Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dalah hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik dan
psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi,
pendidikan dan sebagainya).

Menurut Undang -Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,


Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Menurut Hendrick L. Bloem (1974) seperti dikutif Azwar (1993), terdapat empat
faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan, yaitu faktor lingkungan, faktor
prilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi.
Lingkungan sebagai faktor terbesar, selain langsung mempengaruhi kesehatan juga
mempengaruhi prilaku, dan prilaku juga sebaliknya mempengaruhi lingkungan dan faktor
lainnya (pelayanan kesehatan dan keturunan). Status kesehatan dan tercapai secara
optimal, apabila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang
optimal.

Keturunan

Pelayanan Satatus Lingkungan : Fisik,


Kesehatan Sosial ekonomi,
Budaya, dan lain-
lain

Perilaku

Gambar 1. Konsep H.L. Bloem

1
2

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatar belakangi atau dipengaruhi


oleh tiga faktor, yaitu: faktor –faktor predisposisi (predisposing factors), faktor –faktor yang
mendukung (enabling factors), faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong
(reinforcing factors). Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha
intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor tersebut. Skema dari Bloem dan
Green tersebut dapat dimodifikasi sebagai berikut:

Keturunan

Pelayanan Status Kesehatan Lingkungan


kesehatan

Perilaku

Predisposing factors Enabling factors Reinforcing factors


(Pengetahuan, sikap, (ketersediaan sumber (sikap dan perilaku
kepercyaan, tradisi, daya / fasilitas) petugas kesehatan)
nilai, dst)

Komunikasi dinamika Pemberdayaan Training,


kelompok masyarakat Pengembangan
organisasi

Promosi

Gambar 2. Hubungan status kesehatan, perilaku dan promosi kesehatan

Dari diagram tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan


kesehatan adalah melakukan intervensi perilaku sehingga perilaku individu, kelompok
atau masyarakat sesuai dengan nilai- nilai kesehatan. Dengan perkataan lain, pendidikan
3

kesehatan dalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar
mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai –nilai kesehatan.

Konsep pembangunan kesehatan di Indonesia dimulai dengan pemikiran tentang


paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model
pembangunan kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan
mempengaruhi dengan banyak faktor yang bersufat lintas sektor, dan upayanya lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya
penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Secara umum konsep paradigma
sehat dapat menghasilkan dua poin penting, yaitu mencegah lebih baik dari pada
mengobati dan pentingnya pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan
hidup dalam lingkungan yang sehat.

Berdasarkan paradigma sehat dirumuskan visi Indonesia sehat. Visi Indonesia


sehat dapat terwujud jika semua komponen masyarakat dapat berada dalam kondisi
sehat. Hal tersebut harus dimulai dari komponen pemeritah terkecil yaitu desa sehat. Desa
sehat adalah gambaran warga desa masa depan yang ingin tercapai melalui
pembangunan kesehatan, yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untukn memelihara dan meningkatkan


kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Upaya mewujudkan
kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan,
ataupun swadaya masyarakat (LSM). Upaya mewujudkan kesehatan ini dapat dilihat dari
dua aspek, yakni pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan
kesehatan mencakup dua aspek, yaitu aspek kuratif (pengobatan penyakit) dan aspek
rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit/ cacat). Sedangkan
peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, aspek preventif (pencegahan penyakit) dan
aspek promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Upaya kesehatan promotif
mengandung makna bahwa kesehatan seseorang atau kelompok harus selalu di
upayakan sampai tingkat yang optimal.

Pemberdayaan masyarakat ialah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
,memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan. Dari batasan ini dapat diuraikan
bahwa secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah:
4

1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman kan kesehatan bagi


individu, kelompok atau masyarakat.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap kesehatan.

Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik


secara individu maupun 1 kelompok telah mampu mewujudkan niat kesehatan mereka
dalam bentuk perilaku sehat.

