Anda di halaman 1dari 17

PERCOBAAN I

APLIKASI TRANSISTOR

I. TUJUAN

- Praktikan mampu merangkai rangkaian aplikasi menggunakan transistor.

- Praktikan mampu menyelidiki penguatan dengan transistor.

II. LANDASAN TEORI

Transistor adalah komponen semikonduktor yang dipakai sebagai

penguat, pemotong (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi

lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan

arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran

listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. Salah satu fungsi

transistor adalah sebagai saklar yaitu bila berada pada dua daerah kerjanya yaitu

daerah jenuh (saturasi) dan daerah mati (cut-off). Transistor akan mengalami

perubahan kondisi dari menyumbat ke jenuh dan sebaliknya. Transistor dalam

keadaan menyumbat dapat dianalogikan sebagai saklar dalam keadaan terbuka,

sedangkan dalam keadaan jenuh seperti saklar yang menutup (William D

Cooper,1985:180).

Transistor berasal dari kata “transist” yang berarti singgah-melewati. Pada

transistor terjadi pelewatan sinyal-sinyal di mana ketika berlalu melewatinya

berubahlah sinyal-sinyal itu dalam levelnya, bentuknya atau dalam hal kedua-

duanya (level dan bentuknya). Transistor dibuat dari bahan dasar yang bersifat

semikonduktor, yaitu germanium atau silikon. Transistor lama lebih banyak

dibuat dari bahan germanium sedangkan transistor-transistor modern lebih

banyak menggunakan bahan silikon. Lapisan-lapisan semikonduktor dari dua

tipe disusun (dipertemukan) dengan pola sedemikian rupa di dalam konstruksi


sebuah transistor, sehingga karenanya ada istilah “junction-transistor” (transistor-

pertemuan). Transistor mempunyai (setidaknya) tiga elektroda

sambungan/kontak. Di dalam rangkaian-rangkaian elektronik transistor biasanya

berfungsi sebagai penguat (amplifier), untuk fungsi pensaklaran (switching), atau

pendeteksi (detector).

Transistor telah menjadi piranti elektronik penting yang menggantikan

peran tabung vakum di dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Keistimewaannya

adalah ia beroperasi dalam tegangan atau daya yang lebih rendah dibandingkan

dengan tabung vakum, bentuknya pun jauh lebih kecil. Dalam perkembangannya

peran transistor menjadi semakin lengkap dan meluas sehingga muncul jenis-

jenis transistor baru dengan fungsi yang semakin baik dan semakin beragam. Di

antara transistor-transistor yang paling umum dan paling banyak digunakan

adalah transistor bi-polar.

Transistor sebagai penguat, sudah bukan barang yang tabu lagi di dunia

rangkaian elektronika bahwa transistor dapat kita gunakan untuk berbagai

macam keperluan salah satunya sebut saja salah satu fungsinya yaitu transistor

yang digunakan sebagai penguat. Fungsi komponen semikonduktor ini dapat kita

temui pada rangkaian Pree-Amp Head , Pree-Amp Mic, Mixer, Echo, Tone

Control, Amplifier dan lain-lain (william H Hayt,2005:150).

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E)

dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat

dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input

Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor Transistor

merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.

Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).


Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator)

dan penguat sinyal radioi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian

rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-

rangkaian lainnya (Lila diah,2013:5).

BJT (Bipolar Junction Transistor) = Transistor jenis ini merupakan

komponen yang mempunyai 2 dioda, terminal positif atau negatifnya berdempet

sehingga ada 3 terminal. Ketiga terminal tersebut adalah Emiter (E), Kolektor (C),

dan Basis (B). Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis

dapat menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal

kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor sebagai penguat

elektronik.

Daerah base merupakan semikonduktor dengan sedikit doping dan

sangat tipis bila dibandingkan dengan emitter (doping paling banyak) maupun

kolektor (semikonduktor berdoping sedang). Karena strukturnya fisiknya yang

seperti itu, terdapat dua jenis BJT. Tipe pertama terdiri dari dua daerah n yang

dipisahkan oleh daerah p (npn), dan tipe lainnya terdiri dari dua daerah p yang

dipisahkan oleh daerah n (pnp). Sambungan pn yang menghubungkan daerah

base dan emitter dikenal sebagai sambungan base-emiter (base-emitter

junction), sedangkan sambungan pn yang menghubungkan daerah base dan

kolektor dikenal sebagai sambungan base-kolektor (base-collector junction).

Gambar 1. Dua Jenis Bipolar Junction Transistor (BJT):


Gambar 2 menunjukkan simbol skematik untuk bipolar junction transistor

tipe npn dan pnp. Istilah bipolar digunakan karena adanya elektron dan hole

sebagai muatan pembawa (carriers) didalam struktur transistor.

Gambar 2. Simbol BJT tipe npn dan pnp (wiliam d cooper,1978:204).

Dalam rangkaian analog transistor digunakan dalam amplifier atau

penguat, contohnya seperti penguat sinyal radio, pengeras suara, dan sumber

listrik stabil. Dalam rangkaian digital transistor digunakan sebagai saklar

berkecepatan tinggi, yang beberapa fungsinya adalah sebagai memori, logic

gate, dan komponen-komponen lainnya (Rahmad M,2006:7).

Transistor dapat digunakan sebagai saklar elektronika dengan membuat

transistor tersebut berada dalam kondisi cut off (saklar terbuka, arus tidak

mengalir) atau saturasi (saklar tertutup, sehingga arus mengalir). Prinsip kerja
dari komponen ini yang difungsikan sebagai saklar ialah dengan mendapatkan

manfaat dari cut-off dan kondisi jenuh dari transistor itu sendiri, yang mana kedua

keadaan tersebut bisa didapat dgn mengatur besarnya arus yg melewati basis

dari transistor. Saturasi atau disebut juga kondisi / keadaan jenuh akan didapat

bila basis transistor dikasih arus yang cukup besar hingga transistor menjadi

jenuh dan fungsinya menjadi saklar yang menutup. Sedangkan keadaan cut-off

didapatkan apabila arus basisnya dilewati dengan arus yg amat kecil bahkan

hampir nol amper, yang menjadikan transistor berfungsi sebagai saklar yg

membuka.

Bila dikaji lebih dalam lagi maka tiap jenis dan seri transistor mempunyai

spesifikasi yg berlainan terhadap arus yg diperlukan hingga tercapainya keadaan

cut-off dan jenuh. Walaupun berbeda, pada dasarnya sih tidak sangat jauh

pebedaannya, kecuali pembuatannya dr bahan semi konduktor yg berbeda pula

yaitu germanium atau silikon.

Sebagaimana disebut diawal bahwa fungsi transistor sebagai saklar

adalah salah satu dari fungsi-fungsinya, salah duanya adalah sebagai penguat.

Transistor yang digunakan sebagai penguat akan bekerja dititik Q atau juga

dikeadaan kerja transistornya. Bahasa sederhananya, diantara kondisi cut-off

dan kondisi jenuhlah, titik Q itu berada dan membuat transisor berfungsi sebagai

penguat (Widodo Budiharto,2008:17) .

Transistor adalah alat yang berfungsi sebagai alat penguat arus, penguat

tegangan, dan saklar elektronik. Ada dua jenis transistor, yaitu jenis PNP dan

NPN. Jika sebuah transistor berada dalam keadaan saturasi maka transistor

tersebut akan seperti saklar tertutup antara elektor dan emitor, sedangkan
transistor dalam keadaan cut off transistor tersebut akan berlaku seperti saklar

terbuka.

Transistor bi-polar disebut transistor bi-polar karena transistror ini

mempunyai dua kutub yang terbentuk atas material-material penyusunnya, yaitu

semikonduktor type P (positif) dan semikonduktor type N (negatif). Pada kutub

yang satu material semikonduktor mempunyai lubang-lubang (holes) bermuatan

positif, di mana lubang-lubang ini dapat bergerak sebagai pengangkut muatan

(type P). Terbentuknya lubang-lubang ini adalah karena adanya elektron yang

terbebas akibat diberi atom akseptor.Sedangkan pada kutub yang satunya lagi

material semikonduktor tidak mempunyai lubang-lubang (holes), hanya ion-ion

positif yang terikat (tidak bisa bergerak) sedangkan padanya juga telah terbebas

elektron-elektron akibat diberi atom donor (type N) (Malvino, Albert Paul,

1984:178).

Transistor bi-polar terdiri dari dua jenis, yaitu PNP dan NPN. Pada

transistor PNP, dua lapisan bahan semikonduktor (germanium atau silikon) tipe P

(positif) mengapit selapisan bahan semikonduktor tipe N (negatif). Satu lapisan

semikonduktor tipe P itu terhubung dengan satu elektroda dan berfungsi sebagai

kolektor (C), sedangkan satu lapisan lagi terhubung dengan satu elektroda dan

berfungsi sebagai emitor (E). Lapisan semikonduktor tipe N terhubung dengan

satu elektroda yang lainnya lagi dan berfungsi sebagai basis (B). Dengan

demikian terdapat tiga elektroda sambungan/kontak pada transistor, yaitu

kolektor, emitor dan basis.

Pada transistor NPN, dua lapisan bahan semikonduktor tipe N mengapit

selapisan bahan semikonduktor tipe P. Satu lapisan tipe N terhubung dengan

satu elektroda dan berfungsi sebagai kolektor, sedangkan satu lapisan tipe N

yang lainnya terhubung dengan satu elektroda dan berfungsi sebagai emitor.
Lapisan semikonduktor tipe P terhubung dengan satu elektroda dan berfungsi

sebagai basis.

Pada pengoperasian transistor PNP, kolektor diberi tegangan negatif

terhadap emitor, sedangkan pada transistor NPN kolektor diberi tegangan positif

terhadap emitor. Tegangan antara kolektor dengan emitor ini disebut VCE.Basis

transistor PNP diberi tegangan negatif terhadap emitor, sedangkan pada

transistor NPN basis diberi tegangan positif terhadap emitor. Tegangan antara

basis dengan emitor ini adalah tegangan maju, disebut VBE.

Besarnya VCE bisa variatif, tetapi tidak boleh melampaui tinggi VCEO yang telah

ditetapkan oleh pabrik pembuat transistor yang bersangkutan. Setiap tipe

transistor mempunyai ketentuan VCE maksimal yang bisa berbeda-beda.

Besar tegangan antara basis dengan emitor (VBE) adalah tetap dan tidak

bisa lebih besar dari nilai tetapnya, yaitu sekitar 0,2V bagi transistor yang dibuat

dari bahan germanium (transistor produksi lama) dan sekitar 0,6V bagi transistor

yang dibuat dari bahan silikon ( Erica Rosella,2008:107-108).

Dengan mengatur bias sebuah transistor sampai transistor jenuh, maka

seolah akan didapat hubungan singkat antara kaki kolektor dan emitor. Dengan

memanfaatkan fenomena ini maka transistor dapat difungsikan sebagai saklar

elektronik. Sebuah rangkaian saklar elektronik dengan menggunakan transistor

PNP dan transistor NPN. Tanpak TR3 PNP dan TR4 PNP dipakai menghidupkan

dan mematikan LED (Owen Beshop,2004:73).

Penguat Common Base juga dikenal dengan penguat dengan basis

ditanahkan. Penguat ini dapat menghasilkan penguatan tegangan antara sinyal

masukan dan keluaran, tetapi tidak penguatan arus. Karakteristiknya adalah


impedansi masukan kecil dan impedansi keluaran seperti pada penguat Common

Emitter.

Penguat Common Collector juga disebut dengan pengikut emiter (emitter

follower) karena tegangan sinyal keluaran pada emiter hampir sama dengan

tegangan sinyal masukan pada basis. Penguatan tegangan penguat ini selalu

lebih kecil dari 1, tetapi mempunyai penguatan arus yang tinggi dan biasanya

digunakan untuk mencocokkan sumber dengan impedansi tinggi ke beban yang

impedansinya rendah (Millman, Jacob & Cristos C Jalkias,1986:194).

Penguat Common Emitter sering dirancang dengan sebuah resistor emiter

(RE). Resistor tersebut menghasilkan bentuk dari umpan balik negatif yang dapat

digunakan untuk menstabilkan titik operasi DC dan penguatan AC Karakteristik.

Penguat Common Emitter:

1. Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input.

2. Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif,

sehingga sering dipasang umpan balik negatif untuk mencegahnya.

3. Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal

audio).

4. Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada

kestabilan suhu dan bias transistor.

5. Memiliki resistansi input (Ri) dan resistansi output (Ro) yang besar, dan

penguatannya cukup besar tetapi berbeda fasa sebesar π.

6. Berfungsi sebagai penguat tegangan, VO>VI , VO menjadi lebih besar

karena melawan turunnya VOoleh arus beban sehingga keluaran VO

tetap.

7. Arus masukan (Ii) dan arus keluaran (IO) memiliki arus yang disebut

dengan β. β= α1-α dan β=ICIB, α=ICIE.


Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor transistor di

groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki

kolektor, serta mempunyai karakter sebagai penguat tegangan (Bambang

kariyanto,2012:1).

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

1. Multimeter :Alat ukur yang digunakan untuk mengukur

arus listrik, tegangan listrik, dan resistansi

atau ketahanan suatu benda yang biasa

disebut avometer.

2. Project Board :Papan yang digunakan untuk merangkai

komponen agar bisa menjadi rangkaian

yang sempurna

3. Kabel penghubung :Untuk menghubungkan rangkaian

4. Power supply :Penyalur tegangan listrik ke seluruh

komponen lainnya dalam suatu rangakaian

elektronika.

5. Osiloskop :Alat ukur besaran yang dapat memetakan

sinyal listrik.

6. Tool kit :Peralatan pendukung dalam praktek terdiri

dari beberapa macam.

3.2 BAHAN.

1. Resistor :Menghambat dan mengatur arus listrik

dalam suatu rangkaian elektronika yang

nilainya tetap.
2. LED :Untuk menunjukkan status dari perangkat

elektronik dan menghasilkan cahaya

monocromatik.

3. Potensiometer :Menghambat rangkaian yang nilainya bisa

diatur.

4. Transistor : Pembangkit frekuensi rendah ataupun

tinggi

5. Kapasitor :Sebagai penyimpan muatan listrik.

VI. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Diperiksa kondisi alat dan bahan.

3. Dibuat skema rangkaian mengunakan proteus atau lainnya.

4. Disablonkan skema rangkaian pada PCB polos.

5. Dirangkaian alat dan bahan sesuai dengan skema rangkaian.

6. Diuji rangkaian dengan multitester sebelum power suplay dihidupkan.

7. Dihidupkan power supply dan osiloskop.

8. Dikalibrasi osiloskop, dan atur power supplay sesuai tegangan yang

dibutuhkan.

9. Dilakukan pengambilan data sesuai dengan data pengaamatan .

10. Di catat hasilyang di dapat.

11. Diperiksa kembali kondisi rangkaian sebelum disimpan.


V. DATA PENGAMATAN

Tegangan Sumber =9 Volt

Tegangan Sumber Terukur = 6,9 Volt

4.1 Komponen elektronika

hambatan terukur
Komponen
ketentuan Terukur

potensiometer (R1) 2 KΩ 1.894 KΩ

potensiometer (R2) 10 KΩ 10,012 KΩ

potensiometer (R8) 2 KΩ 2.134 KΩ

potensiometer (R7) 10 KΩ 9.981 KΩ

potensiometer (R6) 1 KΩ 0.896 KΩ

Transistor 2n 222

C1,C2,C3 4.7 µF

4.2 Penguatan dengan beberapa frekuensi yang berbeda

F Percobaan(Hz) Vin Vout


FGD(Hz) A
(Volt) (Volt)
CH-1 CH-2

100 113,63 96,15 0,00125 16 0,02

200 192,3 185,2 0,00057 17,6 0,01

400 370,4 370,4 0,002 20 0,04


VI. PEMBAHASAN

Transistor adalah komponen semikonduktor yang dipakai sebagai

penguat, pemotong (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi

lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan

arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran

listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Dalam praktikum kali ini, sedikit memahami kerjanya transistor walaupun

ternyata ada perbedaan antara praktikum dengan di software.Namun setelah

membaca beberapa artikel dan buku mengenai trasnsistor sebagai sakelar, kita

dapat mengetahui ternyata bila transistor dijadikan saklar arus beban dapat

bertahan disaklar tersebut jumlahnya kecil. Maka dari itu pilihlah beban yang

baik, maka akan meminimalisir resiko kerusakan transistor.

Percobaan dimulai dengan membuat skema rangkain menggunakan

proteus. Setelah skema dirasa berhasiluntuk di jalankan maka skema di print out

dan di tempelkan kepapan pcb polos. Untuk hasilyang maksimal seharusnya

gunakan plastik khusus untuk mempres. Pada praktikum ini yang di gunakan

adalah kertas kalender sehingga terjadi beberapa kali pengulangan karena hasil

yang tidak maksimal. Contoh dari hasil yang takmaksimal disini seperti hasil

pressan yang tidak tertempel maksimal pada papan pcb.

Setelah hasil yang di dapat maksimal selanjutnya adalah perendaman

dengan larutan pelekat agar hasil tidak mudah hilang. Kemudian di amplas dan

di beri pelindung berupa semprotan cat pengkilat agar tidak terjadi kerusakan.

Sebelum memulai merangkai komponen-komponen elektronika pada

papan project board atau pcb polos, komponen tersebut di cek terlebih dahulu.

Setelah pengecekan selesai maka kompone-komponen tersebut mulai dirangkai.

Kemudian menghubungkan rangkaian yang ada tersebut dengan catu daya yang
berfungsi sebagai sumber tegangan dan juga pada osiloskop untuk melihat

tampilan gelombangnya dan juga tegangan serta frekuensinya.

Osiloskop harus di kalibrasi sebelum di lakukan pengukuran. Setelah

dihubungkan maka di osiloskop akan terlihat tampilan gelombangnya. Pada

percobaan ini, tampilan gelombangnya di osiloskop terlihat seperti gelombang

sinus. Kemudian percobaan yang selanjutnya dilakukan dengan langkah-langkah

yang sama pula dengan pada langkah-langkah percobaan pertama.. Tak hanya

itu, di osiloskop pun akan tertera besarnya tegangan puncak ke puncak serta

besar frekuensi yang dihasilkannya.

Dari grafik di atas dapat di ketahui bahwa antara frekuensi awal dan

frekuensi osiloskop terjadi hubungan linear tak setara pada awal sebelum pada

akhirnya menemui puncak frekuensi yang mana di sini grafik aka mengalami

penurunan saat telah menyentuh frekuensi +- 300 Hz baik di frekuensi awal

maupun di frekuensi osiloskop.

Dari grafik juga dapat di lihat bahwa frekuensi antara frekuensi

awaldengan frekuensi osiloskop hampir sama.contohnya saja saat frekuensi awal

50 Hz, frekuensi osiloskop ada di titik 70 Hz. Ini juga sama pada penaikan

penaikan selanjutnya.
Dalam pengamatan dapat di lihat pada gambar

a. Frekuensi 100 Hz b. Frekuensi 400 Hz

Pada gambar di atas terlihat perbedaan antara gelombang yang di hasilkan oleh

frekuensi 100 Hz dengan frekuensi 400 Hz. Pada frekuensi 100 Hz gelombang

yang di hasilkan lebih kecil pada sumbu x. Pada osiloskop sumbu x ini

menandakan vpp yang mana vpp pada percobaan pertama menggunakan 2

chanel. Hal ini agar dapat membuktikan antara chanel 1 dengan chanel 2

terdapat persamaan gelombang apakah gelombang tersebut berbeda atau sama.

Perbedaan frekuensi yang di hasilkan antara frekuensi masukan 100 Hz

adalah 113,63 chanel 1 dan 96,15 chanel 2. Ini terlihat perbedaan yang sangat

jauh namun jika di intervalkan jarak antara frekuensi chanel1 melebihi 100 Hz

dengan range 13,63 Hz sedangkan pada chanel 2 kekurangan 3.85 Hz. Disini

dapat di lihat bahwa chanel 2 lebih mendekati masukan frekuensi dari pada

chanel 1. Halini terjadi mungkin bisa jadi kesalahan pembacaan oleh praktikan.

Hal ini jauh berbeda dengan frekuensi pada 400Hz yang mana antara

chanel 1 dan chanel 2 memiliki frekuensi yang saman yaitu 370,4 Hz. Ini

membuktikan bahwa antara chanel 1 dengan chanel 2 mengalami singkron atau

sama. Jadi praktikum yang di lakukan itu betul walaupun frekuensimasukan tidak

sama dengan frekuensi osiloskop.


Menurut literatur frekuensi yang sama jika di lakukan percobaan pada

kedua chanel osiloskop akan menghasilkan frekuensi keluarang yang sama.

Namun jika hasildari generator nada masukan tidak sama dengan osiloskop hal

ini di pengaruhi oleh rangkaian dan resistor.

Pada percobaan tidak menghasilkan frekuensi masuka yang samadengan

frekuensi keluaran dikarenakan rangkaian menggunakan potensiometer yang

menghalangi tegangan masukan.

Disini yang di cari ada dua tabel pengamatan yaitu hambatan yang

terukur pada komponen elektronika dan penguatan dengan beberapa frekuensi

yang di fariasikan. Dalam tabel pengamatan dapat di simpulkan bahwa frekuensi

di pengaruhi oleh aplikasi transistor

Jika transistor yang diaplikasikan pada rangkaian maka tegangan yang

keluar lebih kuat dan bahkkan melebihi tegangan masukan ini terbukti pada

percobaan pertama yaitu pada frekuensi masukan 100 Hz frekuensi keluaran

yang di hasilkan lebih tinggi 13 Hz dari sebelumnya. Namun jika aplikasi

transisitor tidakmelebihi tegangan masukan bisa jadi transistor berfungsi sebagai

penstabil tegangan keluaran

Pada praktikum aplikasi transisitor kali ini di dapat bahwa transistor dapat

menguatkan tegangandari tegangan awalmasuka generetor nada. Yang mana

terkadang tegangan keluarang yang tidak stabil juga di stailkan oleh transistor

tersebut.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

1. Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,

sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi

tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya.

2. Dengan melakukan praktikum ini bisa didapatkan berapa penguattan

yang dapat dilakukan oleh transistor. Pengukuran dilakukan karena

penguatan pada transistor masih bersifat analog dan transistor sering

digunakan dalam beberapa rangkaian seperti pree-Amp Head, Pree-

Amp Mic, Mixer, Echo, Tone Control, Amplifier, dll. Penguatan yang

terjadi sebesar 2 kali atau lebih, penguatan yang terjadi bisa langsung

dilihat pada osiloskop.

7.2 SARAN

1. Alat dan bahan praktikum sudah cukup banyak, akan tetapi

sebaiknya perlu ditambah lagi.

2. Alat yang tidak dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki

atau diganti.

3. Dalam merangkai harus berhati-hati, sebab ada suatu komponen

elektronika yang digunakan sensitif terhadap sesuatu.

4. Benar benar teliti dalam memutar potensiometer, karena potensio

akan mudah putus jika sering bolak balik memutar scara cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang kariyanto,2012. http://bambangkariyanto.blogspot.co.id/2012/06/

penguat-common-emittercollectorbases .html.

Erica Rosella.2008. Fisika. Jakarta :PT. Pustaka Media.

Lila diah.2013.Praktikum Transistor Sebagai Saklar. Jakarta :Universitas mercu buana.

Malvino, Albert Paul.1984.Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta: Erlangga.

Millman, Jacob & Cristos C,Jalkias.1986.Elektronika Terpadu. Jakarta:

Erlangga.

Owen Beshop.2004.Dasar-Dasar Elektonika . Jakarta: Erlangga.

Rahmad, M. 2006. Elektronika Dasar. Pekanbaru: Cendekia Insani.

Widodo Budiharto.2008.Panduan Praktikum Mikrokontroler AVR Atmegedia.

Jakarta: PT. Elex Media.

William D,Cooper.1978.Electronic Instrumentation And Measurement

Techniques. Prentice Hall of India: Erlangga.

William D,Cooper.1985.Instrumentasi Elektronik Dan Teknik Pengukuran.

Jakarta: Erlangga.

William H Hayt.2005.Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai