NIM : P07539012047
Quality Assurance atau jaminan mutu adalah suatu konsep yang mencakup
segala aspek yang secara individual atau bersama-sama dapat mempengaruhi mutu
suatu produk (WHO).
7. Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan
serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.
8. Kepuasan pasien didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu
produk yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Kepuasan
merupakan pengalaman yang akan mengendap di dalam ingatan pasien
sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian ulang
produk yang sama.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit terdiri dari berbagai unsur yang paling
utama yaitu :
1. Usaha pengadaan, distribusi, dan pengawasan semua obat-obatan yang
digunakan dalam pelayanan tersebut.
2. Evaluasi dan penyebaran informasi secara luas tentang obat-obatan dan
penggunaannya pada para staf rumah sakit dan pasien.
3. Memantau dan menjamin kualitas penggunaan obat.
Farmasi Klinis
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”,
menyatakan bahwa :
Tujuan pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat ditinjau dari 3 aspek:
1. Manajemen
2. Farmasi Klinik
3. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
2. Meminimalkan Biaya
a. Untuk rumah sakit dan pasien (apakah obat yang dipilih paling efektif dalam
hal biaya dan rasional)
b. Apakah terjangkau oleh kemampuan pasien atau rumah sakit.
c. Jika tidak, alternatif jenis obat apa yang memberikan kemanfaatan dan
keamanan yang sama
1. Konseling
2. Monitoring efek samping obat (MESO)
3. Pencampuran obat suntik aseptik
4. Analisa efektifitas biaya
5. Penentuan kadar obat dalam darah
6. Penanganan sitostatika
7. Penyiapan total parenteral nutrisi
8. Pemantauan penggunaan obat
9. Pengkajian penggunaan obat
Pemantauan obat merupakan salah satu tugas layanan farmasi klinis dan
berhubungan dengan masalah berkaitan obat (DRP) serta dapat dikategorikan
sebagai berikut:
5. Apoteker harus mengetahui peran dan fungsinya dan tidak mencoba bertindak di
luar perannya.
6. Bagi apoteker klinis perintis harus mempelajari semua “skill of trade”. Sehingga
mereka dapat menguasai pengetahuan serta berpengalaman dalam ilmu kedokteran
umum, mengikuti pendidikan berkelanjutan. Membentuk klub jurnal dan belajar
bersama-sama serta membuat presentasi secara teratur bersama rekan-rekan.
Perlu melakukan penetapan prioritas area pengembangan pelayanan farmasi klinis.
Misalnya: menurut keadaan penyakit (jantung koroner atau terapi obat sitotoksik)
dan pasien dengan farmakokinetik dan farmakodinamik yang kurang normal atau
aturan obat yang rumit (lansia atau polifarmasi)
Evaluasi dan Pengendali Mutu mempunyai tujuan pada umum agar setiap
pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat
memuaskan pelanggan.
Tujuan Khusus adalah Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandard,
terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasien,
meningkatkan efesiensi pelayanan, meningkatkan mutu obat yang diproduksi di
rumah sakit sesuai CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), meningkatkan
kepuasan pelanggan, menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
Survei dilakukan untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket
atau wawancara langsung.
Faktor kunci keberhasilan dari pelayanan farmasi klinis adalah penyiapan
software, profesionalisme SDM, kerjasama dan komitment dari profesi,
pemberdayaan masyarakat, dan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, dan aktual,
tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien atau keluarga pasien. Tujuan dari pelayanan informasi obat adalah
menyediakan informasi mengenai obat secara objektif, akurat, dan up to
date kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit. Menyediakan
informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat,
terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi. Dengan dilaksanakannya
pelayanan informasi obat akan menunjang terapi obat yang rasional dan
meningkatkan profesionalisme apoteker. Dengan adanya pelayanan informasi obat
proses pengunaan obat dapat diambil lebih tepat, misalnya:
a. Memilih obat yang tepat
b. Memilih sediaan yang tepat.
c. Menentukan dosis yang tepat.
d. Menentukan rute obat.
e. Menentukan lama penggunaan obat.
f. Memantau efek terapi dan efek samping obat.
g. Merencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk mendorong penggunaan
obat yang rasional dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada
pasein.
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh pelayanan informasi obat antara lain:
a. Menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan melalui telpon, surat atau tatap
muka.
b. Meyiapkan materi brosur atau leflet informasi obat (pelayanan cetak ulang
atau re print).
c. Konsultasi tentang cara penjagaan terhadap reaksi ketidakcocokan obat,
konsep-konsep obat yang sedang dalam penelitian atau peninjauan penggunaan
obat-obatan.
d. Mendukung kegiatan panitia farmasi terapi dalam menyusun formularium rumah
sakit dan meninjau terhadap obat-obat baru yang diajukan untuk masuk dalam
formularium rumah sakit.
e. Mengkoordinasikan pemantauan dan pelayanan ESO.