Tahap- tahap penggerakan atau pemberdayaan masyarakat :

1. Pengembangan tim petugas


2. Pengembangan tim di masyarakat
3. Survei Mawas Diri
4. Musyawarah Masyarakat Desa
5. Pelaksanaan kegiatan
Upaya pemberdayaan masyarakat jika dilaksanakan secara optimal dapat
mendukung tercapainya visi “Indonesia Sehat”. Indonesia sehat dapat tercapai dari
tahapan yang paling bawah yaitu terciptanya RT, RW atau Desa sehat.
Cara agar tercapainya Desa sehat adalah:
1. Mewujudkan masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat.
2. Menciptakan kewaspadaan dan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal dan mengatasi
permasalahan kesehatan.
4. Menciptakan dukungan tokoh masyarakat dan perangkat desa dalam
pembangunan kesehatan masyarakat di desa.
5. Mewujudkan pelayanan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga
propesional kesehatan.
Untuk mencapai desa sehat, diharapkan suatu desa menjadi desa siaga terlebih
dahulu. Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki sumber
daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa masalah,
antara lain :
5

1. Apa saja masalah kesehatan yang terdapat di Desa Saba Jambu Kecamatan
Panyabungan ?
2. Bagaimanakah pola perilaku masyarakat, lingkungan, pelayanan kesehatan,
kependudukan, dan kesadaran di Desa Saba Jambu Kecamatan
Panyabungan, yang mempengaruhi status kesehatan di Desa tersebut ?
3. Apa saja alternatif pemecahan masalah kesehatan yang terdapat di Desa
Saba Jambu Kecamatan Panyabungan?

1.3 Tujuan Kegiatan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah :

a. Tujuan umum :
Mengetahui masalah kesehatan masyarakat di Desa Saba Jambu Kecamatan
Panyabungan, serta melakukan kegiatan tentang intervensi terhadap berbagai
masalah yang di temukan.
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui data umum (geografis, demografi, dan keadaan ekonomi) di Desa
Saba Jambu Kecamatan Panyabungan.
2. Mengetahui masalah kondisi lingkungan (perumahan, sumber air, jamban,
saluran pembuangan air limbah/ SPAL, dan pembuangan sampah) di Desa
Saba Jambu Kecamatan panyabungan.
3. Mengetahui pola perilaku yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat di
Desa Saba Jambu Kecamatan panyabungan.
4. Mencari masalah kesehatan bersama warga Desa Saba Jambu Kecamatan
Panyabungan.
5. Bersama dengan masyarakat mencari upaya pemecahan kesehatan
masyarakat Desa Saba Jambu Kecamatan panyabungan.

1.4. Manfaat Kegiatan

1. Bagi Masyarakat :

a. Mengetahui masalah kesehatan yang ada di Desa Saba Jambu


b. Mampu mengadakan Survei Mawas Diri (SMD) dalam membahas masalah
kesehatan yang ada di Desa Saba Jambu Kecamatan Panyabungan.
6

c. Mampu memanfaatkan potensi yang ada di Desa Saba Jambu Kecamatan


Panyabungan, untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan yang
ada.
d. Menumbuhkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

2. Bagi Puskesmas :

Untuk mengetahui permasalahan yang ada di Desa Saba Jambu Kecamatan


Panyabungan sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah dengan baik.

1.5. Metodologi

Langkah- langkah kegiatan yang dilakukan Desa Saba Jambu Kecamatan


Panyabungan meliputi empat langkah pokok sebagai berikut :

a. Pendekatan tingkat desa (Pertemuan Pra SMD)


Pra SMD merupakan sebuah pertemuan dengan perangkat desa, Kepala Desa,
Kader/ Tokoh masyarakat. Pertemuan ini menjelaskan tentang perlunya peran
serta masyarakat dalam bidang kesehatan,SMD dan cara pengisian kuesioner,
serta MMD. Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 01 Desember 2018.

b. Survei Mawas Diri (SMD)


SMD mempunyai tujuan agar desa Saba Jambu Kecamatan Panyabungan
dapat mengetahui masalah kesehatan di wilayah desa ini dengan cara pengisian
kuesioner oleh warga sendiri dibantu oleh Kader kesehatan.
Survei dilakukan pada tanggal 22 desember 2018. Sampel yang digunakan
sebanyak 35 Rumah yang telah ditentukan sebelumnya. Rancanagan survei ini
adalah dengan pengumpulan data. Jenis data yang diambil adalah data primer
yang didapatkan dengan cara observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder
diperoleh dari laporan yang ada di Balai Desa Saba Jambu Kecamatan
Panyabungan.

c. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


Tahap selanjutnya adalah MMD, pada tahap ini dilakukan pertemuan dengan
perangkat desa, Kepala Desa, Kader, tokoh masyarakat, masyarakat dan petugas
Promkes Puskesmas Gunung Tua untuk membahas hasil SMD dilaksanakan pada
tanggal 09 Januari 2019.
7

