UNIVERSITAS MEGARREZKY
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas
berkat limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul”Hubungan Budaya
Atau Tradisi Dalam Pelayanan Kebidanan” dapat terselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan.
makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Profesionalisme
kebidanan.
Atas segala bantuannya baik secara moral, material, maupun spiritual
kamimengucapkan terima kasih.Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari
kesalahan, kelemahan, bahkan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat dijadikan acuan dalam
penulisan makalah periode berikutnya.Demikian yang dapat kami sampaikan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL .....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
....................................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Pasangan Usia Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21%
PUS sebenarnya tidak ingin mempunyai anak atau menunda kehamilannya,
tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi
sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli PUS
terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif
per 100.000 kelahiran hidup.Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat
hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan
dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian
dengan angka fertilitas umum.
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan
pada daerah dan tahun tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun
tertentu,didaerahtertentu. Konstanta= 1000 bayi lahir hidup.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada ibu
hamil, nifas dan bersalin?
2. Apa yang dilakukan bidan untuk mengatasi presepsi kebudayaan yang
berhubungan dengan kesehatan masyarakat?
3. TUJUAN
Untuk mengetahui kebudayaaan yang ada pada masyarakat mengenai kesehatan
ibu dan cara bidan menanggulangi masalah tersebut.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Kebudayaan Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Ibu
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan
di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan
ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan
pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran
kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil survei yang
menunjukkan penurunan angka kematian bayi, anak, dan angka kelahiran kasar.
Namun tidak demikian halnya dengan angka kematian ibu (MMR) yang selama
dua dekade ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT 1994
menunjukkan hahwa MMR sebesar 400 – 450 per 100.000 persalinan.
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut
angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ispa, diare
dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak yang berakhir dengan
kematian. Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil
seperti anemia, hipertensi, hepatitis yang membawa resiko kematian ketika akan,
sedang atau setelah persalinan.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-
sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif
maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, merupakan salah
satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu
hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan
anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Berikut kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada ibu hamil,
nifas dan bersalin:
7
1) Kebudayaan bagi wanita hamil :
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik
beratkan perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan
menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang harus
dijalani didunia.Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa krisis yang
berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak
kehamilan sampai kelahiran masyarakat mengadakan serangkaian upacara
baggi wanita hamil dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu
serta bayinya,saat berada di dalam kandungan hingga saat lahir.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa
kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai
upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi.Biasanya
upacara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat
kelahirannya,
1).Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting
karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
2).Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar
karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit
persalinan.
2) Kebudayaan ibu bersalin
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat
konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan
kebudayaan ibu bersalin yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan
modern. Beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin:
a) Minum rendaman air rumput fatimah akan merangsang mulas. Menurut
kajian rumput fatimah ini mengandung hormon oksitosin,ini dapat
membantu kontraksi menurut kepercayaan masyarakat jika ibu hamil
minum rendaman air ini, bisa membantu lebih cepat
8
dalam persalinan tapi tidak dengan medis, rendaman air ini
diminum apabila ibu sudah mencapai pembukaan 3-5 cm dan panggul
sudah melebar.
b) Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang
persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi
lebih mudah keluar.
Ini tak benar! Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak
normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera
konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir.
Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada
bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan
keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban
pecah duluan, persalinan jadi seret.
c) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan Minyak kelapa,
memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia n
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan
persalinan. Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan
minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya.
Jika itu demi ketenangan psikologisnya, maka diperbolehkan, karena
minyak kelapa bukan racun
d) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya
cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan
overweight. Bukankah madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi
kalorinya? Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang.
Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan.
Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama telur itu matang
maka tidak akan berbahaya bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena
telur banyak mengandung protein yang dapat menambah kalori tubuh.
e) Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan.
Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran.
9
Duren mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape serta
aneka masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah
nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran.
f) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit
persalinan.
Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu
yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal
empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus
diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan
persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat ditangani
segera.
3) Kebudayaan ibu nifas.
Macam-macam mitos yang ada pada msyarakat mengenai ibu nifas
diantaranya:
a) Tidak boleh bersenggama
Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS,
sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan.
Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses
penyembuh- an jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya
rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Selain karena fungsi
hormonal tubuh yang bersang- kutan belum kembali aktif bekerja.
Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam tenggang waktu itu,
kemungkinan yang terjadi bisa macam-macam. Di antaranya infeksi
atau malah perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah
persalinan sangat peka akibat banyaknya vaskularisasi/aliran darah,
hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan lahir. Dengan berjalannya
waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan normal kembali
3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang mungkin memang
belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran
akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
10
b) Kaki harus lurus
Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki
harus lurus. Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling
tumpang tindih ataupun ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di
vagina tak melebar ke mana-mana, juga dimaksudkan supaya aliran
darah tetap lancar alias tak terhambat. Secara medis, posisi kaki yang
lurus memang lebih menguntungkan karena membuat aliran darah jadi
lancar. Sedangkan mobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh dan
malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan kian menguntungkan
pula. Dengan catatan, kondisi si ibu dalam keadaan baik, semisal tak
mengalami perdarahan atau kelainan apa pun saat melahirkan. Selain
patokan bahwa dalam 8 jam pertama setelah melahirkan ia sudah bisa
BAK dan BAB serta selera makannya bagus. Begitu juga tensi, denyut
nadi, dan suhu tubuhnya dalam batas normal. Soalnya, jika tak bisa
BAK dan BAB berarti ada sesuatu yang enggak beres yang akan
berpengaruh pada kontraksi dan proses involusi (pengecilan kembali)
rahim.
c) Tidak boleh tidur siang
Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan,
meski ngantuk setengah mati lantaran sering terbangun malam hari
karena harus menyusui dan menggantikan popok si kecil, si ibu tak
boleh tidur siang. Menurut Chairulsjah, tidur berkepanjangan memang
mengundang proses recovery yang lebih lambat. "Makin lama
berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau
pengendapan elemen-elemen garam." Lalu bila si ibu bangun/berdiri
mendadak, endapan elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari
perlekatannya di dinding pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa
fatal, lo. Endapan-endapan tadi bisa masuk ke dalam pembuluh darah
lalu ikut aliran darah ke jantung, otak dan organ-organ penting lain
yang akan memunculkan stroke.
11
d) Tak boleh keramas
Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk
angin. Itu sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni
sekadar disiram dengan air dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini
agar darah putih bisa turun dan tak menempel di mata. Namun agar
tak bau apek dan tetap harum disarankan menggunakan ratus pewangi.
Tentu saja pantangan semacam itu untuk kondisi jaman sekarang
dirasa memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering
beraktivitas di luar rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal
dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk
mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih baik
ketimbang air hangat karena bisa melancarkan produksi ASI.
e) Hindari makan jemek
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang,
dan terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan
bikin benyek organ vital kaum Hawa. Termasuk makanan bersantan
dan pedas karena pencernaannya bakal terganggu yang bisa
berpengaruh pada bayinya. Begitu juga ikan dan telur asin serta
makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa
menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat
disusui. Selain juga, proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan
lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang
pepaya dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong
sumber makanan yang banyak mengandung serat untuk memudahkan
BAB. Ikan dan telur juga merupakan salah satu sumber protein
hewani yang baik dan amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan durian
memang tak dianjurkan karena kandungan kolesterolnya tinggi, selain
memicu pembentukan gas yang bisa mengganggu pencernaan.
12
f) Tidak boleh berpergian
Kalau dipikir-pikir larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu
letih beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan
si kecil. Karena biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu.
Belum lagi kemungkinan si bayi rewel ditinggal ibunya terlalu lama.
Sementara kalau diajak pun masih kelewat kecil. Malah takut ada apa-
apa di jalan, terutama kalau menggunakan angkutan umum. Bepergian
pun membuat si ibu jadi tak tahan menghadapi aneka godaan untuk
menyantap segala jenis makanan yang dipantang.
C. Pendekatanmelalui budayadan kegiatan kebudayaan
kaitannya dengan peran seorangg bidan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru
lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.
363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan
komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat
berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan
melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan
13
tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui
pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal
pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor-faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam
memahami sikap dan prilaku menanggapi kehamilan dan kelahira.Sebagian
pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun
dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.Oleh karna itu, meskipun
petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang
terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan,seringkali tidak mudah bagi
mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya,akibat telah tertanamnya
keyakinan yang melandasi sikap dan prilaku itu secara mendalam pada
kebudayaan warga komuniti tersebut.
Kajian antropologi mengenai kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan
segala konsekuensi baik dan buruknya terhadap kesehatan ini perlu dijadikan
bahan pertimbangan bagi para personil kesehatan di indonesia dalam upaya
meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang mereka terapkan bagi
ibu.Khususnya,pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai
pandangan,sikap dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks budaya
masyarakat yang bersangkutan,sangat diperlukan bagi pembentukan strategi-
strategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi
baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan
15
dengan baik, hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya
pendekatan melalui kesenian tradisional.
B. Saran
a) Saat ibu sedang hamil muda ( 1 sampai 3 bulan ) tidak melakukan
pekerjaan yang berat kaena dapat menyebapkan keguguran pada janin.
b) Selalu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung vitamin A , D ,
E , K.
c) Selalu rutin untuk memeriksakan kandungan kepada tim medis (
dokter kandungan atau bidan)
d) Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya,
yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai,
agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-aspek-sosial-budaya-yang.html
3/03/2011
http://siwisan.wordpress.com/2010/09/28/kesehatan-ibu-dan-anak-persepsi-
budaya-dan dampak-kesehatannya/online 23/03/2011
http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang-
kesehatan-dan-penyakit/online 23/03/2011
F.Swasono,Meutia.(1998).Kehamilan,Kelahiran,PerawatanIbu Dan
BayiDalamKonteksBudaya.
17