ta’alaa didalam Al-Qur’an:

َّ ‫ظ أر أ َ أذبَ ُحكَ أَنِِّي ا أل َمنَ ِام فِي أَ َرى ِإ ِِّني بُنَ َّي َيا قَا َل ال‬
‫س أع َي َمعَهُ بَلَ َغ فَلَ َّما‬ ُ ‫ت يَا َقا َل تَ َرى َماذَا َفان‬ ِ َ‫ت ُؤأ َم ُر َما ا أفعَ أل أَب‬
‫ست َ ِج ُدنِي‬َ ‫َللاُ شَاء إِن‬ َّ َ‫الصَّابِ ِرينَ ِمن‬. ‫سل َما فل َّما‬َ َ َ َ َّ
‫ين َوتَلهُ أ أ‬ ‫أ‬ َ َ َ
ِ ‫ ِلل َج ِب‬. ُ‫إِب َأرا ِهي ُم يَا أ أن َونا َد أيناه‬. ‫ص َّد أقتَ ق أد‬
َ ُّ ‫إِنَّا‬
َ ‫الرؤأ يَا‬
َ‫سنِينَ نَجأ ِزي َكذَ ِلك‬ ِ ‫ا أل ُمحأ‬. َّ‫ا أل ُم ِبينُ ا ألبَ ََلء َل ُه َو َهذَا إِن‬. ُ‫ع َِظيم ِب ِذبأح َوفَ َد أينَاه‬

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku.kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,. sesungguhnya
kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar
suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar”. (QS. Ash-Shaaffat 37 : 102-107)
2. Hukum Qurban

Hukum menyembelih qurban menurut madzhab Imam Syafi’i dan jumhur


Ulama adalah sunnah yang sangat diharap dan dikukuhkan. Ibadah Qurban adalah
termasuk syiar agama dan yang memupuk makna kasih sayang dan peduli kepada
sesama yang harus digalakkan.
Dan sunnah disini ada 2 macam :
a. Sunnah ‘Ainiyah, yaitu : Sunnah yang dilakukan oleh setiap orang yang
mampu.
b. Sunnah Kifayah, yaitu : Disunnahkan dilakukan oleh sebuah keuarga dengan
menyembelih 1 ekor atau 2 ekor untuk semua keluarga yang ada di dalam rumah.

Hukum Qurban menurut Imam Abu Hanifah adalah wajib bagi yang mampu.
Perintah qurban datang pada tahun ke-2 (dua) Hijriyah. Adapun qurban bagi Nabi
Muhammad SAW adalah wajib, dan ini adalah hukum khusus bagi beliau.

Imam An-Nawawi rahimahullah didalam Al Majmu syarah Al-Muhadzdzab


mengatakan : “Telah kami tuturkan bahwa madzhab kami (syafi’iyah)
menyatakan sunnah muakkad bagi orang yang kaya (makmur) namun tidak wajib,
seperti inilah juga pendapat Aktsarul Ulama (kebanyakan ulama), diantara
mereka Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Bilal, Abu Mas’ud
al-Badri, Sa’id bin al-Musayyab, ‘Atha’, Aqlamah, al-Aswad, Malik, Ahmad, Abu
Yusuf, Ishaq, Abu Tsaur, al-Muzanni, Daud adl-Dhohiri dan Ibnul Mandzur.
Sedangkan Rabi’iah, al-Laits bin Sa’ad, Abu Hanifah dan al-Auza’i berpendapat
wajib bagi orang kaya kecuali orang yang haji di Mina. Muhammad al-Hasan
(ulama Hanafi) berpendapat wajib bagi muqim (penduduk tetap) di semua
wilayah namun yang masyhur dari Abu Hanifah adalah wajib bagi muqim serta
mencapai nishob”.

Terkait dasar pensyariatan Qurban, menurut ulama adalah Al-Qur’an, As-


Sunnah dan Ijma’ul ummah. Diantaranya adalah surah Al Kautsar ayat 2:

ْ‫ل ِل َر ِبِّكَْ َوا ْن َح ْر‬ َ َ‫ف‬


ِِّْ ‫ص‬
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah

Maksud shalat dalam ayat tersebut adalah shalat ‘Ied (hari raya) dan sembelihlah
(hewan) sembelihan. Diantaranya lagi, adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim :

َ ُّ‫ النَّبِي‬- ‫صلَّى‬


‫ض َّحى‬ َ ‫َللاه‬ َ ‫سلَّ َُّم‬
َُّّ ‫علَ ْي ُِّه‬ ُِّ ‫ْن أ َ ْملَ َحي‬
ُِّ ‫ْن بِ َك ْب َشي‬
َ ‫ َو‬- ‫ْن‬ ُِّ ‫س َّمى ِبيَ ِدُِّه ذَبَ َح هه َما أَقَ ْرنَي‬ َ ‫َعلَى ِرجْ لَ ُّهه َو َو‬
َ ‫ض َُّع َو َكب ََُّّر َو‬
ِ َ‫صف‬
‫اح ِه َما‬ ِ

“Nabi shallallahu ‘alayhi wa Sallam berqurban dengan dua kambing kibasy


berwarna putih lagi panjang tanduknya, beliau menyembelihnya dengan tangan
beliau sendiri yang mulia seraya membaca basmalah, bertakbir dan meletakkan
kaki beliau yang berkah diatas leher keduanya”.

Kapan qurban menjadi wajib dalam madzhab Imam Syafi’i dan jumhur
Ulama?

Qurban akan menjadi wajib dengan 2 hal :

1. Dengan bernadzar, seperti : Seseorang berkata : “Aku wajibkan atasku


qurban tahun ini.” Atau “Aku bernadzar qurban tahun ini.” Maka saat itu
qurban menjadi wajib bagi orang tersebut.
2. Dengan menentukan, maksudnya : Jika seseorang mempunyai seekor
kambing lalu berkata : “Kambing ini aku pastikan menjadi qurban.” Maka
saat itu qurban dengan kambing tersebut adalah wajib.

Dalam hal ini sangat berbeda dengan ungkapan seseorang : “Aku mau berkorban
dengan kambing ini.“ Maka dengan ungkapan ini tidak akan menjadi wajib karena
dia belum memastikan dan menentukan. Dan sangat berbeda dengan kalimat yang
sebelumnya, yaitu “Aku jadikan kambing ini kambing qurban.”

3. Waktu Menyembelih Qurban

Adapun waktu yang di perbolehkan melaksanakan penyembelihan qurban


hanya di batasi 4 hari, yaitu pada hari Raya Idul Adha yang bertepatan pada
tanggal 10 Dzulhijja dan Hari Tasyrik yaitu tanggal 11, 12, dan 13 dzulhijjah .
Waktu menyembelih qurban itu di perkirakan di mulai dari : selesai solat idul
adha . Bagi yang tidak melakukan solat hari Raya Idul Adha , ia harus
memperkirakan dengan perkiraan tersebut atau menunggu selesai nya solat idul
Adha dan khutbahnya dari masjid yang ada di daerah tersebut atau sekkitarnya .
Dan waktu berakhirnya berqurban saat terbenamnya matahari di hari tasyrik 13
dzulhijjah.
Sebaik baik waktu menyembelih hewan qurban adalah setelah solat idul Adha
dan khutbah di hari idul adha .
Sabda Rasulullah SAW :

ْ َ‫سنَّة‬
َْْْ‫ْال ُم ْس ِل ِمين‬ ُْ ْ‫اب‬
َ ‫ص‬َ َ ‫س ُكه َُْوأ‬
ُ ُ‫ص ََل ِةْفَقَدْْت َ َّمْن‬ َ ‫ص ََل ِةْفَإِنَّ َماْذَ َب َحْ ِلنَ ْف ِس ِه‬
َّ ‫ْو َم ْنْذَ َب َحْ َب ْعدَْال‬ َّ ‫َم ْنْذَ َب َحْقَ ْبلَْال‬

Artinya :“Barangsiapa menyembelih qurban sebelum sholat Idul Adh-ha (10


Zulhijjah) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan
barangsiapa menyembelih qurban sesudah sholat Idul Adh-ha dan dua
khutbahnya, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya
(berqurban) dan telah sesuai dengan sunnah (ketentuan) Islam.” (HR. Bukhari)
Waktu menyembelih qurban adalah sejak terbitnya matahari pada Yaumun Nahr
(10 Dzulhijjah) dan telah berlalu terbitnya dengan kadar shalat dua raka’at serta
dua khutbah yang ringan, atau setelah masuk waktu shalat ‘Dluha dengan kadar
shalat dua raka’at beserta khutbahnya yang sedang (ringan). Hal ini berdasarkan
riwayat dari Al Barra’ bin ‘Asib radliyallahu ‘anh, ia berkata :

َ ‫ل َخ‬
‫ط َبنَا‬ ُّ‫سو ه‬ َُِّّ ‫صلَّى‬
‫َللا َر ه‬ ُّ ‫سلَّ َُّم َعلَ ْي ُِّه‬
َ ‫للاه‬ َ ‫ َب ْع َُّد النَّحْ ُِّر َُّي ْو َُّم َو‬،ِ‫صالَة‬ َُّ ‫فَقَا‬: «ُّ‫صلَّى َم ْن‬
َّ ‫ل ال‬ َ ،‫صالَتَنَا‬ َ ‫ك‬ َ َ‫ َون‬،‫فَقَ ُّْد نه ْس َكنَا‬
َُّ ‫س‬
َُّ ‫ص‬
‫اب‬ َ
َ ‫ أ‬، َ‫ن النسهك‬ ُّْ ‫ك َو َم‬
َُّ ‫س‬ َُّ ‫ قَ ْب‬،ِ‫صالَة‬
َ َ‫ل ن‬ َّ ‫ك ال‬ َُّ ‫لَحْ مُّ شَاُّة ه فَتِ ْل‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam berkhutbah kepada kami pada


yaumun Nahr (hari raya qurban) setelah shaalt, beliau bersabda : “barangsiapa
yang shalat seumpama kami shalat dan menyembelih seumpama kami
menyembelih (yaitu setelah shalat), maka sungguh ia telah benar, dan
barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka itu daging kambing biasa
(bukan qurban)”. (HR. Al Bukhari)

Catatan penting :

Jika seseorang menyembelih sebelum waktunya, atau sudah kelewat waktunya,


misalnya : menyembelih di malam hari raya raya idul adha atau menyembelih
setelah terbenamnya matahari tanggal 13 hari tasryik maka semblihan itu tidak
menjadi qurban dan menjadi sedekah biasa. Maka hendaknya bagi panitia qurban
untuk memperhatikan masalah ini

4. Syarat Orang Yang Berqurban

a. Seorang muslim atau muslimah


b. Usia baligh
Baligh ada 3 tanda , yaitu :
- Keluar air mani (Bagi anak laki laki da perempuan) pada usia 9
tahun
- Keluar Darah haid pada usia 9 tahun (bagi anak perempuan)
c. Berakal
Maka orang gila tidak diminta untuk melakukan qurban, akan tetapi sunnah bagi
walinya untuk berqurban atas nama orang gila tersebut.
d. Mampu
Mampu disini adalah punya kelebihan dari makanan pokok, pakaian dan tempat
tinggal untuk dirinya di hari raya idul adha dan hari tasyrik .
e. Orang yang bermukim.
Musafir tidaklah wajib untuk berqurban. Syarat ini dikenakan bagi yang
menyatakan bahwa berqurban itu wajib. Karena qurban tidak diambil dari
seluruh harta atau dilakukan setiap saat, namun dilakukan dengan hewan tertentu
dan waktu tertentu. Sedangkan musafir tidak berada di setiap tempat dan tidak
berada pada pelaksanaan qurban. Seandainya kita mewajibkan pada musafir, maka
ia harus membawa hewan qurbannya saat ia bersafar. Dan tentu ini adalah suatu
kesulitan atau bisa jadi pula ia harus meninggalkan safar sehingga jadilah ada
dampak jelek untuk dirinya.

Namun bagi yang tidak mengatakan wajib, tidak berlaku syarat ini. Karena
kalau disyaratkan, maka itu jadi beban. Artinya, boleh saja qurban dilakukan oleh
seorang musafir semisal ketika berhaji dia meninggalkan negerinya, namun pun ia
ikut menunaikan udhiyah atau qurban. Bahkan ada hadist yang mendukung hal
ini,

ْ‫ْقَ ْب َل ْأ َ ْن‬،ْ ‫ف‬َ ‫س ِر‬


َ ِ‫ت ْب‬ْ ‫ض‬ َ ‫ى ْ– ْصلىْهللاْعليهْوسلمْ– ْدَ َخ َل ْ َعلَ ْي َه‬
َ ‫اْو َحا‬ َّ ِ‫شةَ ْ– ْرضىْهللاْعنهاْ– ْأ َ َّن ْالْنَّب‬ َ ِ‫َع ْن ْ َعائ‬
َ ‫ْو ْه‬
ْ‫ىْت َ ْب ِكى‬ َ َ‫تَدْ ُخلَْ َم َّكة‬
ْ‫حاجُّْ َغي َْر‬ ْ ‫ض‬
َْ ‫ىْال‬ ْ
‫ق‬ ‫ي‬
ِ َ َ ِْ‫ا‬ ‫م‬ْ‫ى‬ ‫ض‬ ْ
‫ق‬ ‫ا‬ َ ‫ف‬ ْ،ْ ‫م‬
ََ ‫د‬ ‫ِْآ‬
‫ت‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ب‬ْ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ْ
َ َ ُ َ ٌ ْ َّ
‫َُّْللا‬ ‫ه‬ ‫ب‬ َ ‫ت‬‫ك‬َ ْ ‫ر‬ ‫م‬َ ‫أ‬ ْ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫ه‬
َ ْ َّ
‫ن‬ ‫إ‬
ِ ْ« َْ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ْ.ْ ‫م‬
َْ‫ع‬ ‫ن‬
َ ْ ْ
‫ت‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ْ.ْ» ِْ
‫ت‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫ن‬
َ َ
ْ ِ ِ َ‫فَقَا َلْ«ْ َماْل‬
‫أ‬ ْ ‫ك‬
ْ‫َُّْللاِْ–ْصلىْهللاْعليه‬ َّ ‫سول‬ ُ ‫ىْر‬
َ ‫ض َّح‬ ُ ُ َ ُ
َ ْ‫ْفَقلتُ ْ َماْ َهذَاْقَالوا‬،ْ‫ْفَل َّماْ ُكنَّاْ ِب ِمنًىْأتِيتُ ْبِلحْ ِمْبَقَ ٍر‬.ْ»ِْ‫طوفِىْبِ ْالبَ ْيت‬
ْ َ ُ َ ‫أ َ ْنْالَْت‬
‫اج ِهْ ِب ْال َبقَ ِْر‬
ِ ‫وسلمْ–ْ َع ْنْأَ ْز َو‬

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


pernah menemuinya dan ia dalam keadaan haid di Sarif sebelum ia memasuki
Makkah dan ia dalam keadaan menangis. Lalu beliau berkata pada ‘Aisyah, “Ada
apa engkau, apakah engkau sedang haid?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Beliau
bersabda, “Ini adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah pada wanita.
Lakukanlah seperti yang dilakukan orang yang berhaji selain melakukan thowaf di
Baitul Haram.” Ketika kami sedang di Mina, aku pernah diberi daging sapi. Lalu
aku berkata, “Apa ini?” Mereka (para sahabat) berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berqurban untuk istri-istrinya dengan sapi.”

5. Macam Macam Binatang Yang Boleh Di Jadikan Qurban


a. Unta , di perkirakan umurnya 5-6 tahun
b. Sapi atau kerbau , di perkirakan umurnya 2 tahun keatas
c. Kambing atau domba dengan berbagai macam macam jenisnya , di perkirakan
umurnya 1-2 tahun
]34ْ:‫اْرزَ قَ ُه ْمْ ِم أن بَ ِهي َم ِة أاْل َ أنعَ ِام}ْ[الحج‬ َ ‫َو ِل ُك ِِّلْأ ُ َّمةٍْ َجعَ ْلنَاْ َم ْن‬
َّ ‫س ًكاْ ِليَ ْذ ُك ُرواْاس َْم‬
َ ‫َّْللاِْ َعلَىْ َم‬

Dan bagi tiap-tiap umat telah Aku syariatkan Mansak, supaya mereka menyebut
nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka
(Al-Hajj; 34)

Oleh karena itu, yang sah menjadi hewan kurban hanyalah unta, sapi, kambing
dan domba. Kerbau, banteng, kijang, jerapah, ayam, kelinci, merpati dan semua
hewan yang tidak termasuk keempat macam ini tidak sah dijadikan sebagai hewan
kurban. Hewan peranakan hasil persilangan silang antara hewan yang sah
dijadikan berkurban dengan hewan yang tidak sah dijadikan berkurban juga tidak
boleh dijadikan hewan kurban, karena persilangan tersebut membuat
keturunannya tidak tercakup dalam definisi asal hewan induknya sebagaimana
keturunan hasil persilangan antara kuda dengan keledai disebut Bighal, dan tidak
disebut kuda atau disebut keledai.

)263ْ/17(ْ‫صحيحْالبخاري‬
ْ ْ‫َاْوا ْستَ ْق َبلَْ ِق ْبلَتََْناْفَ ََلْ َيذْ َبح‬
َ ‫ن‬َ ‫ت‬ َ
‫َل‬ ‫ص‬
َ ْ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬
َ ْ ْ
‫ن‬ ‫م‬
َ َْ
‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ْ ‫م‬ ‫و‬
ٍ َْ ‫ي‬ْ َ‫ات‬ َ ‫ذ‬ ْ ‫م‬ َّ ‫ل‬‫س‬‫ْو‬ ‫ه‬
َ َ َ ِ َ ُ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ْ َّ
‫ىَّْللا‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬
َ ِ ‫سول‬
ْ َّ
‫َُّْللا‬ ُ ‫ىْر‬ َ َّ‫صل‬َ ‫ل‬ َْ ‫اءْقَا‬ ْ ‫َع ْن‬
ِ ‫ْال َب َر‬
ْ‫ِي‬َ ‫عةْه‬ ً ْ
َْ َ‫ش ْي ٌءْ َع َّجلتَهُْقَالَْفَإ ِ َّنْ ِع ْندِيْ َجذ‬ ْ
َ ْ‫ََّْللاِْفَعَلتُ ْفَقَالَْه َُو‬ َّ ‫سول‬ ُ ‫اْر‬ َ َ‫ارْفَقَالَْي‬ َ َ َ‫فْفَق‬
ٍ ‫امْأبُوْب ُْردَة َْ ْبنُ ْ ِن َي‬ َ ‫ص ِر‬َ ‫َحتَّىْيَ ْن‬
َ‫ْم ْنْ ُم ِس َّنتَي ِْنْآذْ َب ُح َهاْقَالَْنَ َع ْمْثُ َّمْ ََل تَجأ ِزي ع أَن أَحَد بَ أعدَك‬ ِ ‫َخي ٌْر‬
“Dari Al Bara` dia berkata; “Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengerjakan shalat, setelah itu beliau bersabda: “Barangsiapa
mengerjakan shalat seperti shalat kami, dan menghadap kiblat kami, hendaknya
tidak menyembelih binatang kurban sehingga selesai mengerjakan shalat.” Lalu
Abu Burdah bin Niyar berdiri dan berkata; “Wahai Rasulullah, padahal aku telah
melakukannya.” Beliau bersabda: “Itu adalah ibadah yang kamu kerjakan dengan
tergesa-gesa.” Abu Burdah berkata; “Sesungguhnya aku masih memiki Jadza’ah
dan dia lebih baik daripada dua Musinnah, apakah aku juga harus
menyembelihnya untuk berkurban? Beliau bersabda: “Ya, namun hal itu tidak sah
untuk orang lain setelahmu.” (H.R.Bukhari)”

6. Sifat Binatang Yang Tidak Boleh DiJadikan Qurban


a. Bermata sebelah / buta
b. Pincang
c. Yang amat kurus, karena penyakit
d. Berpenyakit yang parah

‫ع أن ُه َما قَا َل‬ َّ َ ‫بن ع َِازب َر ِض َي‬


َ ُ‫َللا‬ ِ ‫اء‬ ِ ‫وع َِن ا َ أل َب َر‬: ُ ‫ َقا َم ِفي َنا َر‬- ‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫فَقَا َل‬: - " ‫أ َ أر َب ٌع ََل‬
َّ َ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َللا‬
َّ ‫وز فِي اَل‬
‫ضحَا َيا‬ ‫أ‬ ‫أ‬
ُ ‫ت َ ُج‬: ‫اَلعَ أو َرا ُء اَلبَ ِِّينُ ع ََو ُر َها‬, ‫ضهَا‬ُ ‫وا أل َم ِريضَةُ ا َ ألبَيِِّنُ َم َر‬, َ ‫َوا ألعَ أرجَا ُء ا َ ألبَيِِّنُ َظ ألعُهَ َوا أل َكس‬
َ ‫ِيرةُ اَلَّتِي‬
‫"َل ت ُ أن ِقي‬
َ
( ‫سة‬ ‫أ‬
َ ‫ر َواهُ اَل َخ أم‬.
َ ‫ِي‬ ُّ ‫ص َّح َحهُ اَلتِِّ أر ِمذ‬ َ ‫) َوا أبنُ ِحبَّان‬
َ ‫و‬,

Dari Al Bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah shallallahu


'alaihi wa sallam pernah berdiri di tengah-tengah kami dan berkata, "Ada empat
cacat yang tidak dibolehkan pada hewan kurban: (1) buta sebelah dan jelas sekali
kebutaannya, (2) sakit dan tampak jelas sakitnya, (3) pincang dan tampak jelas
pincangnya, (4) sangat kurus sampai-sampai seolah tidak berdaging dan bersum-
sum.” ( Dikeluarkan oleh yang lima (empat penulis kitab sunan ditambah dengan
Imam Ahmad). Dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban )

7. Kesunahan dalam menyembelih qurban

 Dalam keadaan bersuci


 Menghadap qiblat
 Kesunnahan lain saat menyembelih qurban, hendaknya : Mulai awal bulan
Dzulhijah tanggal 1 hingga saat menyembelih qurban agar tidak
memotong / mencabut rambut atau kukunya, seperti yang disabdakan Nabi
SAW :
‫ش أع ِر ِه َوأَ أظ َف ِار ِه‬ َ ‫ِإذَا َرأ َ أيت ُ أم ِهَلَ َل ذِى ا أل ِح َّج ِة َوأ َ َرا َد أ َ َح ُد ُك أم أ َ أن يُض َِح‬
ِ ‫ِّى فَ أليُ أم‬
َ ‫سكأ ع أَن‬
(‫)رواه مسلم‬
“Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih
qurban, maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan
kukunya.” (H.R. Muslim)

 Jika bisa, menyembelih sendiri bagi yang mampu.


 Mempertajam kembali pisaunya
 Mempercepat cara penyembelihan
 Membaca Bismillah dan Takbir (seperti yang telah disebutkan) sebelum
membaca doa.
 Di depan warga, agar semakin banyak yang mendo’akannya.
 Untuk qurban yang sunnah (bukan nadzar) disunnahkan bagi yang nadzar
untuk mengambil bagian dari daging qurban biarpun hanya sedikit.

8. Cara membagi daging qurban

Pemilik hewan kurban berhak mendapatkannya dan memakannya. Hal ini


berdasarkan perintah dari Allah Ta’ala sendiri:

َ ‫س ْالفَ ِق‬
‫ير‬ َ ‫ط ِع ُموا ْال َبا ِئ‬
ْ َ ‫فَ ُكلُوا ِم ْن َها َوأ‬

“.. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah


untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al Hajj (22): 28)

Ayat ini menunjukkan bahwa pemilik hewan kurban berhak memakannya, lalu
dibagikan untuk orang sengsara dan faqir, mereka adalah pihak yang lebih utama
untuk mendapatkannya. Selain mereka pun boleh mendapatkannya, walau bukan
prioritas.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah memaparkan cara pembagian sebagai berikut:

ْ‫ْولهْكذلكْأنْيهديْأو‬،‫ْبَلْتحديد‬،‫للمهديْأنْيأكلْمنْهديهْالذيْيباحْلهْاالكلْمنهْأيْمقدارْيشاءْأنْيأكله‬
‫يتصدقْبماْيراه‬. ‫وقيل‬: ْ‫ْويتصدقْبالنصف‬،‫يأكلْالنصف‬.‫وقيل‬: ْ،‫ْويهديْالثلث‬،‫ْفيأكلْالثلث‬،‫يقسمهْأثَلثا‬
‫ويتصدقْبالثلث‬.

“Si pemilik hewan kurban dibolehkan makan bagian yang dibolehkan baginya
sesuai keinginannya tanpa batas. Dia pun boleh menghadiahkan atau
menyedekahkan sesuka hatinya. Ada pula yang mengatakan dia boleh
memakannya setengah dan menyedekahkan setengah. Dan dikatakan: dibagi tiga
bagian, untuknya adalah sepertiga, dihadiahkan sepertiga, dan disedekahkan
sepertiga.
Jika korban wajib karena nadzar : Maka semua dari daging korban harus
dibagikan kepada fakir miskin. Dan jika orang yang berkorban atau orang yang
wajib dinafkahinya ikut makan, maka wajib baginya untuk menggantinya sesuai
dengan yang dimakannya.

Adapun jika korban sunnah : Maka tidak disyaratkan sesuatu apapun dalam
pembagiannya, asalkan ada bagian uintuk orang fakir miskin, seberapaun bagian
tersebut. Dan dianjurkan untuk bisa membagi menjadi 3 bagian. 1/3 untuk
keluarga, 1/3 untuk dihidangkan tamu, 1/3 untuk dibagikan kepada fakir miskin.
Dan semakin banyak yang dikeluarkan tentu semakin besar pahalanya.

9. Hikmah Qurban

a. Kebaikan dari setiap helai bulu hewan kurban


Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW,
apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak
kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan
peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya
adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah
menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn
Majah]

b. Berkurban adalah ciri keislaman seseorang


Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya
dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati
tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

c. Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling baik


Amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi
dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari
kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-
tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya

darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu
disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah
menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits
ini adalah hasan gharib]

d. Berkurban adalah ibadah yang paling utama


“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al
Kautsar : 2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-
532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah
yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap
taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan,
keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]

Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah
menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah
shalat…”

e. Berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya
mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan
Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu
berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-
orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an Surat Al Hajj : 34]

f. Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya
kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar
suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar.” [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 – 107]

B. Ketentuan Ajaran Islam Tentang Aqiqah Dan Hikmahnya

1. 1. Pengertian

Aqiqah menurut Bahasa artinya memotong. Pada asalnya ialah rambut yang
tumbuh dikepala bayi ketika bayi tersebut keluar dari Rahim ibunya, karena itu
rambut tersebut harus dipotong (dicukur). Adapun menurut istilah hokum syara’
aqiqah adalah penyembelihan hewan tertentu untuk kepentingan anak, pada saat
mencukur dan pemberian nama anak itu.
Secara umum Aqiqah adalah menyembelih binatang pada hari ketujuh, keempat
belas dan kedua puluh satu dari kelahiran anak. Aqiqah di barengi dengan
pemberian nama dan pemotongan rambut anak tersebut. Menyembelih hewan
aqiqah hukumnya sunnah muakad bagi orang tua yang dianugerahi anak.
Hukumnya menjadi wajib,jika aqiqah itu di niatkan sebagai nazar.
Hadist Nabi Muhammad SAW menyebutkan:

‫كلْغَلمْمرتهنْبعقيقتهْتذبحْعنهْيومْسابعهْويحلقْويتصدقْبوزنْشعرهْفضةْأوْماْيعادلهاْويسمى‬

Artinya:”Dari samurah,sesungguhnya Rasullulah SAW telah bersabda:”Tiap-tiap


anak laki-laki tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih aqiqah itu untuknya pada
hari ketujuh,dicukur rambutnya,dan diberi nama”(HR. Ahmad dan Imam Empat)

Pada zaman Nabi Muhammad yang pertama kali diaqiqahkan adalah dua orang
saudara kembar yaitu cucu Nabi Muhammad SAW. dari perkawinan fatimah
dengan ali bin abi thalib. Yang bernama Hasan dan Husein.

2. Hukum Aqiqah
Aqiqah hukumnya sunah muakkad yaitu sunah yang sangat dianjurkan bagi
orang tua atau orang yang mempunyai kewajiban menanggung nafkah si anak.
Aqiqah dilaksanakan 1 kali dalam seumur hidup. Apabila disaat kecil belum
melaksanakan aqiqah karena belum kuasa, maka aqiqah dapat dilaksanakan
setelah dewasa, karena saat itu dia sudah dapat dikatakan mampu dalam
melaksanakan aqiqah.

3. Waktu Dan Tata Cara Pelaksanaan Aqiqah


Waktu pelaksanaan aqiqah sudah diatur dalam islam, jadi tidak semua waktu
dapat dilaksanakannya aqiqah. Aqiqah sebaiknya dilaksanakan pada hari ketujuh
setelah kelahiran anak sekaligus memberi nama anak pada anak. Jika hari ketujuh
telah berlalu, maka hendaklah menyembelih pada hari keempat belas. Dan jika
hari keempat belas terlewat juga, maka hendaklah pada hari yang kedua puluh
satu.
Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW “Aqiqah
disembelih pada hari ketujuh,keempat belas, dan kedua puluh satu”. (HR.
Tirmidzi)
Adapun syarat dan tata cara pemotongan hewan yang sah sebagai aqiqah juga
sama dengan syarat hewan yang sah sebagai qurban. Jumlahnya sesuai dengan
hadist Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah adalah
untuk laki-laki dua ekor, sedangkan untuk anak perempuan satu ekor.

Tata cara pemotongan hewan aqiqah.


a. Membaca basmalah
b. Membaca shalawat kepada Nbi Muhammd saw.,
c. Membaca takbir
d. Membaca doa aqiqah
e. Hewan aqiqah dihadapkan kearah kiblat
f. Menggunakan alat pemotong yang tajam, agar cepat mati.

4. Jenis Dan Syarat Hewan Aqiqah


a. jenis hewan yang sah untuk Aqiqah adalah sebagai berikut :
1). Unta yang telah berumur 5 tahun
2). Sapi yang telah berumur 2 tahun
3). Kambing yang sudah berumur 1 tahun
4). Domba atau biri-biri yang sudah berumur satu taun atau telah lepas
giginya, sesudah berumur 6 bulan atau di sebut dhan.
b. Syaratnya :
Hewan yang dalam keadaan baik, yaitu matanya tidak buta sebelah, tidak
pincang kakinya, tidak berpenyakit, tidak kurus, tidak terlalu tua, tidak dalam
keadaan hamil atau baru melahirkan , sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang
artinya “bahwasanya Rasulullah Saw, memerintahkan orang-orang agar
menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang umurnya sama,
dan untuk anak perempuan seekor kambing (HR. Tirmidzi).
5. Manfaat aqiqah dalam kehidupan sehari-hari :
Manfaat yang di timbulkan karena adanya pelaksanaan aqiqah, di ataranya
sebagai berikut :
a. Merupakan perwujudan Rasa syukur kepada Allah SWT, atas kehadiran seorang
anak dan keselamatannnya mulai dari masih dalam kandungan sampai lahir ke
dunia ini.
b. Diharapkan akan menambah erat jalinan kasih saying, sikap hormat seorang
anak kepada kedua orangtua nya. Karena ia telah mengetahiu bahwa kehirannya
di dunia ini di harpkan dan di Sykuri dengan menyembelih hewan aqiqah
c. Menyuburkan hubungan yang baik sesame tetangga maupun saudara dengan
ikut merasakan kegembiraan atas lahirnya seorang anak dank arena merasa
mendapat bagian dari daging aqiqah tersebut.
d. Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dalam beragama, bermasyarakat,
serta menanmkan rasa persatuan, toleransi dn tolong menolong sesame anggota
masyarakat. Dengan aqiqah berarti salah satu syariat Islam telah di laksanakan .
e. Sebagai pelajaran bagi orang tua, beahwa harus bertanggung jawab dalam
membesarkan anak.
f. Mengorganisasikan pembagian daging aqiqah
Pembagian daging aqiqah berbeda dengan pembagian dagig qurban. Pembagian
daging aqiqah di bagikan kepada fakir miskin setelah di masak terlebih dahulu

6. Hikmah Aqiqah
a. Menghidupkan sunah Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam dalam
meneladani Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala
menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail alaihissalam.
b. Dalam akikah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat
mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadis, yang
artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan akikahnya.”. Sehingga Anak yang telah
ditunaikan akikahnya insya Allah lebih terlindung dari gangguan syaithan yang
sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Al Imam Ibunu Al
Qayyim Al Jauziyah "bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh akikahnya".
c. Akikah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua
orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad
mengatakan: "Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya
(dengan akikahnya)".
d. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan
Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan lahirnya sang anak.
e. Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan
syari'at Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak
umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Qurban adalah menyembelih hewan pada hari raya idul adha yakni tanggal 10
dzulhijjahdan hari tasyrik,yakni tanggal 11,12 dan 13 dzulhijjah. Ibadah
berqurban adalah tujuan kita untuk mendekatkan diri kepada ALLAH SWT.
Apabila kita berqurban(menyembelih hewan) pada hari tasyrik yang
bertepatan pada tanggal 13 dzulhijjah setelah terbenamnya matahari,maka itu
tidak termasuk berqurban. Akan tetapi,hanya sedekah biasa. Firman ALLAH
SWT , yang menjelaskan tentang qurban terdapat pada surah Al-kautsar 1-3. Bagi
orang yang mampu,berqurban hukumnya wajib hewan untuk berqurban juga
hanya boleh hewan sapi,kerbau,unta,dan kambing. Kita tidak boleh berqurban
selain hewan itu. Hewan tersebut juga harus cukup umurnya,tidak boleh cacat
,harus dalam keadaan yang baik dan sehat. Berqurban juga mengenang peristiwa
monumental kepatuhan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Islmail a.s, yang menjalankan
perintah ALLAH SWT. Salah satu manfaat berqurban yaitu memberikan
kesenangan kepada fakir dan miskin dengan memberikan daging qurban,
walaupun tidak terlalu banyak.
Aqiqah adalah menyembelih hewan (kambing) pada hari ke tujuh,14,ataupun
21 setelah kelahiran anak. Hukum aqiqah adalah sunah muakkad,bagi orang tua
yang telah dianugerahi seorang anak.
Jadi, orang tua harus melakukan aqiqah, sebagai rasa syukur yang telah di
anugerahi seorang anak. Hewan (kambing) untuk anak seorang laki-laki, maka
kambingnya harus 2, dan untuk anak seorang perempuan ,maka hewan(kambing)
yang harus dikeluarkan 1 .

B. Kritik dan saran

Demikian makalah ketentuan ajaran islam tentang qurban dan aqiqah yang
kami buat,mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok
ini,meskipun penulisan ini masih jauh dari kata sempurna,minimal kita
mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
kelompok kami,karena kami manusia yang adalah tempat dan dosa.
Semoga makalah tentang qurban dan aqiqah yang telah kami buat,semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca. Kedepannya kami akan lebih fokus dan details
dalam menjelaskan tentang makalah tersebut dengan sumber-sumber yang lebih
banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan
Mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya,karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Dalam hadist”Al insanu minal khotto wannisa” dan kami juga membutuhkan
saran dan kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik
dari pada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Khallaf. 1973. Ilmu Ushul Fiqih. Beirut : Dar Al-Kalam.
Sayid Sabiq. 1983. Fiqhu Sunnah. Jilid I,II,III, cet IV. Beirut : Dar al fikr.
Sulaiman Rasyid. 2004. Fiqh Islam. Bandung : Sinar baru Algensindo. Cet ke-47.

Anda mungkin juga menyukai