Data yang terkumpul diolah untuk mengidentifikasi permasalahan. Setelah itu


permasalahan yang ada dibawa ke Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk
ditentukan prioritasnya dengan menggunakan metode tabel modifikasi Hanlon
(USGP). Tahapan intervensi masalah yang di rumuskan bersama disusun program
dan dilanjutkan dengan intervensi sesuai dengan situasi, kondisi, waktu, serta
sumber daya yang ada pada warga Desa Saba Jambu Kecamatan Panyabungan.
Evaluasi kegiatan dalam bentuk masalah non fisik dan dapat dilakukan pada saat
dilakukannya intervensi.

d. Kegiatan intervensi
Adapun tahapan berikunya adalah intervensi terhadap masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada. Intervensi yang dilakukan oleh dokter
muda ini adalah dalam bentuk penyuluhan.
8

BAB II
DATA UMUM DESA SABA JAMBU

2.1 Keadaan Geografis

2.1.1 Letak Wilayah

Desa Saba Jambu secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan


Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, terletak di arah Utara Kabupaten Mandailing
Natal.

2.1.2 Batas Wilayah

Wilayah Desa Saba Jambu dibatasi oleh :

a. Sebelah Utara : Desa Manyabar, Kecamatan Panyabungan


b. Sebelah Selatan : Desa Panyabungan Jae, Kecamatan Panyabungan
c. Sebelah Barat : Desa Pagaran Tonga, Kecamatan Panyabungan
d. Sebelah Timur : Desa Iparbondar, Kecamatan Panyabungan

2.1.3 Luas Wilayah


Luas Wilayah Desa Saba Jambu adalah : ± 73,2 Ha

2.2 Keadaan Demografi

2.2.1 Data Penduduk

Jumlah penduduk Desa Saba Jambu 2019 adalah 251 jiwa. Laki-laki berjumlah 110
jiwa, sedangkan untuk Perempuan berjumlah 141 jiwa. Jumlah KK seluruhnya 73 KK.
Daftar tabel di bawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa Saba
Jambu menurut jenis kelamin, usia, mata pencaharian dan pendidikan.

Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Saba Jambu menurut jenis kelamin


Jumlah
Jumlah Jumlah Penduduk
Desa Penduduk Total
KK
L P Bayi Balita Bumil
Saba Jambu 73 110 141 251 8 24 3

8
9

2.2.2 Sarana Kesehatan


a. Bidan Desa : 1 orang
b. Posyandu : 1 tempat
c. Posyandu Lansia : 1 tempat
Jarak Puskesmas Gunung Tua ke Desa Saba Jambu adalah ± 1-5 km, sedangkan
jarak RSU Panyabungan ± 1-5 km.

2.2.3 Fasilitas Umum


a. SD :-
b. SLTP :-
c. SLTA :-
d. Madrasah Ibtidaiyah : 1 Tempat
e. TPA : - Tempat
f. Mesjid : 1 Tempat
g. Mushollah : 1 tempat
10

BAB III
HASIL SURVEI MAWAS DIRI

Sebelum dilaksanakannya Survei Mawas Diri (SMD), terlebih dahulu dilakukan


upaya pendekatan terhadap perangkat desa. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
mendapatkan data saat dilakukannya SMD.
Pada hari Sabtu tanggal 01 Desember 2018 dilaksanakan pra SMD dan kemudian
dilakukan Survei Mawas Diri selama satu hari pada tanggal 22 Desember 2018 di Desa
Saba Jambu, Kecamatan Panyabungan. Sasaran survei ini adalah 35 kepala keluarga.
Kuesioner dibuat dengan suatu pertanyaan yang terstruktur meliputi komponen
dasar yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, akses terhadap
pelayanan kesehatan, dan kependudukan.

3.1 Hasil Survei Mawas Diri Desa Saba Jambu Kecamatan Panyabungan Selama
Bulan Desember 2018

3.1.1 Karakterisitik Responden

Tabel a. Karakteristik Responden Menurut Umur

Umur Frekuensi %
< 25 tahun 1 2,86
25-50 tahun 15 42,86
> 50 tahun 19 54,28
Total 35 100

Tabel b. Karakteritik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki-laki 13 37,15
Perempuan 22 62,85
Total 35 100

Tabel c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi %
SD 20 57,15
SLTP 12 34,28
SMA 3 8,57
S-1 0 0
Total 35 100

10
11

Tabel d. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi %
Petani 18 51,42
Wiraswasta 14 40
Karyawan 0 0
IRT 1 2,86
PNS 0 0
Pedagang 0 0
Lainnya 2 5,72
Total 35 100

Tabel e. Karakteristik Responden Menurut Penghasilan

Penghasilan Frekuensi %
< Rp. 800.000 3 8,58
Rp. 800.000 2 5,71
> Rp. 800.000 30 85,71
Total 35 100

3.1.2 Akses Pelayanan dan Pembiayaan Kesehatan

Tabel a. Tempat Berobat Responden Bila Sakit

Tempat Berobat Frekuensi %


Tenaga Kesehatan 35 100
Tradisional 0 0
Diobati Sendiri 0 0
Total 35 100

Tabel b. Jarak Rumah Responden ke Puskesmas Gunung Tua

Jarak Frekuensi %
< 1 km 0 0
1-5 km 35 100
6-10 km 0 0
> 10 km 0 0
Total 35 100
12

Tabel c. Sarana Transportasi Responden ke Puskesmas Gunung Tua

Sarana Transportasi Frekuensi %


Jalan Kaki 0 0
Kendaraan Pribadi 20 57,14
(Mobil/Motor)
Angkutan Umum 15 42,86
Total 35 100

Tabel d. Jaminan Kesehatan yang dimiliki Responden

Jaminan Kesehatan Frekuensi %


Kartu BPJS/KIS 21 60
Asuransi Swasta 0 0
Tidak Ada 14 40
Total 35 100

3.1.3 Kesehatan Ibu dan Anak, KB, Gizi dan Imunisasi

Tabel a. Responden yang Memiliki Ibu Hamil

Ibu Hamil Frekuensi %


Ya 0 0
Tidak 35 100
Total 35 100

Tabel b. Responden yang Memiliki Balita

Balita Frekuensi %
Ya 6 17,14
Tidak 29 82,86
Total 35 100

Tabel c. Rencana Tempat Bersalin Ibu Hamil

Rencana Tempat Frekuensi %


Bersalin
RS 0 0
Puskesmas 0 0
Rumah Bersalin 0 0
Dukun 0 0
Rumah Sendiri 0 0
Total 0 0
13

Tabel d. Rencana Penolong bersalin Ibu Hamil

Rencana Penolong Frekeunsi %


Persalinan
Dokter 0 0
Bidan 0 0
Dukun 0 0
Sendiri 0 0
Total 0 0

Tabel e. Responden yang Membawa Balita ke Posyandu dalam Setahun

Posyandu setahun Frekuensi %


1-7 Kali 2 33,33
>8 Kali 4 66,67
Tidak Pernah ke 0 0
Posyandu
Total 6 100

Tabel f. Responden yang Memberikan ASI Eksklusif 0-6 Bulan

ASI Eksklusif Frekuensi %


Ya 2 100
Tidak 0 0
Total 2 100

Tabel g. Alat kontrasepsi yang Digunakan responden

Jenis Kontrasepsi Frekuensi %


IUD 0 0
Implant 0 0
Injeksi 6 17,14
Pil KB 2 5,72
Kondom 0 0
Kontap 0 0
Tidak Ada 27 77,14
Total 35 100

Tabel h. Responden yang terbiasa untuk sarapan pagi

Sarapan Pagi Frekuensi %


Ya 35 100
Tidak 0 0
Total 35 100
14

Tabel i. Responden yang selalu mengkonsumsi Menu Seimbang

Menu Seimbang Frekuensi %


Ya 35 100
Tidak 0 0
Total 35 100

Tabel j. Responden yang menggunakan garam beryodium

Garam Beryodium Frekuensi %


Ya 35 100
Tidak 0 0
Total 35 100

3.1.4 Rumah dan Lingkungan

Tabel a. Responden yang mempunyai jamban

Jamban Frekuensi %
Ada memenuhi Syarat 3 8,57
Ada Tdk Memenuhi Syarat 13 37,14
Tidak Ada Sarana 19 54,29
Total 35 100

Tabel b. Jarak Jamban Responden dengan Air Bersih

Jarak Jamban dengan Frekuensi %


Air Bersih
>10 Meter 16 100
<10 Meter 0 0
Total 16 100

Tabel c. Responden yang Memiliki Air Bersih

Air Bersih Frekuensi %


Sumur 35 100
PDAM 0 0
Sungai 0 0
Total 35 100
15

Tabel d. Kualitas Air Bersih yang dimiliki Responden

Kualitas Air Bersih Frekuensi %


Tdk Berasa, Tdk Berbau 35 100
dan Tdk Berwarna
Tdk Berasa, Berbau atau 0 0
Berasa
Total 35 100

Tabel e. Responden yang Memiliki Kamar Mandi

Kamar Mandi Frekuensi %


Di dalam Rumah 16 45,71
Di luar rumah 0 0
Tidak Ada 19 54,28
Total 35 100

Tabel f. Lantai Kamar Mandi yang Dimiliki Responden

Lantai Kamar mandi Frekuensi %


Tanah 0 0
Semen 15 93,75
Ubin/Keramik 1 6,25
Total 16 100

Tabel g. Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah Responden

SPAL Frekuensi %
Terbuka 0 0
Tertutup 3 100
Total 3 100

Tabel h. Tempat Pembuangan Sampah Responden

Pembuangan Sampah Frekuensi %


Tersedia Tidak Tertutup 35 100
Tersedia tertutup 0 0
Tidak Tersedia 0 0
Total 35 100
16

Tabel i. Responden yang Memiliki Jendela

Jendela Frekuensi %
Ada di Seluruh Ruangan 35 100
Ada di beberapa ruangan 0 0
Tidak Ada 0 0
Total 35 100

Tabel j. Responden yang Memiliki Ventilasi

Ventilasi Frekuensi %
Ada 35 100
Tidak Ada 0 0
Total 35 100

Tabel k. Jenis Lantai Rumah yang Dimiliki Responden

Lantai Rumah Frekuensi %


Tanah 0 0
Plester/Semen Sebagian 0 0
Ruangan
Plester/Semen Seluruh 29 82,86
ruangan
Ubin/Keramik Sebagian 0 0
Ruangan
Ubin/Keramik Seluruh 2 5,72
Ruangan
Lainnya 4 11,42
Total 35 100

Tabel l. Jenis Ruang Tidur yang Dimiliki Responden

Ruang Tidur Frekuensi %


Terang dan Tidak Lembab 32 91,42
Tidak Terang dan Lembab 0 0
Tidak Ada 3 8,58
Total 35 100

Tabel m. Jenis Atap yang Dimiliki Responden

Atap Frekuensi %
Seng 35 100
Anyaman 0 0
Total 35 100
17

Tabel n. Jenis Langi-langit yang Dimiliki Responden

Langit-langit Frekuensi %
Asbes 0 0
Anyaman Bambu 0 0
Triplek 32 91,42
Tidak Ada 3 8,58
Total 35 100

Tabel o. Kandang Ternak yang Dimiliki Responden

Kandang Ternak Frekuensi %


Terpisah dari Rumah 6 17,14
Menempel pada Rumah 0 0
Tidak Ada 29 82,86
Total 35 100

Tabel p. Responden yang memiliki Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

TOGA Frekuensi %
Minimal 3 Jenis 0 0
Kuran 3 Jenis 0 0
Tidak Ada 35 100
Total 35 100

Tabel q. Pencahayaan Matahari ke Rumah Responden

Cahaya Matahari Frekuensi %


Minimal 0 0
Cukup 35 100
Total 35 100

Tabel r. Akses Air Minum Responden

Akses Air Minum Frekuensi %


Sumur Gali 0 0
Sumur Bor 35 100
PDAM 0 0
Depot Air Minum 0 0
Total 35 100
18

3.1.5 Perilaku Anggota Keluarga

Tabel a. Anggota Keluarga Responden yang Merokok

Keluarga Merokok Frekuensi %


Ya 21 60
Tidak 14 40
Total 35 100

Tabel b. Anggota Keluarga Responden Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Sebelum Makan

CTPS Sebelum Makan Frekuensi %


Ya 8 22,86
Tidak 27 77,14
Total 35 100

Tabel c. Anggota Keluarga yang Menggosok Gigi Minimal 2x Sehari

Gosok Gigi Minimal 2x Frekuensi %


Sehari
Ya 35 100
Tidak 0 0
Total 35 100

Tabel d. Responden yang Melakukan PSN 1x Seminggu

PSN 1x Seminggu Frekuensi %


Ya 0 0
Tidak 35 100
Total 35 100

Tabel e. Responden Melakukan Olah Raga Minimal 3 Menit

Olah Raga Min 3 Menit Frekuensi %


Ya 0 0
Tidak 35 100
Total 35 100

Tabel f. Responden yang Memanfaatkan Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

TOGA Frekuensi %
Ya 0 0
Tidak 35 100
Total 35 100
19

Tabel g. Responden yang BAB di Jamban

BAB di Jamban Frekuensi %


Ya 16 45,71
Tidak 19 54,29
Total 35 100

Tabel h. Responden yang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Setelah BAB

CTPS Setelah BAB Frekuensi %


Ya 8 22,86
Tidak 27 77,14
Total 35 100

Tabel i. Responden yang Membuang Sampah pada Tempatnya

Membuang Sampah Frekuensi %


pada Tempatnya
Ya 35 100
Tidak 0 0
Total 35 100

Tabel j. Responden yang Makan minimal 3x Sehari

Makan Minimal 3x Sehari Frekuensi %


Ya 35 100
Tidak 0 0
Total 35 100

Tabel k. Responden yang Mencuci Bahan Makanan Sebelum dimasak

Cuci Bahan Makanan Frekuensi %


Sebelum dimasak
Ya 35 100
Tidak 0 0
Total 35 100
20

3.1.6 Morbiditas

Faktor dampak Morbiditas

No Penyakit yang dijumpai Frekuensi Persentase


dalam Kejadian
3 bulan terakhir
1 Batuk pilek 7 20%
2 Diare 0 0,00%
3 Hipertensi 4 11,42%
4 Demam Berdarah 0 0,00%
5 TBC 0 0,00%
6 Demam Tifus 0 0,00%
7 Gatal-gatal 2 5,71%
8 Campak 0 0,00%
9 Hepatitis 0 0,00%
10 Varicella 0 0,00%
11 DM 2 5,71%
12 Pneumonia 0 0,00%
21

BAB IV
RUMUSAN MASALAH

4.1 Identifikasi Masalah

Target Pencapaian
No Upaya Masalah (%)
(%) (%)
1. UKM ESENSIAL :
a. Promosi Kesehatan
1. Kepala Keluarga tidak ada 70 28 42
yang merokok
2. Kepala Keluarga yang 100 60 40
memiliki Jaminan Kesehatan
3. Cuci tangan pakai sabun 100 22,86 77,14
(CTPS) sebelum makan dan
sesudah BAB
b. KIA dan KB 100 22,85 77,15
1. Keluarga mengikuti program
Keluarg Berencana (KB)
c. Kesehatan Lingkungan 100 45,71 54,29
1. Kepala keluarga yang
mempunyai jamban sehat
2. Keluarga yang memiliki 80 0 80
Tanaman Obat keluarga
(TOGA)

4.2 Prioritas Masalah


Dari berbagai masalah tersebut di atas untuk menentukan pemecahan masalah perlu
dibuat prioritas masalah. Penentuan prioritas masalah ditentukan berdasarkan metode
USG. Metode ini mengacu pada 3 indikator sebagai berikut :
A. U = Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut
diselesaikan.
B. S = Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,
pengaruh terhadap keberhassilan, dan membahayakan sistem atau tidak.

21
22

C. G = Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan


kemungkinan masalah penyebab isu makin memburuk kalau dibiarkan
No Masalah U S G Total Ket
1 Anggota keluarga tidak ada yang merokok 4 4 3 48 3
2 Anggota keluarga yang sudah menjadi 3 3 4 36 5
anggota Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
3 Anggota keluarga cuci tangan pakai sabun 5 4 4 80 2
(CTPS) sebelum makan dan sesudah BAB
4 Keluarga mengikuti program Keluarga 4 3 4 48 4
Berencana (KB)
5 Keluarga mempunyai akses atau 5 5 4 100 1
menggunakan Jamban Sehat
6 Keluarga yang memiliki Tanaman Obat 2 2 2 8 6
keluarga (TOGA)

Berdasarkan data di atas, urutan prioritas masalah yang didapat sebagai berikut :

1. Masih rendahnya Kepala Keluarga memiliki jamban sehat di Desa Saba Jambu
Kecamatan Panyabungan yaitu 45,71% dari target 100% pada tahun 2018
2. Masih rendahnya anggota keluarga cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebelum
makan dan sesudah makan di Desa Saba Jambu Kecamatan Panyabungan yaitu
22,86% dari target 100% pada tahun 2018.
3. Masih rendahnya anggota keluarga tidak ada yang merokok di Desa Saba Jambu
Kecamatan Panyabungan yaitu 28% dari target 70% pada tahun 2018.
4. Masih rendahnya Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) di Desa
Saba Jambu Kecamatan Panyabungan yaitu 22,85% dari target 100% pada tahun
2018.
5. Masih rendahnya anggota keluarga yang sudah menjadi anggota Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) di Desa Saba Jambu Kecamatan Panyabungan yaitu
60% dari target 100% pada tahun 2018.
6. Masih rendahnya keluarga yang memiliki Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa
Saba Jambu Kecamatan Panyabungan yaitu 0,00% dari target 80% pada tahun
2018.
23

BAB V
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Tahapan selanjutnya setelah dilakukan analisis penyebab masalah adalah


memberikan alternatif pemecahan masalah.Masalah yang terdapat di Desa Saba Jambu
dikategorikan menjadi masalah fisik dan nonfisik yang telah dijelaskan dalam bab
sebelumnya dengan alternatif pemecahan masalah yang tertulis pada tabel berikut.

Tabel Alternatif Pemecahan Masalah


No Prioritas Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan
Pemecahan Masalah terpilah
Masalah
Masalah
1 Masih ada a. Tidak pernah a. Penyuluhan a. Penyuluhan
54,29% dilakukan tentang jamban tentang
masyarakat penyuluhan sehat dan tidak jamban sehat
yang tidak tentang jamban BAB di sungai. dan tidak BAB
menggunakan sehat. b. Mengusulkan di sungai.
jamban sehat. b. Kurangnya lahan/tempat b. Mengusulkan
pengetahuan untuk pembuatan lahan/tempat
masyarakat jamban sehat. untuk
tentang c. Mengusulkan pembuatan
pemakaian dana desa pada jamban sehat.
jamban sehat. tahun berikutnya c. Mengusulkan
c. Masyarakat lebih untuk dialokasikan dana desa
mudah BAB di pembuatan pada tahun
sungai. jamban sehat. berikutnya
d. Tidak ada untuk
lahan/tempat dialokasikan
pembuatan pembuatan
jamban sehat. jamban sehat.
e. Tidak ada dana
untuk pembuatan
jamban sehat.
f. Rumah
masyarakat dekat
dengan sungai.

23
24

2 Masih ada a. Tidak pernah a. Penyuluhan a. Penyuluhan


77,14% dilakukan tentang manfaat tentang
masyarakat penyuluhan cuci tangan pakai manfaat cuci
yang tidak cuci tentang cuci sabun dan tangan pakai
tangan pakai tangan pakai dampak tidak sabun dan
sabun (CTPS) sabun sebelum melakukan cuci dampak tidak
sebelum makan dan tangan pakai melakukan
makan dan sesudah BAB. sabun. cuci tangan
sesudah BAB. b. Rendahnya b. Pemberian pakai sabun.
pengetahuan informasi melalui b. Pemberian
masyarakat poster tentang informasi
tentang cuci cara melakukan melalui poster
tangan pakai cuci tangan pakai tentang cara
sabun. sabun (CTPS). melakukan
c. Anggapan sepele cuci tangan
dari masyarakat pakai sabun
tentang (CTPS).
pentingnya cuci
tangan pakai
sabun.
d. Kurangnya peran
petugas
kesehatan
terutama dalam
hal pengawasan
dan motivasi.
e. Kurangnya
ketersediaan
fasilitas berupa air
yang mengalir dan
sabun khusus cuci
tangan.
f. Kurangnya dana
alokasi
25

transportasi
petugas promkes.
g. Masyarakat lebih
mudah cuci
tangan tidak pakai
sabun.

3 Masih ada a. Belum adanya a. Membuat perbub a. Membuat


42% anggota perbub tentang tentang larangan perbub tentang
keluarga yang larangan merokok. merokok. larangan
merokok. b. Kurangnya b. Penyuluhatan merokok.
pengetahuan tentang bahaya b. Penyuluhatan
masyarakat merokok. tentang
tentang bahaya c. Membuat bahaya
merokok. smooking area. merokok.
c. Sudah c. Membuat
ketergantungan smooking area.
pada efek rokok.
d. Tidak adanya
smooking area.
e. Belum adanya
alokasi dana
penanggulangan
bahaya rokok.
f. Budaya setempat.
4 Masih ada a. Kurangnya a. Mengadakan a. Penyuluhan
77,15% sosialisasi sosialisai tentang tentang
keluarga yang penyuluh Kb KB kepada program
tidak mengikuti kepada masyarakat. pemakaian KB.
program masyarakat. b. Membuat b. Menyediakan
keluarga b. Koordinasi dalam pengawasan yang alat
berencana proses baik. kontrasepsi
(KB) pengawasan c. Penyuluhan yang lengkap
masih belum baik. tentang program di Puskesmas.
c. Kurangnya pemakaian KB.
26

pengetahuan d. Menyediakan alat


masyarakat kontrasepsi yang
tentang program lengkap di
pemakaian KB. Puskesmas.
d. Takut efek e. Mengusulkan
samping. dana untuk
e. Tidak disetujui sosialisasi KB.
suami.
f. Ketersediaan alat
kontrasepsi di
Puskesmas.
g. Keterbatasan
dana untuk
sosialisa KB.
h. Jumlah anggaran
yang sedikit untuk
program KB.
5 Masih ada a. Tidak pernah a. Mengadakan a. Mengadakan
40% anggota dilakukan sosialisasi tentang sosialisasi dan
keluarga yang sosialisasi tentang JKN. penyuluhan
tidak memiliki kartu JKN b. Penyuluhan tentang JKN.
jaminan b. Petugas tentang JKN. b. Membuat
kesehatan Puskesmas belum c. Menambah tenaga leaflet tentang
(JKN). melaksanakan penyuluh proses
penyuluhan kesehatan. pembuatan
tentang JKN. d. Membuat leaflet kartu JKN.
c. Kurangnya tenaga tentang proses c. Mengusulkan
penyuluh pembuatan kartu dana alokasi
kesehatan JKN. untuk peserta
d. Media promosi e. Mengusulkan JKN.
tidak ada dana alokasi untuk
e. Kurangnya dana peserta JKN.
Pemda untuk
peserta JKN
27

6 Masih ada a. Koordinasi lintas a. Koordinasi lintas a. Pemberian


80% keluarga program dan lintas program dan lintas informasi
yang tidak sektor belum sektor harus tentang
memiliki maksimal. masksimal. pentingnya
tanaman obat b. Masyarakat b. Pemberian penanaman
keluarga merasa tidak informasi tentang TOGA.
(TOGA) terlalu penting pentingnya b. Membuat
penanaman penanaman Leaflet dan
TOGA. TOGA. sarana
c. Leaflet dan sarana c. Membuat Leaflet promosi
promkes lainnya dan sarana lainnya.
masihg kurang. promosi lainnya.
d. Anggaran masih d. Mengusulkan
kurang. anggaran
e. Dukungan penanaman
keluarga untuk TOGA.
membudidayakan e. Dukungan
TOGA tidak ada. keluarga untuk
membudidayakan
TOGA

Rekapitulasi alternatif pemecahan masalah :

1. Penyuluhan tentang jamban sehat dan tidak BAB di sungai.


2. Mengusulkan lahan/tempat untuk pembuatan jamban sehat.
3. Mengusulkan dana desa pada tahun berikutnya untuk dialokasikan pembuatan
jamban sehat.
4. Penyuluhan tentang manfaat cuci tangan pakai sabun dan dampak tidak melakukan
cuci tangan pakai sabun.
5. Pemberian informasi melalui poster tentang cara melakukan cuci tangan pakai
sabun (CTPS).
6. Membuat perbub tentang larangan merokok.
7. Penyuluhatan tentang bahaya merokok.
8. Membuat smooking area.
28

9. Mengadakan sosialisasi dan penyuluhan tentang JKN.


10. Membuat leaflet tentang proses pembuatan kartu JKN.
11. Mengusulkan dana alokasi untuk peserta JKN.
12. Menghapus jamkesda.
13. Penyuluhan tentang program pemakaian KB.
14. Menyediakan alat kontrasepsi yang lengkap di Puskesmas.
15. Membuat program dua anak cukup
16. Pemberian informasi tentang pentingnya penanaman TOGA.
17. Membuat Leaflet dan sarana promosi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai