Anda di halaman 1dari 83

BAB IV

ANALISA
PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

4.1 ANALISIS KEBIJAKAN


Sempadan sungai merupakan kawasan lindung tepi sungai yang menjadi satu
kesatuan dengan sungai. Sempadan sungai melindungi sungai dari gerusan, erosi, dan
pencemaran, selain juga memiliki keanekaragaman hayati dan nilai properti / keindahan
lanskap yang tinggi. Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di
antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara
garis sempadan dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul. Sungai Balangan di
Kecamatan Lampihong tergolong dalam Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan
Lampihong tergolong sungai kecil sehingga ditentukan sempadan sebesar 50 meter di kiri
dan kanan garis tepi luar sungai.
Berdasarkan gambaran umum yang telah dijelaskan, pada kawasan sempadan
Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong terdapat beragam bangunan sehingga ingin
diketahui regulasi yang terkait dengan sempadan Sungai Balangan di Kecamatan
Lampihong. Berikut ini merupakan analisis kebijakan yang terdiri dari PP Nomor 15 Tahun
2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, RPJMD Kabupaten Balangan Tahun
2016-2021, RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032, dan Perda Nomor 8 tahun 2013
tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Analisis kebijakan terkait retribusi izin
mendirikan bangunan dirasa perlu dikarenakan terdapat banyak sekali bangunan yang
terbangun di kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong sehingga ingin
diketahui juga kriteria izin mendirikan bangunan di Kabupaten Balangan.

LAPORAN AKHIR IV-1


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Tabel 4. 1 Analisis Kebijakan

Dokumen Sasaran Kebijakan Program/Stratgi


PP Nomor 15 Tahun 2010 Pelaksanaan pengendalian Peraturan Zonasi • Zona peruntukan merupakan suatu bagian wilayah atau kawasan yang
Tentang Penyelenggaraan pemanfaatan ruang Kabupaten/Kota ditetapkan dalam rencana tata ruang untuk mengemban suatu fungsi
Penataan Ruang diselenggarakan untuk tertentu sesuai dengan karakteristik zonanya.
menjamin terwujudnya tata • Ketentuan zonasi dalam wilayah kota memuat ketentuan lain yang
ruang sesuai dengan rencana dibutuhkan untuk mengendalikan perkembangan penggunaan lahan
tata ruang campuran, sektor informal, dan pertumbuhan gedung pencakar langit.
Perizinan • Menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,
peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang.
• Mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang.
• Melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
Pemberian insentif dan • Mendorong dan mengarahkan pembangunan.
disinsentif • Mempromosikan kawasan yang akan dibangun dengan cepat.
• Menjaga dan melindungi kawasan yang mempunyai fungsi lindung, baik
dari sisi perlindungan bangunan, karakter kawasan, dan/atau
perlindungan lingkungan.
• Memotivasi, mengarahkan, dan/atau mempengaruhi pelaku
pembangunan agar Melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai dengan
RTR.
• Mengurangi dan/atau mencegah penggunaan lahan yang tidak produktif.
• Menjamin kelestarian sumberdaya.
Pengenaan sanksi Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan
administratif oleh pejabat yang berwenang :
a. Melanggar batas sempadan yang telah ditentukan
b. Melanggar ketentuan koefisien lantai bangunan yang telah ditentukan
c. Melanggar ketentuan koefisien dasar bangunan dan koefisien dasar
hijau
d. Melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi bangunan
e. Melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi lahan

LAPORAN AKHIR IV-2


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Dokumen Sasaran Kebijakan Program/Stratgi


f. Tidak menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas umum sesuai dengan
persyaratan dalam izin pemanfaatan ruang.
RPJMD Kabupaten Meningkatnya kualitas sumber Terpenuhinya hak-hak dasar 1. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan
Balangan Tahun 2016-2021 daya manusia rakyat berkualitas
2. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayananan kesehatan
berkualitas
3. Pengembangan daya saing tenaga kerja Balangan, serta pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak

Mewujudkan ekonomi Mewujudkannya upaya- 1. Penciptaan lapangan kerja yang memadai agar mampu mengurangi
kerakyatan yang berkeadilan upaya pembangunan daerah pengangguran terbuka.
diarahkan pada peningkatan 2. Diupayakan dengan melakukan pembangunan ekonomi kerakyatan
pertumbuhan ekonomi yang melalui sektor pertanian dan usaha mikro, kecil dan menengah, yang
berkualitas melalui ekonomi didukung penciptaan iklim investasi yang kondusif dan lingkungan
kerakyatan usaha yang sehat, termasuk peningkatan investasi dan revitalisasi
pertanian dalam arti luas.
3. Pengembangan industri pengolahan berbasis pertanian (agroindustri)
serta perbaikan iklim ketenagakerjaan.
Mewujudkan pembangunan Meningkatnya kuantitas dan kualitas serta kemanfaatan berbagai infrastruktur
infrastruktur yang dan sarana-prasarana umum
berkesinambungan
Meningkatkan pemanfaatan Didasari prinsip pembangunan berkelanjutan.
sumber daya alam (potensi
lokal) berdasarkan kearifan lokal
yang berwawasan lingkungan
Mengembangkan sosial budaya Objek dan subyek pembangunan yang mampu meningkatkan kualitas hidup
kemasyarakatan masyarakat melalui seni budaya, olahraga, keagamaan, penanganan
kemiskinan dan masalah sosial serta pencegahan dan tanggap darurat
bencana.
Optimalisasi pemberdayaan 1. Dapat berfungsi menjadi fasilitator dalam rangka peningkatan pelayanan
aparatur pemerintah daerah publik berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) penyelenggaraan

LAPORAN AKHIR IV-3


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Dokumen Sasaran Kebijakan Program/Stratgi


pemerintahan, serta pembangunan menuju kepada good governance
dan clear government.
2. Diperlukan regulasi, sistem, dan budaya kerja bagi aparatur pemerintah
daerah yang mampu memberikan kepastian hukum, kemudahan
bekerja, kesesuaian pekerjaan dengan tingkat kompetensi, kejelasan
jenjang karir serta sistem reward dan punishment yang tepat dan
memadai.
Mewujudkan kemananan Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum di tengah masyarakat serta
ketertiban masyarakat dan perlindungan dan pengakuan terhadap status warga Balangan dalam
kepastian hukum untuk adminstrasi dan hukum terkait kependudukan.
terciptanya suasana kondisi.
RTRW Kabupaten Balangan Terwujudnya wilayah Balangan Pengembangan kawasan • Melestarikan dan meningkatkan fungsi dan daya dukung lingkungan
Tahun 2013-2032 yang sejahtera, aman, nyaman, strategis Kabupaten untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,
dan produktif melalui melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
pengembangan sektor-sektor meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan rona
unggulan yang berwawasan alam, dan melestarikan warisan ragam budaya lokal.
lingkungan dalam pemanfaatan • Mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan dalam
ruang pengembangan perekonomian kabupaten yang produktif, efisien, dan
mampu bersaing dalam perekonomian regional, nasional atau
internasional.
▪ Memanfaatkan sumberdaya alam dan atau perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara optimal untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
▪ Melestarikan dan meningkatkan kualitas sosial dan budaya lokal yang
beragam.
▪ Mengembangkan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan
sosial ekonomi budaya antar kawasan.
Pemeliharaan dan ▪ Menetapkan kawasan strategis kabupaten berfungsi lindung.
perwujudan kelestarian ▪ Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis kabupaten yang
fungsi lingkungan hidup berpotensi mengurangi daya lindung kawasan.
melalui pengembangan ▪ Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis kabupaten
kawasan lindung yang berpontensi mengurangi daya lindung kawasan.

LAPORAN AKHIR IV-4


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Dokumen Sasaran Kebijakan Program/Stratgi


▪ Mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di
sekitar kawasan strategis kabupaten yang dapat memicu perkembangan
kegiatan budidaya permukiman perkotaan.
▪ Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan
strategis kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun.
▪ Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan
strategis kabupaten.
Rencana Pengembangan PPK Simpang Tiga berada di Kecamatan Lampihong dengan fungsi pelayanan:
Pusat-pusat Kegiatan di 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
Kabupaten Balangan 2. Pusat pelayanan sosial, kesehatan dan umum
3. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura,
perikanan dan peternakan
4. Pusat pengembangan industri kecil
5. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang
6. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD,
SLTP, SLTA
Sistem jaringan transportasi • Jaringan jalan kewenangan Provinsi yaitu jaringan jalan kolektor primer
darat di Kabupaten Balangan (K1), terdiri atas ruas:
1) Desa Teluk Karya (Batas Kabupaten Hulu Sungai Utara) –
Lampihong
2) Lampihong – Mantimin
3) Lampihong – Paringin
• Jaringan layanan lalu lintas trayek angkutan perkotaan :
1) Dilintasi oleh rute angkutan umum kota dalam Provinsi (AKDP)
berupa trayek Pantai Hambawang - Barabai - Batumandi - Paringin
dan Paringin - Lampihong – Amuntai dan Paringin – Halong –
Kotabaru
2) Rencana pengembangan angkutan umum dalam sistem jaringan
pelayanan angkutan umum kota dalam Provinsi (AKDP) yang belum
terlayani berupa trayek Batumandi – Mantimin – Lampihong –
Amuntai

LAPORAN AKHIR IV-5


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Dokumen Sasaran Kebijakan Program/Stratgi


Rencana sistem prasarana • Sistem pengolaan persampahan yang terkait dalam wilayah Kabupaten
pengelolaan lingkungan di Balangan adalah rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
Kabupaten Balangan persampahan berupa Tempat Pemrosesan Akhir Batu Merah di Desa
Batu Merah, Kecamatan Lampihong dengan cakupan pelayanan
Kabupaten Balangan.
• Sistem jaringan air minum yang terkait dalam wilayah Kabupaten
Balangan adalah rencana jaringan air bersih ke kelompok pengguna
berupa rencana Instalasi Pengolahan Air (IPA) bersih, meliputi :
1) IPA Buntu Pilanduk di Kecamatan Halong
2) IPA Sungai Batung di Kecamatan Juai
3) IPA Mantimin di Kecamatan Batumandi
4) Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong
5) IPA Simpang Nadung di Kecamatan Tebing Tinggi
6) IPA Awayan di Kecamatan Awayan
7) IPA Paringin I
8) IPA Paringin II
9) IPA Paringin III
• Rencana jalur evakuasi bencana adalah jalur evakuasi bencana banjir
yakni pada jalur utama pada kawasan rawan bencana banjir berada di
Kecamatan Paringin, Kecamatan Paringin Selatan,Kecamatan Halong,
Kecamatan Juai, Kecamatan Batumandi, dan Kecamatan Lampihong
menuju ke ruang terbuka hijau dan fasilitas umum terdekat yang
dipergunakan untuk pengungsian sementara.
Pola ruang wilayah kawasan Kawasan rawan banjir di Kabupaten Balangan adalah kawasan rawan banjir
lindung di Kecamatan Paringin kurang lebih 572 (lima ratus tujuh puluh dua) hektar,
Kecamatan Paringan Selatan kurang lebih 396 (tiga ratus sembilan puluh
enam) hektar, Kecamatan Halong kurang lebih 177 (seratus tujuh puluh tujuh)
hektar, Kecamatan Juai kurang lebih 705 (tujuh ratus lima) hektar, Kecamatan
Batumandi kurang lebih 1.703 (seribu tujuh ratus tiga) hektar dan Kecamatan
Lampihong kurang lebih 1.323 (seribu tiga ratus dua puluh tiga) hektar, maka
luas total kawasan rawan banjir kurang lebih 4.876 (empat ribu delapan ratus
tujuh puluh enam) hektar.

LAPORAN AKHIR IV-6


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Dokumen Sasaran Kebijakan Program/Stratgi


Kawasan budidaya • Kawasan peruntukan pertanian direncanakan pada beberapa kecamatan
adalah kawasan peruntukan tanaman pangan adalah seluas kurang lebih
32.715 (tiga puluh dua ribu tujuh ratus lima belas) hektar, sebagian
besar terdapat di Kecamatan Batumandi, dan sebagian lainnya tersebar
di Kecamatan Lampihong, Kecamatan Awayan, Kecamatan Paringin,
Kecamatan Paringin Selatan, Kecamatan Juai, Kecamatan Halong dan
Kecamatan Tebing Tinggi.
• Kawasan peruntukan peternakan terdiri dari :
1. Rencana kawasan pengembangan peternakan sapi di Kecamatan
Paringin, Kecamatan Awayan, Kecamatan Lampihong dan
Kecamatan Batumandi
2. Rencana kawasan pengembangan peternakan ayam ras di
Kecamatan Paringin dan Kecamatan Lampihong.
3. Rencana kawasan pengembangan peternakan itik di Kecamatan
Lampihong dan Kecamatan Batumandi.
Ketentuan Pengendalian Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung geologi adalah Ketentuan
Pemanfaatan Ruang di umum peraturan zonasi kawasan strategi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kabupaten Balangan Balangan:
1. Kawasan strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Balangan berada
sepanjang aliran sungai Balangan beserta sempadan sungai.
2. Dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Balangan tidak
diperbolehkan kegiatan budidaya yang menyebabkan kerusakan dan
mengganggu fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) Balangan.
3. Dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Balangan diperbolehkan
dibangun sarana dan utilitas sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku.
4. Dilakukan kegiatan pemeliharaan dan normalisasi secara berkala dalam
rangka menjaga kelestarian ekosistem sungai.
Perda Nomor 8 tahun 2013 Menutup sebagian biaya Struktur tarif retribusi. Biaya Sempadan = 1 % x D = E (serendah-rendahnya sebesar Rp. 50.000)
tentang Retribusi Izin penyelenggaraan pemberian
Mendirikan Bangunan izin.

LAPORAN AKHIR IV-7


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

4.2 ANALISIS SIMPANGAN ANTARA POLA RUANG RTRW DAN KONDISI


EKSISTING
Analisis simpangan antara pola ruang RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-
2032 dan kondisi eksisting Tahun 2019 (atau terbaru) dilakukan menggunakan teknik
analisis komparasi. Analisis komparasi merupakan teknik analisis statistik yang bertujuan
untuk membandingkan antara kondisi dua buah kelompok atau lebih. Penggunaan dari
teknik analisis komparasi ini tergantung pada jenis skala data dan banyak sedikitnya
kelompok. Selain itu, alat yang digunakan adalah software Arcgis dengan overlay pada
rencana pola ruang RTRW terhadap kondisi eksisting di Kawasan Sempadan Sungai
Balangan Kabupaten Balangan.
Analisis spasial yang dilakukan setelah melakukan pengolahan data menggunakan
SIG. Pengolahan yang dimaksud berupa pengklasifikasian data spasial berupa penggunaan
lahan yang didinterpretasi melalui citra. Analisis spasial tersebut digunakan untuk
menganalisis persebaran perubahan penggunaan lahan serta persebaran kesesuaiannya
dengan rencana RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa terdapat sebanyak 14,68% yang tidak
sesuai terhadap rencana pola ruang RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2012-2032. Hal
tersebut dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 4.3. Guna lahan yang tidak sesuai adalah adanya
guna lahan bangunan berupa pemukiman, perdagangan dan jasa di rencana perairan dan
sempadan sungai, baik sungai besar (Sungai Balangan) atau sempadan sungai kecil.
Namun, perlu diketahui bahwa penduduk Kecamatan Lampihong memiliki budaya untuk
tinggal di tepi sungai sehingga sejak jaman dahulu telah terdapat bangunan di tepian sungai.

LAPORAN AKHIR IV-8


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Tabel 4. 2 Kesesuaian Guna Lahan Eksisting terhadap Rencana Pola Ruang Kabupaten

Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2012-2032


Guna Lahan Eksisting (ha) (ha) Total (ha)
Sesuai Tidak sesuai
Bangunan 4,477 61,766 66,243
Hutan 16,409 - 16,409
Jalan 14,568 - 14,568
Kebun 76,358 0,174 76,532
Ladang 0,952 - 0,952
Lahan Campuran 15,346 0,274 15,620
Lahan Terbuka 2,524 - 2,524
Pendidikan 0,065 1,167 1,233
Perdagangan dan jasa 0,013 1,037 0,831
Peribadatan 0,136 0,975 1,111
Perkebunan 2,553 - 2,553
Perkebunan Campuran 179,079 0,080 179,158
Sawah 4,578 - 4,578
Sungai 61,758 - 61,758
Tegalan 1,722 - 1,722
Total (ha) 380,538 65,472 446,010
Persentase 85,32% 14,68% 100,00%

LAPORAN AKHIR IV-9


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Tabel 4. 3 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032 terhadap Kondisi Eksisting

Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2012-2032 (ha)


Guna Lahan Eksisting
Pertanian Tanaman Total (ha)
(ha) Perairan Perkebunan Permukiman Desa Sepadan Sungai Besar Sepadan Sungai Kecil
Pangan
Bangunan 1,280 - 4,477 - 60,486 - 66,243
Hutan 3,217 - 0,004 - 13,189 - 16,409
Jalan 0,571 0,000 0,518 - 13,472 0,007 14,568
Kebun 7,999 - 6,548 0,200 61,611 0,174 76,532
Ladang 0,005 - 0,071 - 0,875 - 0,952
Lahan Campuran 2,053 - - - 13,567 - 15,620
Lahan Terbuka 0,351 - - - 2,172 - 2,524
Pendidikan - - 0,065 - 1,167 - 1,233
Perdagangan dan jasa 0,018 - 0,013 - 1,019 - 0,831
Peribadatan - - 0,136 - 0,975 - 1,111
Perkebunan 0,266 - - - 2,287 - 2,553
Perkebunan Campuran 11,357 0,152 17,632 0,001 149,936 0,080 179,158
Sawah 0,042 - 0,434 0,006 4,095 - 4,578
Sungai 32,521 - - - 29,237 - 61,758
Tegalan 0,003 - 0,450 - 1,269 - 1,722
Total (ha) 59,683 0,152 30,348 0,207 355,358 0,261 446,010

Keterangan:

Tidak sesuai pola ruang RTRW Tidak sesuai pola ruang RTRW
Sesuai dengan pola ruang RTRW

LAPORAN AKHIR IV-10


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 1 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting

LAPORAN AKHIR IV-11


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 2 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 1

LAPORAN AKHIR IV-12


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 3 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 2

LAPORAN AKHIR IV-13


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 4 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 3

LAPORAN AKHIR IV-14


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 5 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 4

LAPORAN AKHIR IV-15


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 6 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 5

LAPORAN AKHIR IV-16


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 7 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 6

LAPORAN AKHIR IV-17


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 8 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 7

LAPORAN AKHIR IV-18


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 9 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 8

LAPORAN AKHIR IV-19


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 10 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 9

LAPORAN AKHIR IV-20


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 11 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 10

LAPORAN AKHIR IV-21


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 12 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 11

LAPORAN AKHIR IV-22


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 13 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 12

LAPORAN AKHIR IV-23


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 14 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 13

LAPORAN AKHIR IV-24


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 15 Peta Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting Blad 14

LAPORAN AKHIR IV-25


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

4.3 ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN


4.3.1. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kemampuan suatu bentang lahan untuk penggunaan tertentu, yang dianalisis dengan
menggunakan input data kondisi fisik lahan. Data dasar yang diperlukan yaitu data
kelerengan yang diberikan pembobotan dan skor kemudian diklasifikasikan berdasarkan
kelas-kelas satuan kemampuan lahan. Penggolongan kemampuan lahan menggunakan
acuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007, tentang Pedoman Teknik
Analisis Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang. Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk mengenali
karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian
lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/ atau kawasan dapat
dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
A. SKL Morfologi
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi dilakukan untuk memilah bentuk
bentang alam/morfologi pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk
dikembangkan sesuai dengan fungsinya. SKL Morfologi berdasarkan hasil pembobotan dan
pengklasifikasian berdasarkan data kelerengan, memiliki lima kelas morfologi dan terlihat
bahwa didominasi oleh kelas Kemampuan Lahan dari Morfologi Rendah karena lahan di
Kecamatan Lampihong memiliki kelerengan yang tergolong landai yaitu 0-2% dan 2-15%.
Berikut tabel SKL Morfologi menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2007:
Tabel 4. 4 SKL Morfologi

Morfologi Lereng SKL Morfologi Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan Kemampuan lahan dari
>40 % 1 0
Bukit/Perbukitan morfologi tinggi
Gunung/Pegunungan dan Kemampuan lahan dari
25-40 % 2 0
Bukit/Perbukitan morfologi cukup
Kemampuan lahan dari
Bukit/Perbukitan 15-25 % 3 0
morfologi sedang
Kemampuan lahan dari
Datar 2-15 % 4 32.942,75
morfologi kurang
Kemampuan lahan dari
Datar 0-2 % 5 121.703,64
morfologi rendah
Jumlah 154.646,39
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

LAPORAN AKHIR IV-26


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Pada kondisi eksisting, kondisi topografi di Kecamatan Lampihong, didominasi oleh


lahan yang tergolong datar dan dengan kelerengan dominan 0-2% seluas 121.073,64 ha.
Sehingga dengan demikian, dari hasil analisis SKL Morfologi berdasarkan Pedoman Permen
PU No. 20 tahun 2007 didapatkan nialai terbesar yaitu nilai 5 dengan keterangan
Kemampuan lahan dari morfologi rendah, karena memiliki tingkat kelerengan dominan yang
tergolong landai atau datar.
B. SKL Kemudahan Dikerjakan
Kemampuan lahan, SKL kemudahan dikerjakan adalah penilaian dan gambaran
pada lahan atas tingkat kemudahan untuk dimanfaatkan dalam proses pengembangan dan
pembangunan kawasan. Dari SKL ini juga dapat diketahui lahan yang dapat menjadi potensi
pembangunan dikarenakan kemudahnnya dalam pengerjaan pembangunannya. Dari
pengklasifikasian, semakin tinggi tingkat kelerengannya yang berarti semakin curam, maka
kemudahan dikerjakannya semakin tinggi yang berarti semakin sulit untuk dikerjakan.
Tabel 4. 5 SKL Kemudahan Dikerjakan

Morfologi Lereng SKL Kemudahan Dikerjakan Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan
>40 % Kemudahan dikerjakan Rendah 1 0
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan dan
25-40 % Kemudahan dikerjakan Kurang 2 0
Bukit/Perbukitan
Bukit/Perbukitan 15-25 % Kemudahan dikerjakan Sedang 3 0
Datar 2-15 % 4 32.942,75
Kemudahan dikerjakan Tinggi
Datar 0-2 % 5 121.703,64
Total 154.646,39

C. SKL Kestabilan Lereng


Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng dapat dikatakan stabil dilihat dari
kemiriingan lereng tersebut. Bila tingkat kelerengannya tergolong curam maka tingkat
kestabilan lereng itu juga rendah. Fungsi dari SKL kestabian lereng ini adalah mengetahui
gambaran kemantapan lereng sehingga didapatkan pengelompokan kawasan berdasarkan
kestabilan lerengnya dan arahan pengembangannya sesuai dengan kestabilan lereng
tersebut. Berikut table klasifikasi kestabilan lereng berdasarkan Permen PU No.
20/PRT/M/2007.

LAPORAN AKHIR IV-27


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Tabel 4. 6 SKL Kestabilan Lereng

Morfologi Lereng SKL Kestabilan Lereng Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan
>40 % Kestabilan Lereng Rendah 1 0
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan dan
25-40 % Kestabilan Lereng Kurang 2 0
Bukit/Perbukitan
Bukit/Perbukitan 15-25 % Kestabilan Lereng Sedang 3 0
Datar 2-15 % 4 32.942,75
Kestabilan Lereng Tinggi
Datar 0-2 % 5 121.703,64
Total 154.646,39

Pada kondisi eksisting, kondisi topografi di Kabupaten Balangan, didominasi oleh


lahan yang tergolong datar dan dengan kelerengan dominan 0-2% seluas 121.703,64 ha.
Sehingga dengan demikian, dari hasil analisis SKL Kestabilan Lereng berdasarkan Pedoman
Permen PU No. 20 tahun 2007 didapatkan nialai terbesar yaitu nilai 4 dan 5 dengan
keterangan Tingkat Kestabilan Lereng tergolong Tinggi, karena memiliki tingkat kelerengan
dominan yang tergolong landai atau datar.
D. SKL Kestabilan Pondasi
SKL kestabilan pondasi ini berfungsi untuk mengetahui jenis pondasi yang sesuai
dengan lahan tersebut. Pada lahan dengan tigkat kelerengan yang rendah, maka kestabilan
pondasinya tinggi yang berarti lahan tersebut dapatmenggunakan jenis pondasi yang
beragam dan lahan tersebut lebih stabil untuk didirikan bangunan atau kawasan terbangun.
Berikut tabel klasifikasi kestabilan pondasi berdasarkan Permen PU nomor 20/PRT/M/2007.
Tabel 4. 7 SKL Kestabilan Pondasi

Morfologi Lereng SKL Kestabilan Pondasi Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan Daya Dukung dan Kestabilan
>40 % 1 0
Bukit/Perbukitan Pondasi Rendah
Gunung/Pegunungan dan
25-40 % Daya Dukung dan Kestabilan 2 0
Bukit/Perbukitan
Pondasi Kurang
Bukit/Perbukitan 15-25 % 3 0
Datar 2-15 % Daya Dukung dan Kestabilan 4 32.942,75
Datar 0-2 % Pondasi Tinggi 5 121.703,64
Total 154.646,39

Pada kondisi eksisting, kondisi topografi di Kabupaten Balangan, didominasi oleh


lahan yang tergolong datar dan dengan kelerengan dominan 0-2%. Sehingga dengan
demikian, dari hasil analisis SKL Kestabilan Pondasi berdasarkan Pedoman Permen PU No.
20 tahun 2007 didapatkan nialai terbesar yaitu nilai 4 dan 5 dengan keterangan Daya

LAPORAN AKHIR IV-28


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Dukung dan Kestabilan Pondasi Tinggi, karena memiliki tingkat kelerengan dominan yang
tergolong landai atau datar.
E. SKL Ketersediaan Air
SKL ketersediaan air berfungsi untuk mengetahui lahan yang mempunyai
ketersedian air rendah maupun tinggi. Pada pengembangan kawasan, ketersediaan air
merupakan faktor pentinnya agar pengembangan kawasan dapat berjalan dengan lancar.
Pada SKL ketersedian air ini menggunakan tingkat kelerengan sebagai pengklasifikasian
utama yang apabila tingkat kelerengan suatu wilayah tinggi maka ketersedian airnya rendah,
begitu juga sebaliknya. Berikut table klasifikasi ketersediaan air berdasarkan Permen PU No.
20/PRT/M/2007.
Tabel 4. 8 SKL Ketersediaan Air

Morfologi Lereng SKL Ketersediaan Air Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan Ketersediaan Air Sangat
>40 % 1 0
Bukit/Perbukitan Rendah
Gunung/Pegunungan dan
25-40 % Ketersediaan Air Rendah 2 0
Bukit/Perbukitan
Bukit/Perbukitan 15-25 % Ketersediaan Air Sedang 3 0
Datar 2-15 % 4 32.942,75
Ketersediaan Air Tinggi
Datar 0-2 % 5 121.703,64
Total 154.646,39
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Pada kondisi eksisting, kondisi topografi di Kabupaten Balangan, didominasi oleh


lahan yang tergolong datar dan dengan kelerengan dominan 0-2%. Sehingga dengan
demikian, dari hasil analisis SKL Ketersediaan Air berdasarkan Pedoman Permen PU No.
20 tahun 2007 didapatkan nilai terbesar yaitu nilai 4 dan 5 dengan keterangan Ketersediaan
Air Tinggi, karena memiliki tingkat kelerengan dominan yang tergolong landai atau datar.
F. SKL Drainase
Sistem drainase sendiri berfungsi sebagai pembuang kelebihan air yang ada.
Tingkat kemudahan aliran air ini dipengaruhi langsung tingkat kelerengan lahan tersebut,
dimana apabila tingkat kelerengan suatu lahan tergolong curam maka tingkat drainase
tersebut tinggi dan mudah mengaliri air. Sebaliknya, jika lahan tersebut mempunyai
kelerengan yang tergolong datar maka tingkat drainase tersebut rendah dan sulit untuk
mengaliri air dan mudah untuk tergenang. Tujuannya adalah mengatahui lokasi lahan yang
memiliki kemungkinan genangan dan mengantisipasinya dengan saluran drainase yang
baik. Berikut table klasifikasi drainase berdasarkan Permen PU No. 20/PRT/M/2007.

LAPORAN AKHIR IV-29


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Tabel 4. 9 SKL Drainase

Morfologi Lereng SKL Drainase Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 % Drainase Tinggi 5 0
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 25-40 % 4 0
Bukit/Perbukitan 15-25 % Drainase Cukup 3 0
Datar 2-15 % 2 32.942,75
Drainase Kurang
Datar 0-2 % 1 121.703,64
Total 154.646,39
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Pada kondisi eksisting, kondisi topografi di Kabupaten Balangan, didominasi oleh


lahan yang tergolong datar dan dengan kelerengan dominan 0-2%. Sehingga dengan
demikian, dari hasil analisis SKL Drainase berdasarkan Pedoman Permen PU No. 20 tahun
2007 didapatkan nialai terbesar yaitu nilai 1 dan 2 dengan keterangan Drainase Kurang,
karena memiliki tingkat kelerengan dominan yang tergolong landai atau datar.
G. SKL Erosi
Daerah dengan kecuraman tinggi mempunyai tingkat erosi yang tinggi begitu
sebaliknya, derah dengan kecendrungan datar maka erosi sulit terjadi sehingga cocok untuk
dijadikan kawasan budidaya atau kawasan permukiman. Dari penggambaran tingkat erosi
ini dapat diketahui daerah yang memiliki erosi tinggi dan atisipasi dampaknya agar erosi
tersebut tidak merugikan masyarakat. Berikut tabel klasifikasi erosi berdasarkan Permen PU
No. 20/PRT/M/2007.
Tabel 4. 10 SKL Erosi

Morfologi Lereng SKL Erosi Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 % Erosi Tinggi 1 0
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 25-40 % Erosi Cukup Tinggi 2 0
Bukit/Perbukitan 15-25 % Erosi Sedang 3 0
Datar 2-15 % Erosi Sangat Rendah 4 32.942,75
Datar 0-2 % Tidak Ada Erosi 5 121.703,64
Total 154.646,39
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007
Pada kondisi eksisting, kondisi topografi di Kabupaten Balangan, didominasi oleh
lahan yang tergolong datar dan dengan kelerengan dominan 0-2%. Sehingga dengan
demikian, dari hasil analisis SKL Erosi berdasarkan Pedoman Permen PU No. 20 tahun 2007
didapatkan nilai terbesar yaitu nilai 5 dengan keterangan Tidak Ada Erosi, karena memiliki
tingkat kelerengan dominan yang tergolong landai atau datar.

LAPORAN AKHIR IV-30


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

H. SKL Pembuangan Limbah


SKL pembuangan limbah adalah menunjukan lokasi-lokasi yang cocok sebagai
penampungan maupun pengolahan limbah baik berupa limbah padat ataupun cair.
Kelerengan merupakan patokan utama SKL pembuangan limbah ini, yakni pembuangan
limbah sebagian besar dilakukan ke lahan yang datar. Sedangkan untuk tingkat
kelerengannya cendrung curam, maka pembuangan limbahnya kurang. Berikut tabel
klasifikasi pembuangan limbah berdasarkan Permen PU No. 20/PRT/M/2007.
Tabel 4. 11 SKL Pembuangan Limbah

Morfologi Lereng SKL Pembuangan Limbah Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 % Kemampuan Lahan untuk 1 0
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 25-40 % Pembuangan Limbah Kurang 2 0
Kemampuan Lahan untuk
Bukit/Perbukitan 15-25 % 3 0
Pembuangan Limbah Sedang
Datar 2-15 % Kemampuan Lahan untuk 4 32.942,75
Datar 0-2 % Pembuangan Limbah Cukup 5 121.703,64
Total 154.646,39
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Pada kondisi eksisting, kondisi topografi di Kabupaten Balangan, didominasi oleh


lahan yang tergolong datar dan dengan kelerengan dominan 0-2%. Sehingga dengan
demikian, dari hasil analisis SKL Pembuangan Limbah berdasarkan Pedoman Permen PU
No. 20 tahun 2007 didapatkan nilai terbesar yaitu nilai 4 dan 5 dengan keterangan
Kemampuan Lahan untuk pembuangan Limbah Cukup , karena memiliki tingkat kelerengan
dominan yang tergolong landai atau datar.
I. SKL Rawan Bencana
Satuan kemampuan lahan terhadap bencana bertujuan untuk mengetahui tingkat
kerawanan terhadap bencana alam yang menimpa kawasan tersebut sehingga dalam
perkembangannya dapat diantisipasi sehingga menghindari/mengurangi kerugian dan
korban dari bencana alam tersebut. SKL bencana alam ini juga melihat potensi bencana
yang dapat terjadi di kawasan tersebut mulai dari bencana alam gunung meletus yang
biasanya ada di kawasan pegunungan hingga rawan bencana banjir pada kawasan dataran
yang berdekatan dengan sungai. Berikut table klasifikasi bencana alam berdasarkan Permen
PU No. 20/PRT/M/2007.

LAPORAN AKHIR IV-31


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Tabel 4. 12 SKL Rawan Bencana

Morfologi Lereng SKL Rawan Bencana Nilai Luas (ha)


Gunung/Pegunungan dan
>40 % 5 0
Bukit/Perbukitan
Potensi Bencana Alam Tinggi
Gunung/Pegunungan dan
25-40 % 4 0
Bukit/Perbukitan
Bukit/Perbukitan 15-25 % Potensi Bencana Alam Cukup 3 0
Datar 2-15 % 2 32.942,75
Potensi Bencana Alam Kurang
Datar 0-2 % 1 121.703,64
Total 154.646,39
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Pada kondisi eksisting, kondisi topografi di Kabupaten Balangan, didominasi oleh


lahan yang tergolong datar dan dengan kelerengan dominan 0-2%. Sehingga dengan
demikian, dari hasil analisis SKL Pembuangan Limbah berdasarkan Pedoman Permen PU
No. 20 tahun 2007 didapatkan nilai terbesar yaitu nilai 4 dan 5 dengan keterangan Potensi
Bencana Alam Kurang, karena memiliki tingkat kelerengan dominan yang tergolong landai
atau datar.

LAPORAN AKHIR IV-32


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 16 Peta SKL Morfologi

LAPORAN AKHIR IV-33


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 17 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan

LAPORAN AKHIR IV-34


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 18 Peta SKL Kestabilan Lereng

LAPORAN AKHIR IV-35


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 19 Peta SKL Kestabilan Pondasi

LAPORAN AKHIR IV-36


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 20 Peta SKL Ketersediaan Air

LAPORAN AKHIR IV-37


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 21 Peta SKL Drainase

LAPORAN AKHIR IV-38


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 22 Peta SKL Erosi

LAPORAN AKHIR IV-39


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 23 Peta SKL Pembuangan Limbah

LAPORAN AKHIR IV-40


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 24 Peta SKL Rawan Bencana

LAPORAN AKHIR IV-41


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

J. Analisa Kemampuan Lahan


Hasil Pembobotan dari keseluruhan Satuan Kemampuan Lahan (SKL) berdasarkan
pedoman Permen PU No 20 tahun 2007, sehingga menghasilkan penilaian atau
pembobotan Kemampuan Lahan. Fungsi kawasan berdasarkan kriteria tersebut dibagi
menjadi:
1. Kawasan Fungsi Lindung (Kode A)
Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan sumberdaya alam
air, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah
sekitar sumber mata air, alur sungai, dan kawasan lindung lainnya sebagimana
diatur dalam Kepres 32 Tahun 1990. Suatu lahan ditetapkan sebagai kawasan
fungsi lindung, apabila besarnya skor lahannya ≥175, atau memenuhi salah
satu/beberapa syarat berikut:
a) Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40%
b) Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol,
dan renzina) dengan kemiringan lapangan lebih dari 15%
c) Merupakan jalur pengaman aliran air/sungai yaitu sekurang-kurangnya
100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai
d) Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius 200
meter di sekeliling mata air
e) Merupakan perlindungan danau/waduk, yaitu 50-100 meter sekeliling
danau/waduk
f) Mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih di atasa permukaan laut, g)
Merupakan kawasan Taman Nasional yang lokasinya telah ditetapkan oleh
pemerintah
g) Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai kawasan
lindung.
2. Kawasan Fungsi Penyangga (Kode B)
Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung
dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan
kawasan fungsi budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan
(tanaman keras), kebun campur dan lainnya yang sejenis. Suatu satuan lahan

LAPORAN AKHIR IV-42


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila besarnya nilai skor


lahannya sebesar 125-174 dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut:
a) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya
secara ekonomis,
b) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan
penyangga,
c) Tidak merugikan dilihat darisegi ekologi/ lingkungan hidup bila
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
3. Kawasan fungsi Budidaya Tanaman Tahunan (Kode C)
Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang
diusahakan dengan tanaman tahunan seperti Hutan Produksi Tetap, Hutan
Tanaman Industri, Hutan Rakyat, Perkebunan (tanaman keras), dan tanaman
buah - buahan. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi
budidaya tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor lahannya≤ 124 serta
mempunyai tingkat kemiringan lahan 15-40% dan memenuhi kriteria umum
seperti pada kawasan fungsi penyangga.
4. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim (Kode D)
Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim adalah kawasan yang
mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim
terutama tanaman pangan atau untuk pemukiman. Untuk memelihara
kelestarian kawasan fungsi budidaya tanaman semusim, pemilihan jenis
komoditi harus mempertimbangkan keseuaian fisik terhadap komoditi yang
akan dikembangkan. Untuk kawasan pemukiman, selain memiliki nilai
kemampuan lahan maksimal 124 dan memenuhi kriteria tersebut diatas, secara
mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari 8%.
Tabel 4.13 merupakan hasil Penilaian Kemampuan Lahan di Kecamatan
Lampihong. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa Kecamatan memiliki
satu jenis fungsi kawasan, yakni fungsi kawasan budidaya tanaman semusim seluas
446,00 ha.

LAPORAN AKHIR IV-43


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Tabel 4. 13 Pembobotan Kemampuan Lahan Kabupaten Balangan

Lereng >45 % 25-45 % 15-25 % 2-15 % 0-2 %


Jenis SKL Bobot SKL Nilai Analisis SKL
Morfologi 5 - - - 20 25
Kemudahan Dikerjakan 1 - - - 4 5
Kestabilan Lereng 5 - - - 20 25
Kestabilan Pondasi 3 - - - 12 15
Keteresediaan Air 5 - - - 20 25
Drainase 5 - - - 10 5
Erosi 3 - - - 20 25
Pembuangan Limbah 0 - - - 0 0
Potensi Bencana 5 - - - 10 5
Total Bobot Kemampuan Lahan - - -
Kawasan Kawasan Budidaya Tanaman Kawasan Budidaya Tanaman
Klasifikasi Fungsi Kawasan
Lindung Tahunan Semusim
Sumber: Hasil Analisis, 2019

LAPORAN AKHIR IV-44


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 25 Peta Kemampuan Lahan

LAPORAN AKHIR IV-45


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

4.3.2. Analisis Carrying Capacity


Carrying capacity atau daya dukung adalah jumlah maksimum individu yang dapat
didukung atau dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem. Dengan kata
lain, carrying capacity dapat disebut juga sebagai kemampuan lingkungan (ekosistem)
dalam mendukung kehidupan semua makhluk yang ada di dalamnya secara berkelanjutan.
Carrying capacity dipengaruhi oleh tiga faktor: 1) jumlah sumber (makanan) yang tersedia
di dalam ekosistem tersebut 2) jumlah populasi 3) jumlah sumber (makanan) yang
dikonsumsi oleh setiap individu Karenanya, carrying capacity suatu ekosistem akan
mempengaruhi semua yang berada atau hidup di dalam ekosistem tersebut.
𝐴𝑥𝑟
𝐶𝐶𝑅 =
𝐻𝑥ℎ𝑥𝐹
Dimana:
CCR = kemampuan daya dukung
A = jumlah total area yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian/perkebunan
r = frekuensi panen per hektar per tahun
H = jumlah KK (rumah tangga)
h = persentase jumlah penduduk yang tinggal
F = ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani
Asumsi umum sebagai interpretasi hasil perhitungan analisis daya dukung adalah:
1. Jika CCR > 1
Artinya berdasarkan kuantitas lahannya, masih memiliki kemampuan untuk
mendukung kebutuhan pokok manusia dan masih mampu menerima
tambahan penduduk. Pembangunan di wilayah tersebut masih dimungkinkan
bersifat ekspansif dan eksploratif lahan.
2. Jika CCR < 1
Artinya berdasarkan jumlah lahan yang ada, maka di wilayah tersebut sudah
tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan
eksploratif lahan. Lahan-lahan yang berada pada posisi demikian perlu
mendapatkan program peningkatan produktivitas, intensifikasi dan
ekstensifikasi melalui perbaikan teknologi atau menekan pertumbuhan
penduduk.

LAPORAN AKHIR IV-46


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

3. Jika CCR = 1
artinya berdasarkan jumlah lahan, daerah ini masih memiliki keseimbangan
antara kemampuan lahan dan jumlah penduduk, namun demikian kondisi ini
perlu diwaspadai karena jika pertambahan penduduk tidak terkendali akibat
pembangunan yang sangat cepat akan dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan daya dukung, untuk itu peran pemerintah dalam mengendalikan
pembangunan yang memicu penambahan penduduk sangat diperlukan.
Tabel 4. 14 Perhitungan Axr

Luas (ha) Asumsi panen (kali)


Penggunaan Lahan Axr
A r
Kebun 76,532 2 153,063
Ladang 0,952 3 2,855
Lahan Campuran 15,620 3 46,860
Perkebunan 2,553 2 5,106
Sawah 4,578 3 13,733
Tegalan 1,722 3 5,166
Total 101,956 226,783

Berdasarkan rumus tersebut maka hasil perhitungan CCR di Kecamatan


Lampihong sebagai berikut:
226,783
𝐶𝐶𝑅 =
2.352𝑥100%𝑥0,095
226,73
𝐶𝐶𝑅 =
223,82
𝐶𝐶𝑅 = 1,01
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa CCR 1,01 yang sangat mendekati 1, artinya
berdasarkan jumlah lahan yang ada, maka di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di
Kecamatan Lampihong sudah tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat
ekspansif dan eksploratif lahan. Lahan-lahan yang berada pada posisi demikian perlu
mendapatkan program peningkatan produktivitas, intensifikasi dan ekstensifikasi melalui
perbaikan teknologi atau menekan pertumbuhan penduduk.

LAPORAN AKHIR IV-47


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

4.4 ANALISIS KEPEMILIKAN TANAH


Analisis kepemilikan tanah digunakan untuk mengkaji kesesuaian status
kepemilikan tanah terhadap guna lahan eksisting. PP Nomor 40 Tahun 1996 dan PP Nomor
41 Tahun 1996, Negara memberikan berbagai jenis hal atas tanah yang terdiri dari:
1. Hak individual yang bersifat perdata
a. Hak primer yaitu hak yang langsung diberikan oleh negara kepada
pemegang haknya yang meliputi:
(a) Hak milik yang merupakan hak terkuat dan terpenuh dan bisa dimiliki
turun temurun tanpa ada batas waktu berakhirnya. Diatasnya bisa
dibebani oleh hak-hak sekunder yang lebih rendah seperti HGB, HGU,
Hak Pakai, Hak Sewa dan Hak Numpang karang.
(b) Hak Guna Bangunan (HGB) adalah hak yang diberikan oleh negara
untuk dapat mendirikan bangunan di atas tanah-tanah yang dikuasai
oleh negara untuk jangka waktu tertentu yaitu maksimal 30 tahun dan
dapat diperpanjang selama 20 tahun. Jika sudah lewat pengguna hak
ini dapat mengajukan pembaruan hak selama 30 tahun lagi.
(c) Hak Guna Usaha (HGU) adalah hak yang diberikan oleh negara untuk
mengolah/ mengusahakan tanah-tanah tertentu dengan luas minimal 5
ha dan biasanya digunakan untuk perkebunan dan pertanian.
(d) Hak Pakai terdiri dua macam: Hak Pakai atas tanah negara yang
dikuasai langsung oleh negara dan tidak memiliki nilai ekonomis yaitu
Hak Pakai atas tanah negara bagi instansi-instansi pemerintah spt TNI,
departemen, kantor perwakilan negara lain (kedutaan besar/ konsulat);
Hak Pakai atas tanah negara yang memiliki nilai ekonomis, maksudnya
bisa diperjualbelikan atau dialihkan kepada orang/ pihak lainnya.
b. Hak Sekunder (Derivatif) yaitu hak yang timbul atau dibebankan diatas hak
atas tanah yang sudah ada. Hak ini bisa timbul karena perjanjian antara
pemilik tanah sebagai pemegang hak primer dan calon pemegang Hak
Sekunder.
Yang termasuk Hak atas tanah ini antara lain:

LAPORAN AKHIR IV-48


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

(a) Hak sekunder yang ditumpangkan di atas hak lain yang memiliki derajat
yang lebih tinggi misalnya HGB/HGU/Hak Pakai di atas tanah Hak Milik
(b) Hak Sewa di atas tanah Hak Milik/ HGB/ HG/ Hak Pengelolaan atas
tanah negara
(c) Hak Sewa atas tanah pertanian
(d) Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
(e) Hak usaha bagi hasil
(f) Hak menumpang (Hak Numpang Karang)
(g) Hak Jaminan atas tanah,yang terdiri dari gadai dan hak tanggungan.
2. Hak pengelolaan yaitu hak istimewa yang diberikan oleh negara pada instansi-
instansi tertentu untuk dikelola dan diambil manfaat atasnya.
3. Tanah wakaf yaitu hak atas tanah yang semula merupakan hak primer (HM,
HGB, HGU, HP atau tanah girik) dan kemudian diwakafkan atau diserahkan oleh
pemiliknya kepada badan keagamaan ataupun badan sosial lainnya untuk di
wakafkan.
Berdasarkan data kepemilikan lahan di Kawasan Sempadan Sungai Balangan
Kecamatan Lampihong, diketahui bahwa jenis tipe hak yang terbanyak adalah hak milik,
yakni sebanyak 1.579 unit atau sebanyak 61,46% dari seluruh bangunan. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya memang penduduk telah tinggal di kawasan tersebut sejak
tahun 1960an dan telah turun temurun diwariskan. Namun terdapat sebanyak 987 tipe guna
lahan yang kosong. Hal ini dikarenakan bangunan tersebut telah lama tidak digunakan atau
difungsikan.
Tabel 4. 15 Kepemilikan Lahan di Kawasan Sempadan Sungai Balangan Kecamatan
Lampihong

Jenis Kepemilikan lahan (unit)


Desa Total (unit)
Hak Milik Hak Pakai Kosong
Hilir Pasar 81 - 85 166
Jimamun 82 - 70 152
Jungkal 102 - - 102
Kandang Jaya 172 - 1 173
Kupang 43 - - 43
Kusambi Hilir 76 - 147 223
Kusambi Hulu 87 - 48 135
Lampihong Kiri 5 - 1 6

LAPORAN AKHIR IV-49


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Jenis Kepemilikan lahan (unit)


Desa Total (unit)
Hak Milik Hak Pakai Kosong
Lokpanginangan 116 - 175 291
Matang Lurus 159 - 199 358
Panaitan 205 - 99 304
Simpang TIga 230 - 41 271
Sungai Awang 61 2 118 181
Tanah Habang Kanan 45 1 3 49
Teluk Karya 115 - - 115
Total 1.579 3 987 2.569

Secara kepemilikan lahan, bangunan-bangunan pada Kawasan Sempadan Sungai


Balangan di Kecamatan Lampihong rata-rata memiliki sertifikat kepemilikan tanah. Namun,
pada dasarnya sangat sedikit jumlah bangunan yang memiliki IMB. Hal tersebut dikarenakan
bangunan tersebut tidak memenuhi syarat garis sempadan bangunan dari jalan. Persyaratan
yang terdapat pada penerbitan IMB Kabupaten Balangan adalah memiliki jarak dari jalan
sebesar 10 m. hal ini menyebabkan penduduk tidak mengurus penerbitan IMB karena jarak
bangunan dari jalan adalah kurang dari 10 m, bahkan sekitar 1 meter saja karena tepat
berada di garis badan jalan.

987; 38,42%

1.579; 61,46%

3; 0,12%

Hak Milik Hak Pakai Kosong

Gambar 4. 26 Diagram Kepemilikan Lahan di Kawasan Sempadan Sungai Balangan


Kecamatan Lampihong

LAPORAN AKHIR IV-50


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 27 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong

LAPORAN AKHIR IV-51


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 28 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 1

LAPORAN AKHIR IV-52


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 29 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 2

LAPORAN AKHIR IV-53


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 30 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 3

LAPORAN AKHIR IV-54


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 31 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 4

LAPORAN AKHIR IV-55


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 32 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 5

LAPORAN AKHIR IV-56


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 33 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 6

LAPORAN AKHIR IV-57


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 34 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 7

LAPORAN AKHIR IV-58


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 35 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 8

LAPORAN AKHIR IV-59


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 36 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 9

LAPORAN AKHIR IV-60


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 37 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 10

LAPORAN AKHIR IV-61


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 38 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 11

LAPORAN AKHIR IV-62


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 39 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 12

LAPORAN AKHIR IV-63


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 40 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 13

LAPORAN AKHIR IV-64


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 41 Peta Kepemilikan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong BLAD 14

LAPORAN AKHIR IV-65


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

4.5 ANALISIS SOSIAL BUDAYA


Analisis dilakukan untuk mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang
mempengaruhi pengembangan wilayah perencanaan seperti elemen-elemen kawasan yang
memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi serta modal sosial dan budaya yang melekat
pada masyarakat (adat istiadat) yang mungkin menghambat ataupun mendukung
pembangunan, tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan, kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan, dan pergeseran nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat setempat. Analisis ini akan digunakan sebagai bahan masukan dalam
penentuan bagian dari wilayah Kecamatan Lampihong yang diprioritaskan penanganannya
di dalam perencanaan tata ruang.
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana
pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk
pengaturan serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat. Analisis
diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional kelembagaan di Kecamatan
Lampihong sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dalam perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

17; 15,18%
5; 4,46%
25; 22,32%

34; 30,36% 30; 26,79%

1; 0,89%

Pedagang Pedagang dan Keramba Pensiunan Petani karet PNS Tidak tetap

Gambar 4. 42 Diagram Jenis Pekerjaan di Kawasan Sempadan Balangan di Kecamatan


Lampihong

Jenis pekerjaan yang terbanyak di Kawasan Sempadan Sungai Balangan adalah


petani karet, hal ini dikarenakan juga banyaknya guna lahan tersebut di Kawasan Sempadan

LAPORAN AKHIR IV-66


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Sungai Balangan Kecamatan Lampihong. Sedangkan untuk perikanan keramba,


berdasarkan hasil wawancara, tahun 2018 dan 2019 mengalami penurunan dikarenakan
ikan mati saat musim penghujan akibat limbah yang terbawa aliran sungai.

4; 3,57%
9; 8,04%

12; 10,71%

87; 77,68%

Ada, tapi terkait kesehatan dan pembuangan sampah


Ada, terkait dengan jarak jalan terhadap rumah
Ada, terkait perikanan
Tidak ada

Gambar 4. 43 Diagram Ketersediaan Sosialisasi di Kawasan Sempadan Balangan di


Kecamatan Lampihong

Ketersediaan sosialisasi di Kawasan Sempadan Sungai Balangan Kecamatan


Lampihong sangat minim. Sebanyak 87 responden atau 77,68% dari total responden
menyatakan bahwa tidak terdapat sosialisasi. Sebagian lain menyatakan terdapat
sosialisasi, namun tidak terkait dengan pemanfaatan ruang di Sempadan Sungai Balangan.
Sosialisasi tersebut berupa sosialisasi tentang persampahan, kesehatan, dan jarak
bangunan terhadap jalan atau garis sempadan banguan (GSB).
Bagi penduduk di kawasan sempadan Sungai Balangan Kecamatan Lampihong,
fungsi sungai bagi kehidupan mereka adalah kebutuhan sehari-hari dan membuang limbah
(bagi penduduk yang belum teraliri air bersih), serta perikanan keramba (bagi penduduk
yang memiliki kegiatan perikanan keramba). Sedangkan sebagian besar sebanyak 53,57%
menyatakan bahwa fungsi sungai tidak banyak berpengaruh dikarenakan dalam
penggunaan air bersih dan pembuangan telah menggunakan PDAM dan septictank.

LAPORAN AKHIR IV-67


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

5; 4,46%

17; 15,18%

60; 53,57%
30; 26,79%

Kebutuhan sehari-hari dan membuang limbah


Membuang limbah domestik
Perikanan keramba
Tidak banyak digunakan untuk kehidupan sehari-hari

Gambar 4. 44 Diagram Persepsi Penduduk terhadap Fungsi Sungai di Kawasan Sempadan


Balangan di Kecamatan Lampihong

LAPORAN AKHIR IV-68


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 45 Photo Mapping Persampahan (tempat dan titik pembuangan sampah di sungai) Kawasan Sempadan Sungai Balangan di Kec. Lampihong

LAPORAN AKHIR IV-69


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

4.6 ANALISIS PEREKONOMIAN


Analisis diarahkan untuk mengetahui aktivitas perekonomian masyarakat sekitar.
Hal tersebut dapat diketahui melalui jenis mata pencaharian masyarakat di sekitar Kawasan
Sempadan Sungai Balangan Kecamatan Lampihong. Analisis perekonomian juga
diharapkan dapat mengetahui keterikatan mata pencaharian masyarakat terhadap
Sempadan maupun Sungai Balangan itu sendiri. Apabila teah diketahui tingkat keterikatan
masyarakat terhadap Sungai Balangan (misalnya untuk sektor pertanian atau perikanan),
maka analisa ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk merumuskan analisa
pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar Sempadan Sungai Balangan Kecamatan
Lampihong.
Analisis perekonomian juga dianalisa menggunakan Bubble Chart. Bubble Chart
adalah tipe grafik yang memberikan tampilan 3 dimensi dari data yang berbentuk
gelembung. Grafik gelembung adalah variasi dari grafik scatter chart dimana titik data diganti
dengan gelembung dan dimensi tambahan dari data yang dipresentasikan dalam ukuran
gelembung. Grafik gelembung tidak menggunakan kategori sumbu-sumbu horizontal dan
vertikal yang merupakan sumbu nilai. Bubble chart menggunakan sistem koordinat kartesian
float point sepanjang grid dimana sumbu x dan sumbu y adalah variabel terpisah namun
tidak seperti scatter plot, masing-masing titik diberi label atau kategori. Setiap titik di plot
merupakan variabel ketiga dengan luas lingkaran tersebut. Warna juga dapat digunakan
untuk membedakan antara kategori atau digunakan untuk mewakili variabel data tambahan.
Waktu dapat ditampilkan baik dengan memiliki variabel data ataupun data yang berubah dari
waktu ke waktu.
Bubble Chart biasanya digunakan untuk membandingkan dan menunjukkan
hubungan antara label atau lingkaran yang dikategorikan, dengan menggunakan posisi dan
proporsi. Gambaran keseluruhan dari bubble chart dapat digunakan untuk menganalisa pola
atau korelasi.
Bubble chart pada pekerjaan ini digunakan untuk memvisualisasikan hubungan
antara perekonomian terhadap kawasan sempadan Sungai Balangan di Kecamatan
Lampihong. Selain itu, ingin diketahui pula jenis persebaran kegiatan pada sempadan
Sungai Balangan berupa persebaran ekonomi primer, sekunder, atau tersier.

LAPORAN AKHIR IV-70


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 46 Bubble Chart Analisis Perekonomian

Berdasarkan diagram tersebut, dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan yang


terbanyak adalah petani karet. Hal tersebut dikarenakan kondisi guna lahan yang terdapat di
kawasan Sempadan Sungai Balangan Kecamatan Lampihong didominasi oleh perkebunan
lahan karet. Guna lahan tersebut berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk.
Diagram bubble chart tersebut menyimpulkan bahwa perekonomian yang terbanyak
di Kecamatan Lampihong pada Kawasan Sempadan Sungai Balangan adalah perekonomian
primer, yakni pada bidang pertanian. Sedangkan untuk kegiatan perikanan keramba sudah
mulai digunakan sebagai pekerjaan sampingan (sekunder). Hal tersebut dikarenakan
perikanan keramba mengalami kerugian yang drastic pada musim penghujan. Air sungai
pada saat musim penghujan membawa limbah dari batu bara dan membawa sedimen dari
pegunungan. Oleh karena itu, banyak terdapat perikanan yang mati karena kandungan
limbah yang berbahaya bagi ikan.
Berdasarkan kondisi tersebut, ketergantungan pekerjaan penduduk terhadap Sungai
Balangan di Kecamatan Lampihong adalah 26,79%. Hal tersebut dikarenakan jumlah
penduduk (responden sampel) yang bergantung pada Sungai Balangan adalah 30
responden dari 112 responden.

LAPORAN AKHIR IV-71


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

30; 26,79%

82; 73,21%

Pekerjaan sampingan (keramba) Tidak tergantung

Gambar 4. 47 Ketergantungan Pekerjaan terhadap Sungai

LAPORAN AKHIR IV-72


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

30 28

25
25

20

16
15 13

10
7 7
5
5 3
2 2 2
1 1
0 0
0
Kebutuhan Membuang Tidak banyak Kebutuhan Perikanan Tidak banyak Membuang Perikanan Tidak banyak Tidak banyak Kebutuhan Membuang Tidak banyak
sehari-hari dan limbah digunakan sehari-hari dan keramba digunakan limbah keramba digunakan digunakan sehari-hari dan limbah digunakan
membuang domestik untuk membuang untuk domestik untuk untuk membuang domestik untuk
limbah kehidupan limbah kehidupan kehidupan kehidupan limbah kehidupan
sehari-hari sehari-hari sehari-hari sehari-hari sehari-hari
Pedagang Pedagang dan Keramba Pensiunan Petani karet PNS Tidak tetap

Pekerjaan sampingan (keramba) Tidak tergantung

Gambar 4. 48 Tabulasi Silang aspek pekerjaan, peran sungai terhadap kehidupan sehari-hari, dan peran sungai terhadap pekerjaan

LAPORAN AKHIR IV-73


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

4.7 ANALISIS POTENSI DAN MASALAH


4.7.1 Potensi
A. Potensi Internal
1. Terdapat 85,32% pemanfaatan lahan yang sesuai dengan rencana pola ruang
RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032
2. Kemampuan lahan tergolong fungsi kawasan budidaya tanaman semusim
seluas 446,00 ha.
3. Terdapat mayoritas penduduk yang mulai menjalankan sistem persampahan
secara terpadu dengan pengumpulan dan pengangkutan
4. Jaringan PDAM sudah mulai melayani mayoritas penduduk
B. Potensi Eksternal
1. Adanya kebijakan untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan atau
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (RTRW Kabupatan Balangan Tahun
2012-2032)
2. Adanya potensi CSR atau dana hibah yang dapat digunakan untuk memperbaiki
kawasan sempadan sungai
3. Adanya regulasi dalam persyaratan IMB yang tidak melakukan pembangunan di
sempadan sungai
4.7.2 Permasalahan
A. Permasalahan Internal
1. Terdapat 987 bangunan yang tidak memiliki sertifikat kepemilikan tanah
2. Terdapat 14,68% guna lahan yang tidak sesuai dengan pola ruang RTRW
Kabupaten Balangan namun telah turun temurun sejak tahun 1960an (sebelum
RTRW disahkan)
3. Kurangnya partisipasi penduduk dalam pelaksanaan IMB
4. Adanya pembangunan mushalla yang terletak di sempadan dengan jarak kurang
dari 10 m dari bibir sungai
5. Terdapat penduduk yang masih membuang sampah di sungai dikarenakan
belum tersosialisasi sistem persampahan terpadu dari pemerintah

LAPORAN AKHIR IV-74


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

6. Adanya penduduk yang tidak memiliki septictank sehingga membuang limbah


domestik ke sungai
7. Nilai CCR adalah 1 yang berarti bahwa di Kawasan Sempadan Sungai Balangan
Kecamatan Lampihong sudah tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang
bersifat ekspansif dan eksploratif lahan
8. Terdapat penduduk yang belum terlayani jaringan PDAM (Desa Matang Lurus
dan Desa Jimamun)
9. Sebanyak 77% penduduk tidak mendapatkan sosialisasi terkait sungai, terutama
mengenai bangunan di sempadan sungai
10. Belum tersedianya regulasi insentif dan disinsentif terkait pembangunan di
sempadan sungai
B. Permasalahan Eksternal
1. Pada musim penghujan, kondisi air sungai keruh karena arus sungai membawa
serta limbah dari baru bara
2. Adanya potensi sedimentasi akibat kurangnya normalisasi sungai
3. Adanya potensi terjadi bencana longsor
4. Adanya peningkatan kenaikan harga pupuk tanaman karet yang dapat
mempengaruhi kegiatan berkebun
5. Degradasi lingkungan dan penurunan kuantitas air baku
6. Sistem irigasi hanya mengandalkan irigasi air hujan dikarenakan lokasi
Kecamatan Lampihong yang tinggi (air sungai tidak mampu naik sampai ke
pertanian)

4.8 ANALISIS SWOT DAN IFAS EFAS


Analisis SWOT adalah analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kondisi kawasan yaitu untuk melihat strength (kekuatan), weakness
(kelemahan), opportunity (peluang) dan threat (ancaman) serta menginventarisasi faktor-
faktor tersebut dalam strategi perencanaan yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan
langkah-langkah perbaikan yang diperlukan dalam pengembangan selanjutnya. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui strategi dasar pemecahan masalah yang dapat diterapkan
secara kualitatif.

LAPORAN AKHIR IV-75


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Tabel 4. 16 Matriks SWOT

INTERNAL AUDIT

Strength Weakness
• Terdapat 85,32% pemanfaatan lahan yang sesuai dengan • Terdapat 987 bangunan yang tidak memiliki sertifikat
rencana pola ruang RTRW Kabupaten Balangan Tahun kepemilikan tanah
2013-2032 • Terdapat 14,68% guna lahan yang tidak sesuai dengan
INTERNAL • Kemampuan lahan tergolong fungsi kawasan budidaya pola ruang RTRW Kabupaten Balangan namun telah turun
tanaman semusim seluas 446,00 ha. temurun sejak tahun 1960an (sebelum RTRW disahkan)
• Terdapat mayoritas penduduk yang mulai menjalankan • Kurangnya partisipasi penduduk dalam pelaksanaan IMB
sistem persampahan secara terpadu dengan pengumpulan • Adanya pembangunan mushalla yang terletak di
dan pengangkutan sempadan dengan jarak kurang dari 10 m dari bibir sungai
• Jaringan PDAM sudah mulai melayani mayoritas penduduk • Terdapat penduduk yang masih membuang sampah
(padat dan cair) di sungai dikarenakan belum
tersosialisasi sistem persampahan terpadu dari
pemerintah
• Nilai CCR adalah 1 yang berarti bahwa di Kawasan
Sempadan Sungai Balangan Kecamatan Lampihong
sudah tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang
bersifat ekspansif dan eksploratif lahan
• Terdapat penduduk yang belum terlayani jaringan PDAM
(Desa Matang Lurus dan Desa Jimamun)
• Sebanyak 77% penduduk tidak mendapatkan sosialisasi
terkait sungai, terutama mengenai bangunan di sempadan
EKSTERNAL sungai
• Belum tersedianya regulasi insentif dan disinsentif terkait
pembangunan di sempadan sungai
• Terdapat kondisi jalan yang masih berupa makadam

LAPORAN AKHIR IV-76


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

• Adanya kebijakan untuk memanfaatkan sumberdaya STRATEGI S-O STRATEGI W-O


alam dan atau perkembangan ilmu pengetahuan dan • Pemerintah mengembangkan sistem zonasi pemanfaatan • Mengadakan sosialisasi yang lebih optimal terkait regulasi
teknologi (iptek) secara optimal untuk meningkatkan lahan di sempadan sungai sempadan sungai, baik terkait kesehatan, persampahan,
kesejahteraan masyarakat (RTRW Kabupatan • Pemerintah menyusun ijin pemanfaatan ruang yang dapat dan yang terpenting mengenai pemanfaatan ruang
Balangan Tahun 2012-2032) dikembangkan di sempadan sungai • Mempertimbangkan unsur kebudayaan masyarakat
Opportunity

• Adanya rencana penyusunan regulasi insentif dan • Mengembangkan jaringan PDAM dan/atau air bersih sesuai Kalimantan yang memiliki ciri hidup di tepian sungai ke
disinsentif terkait pembangunan di sempadan sungai dengan kebutuhan penduduk sehingga potensi adanya MCK dalam perencanaan tata ruang
• Adanya potensi CSR atau dana hibah yang dapat pribadi semakin tinggi • Merencanakan pengembangan jalan rusak sehingga
digunakan untuk memperbaiki kawasan sempadan meningkatkan akses penduduk
sungai • Pemerintah menyusun dokumen regulasi insentif dan
• Adanya regulasi dalam persyaratan IMB yang tidak disinsentif terkait pembangunan di sempadan sungai
melakukan pembangunan di sempadan sungai
EKSTERNAL AUDIT

• Pada musim penghujan, kondisi air sungai keruh STRATEGI S-T STRATEGI W-T
karena arus sungai membawa serta limbah dari baru • Pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan • Pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas
bara berbasis masyarakat masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
• Adanya potensi sedimentasi akibat kurangnya • Menerapkan aturan zonasi dengan optimal sehingga dampak • Penerapan konsep 5R dalam pengelolaan sampah pada
normalisasi sungai lingkungan yang tidak sesuai dapat diminimalisir beberapa desa yang belum terlayani sistem persampahan
• Adanya potensi terjadi bencana longsor • Pengembangan jaringan irigasi yang efektif dan efisien untuk terpadu
• Adanya peningkatan kenaikan harga pupuk tanaman pengairan lahan perkebunan karet. • Pemerintah dapat memberikan bantuan teknis atau non
Threat

karet yang dapat mempengaruhi kegiatan berkebun teknis terkait antisipasi ikan keramba yang mati karena
• Degradasi lingkungan dan penurunan kuantitas air limbah batu bara
baku
• Sistem irigasi hanya mengandalkan irigasi air hujan
dikarenakan lokasi Kecamatan Lampihong yang tinggi
(air sungai tidak mampu naik sampai ke pertanian)

LAPORAN AKHIR IV-77


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Analisis IFAS-EFAS merupakan analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang


menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini merupakan lanjutan dari
analisis SWOT. Output dari analisis SWOT adalah diperoleh poin-poin yang menjadi
kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) serta ancaman (threat)
dalam pengembangan sektor pertanian di Kawasan Sempadan Sungai Balangan di
Kecamatan Lampihong. Kemudian komponen-komponen SWOT tersebut diterjemahkan
dalam nilai x dan y dan diketahui posisi objek dalam kuadran IFAS-EFAS.
Setiap variabel diberi penilaian dengan rentang bobot antara 0,00 sampai 1,00.
Pemberian bobot pada setiap variabel juga memperhatikan jumlah dari bobot faktor internal
dan eksternal, dimana jumlahnya harus menghasilkan 1. Kemudian setiap variabel diberikan
rating sesuai dengan tingkat kepentingan.
Dari penilaian berdasarkan IFAS dan EFAS diketahui posisi obyek penelitian dalam
koordinat pada sumbu x dan y, sehingga diketahui posisinya sebagai berikut (Yoeti, 1996:
143):
1. Kuadran I (Growth), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini terdiri dari
dua ruang, yaitu:
a) Ruang A dengan Rapid Growth Strategy, yaitu strategi pertumbuhan aliran cepat
untuk diperlihatkan pengembangan secara maksimal untuk target tertentu dan
dalam waktu singkat
• Mengadakan sosialisasi yang lebih optimal terkait regulasi sempadan sungai,
baik terkait kesehatan, persampahan, dan yang terpenting mengenai
pemanfaatan ruang
b) Ruang B dengan Stable Growth Strategy, yaitu strategi pertumbuhan stabil
dimana pengembangan dilakukan secara bertahap dan target disesuaikan dengan
kondisi
• Mengembangkan jaringan PDAM dan/atau air bersih sesuai dengan
kebutuhan penduduk sehingga potensi adanya MCK pribadi semakin tinggi
2. Kuadran II (Stability), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini terdiri dari
dua ruang, yaitu:
a) Ruang C dengan Agresif Maintenance Strategy dimana pengelola obyek
melaksanakan pengembangan secara aktif dan agresif.

LAPORAN AKHIR IV-78


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

• Pemerintah mengembangkan sistem zonasi pemanfaatan lahan di sempadan


sungai
• Pemerintah menyusun ijin pemanfaatan ruang yang dapat dikembangkan di
sempadan sungai
• Pemerintah menyusun dokumen regulasi insentif dan disinsentif terkait
pembangunan di sempadan sungai
• Mempertimbangkan unsur kebudayaan masyarakat Kalimantan yang memiliki
ciri hidup di tepian sungai ke dalam perencanaan tata ruang
b) Ruang D dengan Selective Maintenance Strategy dimana pengelolaan obyek
dengan pemilihan hal-hal yang dianggap penting. Berikut ini strategi yang berada
• Pengembangan jaringan irigasi yang efektif dan efisien untuk pengairan lahan
perkebunan karet.
3. Kuadran III (Survival), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini terdiri
dari dua ruang, yaitu:
a) Ruang E dengan Turn Around Strategy, yaitu strategi bertahan dengan cara tambal
sulam untuk operasional obyek.
• Penerapan konsep 5R dalam pengelolaan sampah pada beberapa desa yang
belum terlayani sistem persampahan terpadu
b) Ruang F dengan Guirelle Strategy, yaitu strategi gerilya berupa sambil operasional
dilakukan, diadakan pembangunan pemecahan masalah dan ancaman.
• Pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan.
4. Kuadran IV (Diversification), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini
terdiri dari dua ruang, yaitu:
a) Ruang G dengan Concentric Strategy dimana strategi pengembangan obyek
dilakukan secara bersamaan dalam satu koordinasi oleh satu pihak.
• Pemerintah dapat memberikan bantuan teknis atau non teknis terkait
antisipasi ikan keramba yang mati karena limbah batu bara
b) Ruang H dengan Conglomerate Strategy dimana strategi pengembangan masing-
masing kelompok dengan cara koordinasi tiap sektor.

LAPORAN AKHIR IV-79


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

• Menerapkan aturan zonasi dengan optimal sehingga dampak lingkungan yang


tidak sesuai dapat diminimalisir
Tabel 4. 17 Matriks IFAS

Faktor
Bobot x
Strategi Keterangan Bobot Rating
Rating
Internal
Terdapat 85,32% pemanfaatan lahan yang sesuai dengan
rencana pola ruang RTRW Kabupaten Balangan Tahun 0,35 3 1,05
2013-2032
Kemampuan lahan tergolong fungsi kawasan budidaya
0,3 2 0,6
tanaman semusim seluas 446,00 ha.
Strength
Terdapat mayoritas penduduk yang mulai menjalankan
sistem persampahan secara terpadu dengan pengumpulan 0,15 1 0,15
dan pengangkutan

Jaringan PDAM sudah mulai melayani mayoritas penduduk 0,2 2 0,4


Total 1 2,2
Terdapat 987 bangunan yang tidak memiliki sertifikat
0,1 2 0,2
kepemilikan tanah

Terdapat 14,68% guna lahan yang tidak sesuai dengan pola


ruang RTRW Kabupaten Balangan namun telah turun 0,15 3 0,45
temurun sejak tahun 1960an (sebelum RTRW disahkan)

Kurangnya partisipasi penduduk dalam pelaksanaan IMB 0,05 1 0,05

Adanya pembangunan mushalla yang terletak di sempadan


0,15 3 0,45
dengan jarak kurang dari 10 m dari bibir sungai

Terdapat penduduk yang masih membuang sampah (padat


dan cair) di sungai dikarenakan belum tersosialisasi sistem 0,05 2 0,1
persampahan terpadu dari pemerintah
Weakness

Nilai CCR adalah 1 yang berarti bahwa di Kawasan


Sempadan Sungai Balangan Kecamatan Lampihong sudah
0,15 3 0,45
tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat
ekspansif dan eksploratif lahan

Terdapat penduduk yang belum terlayani jaringan PDAM


0,05 1 0,05
(Desa Matang Lurus dan Desa Jimamun)
Sebanyak 77% penduduk tidak mendapatkan sosialisasi
terkait sungai, terutama mengenai bangunan di sempadan 0,1 2 0,2
sungai
Belum tersedianya regulasi insentif dan disinsentif terkait
0,15 3 0,45
pembangunan di sempadan sungai

Terdapat kondisi jalan yang masih berupa makadam 0,05 1 0,05


Total 1 2,45

LAPORAN AKHIR IV-80


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

IFAS (X) = Strength -Weakness


= 2,2 – 2,45
= -0,25

Tabel 4. 18 Matriks EFAS

Faktor
Bobot x
Strategi Keterangan Bobot Rating
Rating
Internal
Adanya kebijakan untuk memanfaatkan sumberdaya alam
dan atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan 0,35 3 1,05
masyarakat (RTRW Kabupatan Balangan Tahun 2012-
2032)
Adanya rencana penyusunan regulasi insentif dan
Opportunity 0,3 3 0,9
disinsentif terkait pembangunan di sempadan sungai

Adanya potensi CSR atau dana hibah yang dapat


0,1 1 0,1
digunakan untuk memperbaiki kawasan sempadan sungai

Adanya regulasi dalam persyaratan IMB yang tidak


0,25 2 0,5
melakukan pembangunan di sempadan sungai
Total 1 2,55

Pada musim penghujan, kondisi air sungai keruh karena


0,20 3 0,60
arus sungai membawa serta limbah dari baru bara

Adanya potensi sedimentasi akibat kurangnya normalisasi


0,07 1 0,07
sungai
Adanya potensi terjadi bencana longsor 0,20 3 0,60

Adanya peningkatan kenaikan harga pupuk tanaman karet


Threat 0,07 1 0,07
yang dapat mempengaruhi kegiatan berkebun

Degradasi lingkungan dan penurunan kuantitas air baku 0,15 2 0,30

Sistem irigasi hanya mengandalkan irigasi air hujan


dikarenakan lokasi Kecamatan Lampihong yang tinggi (air 0,15 2 0,30
sungai tidak mampu naik sampai ke pertanian)

Total 0,84 1,94

EFAS (Y) = Opportunity - Threat


= 2,55 – 1,94
= 0,61

LAPORAN AKHIR IV-81


PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BALANGAN
DI KECAMATAN LAMPIHONG

Gambar 4. 49 Matriks Kuadran IFAS-EFAS

Berdasarkan hasil perhitungan IFAS-EFAS, pengembangan kawasan Sempadan


Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong terletak pada Kuadran II (Stability), adalah
kuadran pertumbuhan strateginya terletak pada Ruang C dengan Agresif Maintenance
Strategy dimana pengelola obyek melaksanakan pengembangan secara aktif dan agresif,
yaitu:
• Pemerintah mengembangkan sistem zonasi pemanfaatan lahan di sempadan
sungai
• Pemerintah menyusun ijin pemanfaatan ruang yang dapat dikembangkan di
sempadan sungai
• Pemerintah menyusun dokumen regulasi insentif dan disinsentif terkait
pembangunan di sempadan sungai
• Mempertimbangkan unsur kebudayaan masyarakat Kalimantan yang memiliki
ciri hidup di tepian sungai ke dalam perencanaan tata ruang

LAPORAN AKHIR IV-82

Anda mungkin juga menyukai