Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN PERAWATAN GEDUNG RUSUNAWA CINGISED

LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Manajemen Perawatan Gedung
yang diampu oleh: Dr. H. Nanang Dalil Heman, S.T., M.T.

Oleh:
Nidzar Fashy Muzaki NIM. 1600271
Vini Julia NIM. 1601153
Muhammad Sandre N BR NIM. 1602057
Dewi Janti S NIM. 1602173
Muhammad Faj’al A NIM. 1602367
Ghani Kusuma W NIM. 1603779
Anisya Lestari NIM. 1603825

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pentingnya rumah susun sebagai solusi perumahan di lingkungan perkotaan
semakin mendesak pemerintah untuk dapat memfasilitasi pembangunan rumah
susun yang tidak hanya memiliki kualitas bangunan fisik yang baik, tetapi juga
mampu mengakomodasi kebutuhan penghuni ataupun calon penghuninya. Dalam
upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan hunian yang layak bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, khususnya para pekerja industri, penataan kawasan kumuh
perkotaan serta percontohan pengelolaan hunian rumah susun di Jawa Barat,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Pemerintah Pusat sejak tahun
2011 telah memulai pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) pada
empat lokasi yang tersebar di kawasan peri-urban Bandung Raya bertempat di
Ujung Berung (Kota Bandung), Rancaekek dan Solokan Jeruk (Kabupaten
Bandung), dan Batujajar (Kabupaten Bandung Barat). Peningkatan kualitas hidup
penghuni rusunawa hanya dapat dicapai jika penghuni merasa terfasilitasi beragam
kebutuhannya.
Hasil penelitian Setiadi (2014) pada dua lokasi rusunawa di lingkungan
ibukota, serta berbagai rusunawa di kota-kota besar di Indonesia lainnya, seperti di
Medan dan Yogyakarta, secara indikatif menunjukkan adanya ketidakpuasan
penghuni terhadap aspek fisik maupun pengelolaan rusunawa ATR diresmikan
pada 29 Desember 2015 atau telah beroperasi selama kurang lebih tiga tahun.
Sebagai rusunawa pionir yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
penting kiranya untuk mengetahui bagaimana kualitas ATR melalui skema evaluasi
pascahuni (EPH). EPH terhadap kinerja bangunan dan pengelolaan ATR penting
dilakukan sebagai bahan masukan bagi pengelolaan ATR serta pengembangan
program rusunawa selanjutnya, khususnya di Jawa Barat.
Hakekatnya pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung adalah
dimaksudkan untuk mempertahankan, dan memulihkan kembali sesuai fungsi dan
kondisi bangunan sebagaimana yang telah di rencanakan. Dengan kondisi
bangunan rusunawa yang dimaksud diatas, akan terkait dua hal yaitu performance
bangunan dan keandalan bangunan. Sedangkan fungsi dari bangunan biasanya

1
2

sudah direncanakan sewaktu diadakan perencanaan awal yang tidak boleh dirubah,
karena akan ada kemungkinan mempengaruhi keandalan struktur bangunan.
Sebagai contoh bangunan yang berfungsi untuk hunian tidak boleh dirubah menjadi
bangunan yang berfungsi untuk komersial. Atau lebih detail ruang untuk kantor
tidak boleh dirubah menjadi ruang untuk gudang, hal ini akan sangat berbahaya
karena beban pelat lantai akan tidak mampu.
Kami sebagai mahasiswa prodi pendidikan teknik bangunan akan membahas
mengenai Manajemen Perawatan Gedung pada Bangunan Rumah Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa) dari hasil observasi. Rusunawa yang akan kami tinjau dan amati
adalah Rusunawa Cingised.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang terdapat masalah yang dapat dirumuskan, yaitu
sebagai berikut:
1. Seperti apa perencanaan pengelolaan gedung di rusunawa Cingised?
2. Bagaimana manajemen perawatan gedung di rusunawa Cingised?
3. Apa saja kendala yang dialami selama melaksanakan perawatan gedung?

1.3 Tujuan Penulisan Laporan


Dibuatnya laporan ini dengan tujuan penulisan, sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami manajemen perawatan gedung pada
bangunan Rusunawa Cingised.
2. Memahami kendala yang dialami selama melaksanakan perawatan
bangunan Cingised.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika dalam penulisan laporan ini terdapat beberapa bab diantaranya
adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan laporan
dan sistematika penulisan laporan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
3

Bab ini membahas berupa kajian literatur atau dasar teori yang berhubungan pada
pembahasan laporan.
BAB III METODOLOGI

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan dan saran pembahasan pada laporan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pemeliharaan Bangunan Gedung Rusunawa
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu
laik fungsi (preventive maintenance). Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan
memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan
bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi
(currative maintenance).
Setiadi (2015) mengungkapkan bahwa sejarah rusunawa dalam konteks
public housing di Eropa dan Amerika umumnya dipersepsikan memiliki gambaran
umum yang negatif dan memunculkan berbagai ketidakpuasan penghuninya. Baru
setelah tahun 1980, stigma tersebut perlahan berubah. Sementara itu, di Indonesia
gambaran umum rusunawa yang ada di kota-kota besar menunjukkan
kecenderungan yang tidak jauh berbeda dengan kondisi rusunawa di Amerika dan
Eropa sebelum tahun 1980 tersebut.
Pemeliharaan bangunan gedung rusunawa adalah merupakan kegiatan
menjaga keandalan bangunan gedung rusunawa beserta prasarana dan sarananya
agar bangunan gedung rusunawa selalu laik fungsi. Sedangkan perawatan bangunan
gedung rusunawa adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian
bangunan gedung, komponen bangunan gedung, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi. Fungsi bangunan
gedung rusunawa dapat merupakan hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya
dan juga fungsi khusus.
Untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan rusunawa, ada beberapa
peraturan yang dikeluarkan oleh instansi terkait, salah satunya adalah Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan
dan Perawatan Bangunan Gedung.

4
5

2.2 Dasar Hukum


Peraturan dan perundangan yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan
pemeliharaan dan perawatan rusunawa adalah :
1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
2. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
4. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan (KSNP – SPP)
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 60/PRT/1992 Tentang
Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun

2.3 Kelembagaan Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang


Rumah Susun
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun,
pengelolaan rumah susun dilakukan oleh pengelola, jadi berbeda istilah dengan
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2007, yang
menyebut pengelola rusunawa adalah badan pengelola. Pengelola dalam undang-
6

undang ini dapat berbentuk badan hukum, kecuali untuk rumah susun umum sewa,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara. Ekuivalen istilah pengelola dalam
undang-undang dengan badan pengelola rusunawa yang terdapat dalam
permenpera, tapi khusus untuk pengelola pada rumah susun sew2.3 a, rumah susun
khusus, dan rumah susun negara.
Pengelola yang berbadan hukum harus mendaftar dan mendapatkan izin
usaha dari bupati/walikota, khusus DKI Jakarta, harus mendaftar dan mendapatkan
izin usaha dari Gubernur.

2.4 Struktur Badan Pengelola


Rusunawa harus dikelola dengan baik agar rusunawa dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan pembangunannya. Untuk itu, maka
perlu dibentuk struktur badan pengelola yang mendistribusikan tugas dan
wewenang masing-masing pengurus yang terdapat di dalam badan pengelola.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 31 Permenpera Nomor 14 Tahun 2007, struktur
organisasi badan pengelola rusunawa sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Seorang kepala
b. Seorang bendahara
c. Seorang pengurus administrasi
d. Seorang urusan penghunian
e. Seorang urusan pemeliharaan

Dalam pasal tersebut, pada ayat (2), (3), (4) merinci syarat-syarat untuk
Kepala badan pengelola, bendahara, pengurus administrasi, pemeliharaan, dan
penghunian dan/atau urusan lainnya.
Sedangkan arti pengelola menurut Surat Edaran Menteri PU Nomor 07 Tahun
2013 adalah perorangan yang merupakan bagian dari organisasi pengelola dan
mampu melakukan tindakan hukum untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
pengelolaan rumah susun sewa. Artinya orang perorangan yang ditunjuk sebagai
bagian dari badan pengelola adalah pengelola rusunawa.
Mengingat tugas dan fungsinya yang cukup berat, maka tenaga-tenaga
pengelola ini perlu dipersiapkan secara matang, karena dipersiapkan untuk
7

mengelola rusunawa sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan


meminimalkan kekumuhan yang terjadi selama ini, serta meningkatkan
kenyamanan, kesehatan, keselamatan, dan keamanan penghuni rusunawa.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi kegiatan observasi kelompok dilaksanakan di

Gambar 3.1 Lokasi Observasi


Sumber: earth.google.com

Gambar 3.2 Site Plan dan Existing Rusunawa Cingised


Sumber: Data Pengelolaan Rusunawa Cingised
3.2 Waktu Penelitian
Obeservasi dilaksanakan pada
Hari/Tanggal : Kamis, 26 September 2019
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB
Lokasi : Rusunawa Cingised
Jl. Cingised No. 125, Cisaranten Kulon, Kec.
Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat 40293

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan, yaitu berupa observasi dengan
dokumentasi berupa foto sebagai bukti pelaksanaannya dan wawancara bersama

3.4 Populasi dan Sample Teknik


Teknik populasi dan sample yang kami gunakan ialah Purposive Sampling.
Teknik ini merupakan suatu penentuan sample dengan pertimbangan tertentu atau
seleksi khusus.

3.5 Data yang Diambil


Berdasarkan metode penelitian kami yaitu observasi dan wawancara, maka
data yang kami ambil yaitu berupa dokumentasi (foto), rekaman (wawancara) serta
catatan hasil transkrip wawancara.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen peneltian atau alat bantu kami dalam mengumpulkan data yang
digunakan ialah :
1. Wawancara.
2. Alat rekam.
3. Dokumentasi.

3.7 Teknik Analisis


Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah
data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka
serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja
dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen,
pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan
(melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis
kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang
diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai
alat bantu analisis.
Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis data kualitatif terdiri dari
tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu yang
saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum,
selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun
wawasan umum yang disebut “analisis” (Ulber Silalahi, 2009: 339). Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup transkip hasil
wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi. Dari hasil
analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini adalah teknik
analisis data yang digunakan oleh kelompok kami:
1. Reduksi Data
2. Triangulasi
3. Menarik kesimpulan

3.8 Prosedur Penelitian


Prosedur untuk melaksanakan kegiatan observasi di, terdapat beberapa tahap
diantaranya:
1. Membuat surat keterangan permohonan mahasiswa untuk observasi dari
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan
Indonesia.
2. Menyerahkan surat permohonan mahasiswa untuk observasi yang telah
selesai diserahkan kepada pihak Rusunawa Cingised.
3. Mahasiswa diijinkan untuk melakukan observasi dan wawancara di
Rusunawa Cingised.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Bangunan Gedung Rusunawa
Nama gedung : Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Cingised
Lokasi : Jl. Cingised No. 125, Cisaranten Kulon, Kec. Arcamanik, Kota
Bandung, Jawa Barat 40293
Sebelah Utara : Sawah
Sebelah Timur : pemukiman Penduduk
Sebelah Barat : Sawah
Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk
Pemilik : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung
Luas kawasan : 23.061 m2
Luas bangunan : 18.500 m2
Dibangun : Tahun 2006
Kapasitas tipe 21 : 96 unit hunian
Kapasitas tipe 24 : 99 unit hunian
Fasilitas : Bersama:
 Ruang parkir kendaraan bermotor
 Ruang usaha (lantai dasar)
 WC Umum
 Ruang pengelola dan serbaguna
 Masjid
Hunian:
Ruang hunian ukuran 21 m2
 Kamar mandi
 Dapur
 Air sumur dalam dengan meteran perhunian
 Listrik 1.500 watt dengan token perhunian
Ruang hunian ukuran 24 m2
 Kamar tidur
 Ruang tamu
 Kamar mandi
 Dapur
 Air sumur dalam dengan meteran perhunian
 Listrik 1.500 watt dengan token perhunian
Sarana dan Prasarana Penunjang
Alokasi dana perawatan gedung : APBN dan APBD
Jasa konstruksi perawatan gedung : PT. Fasade Kobetama Internasional
PT. Tata Bumi Konsultan
CV. Citarum Raya
Rusunawa Cingised memiliki lima gedung. Setiap rusun diberi nama blok,
diantaranya sebagai berikut:

Gambar 4.1 Blok 1


Sumber: dokumentasi observasi
mahasiswa UPI

Gambar 4.2 Blok 2 Gambar 4.3 Blok 3


Sumber: dokumentasi observasi mahasiswa UPI
Gambar 4.4 Blok 4 Gambar 4.5 Blok 5
Sumber: dokumentasi observasi mahasiswa UPI

Gambar 4.6 Puskesmas


Sumber: dokumentasi observasi mahasiswa UPI

Gambar 4.7 Masjid


Sumber: dokumentasi observasi mahasiswa UPI
Gambar 4.8 Lapang
Sumber: dokumentasi observasi mahasiswa UPI

4.2 Perencanaan Pengelolaan Gedung


Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) pada umumnya
dirancang dengan pola pengelolaan rumah susun sederhana melalui peraturan-
peraturan untuk pengelola maupun penghuni rumah susun. Namun, dalam
kenyataannya peraturan tersebut tidak dapat berjalan dengan semestinya dan
banyak dijumpai permasalahan dalam pengelolaan rusunawa.
Permasalahan yang dihadapi mencakup beberapa aspek, antara lain aspek
kelembagaan, aspek legalitas, aspek pembiayaan, aspek sosial, aspek ekonomi,
aspek pengelolaan, aspek fisik bangunan, dan aspek pemberdayaan masyarakat.
Agar pengelolaan rusunawa dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan,
maka perlu adanya perencanaan secara menyeluruh dari perencanaan fisik sampai
dengan pengelolaannya.
Ditinjau dari sisi manajemen, fungsi pengelolaan secara konseptual terdiri
dari fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
pengawasan.
Pengelolaan rusunawa meliputi kegiatan teknis, persewaan, pemasaran dan
pembinaan penghuni sewa serta administratif dan keuangan yang menuntut
kemampuan penanggungjawab lokasi dalam mengorganisasi sumber daya manusia
yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam pengoperasian pemeliharaan dan
perawatan prasarana dan sarana terbangun serta utilitas terpasang.

Gambar 4.9 Kantor Unit Pelaksanaan Teknis Pengelolaan Rusunawa Cingised


Sumber: dokumentasi observasi mahasiswa UPI

Gambar 4.10 Bagan Struktur Organisasi Unit Pelaksanaan Teknis Pengelolaan


Rusunawa
Sumber: dokumentasi observasi mahasiswa UPI
4.3 Manajemen Perawatan Gedung
Dalam kegiatan perawatan gedung rusunawa memiliki beberapa tahap
perencanaan teknis pemeliharaan, diantaranya:
1. Perencanaan Program Kerja dan Jadwal Pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan dan peralatan/perlengkapan yang dipakai, yang
harus disetujui oleh pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung. Jadwal dan
program kerja sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa Bidang Pemeliharaan merencanakan program kerja
dengan pembuatan shop drawing (gambar kerja) dengan berdasar pada
gambar dokumen kontrak dan as built drawing dan spesifikasi teknik.
Untuk pemeliharaan mesin sesuai dengan buku petunjuk (manual)
b. Penyedia Jasa Bidang Pemeliharaan merencanakan jadwal kerja,
termasuk jadwal yang menunjukkan tanggal dan lokasi pemeliharaan
sesuai gambar bangunan pada dokumen kontrak
c. Merencanakan equipment schedule (jadwal pendatangan peralatan)
d. Merencanakan material schedule (jadwal pendatangan marerial)
e. Merencanakan man power schedule (jadwal kerja personil)
f. Membuat rencana anggaran biaya pemeliharaan
g. Ketentuan durasi pemeliharaan sesuai Permen PU no 24/PRT/M/2008
h. Semua petugas harus memiliki sertifikat ketrampilan
2. Metode Kerja Pemeliharaan untuk Rusunawa
a. Interpretasikan potensi kecelakaan kerja hasil identifikasi dan yang
tercantum dalam daftar simak ke dalam rencana/langkah mengantisipasi
adanya potensi bahaya dan kecelakaan kerja.
b. Siapkan catatan hasil identifikasi dan daftar simak potensi kecelakaan
kerja;
c. Pendeteksian potensi kecelakaan kerja dan selanjutnya dijadikan bahan
dalam pembuatan rencana mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja,
yang diharapkan akan menjadikan suatu kondisi kerja tanpa kecelakaan
kerja atau zero accident
d. Penyedia jasa membuat usulan pemakaian peralatan untuk pemeliharaan
unsur-unsur tampak luar bangunan, usulan bahan pembersih dan usulan
peralatan kerja.
e. Penyedia jasa membuat site plan
1) Jika menggunakan gondola, menetapkan lokasi barak untuk tempat
perlengkapan dan bahan-bahan pembersih, di plat dak paling atas.
2) Jika menggunakan Electric Work Platform Lift/tangga elektrik, untuk
rusunawa yang rendah, menetapkan tanggal penempatan dan lokasi
mobile Electric Work Platform Lift di pelataran gedung. menetapkan
lokasi barak untuk tempat perlengkapan dan bahan-bahan pembersih.
Memasang APK di pelataran gedung
f. Semua petugas memiliki sertifikat ketrampilan
g. Petugas menggunakan peralatan kerja khusus yang telah disetujui
Pengawas
h. Rambu-rambu, dan semboyan K3L, harus dipasang pada dinding yang
setiap orang mudah melihatnya.
i. Penyedia jasa menyiapkan alat pelindung diri (APD) dan memerintahkan
kepada semua petugas untuk memakainya
j. Penyedia jasa menyiapkan alat pengaman kerja (APK) dan
memerintahkan petugas untuk menerapkan semua alat pengaman kerja
pada lokasi terkait dengan maksud dari APK tersebut. Lokasi yang
dianggap pihak lain yang tidak berkepentingan ataupun pihak luar yang
dapat mengalami cidera jika masuk ke lokasi tersebut, harus diberi
barricade tape (pita penghalang).
k. Perencanaan prosedur penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran dan
bahaya lainnya, harus di sosialisasikan setiap akan memulai pekerjaan
l. Operasional pelaksanaan dan ketentuan metode kerja sesuai Permen PU
no 24/PRT/M/2008
m. Penyedia jasa membuat laporan kepada pemilik dan/atau pengguna
bangunan gedung:
1) Hasil kerja pemeliharaan unsur-unsur tampak luar bangunan, berupa:
 Tanggal mulai dan tanggal penyelesaian yang sudah disetujui
Pengawas
 Jumlah semua jenis bahan yang digunakan
 Penggunaan tenaga kerja
 Penggunaan alat dan peralatan bantu
 Laporan cuaca
2) Laporan K3-L
 Pengisian laporan K3-L sesuai dengan format dari institusi masing-
masing
3. Perlengkapan, peralatan bantu, dan bahan pembersih
a. Peralatan dan peralatan bantu yang dipakai sesuai Permen PU no
24/PRT/M/2008
b. APD dan APK yang dipakai sesuai jenis pekerjaan yang dikerjakan
c. Bahan pembersih yang dipakai sesuai Permen PU no 24/PRT/M/2008
Perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.1 Pekerjaan Dan Perlengkapan/Pekerjaan
4. Standar kinerja
Sesuai ketentuan yang berlaku atau sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008.

4.4 Kendala Perawatan Gedung


Kebijakan pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif dalam
penanganan permasalahan perumahan dan permukiman di Indonesia. Pada
umumnya Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dirancang dengan pola
pengelolaan rumah susun sederhana melalui peraturan-peraturan untuk pengelola
maupun penghuni rumah susun. Namun, dalam kenyataannya peraturan tersebut
tidak dapat berjalan dengan semestinya, hal ini dapat terlihat dalam beberapa aspek,
yaitu:
a. Aspek Kelembagaan
1. Bila tidak terbentuk pengelola yang memiliki tata aturan dan perangkat
hukum yang tepat, keadaan yang berlarut-larut dapat membuat kondisi
fisik bangunan dan lingkungan terdegradasi secara cepat.
2. Tidak/kurang berjalannya kelembagaan lokal atau perhimpunan-
perhimpunan penghuni.
b. Aspek Legalitas
1. Perubahan hak penyewaan dari masyarakat berpenghasilan rendah ke
masyarakat berpenghasilan lebih tinggi (menengah).
c. Aspek pengelolaan
1. Pengelola diharapkan dapat melaksanakan tata aturan dan penerapan
sanksi dengan baik
2. Ketidak berdayaan atau kekurang kuatan pengelola dalam menegakkan
hukum dan peraturan yang berlaku dapat mengakibatkan terjadinya
pelanggaran yang terus menerus oleh banyak penghuni rusunawa
3. Sebagai perumahan yang bersifat sosial pembayaran sewa seharusnya
diperuntukkan bagi operasional harian rumah susun sederhana sewa,
pemeliharaan lingkungan dan penjagaan keamanan,
4. Adanya keengganan penghuni membayar sewa, karena status rumah susun
berada dalam masa pengalihan. Pada masa ini pengelola belum jelas
bentuknya dan belum menerapkan harga sewa/unit/bulan. Bila dibiarkan
berlarut-larut, dikhawatirkan akan semakin memicu keengganan
masyarakat membayar sewa penghunian.
5. Banyaknya jumlah KK yang menunda (menunggak) pembayaran sewa
d. Aspek sosial
1. Adanya benturan sosial akibat kurang terjadinya keakraban dan toleransi
hidup berumah susun
2. Penataan unit hunian dan blok lingkungan sebaiknya memungkinkan
terjalinnya hubungan sosial antar penghuni sehingga menunjang hubungan
sosial.
e. Aspek ekonomi
1. Dengan adanya rumah susun sederhana sewa diharapkan dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat penghuninya melalui penghematan
yang disebabkan karena lokasi rusun yang strategis maupun dengan
membuka peluang usaha,
f. Aspek pengelolaan
1. Pengelola diharapkan dapat melaksanakan tata aturan dan penerapan
sanksi dengan baik
2. Ketidakberdayaan atau kekurangkuatan pengelola dalam menegakkan
hukum dan peraturan yang berlaku dapat mengakibatkan terjadinya
pelanggaran yang terus menerus oleh banyak penghuni rusunawa
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai