Orientasi Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Orientasi Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut
:
1. Orientasi Apa yang dimaksud ?
2. Apa Hakikat Pelatihan (Training) ?
3. Apa Analisa dari Kebutuhan Pelatihan?
4. Bagaimana Teknis Training dan Pengembangannya ?
5. Bagaimana Evalusi Program Pelatihan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian Orientasi.
2. Untuk mengetahui Hakikat Pelatihan.
3. Untuk mengetahui Analisa dari Kebutuhan Pelatihan
4. Untuk mengetahui Teknis Training dan Pengembangannya.
5. Untuk mengetahui Evaluasi Program Pelatihan
D. Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini dibagi atas tiga bab, yang masing-masing dibagi atas sub-sub bab.
Secara garis baris besar, sistematika penulisan di jelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian orientasi, materi-materi orientasi, apa pengertian pelatihan dan pengembangan
manajemen, bagaimana tujuan pelatihan sumber daya manusia, bagaimana metode pelatihan.
A. ORIENTASI
Orientasi adalah pengenalan dan adaptasi terhadap suatu situasi atau lingkungan. Dimaksud
orientasi disini adalah pengembangan dan pelatihan awal bagi para karyawan baru yang memberi
mereka informasi bagi perusahaan, pekerjaan, maupun kelompok kerja. Pengenalan dan
orientasi perlu diprogamkan karena adanya sejumlah aspek khas yang muncul pada saat
seseorang memasuki lingkungan kerja yang baru.
Materi-materi yang diberikan pada masa orientasi kepada para SDM/ Karyawan baru meliputi :
· Profil organisasi termasuk didalamnya sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi yang ingin
dicapai perusahaan, struktur organisasi perusahaan berikut para pemangku jabatan pada seluruh
departemen yang perlu diketahui.
· Peraturan-peraturan dan berbagai kebijakan perusahaan dalam hubungannya dengan hak dan
kewajiban karyawan.
· Berbagai fasilitas yang mungkin dapat digunakan atau tidak boleh digunakan oleh karyawan.
· Pengenalan kondisi lingkungan kerja dimana karyawan tersebut akan berja seperti siapa yang
menjadi atasanlangsung,atasan tidak langsung, rekan kerja, bawahan, kondisi ruangan kerja, dan
fasilitasnya.
· Pengenalan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh SDM yang bersangkutan sesuai dengan
job description.
Level kedua yang diukur adalah aspek pembelajaran para peserta yakni apakah pengetahuan para
peserta menjadi kian bertambah setelah mengikuti kegiatan training. Level kedua ini disebut juga
sebagai level Learning. Evaluasi level kedua ini umumnya dilakukan dengan cara memberikan
pre dan post-test untuk menguji daya serap para peserta mengenai beragam materi yang telah
diajarkan.
Level ketiga evaluasi bersifat lebih vital karena ia mengukur apakah materi pelatihan yang
diajarkan telah diaplikasikan oleh para peserta dalam pekerjaan sehari-harinya. Level ketiga
ini disebut juga sebagai Behavior Application. Jadi disini, dilihat apakah materi training memang
benar-benar dipraktekkan untuk merubah perilaku para peserta menuju perilaku unggul yang
diharapkan. Tak banyak perusahaan yang melakukan kegiatan evaluasi pada level ini - padahal
aspek ini merupakan elemen yang sangat penting. Pengukuran level ini biasanya dilakukan enam
bulan hingga satu tahun setelah proses pelatihan; dan difokuskan untuk melihat sejauh materi
training memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku dan peningkatan kinerja para
peserta pelatihan.
Level pengukuran terakhir atau level keempat dari proses evaluasi training adalah mengukur
apakah kegiatan training yang telah dilakukan dapat memberikan dampak positif bagi kinerja
perusahaan atau unit bisnis dimana para peserta bekerja. Level ini disebut juga sebagai Business
Impact. Secara spesifik, fokus dari pengukuran pada level ini adalah melihat sejauh mana
kontribusi kegiatan pelatihan terhadap kinerja bisnis. Misal, apakah setelah dilakukan training
mengenai selling skills, terdapat peningkatan volume penjualan atau tidak. Atau juga setelah
dilakukan training mengenai Quality Management, apakah terdapat penurunan yang signifikan
terhadap jumlah produk cacat atau tidak.
Para pengelola training semestinya selalu melakukan evaluasi atas kegiatan training yang telah
mereka selenggarakan - baik pada level 1 dan 2, dan juga yang lebih penting pengukuran pada
level 3 dan 4. Sebab hanya dengan itulah, kita bisa yakin apakah anggaran training yang telah
diinvestasikan benar-benar memberi value bagi kemajuan perusahaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
v Orientasi adalah pengenalan dan adaptasi terhadap suatu situasi atau lingkungan. Dimaksud
orientasi disini adalah pengembangan dan pelatihan awal bagi para karyawan baru yang memberi
merka informasi bagi perusahaan, pekerjaan, maupun kelompok kerja.
v Pelatihan adalah aktifitas yang dirancang untuk memberi para pembelajar pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka saat ini.
v Pengembangan manajemen terdiri atas seluruh pengalaman pelatihan yang diberikan oleh
organisasi yang menghasilkan peningkatan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
dalam posisi-posisi manajerial saat ini dan dimasa pendatang.
v Tujuan diadakan pelatihan yang diselenggarakan organisasi/perusahaan terhadap SDM karena ,
menginginkan adanya perubahan dalam prestasi kerja SDM sehingga dapat sesuai dengan tujuan
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://ultari.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/22/orientasi-pelatihan-dan-pengembangan.
Hani Handoko. 1987,. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua :
Yogyakarta.
http://blogachzanalbakasi.blogspot.com/2013/06/orientasi-penilaian-dan-pengembangan.html
http://nanangsetiyawan.blogspot.com/2008/12/4-level-evaluasi-dari-program-training.html
http://epsmanajemensdm.blogspot.com/2009/12/analisis-kebutuhan-pelatihan-training.html
http://dediterbaru.blogspot.co.id/2013/11/orientasi-pelatihan-dan-pengembangan.html