Anda di halaman 1dari 18

PERAN PENDIDIK DALAM MENGATASI TINDAKAN KEKERASAN

DI SEKOLAH MENURUT PANDANGAN ISLAM


MAKALAH
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam

dosen pengampu:
Dr. Fachrudin, M.Ag.
Pandu Hyangsewu, M.Ag.

oleh:
Kelompok 1
Pendidikan Biologi A 2015

Ajeng Dwi Pratiwi 1505291


Annisa Fadhila 1500145
Devi Karsiti Nur Solihat 1500562
Naufal Ahmad Muzakki 1505601

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkah dan
limpahan karunianya makalah dengan judul “Peran Pendidik dalam Mengatasi Tindakan
Kekerasan di Sekolah Menurut Pandangan Islam” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr. Fachrudin, M.Ag. serta Bapak Pandu Hyangsewu,
M.Ag. yang telah membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini membahas kasus yang sedang ramai diperbincangkan di dalam dunia
pendidikan yaitu kekerasan di sekolah. Dengan pendekatan konsep pendidikan dalam
islam, kami membahas keterkaitan peran seorang guru dalam mengatasi masalah tersebut
sebagai seorang pendidik. Di dalam makalah ini terbagi menjadi lima kajian isi makalah
diantaranya pengertian pendidikan dalam Islam, karakteristik seorang pendidik, peran dan
kewajiban seorang pendidik, contoh kasus tindakan kekerasan yang terjadi di sekolah,
solusi yang dapat dilakukan seorang pendidik.
Tak ada gading yang tak retak begitu pula dengan makalah ini, sehingga kami meminta
kritik dan saran yang mendukung terkait dengan isi makalah kami. Akhir kata semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, Februari 2018

Kelompok 1 SPAI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN ISI MAKALAH ......................................................................... 3
A. Pengertian Pendidikan dalam Islam ............................................................. 3
B. Karakteristik Seorang Pendidik ................................................................... 4
C. Peran dan Kewajiban Seorang Pendidik ...................................................... 7
D. Contoh Kasus Tindakan Kekerasan yang Terjadi di Sekolah ...................... 9
E. Solusi yang Dapat Dilakukan Seorang Pendidik ....................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kelangsungan
hidupnya, karena pendidikan itu segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam lingkungan dan sepanjang hidup. Selain itu, pendidikan berperan dalam
pembentukan pribadi manusia dan sebagai sarana untuk meningkatkan serta
mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dapat diperoleh
dimana saja, dilingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga.
Manusia memiliki rasa yang tidak puas dan cenderung melakukan hal-hal
yang mungkin bisa merugikan orang lain. Melihat keadaan saat ini banyak
tawuran, tindakan kriminal yang sebagian besar adalah anak-anak. Oleh karena
itu melalui pendidikan ini dapat menjadikan anak-anak yang bermoral.
Secara umum, tindakan kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan
yang dapat merugikan orang lain, baik secara fisik maupun psikis. Dalam dunia
pendidikan sering terjadi kekerasan yang sudah menjadi sorotan masyarakat,
mulai dari kekerasan verbal seperti membentak siswa sampai dengan kekerasan
fisik. Tindakan kekerasan dalam pendidikan ini dapat dilakukan oleh siapa
saja, misalnya teman sekelas, kakak kelas dengan adik kelas, guru dengan
muridnya, bahkan pada awal tahun 2018 ini di gegerkan adanya siswa asal
madura yang melakukan tindakan kekerasan terhadap gurunya.
Guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu. Ketahuilah para
pengajar agama mulai dari yang mengajarkan iqra sampai para ulama besar,
mereka semua itu ada di pesan Rasulullah SAW, Tersirat dari
perkatanya shallahu ‘alaihi wa salam, bahwa:
‫ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه‬
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih
tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak
ulama” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan menjelaskan bagaimana
pendidikan dalam islam, peran seorang pendidik, kewajiban pendidik dalam

1
islam dan contoh kasus berserta solusi yang dapat dilakukan sebagai seorang
pendidik menurut islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan dalam Islam?
2. Bagaimana karakteristik seorang pendidik?
3. Apa peran dan kewajiban seorang pendidik?
4. Bagaimana contoh kasus tindakan kekerasan yang terjadi di sekolah?
5. Bagaimana solusi yang dapat dilakukan seorang pendidik?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidikan dalam Islam.
2. Mengetahui karakteristik seorang pendidik.
3. Mengetahui peran dan kewajiban seorang pendidik.
4. Mengetahui contoh kasus tindakan kekerasan yang terjadi di sekolah.
5. Mengetahui solusi yang dapat dilakukan seorang pendidik.

2
BAB II
KAJIAN ISI MAKALAH

A. Pengertian Pendidikan dalam Islam


Pendidikan dalam konteks islam pada umumnya mengacu kepada kata al-
tarbiyah, al-ta’lim dan al-ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut ada yang populer
digunakan dalam praktek pendidikan islam adalah al-tarbiyah. Sedangkan al-
ta’dib dan al-ta’lim jarang digunakan. Pendidikan dalam arti sempit adalah
bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal. Jadi, pendidikan itu usaha yang dilakukan oleh seseorang pendidik
terhadap peserta didik agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.
(Tafsir, 2012)
Pendidikan dalam islam merupakan sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita islam dan berdasarkan Al-Quran, karena nilai-nilai islam telah
menjiwai dan mewarnai corak kehidupan. Pendidikan islam banyak memiliki
tujuan yang ingin dicapai dan yang paling tinggi adalah penanaman nilai-nilai
akhlaqul karimah kepada seseorang. (Tafsir, 2012)
Tujuan pendidikan islam secara umum adalah terbentuknya manusia yang
berkepribadian muslim. Dalam Q.S At-Takwir ayat 27:

Artinya: “Al Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam”

Jadi, pendidikan itu harus menjadikan seluruh manusia yang menghambakan diri
kepada Allah untuk beribadah hanya kepada Allah. Islam menghendaki agar
manusia dididik supaya mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana
yang telah ditegaslan oleh Allah. Tujuan manusia menurut Allah adalah
beribadah kepada Allah. Ini dijelaskan dalam Q.S Al-Dzariyat ayat 56:

3
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
Sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang
dihadapkan kepada Allah. Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh
aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan,
perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah. Sehingga
tujuan pendidikan harus mempersiapkan manusia agar beribadah seperti itu
untuk menjadi hamba Allah. (Tafsir, 2012)
Hakikat pendidikan islam adalah proses membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik agar menjadi manusia dewasa
sesuai tujuan pendidikan islam. Kemampuan dasar (fitrah) merupakan modal
dasar pendidikan islam untuk berkembang dari masing-masing pribadi manusia
sebagai karunia Allah. Kemampuan dasar ini merupakan potensi mental-
spiritual dan fisik yang diciptakan Allah sebagai fitrah yang tidak bisa diubah
atau dihapus oleh siapapun, akan tetapi dapat diarahkan perkembangannya
dalam proses pendidikan sampai titik optimal yang berakhir pada takdir Allah.
Pendidikan islam menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai agama dan nilai
ilmu pengetahuan secara mendalam dan meluas dalam pribadi anak didik,
sehingga akan terbentuk dalam dirinya sikap bermain dan bertakwa dengan
kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
(Subhan, 2013)
B. Karakteristik Seorang Pendidik
Kewajiban setiap guru adalah melahirkan generasi Qur’ani, generasi
Rabbani. Jadi, sudah semestinya setiap guru memperhatikan apa saja yang perlu
diupayakan agar profesinya sebagai pendidik benar-benar dapat mendatangkan
berkah dan ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Berikut merupakan karakteristik
yang perlu dimiliki oleh seorang pendidik:

4
1. Mengharap Ridha Allah SWT (Ikhlas)
Para guru hendaknya mencanangkan niatnya semata-mata untuk Allah
dalam seluruh pekerjaan edukatifnya, baik berupa perintah, larangan,
nasehat, pengawasan ataupun hukuman (Setiawati, Wiwik, 2016).
Apabila tidak ada rasa ikhlas dalam pekerjaannya sebagai seorang
pendidik, maka tidak akan ada kesungguhan mereka dalam memberikan
manfaat bagi saudara muslimnya. Apalagi dewasa ini orang-orang lebih
cenderng berorientasi pada pangkat dan jabatan. Banyak sekali ilmu dan
pengetahan yang bermanfaat bagi manusia di dunia, serta yang dapat
mengantarkannya kepada kemuliaan dan keluhuran. Akan tetapi, apabila
tidak ada keikhlasan berilmu, akibanya adalah kesia-siaan. Sudah
sepatutnya para guru untuk bisa menanamkan dalam hati anak muridnya
keikhlasan berilmu dan beramal untuk Allah semata sera mencari ridha dan
pahala dari-Nya. Sehingga, dari hal itu lahirlah suatu kebaikan dan pujian
dari manusia yang merupakan anugerah dan nikmat dari Allah SWT.
Ibnu Rajab berkata: “Apabila suatu amalan dilakukan murni karena
Allah, lalu Allah menanamkan benih kebaikan dalam hati orang-orang
mukmin untuknya, dan dia bahagia atas karunia dan rahmat-Nya itu, serta
bergembira karenanya, jelaslah bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang
negatif.”
2. Jujur dan Amanah
Kejujuran adalah kesuksesan bagi seorang guru dunia dan akhirat. Jika
tidak ada kejujuran padanya, maka tidak ada lagi kepercayaan manusia
terhadap ilmu yang dia miliki, serta apa-apa yang ada pada dirinya.
Berbohong kepada murid dapat menghancurkan kreadibilitas. Seorang guru
yang jujur bisa membangun kepercayaan atas apa yang ia ucapkan terhadap
anak muridnya, menghormati mereka, serta berperilaku yang baik.
Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS.
At-Taubah: 119).

5
3. Komitmen dalam Ucapan dan Tindakan
Termasuk karakter yang tidak terpuji apabila seorang guru ucapan dan
tindakannya tidak kompatibel. Firman Allah: “Amat besar kebencian Allah
jika kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
(QS. Ash-shaf: 3).
Ucapan dan tindakan seorang guru yang tidak kompatibel, membuat
murid menjadi bingung serta menjadikan ia seorang yang labil. Jadi intinya,
apabila seorang guru menyuruh kepada kebaikan hendaknya memberi
contoh terlebih dahulu. Dan apabila melarang kepada keburukan hendaknya
lebih dulu menjauhinya.
4. Adil
Keagungan berbuat adil, seperti yang telah Allah perintahkan dan
wajibkan kepada manusia, baik kepada kerabatnya maupun musuhnya.
Urgensi merealisasikan keadilan dan egaliter terhada anak mrid, agar dapat
tersebar rasa kecintaan dan kasih sayang di antara mereka. Menegakkan
keadilan dapat meningkatkan derajat yang baik serta menjaga hubungan
kekerabatan dan pertemanan. Allah berfirman: “Dan apabila kamu berkata,
maka hendaklah kamu berlaku adil kendati dia adalah kerabat(mu).” (QS.
Al-An’am: 152).
5. Berakhlak Karimah
Sikap dan tutur kata yang baik dapat berpengaruh pada jiwa,
melunakkan hati, serta menghilangkan kedengkian. Guru yang berakhlak
baik dan mendorong anak muridnya untuk bersikap demikian merupakan
suatu kelayakan bagi seorang guru. Tutur kata yang halus, serta wajah yang
sumringah merupakan sebab yang dapat menghilangkan kecanggungan
antara guru dan murid. Allah berfirman: “Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.” (QS. Ali-Imran: 159).
6. Berani
Bersikap berani merupakan anjuran bagi setiap guru. Berani disini
memiliki arti berani mengakui kesalahan jika memang salah tanpa harus

6
merasa malu pada siswa. Mengakui kesalahan bukanlah satu hal yang
rendah, tetapi merupakan hal yang mulia dan merupakan bukti atas sikap
berani dari seorang pendidik. Mengakui kesalahan berarti memperbaiki
kesalahan dan bukan sebaliknya (Asy-Syalhub, 2005, hlm. 2-22).
7. Sabar
Karakter selanjutnya yang harus dimiliki orang seorang pendidik adalah
sabar. Sabar menjadi sebuah sifat mendapat yang dapat menolong
keberhasilan seorang guru dalam mendidik muridnya. Sifat sabar ini bisa
menjadi daya tarik untuk membuat murid menyukainya. Ketika seorang
pendidik memiliki karakter sabar, maka hari-harinya juga akan dihiasi
dengan akhlak terpuji dan jauh dari perangai tercela. Tentu saja perbuatan
seperti ini bisa menjadi teladan bagi anak-anak didiknya. Bahkan Allah
SWT berulang kali memberikan peringat kepada manusia agar tetap
bersabar dalam upaya apapun terlebih lagi dalam mendidik generasi masa
depan. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang terjadi, teruslah
bersabar agar mendapat balasan dari Allah (Setiawati, Wiwik, 2016).
Allah SWT berfirman: “Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap
bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan
dan pahala yang besar.” (QS. 11 : 11).
C. Peran dan Kewajiban Seorang Pendidik
Menurut imam Al Ghazali, Seorang guru yang mengamalkan ilmunya lebih
baik dari pada seorang yang beribadah saja, puasa dan shalat setiap
malam.Pendidik diibaratkan sebagai pelita segala zaman, Orang yang hidup
semasa dengannya akan memperoleh pancaran nur keilmuannya. Andaikata di
dunia ini tidak ada pendidik niscaya manusia seperti binatang sebab pendidikan
adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (hayawaniyah)
kepada sifat kemanusiaan (insaniyah). Ia juga mengatakan bahwa tugas utama
seorang pendidik adalah menyempurnakan, menbersihkan, menyucikan, serta
membawakan hati manusia untuk ber-taqarrub kepada Allah SWT. Menurutnya
karena pendidikan adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub
ilallah). (Yunaeri, 2015).

7
Dari pandangan tersebut dapat diipahami bahwa tugas pendidik sebagai
warasat al-anbiya,yang pada hakikatnya mengemban misi “rahmatan li al-
alamin”, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada
hukum-hukum Allah SWT. Guna memperoleh keberkahan, keselamatan, dan
kedamaian dunia dan akhirat. Kumudian misi ini dikembangkan kepada
pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal sholeh dan
bermoral tinggi. (Yunaeri, 2015).
Untuk melaksanakan tugas sabagai warasat al-anbiya, pendidikan hendaklah
bertolak pada amar ma’ruf yang diimbangi dengan nahyian al-munkar Dan
menjadikan pusat tauhid ini sebagai pusat kegiatan penyebaran misi iman, islam
dan ihsan. Sebagaimana dalam QS.Ali Imran yang artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,karena
kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan
beriman kepada Allah SWT,Sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik
bagi mereka,diantara mereka ada yang beriman,dan kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang fasik”. (QS.Ali Imran:110)
Kewajiban yang harus diperhatikan oleh guru menurut pendapat Imam
Ghazali yaitu:
1. Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memperlakukan
mereka seperti anak sendiri.
2. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapak terima kasih, tetapi
bermaksud dengan mengajar mencari keridhaan Allah.
3. Mencegah murid dari sesuatu akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran
dan jangan dengan cara terus terang, dengan jalan halus dan jangan
mencela.
4. Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan
meraka menurut kadar akalnya dan jangan disampaikan sesuatu yang
melebihi tingkat tangkapannya.
(Athiyah, 1993, 150-151)

8
D. Contoh Kasus Tindakan Kekerasan yang Terjadi di Sekolah
Kekerasan antar siswa kerap terjadi yaitu berupa bullying yang merupakan
perilaku agresif dan menekan dari seseorang yang lebih dominan terhadap
orang yang lebih lemah, dimana seorang siswa atau lebih secara terus-menerus
melakukan tindakan yang menyebabkan siswa lain menderita. Kekerasan yang
terjadi dapat berupa kekerasan fisik seperti memukul, menendang, menjambak
dan lain-lain. Selain bullying, adapun tindakan siswa yang tidak menyenangkan
yaitu kesal dengan guru hanya karena di tegur saat proses pembelajaran di kelas.
Siswa yang terancam atau disakiti patut diperhatikan oleh pihak sekolah,
dengan memerhatikan siswa atau kelompok siswa yang rentan menjadi korban
dan siswa atau kelompok siswa yang berpotensi menjadi pelaku kekerasan.
Salah satu faktor yang bisa ikut mempengaruhi terjadinya kekerasan, adalah
dari sikap siswa tersebut. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari dimensi
psikologis dan kepribadian siswa itu sendiri. Contohnya, anak berusaha mencari
perhatian dengan bertingkah yang memancing amarah, agresifitas,atau pun
hukuman. Maksud dari melakukan hal tersebut dengan tujuan yakni
mendapatkan perhatian.
Liputan6.com (2018) melaporkan bahwa siswa sekolah menengah negeri di
Torjun Sampang, Madura, memukul gurunya hingga meninggal dunia karena
kesal ditegur saat jam pelajaran berlangsung di kelas. Kasus tersebut terjadi
pada hari Kamis, 1 Februari 2018 sekitar pukul 13.00 WIB. Siswa yang diduga
memiliki ilmu silat, reflek dan mengejar sang guru serta memukulnya di bagian
pelipis. Akibatnya korban mengalami patah leher dan pecah pembuluh darah
otak. Sejumlah siswa pun merasa kehilangan.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh kepolisian dari kepala SMAN 1
Torjun Sampang, awalnya guru yang bernama Budi sedang mengisi materi seni
lukis di kelas XI. Saat pembelajaran berlangsung, siswa yang bersangkutan
tidak mendengarkan materi yang disampaikan oleh Guru. Siswa itu
mengganggu teman-teman sekelasnya. Melihat tingkah usil itu, guru seni rupa
tersebut kemudian menegurnya. Namun bukannya diam, justru semakin
menjadi-jadi mengganggu teman-temannya. Pak Budi kemudian mengambil cat
lukis dan mencoret pada pipi siswa tersebut. Namun siswa itu tidak menerima

9
dan kerap melakukan perlawanan pada guru dengan memukul bagian
kepalanya. Guru tersebut tidak bisa melakukan apa-apa dan teman-teman
sekelasnya yang melerai kejadian tersebut.
Namun ketika Pak Budi sampai di rumah, dia merasakan sakit kepala yang
hebat sehingga sampai terjadi pingsan. Setelah dibawa ke rumah sakit dia
mengalami gangguan di bagian kepala yang sempat di pukul oleh siswa tadi
sehingga tidak bisa diselamatkan.

Sumber berita: http://news.liputan6.com/read/3250660/kesal-dibangunkan-


saat-tidur-murid-pukul-guru-hingga-tewas

E. Solusi yang Dapat Dilakukan Seorang Pendidik


Guru Perlu Memiliki Keterampilan Tangani Kekerasan di Sekolah
Berdasarkan, masalah kekerasan yang terjadi di sekolah baik itu yang dilakukan
oleh antar siswa, oleh guru ke siswa maupun oleh siswa ke gurunya. Berikut
dibahas mengenai betapa pentingnya guru perlu memiliki keterampilan tangani
kekerasan di sekolah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Federasi Serikat
Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo meminta guru untuk tidak menyelesaikan
masalah siswa yang bermasalah sendirian. Guru tetap harus melibatkan orang
tua dan juga sekolah.
"Terkait penanganan siswa bermasalah di sekolah hendaknya dilepaskan dari
guru secara pribadi, tetapi merupakan penangan satuan pendidikan dengan orang
tua. Jadi tidak ada guru yang boleh bertindak sendiri," ujar Sekretaris Jenderal
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo, di Jakarta, Kamis (8/2).
FSGI menegaskan bahwa guru harus dilindungi. Oleh karena itu, jangan
biarkan guru selesaikan masalah dalam keprofesian sendiri sehingga anak yang
diberi sanksi akan melampiaskan dendam pada guru tersebut, bukan manajemen
sekolah secara bersama atas nama institusi.
"Kasus kekerasan di sekolah merupakan salah satunya, kasus Sampang
seharusnya menjadi momentum para pendidik melalui organisasi-organisasi

10
profesi guru untuk mendorong pemerintah memperbaiki sistem pendidikan dan
sistem perlindungan guru dalam menjalankan profesinya." katanya.
Guru seharusya mendapatkan pelatihan yang tidak melulu metode
pembelajaran, tetapi juga keterampilan mencegah dan menangani kekerasan di
sekolah. Selain itu, pemerintah juga harus membuat program berkelanjutan
untuk meningkatkan kapasitas guru terutama dalam mencegah dan menangani
kekerasan di sekolah.
"Karena, banyak guru yang tidak paham bagaimana mengatasi perilaku
menyimpang siswa di kelas. Kasus yang terjadi di Sampang itu mungkin bisa
juga karena cara guru mengatasi siswa dengan kurang tepat," kata dia.
Dia menjelaskan banyak guru yang tidak dibekali atau bahkan tidak mau
mempelajarinya karena para guru berpikir yang penting ilmu pengetahuan sudah
disampaikan ke siswa.
"Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) juga
perlu mengevaluasi kurikulum di sekolah keguruan. Seharusnya kurikulum di
kampus pendidikan guru terdapat ilmu psikologi anak dan ilmu manajemen kelas
dan perilaku, yaitu bagaimana menghadapi siswa yang keras dan siswa
pembangkang." katanya
Dia menambahkan sebagian besar para guru di Indonesia masih gagap dalam
mencegah dan menangani kekerasan di sekolah, karena memang tidak pernah
dibekali saat kuliah keguruan (Maharani, 2018).
Karena dewasa ini seringkali terjadi bermacam-macam kasus berkaitan
dengan sanksi fisik yang diberikan oleh guru, maka diperlukan solusi terbaik
untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para guru kedepannya dalam
memberlakukan hukuman pada peserta didik. Sanksi fisik yang diberikan
kepada peserta didik menuai banyak pro dan kontra. Beberapa aspek perlu
dikaji sebelum solusi dibuat.
Sama sekali tidak memberlakukan sanksi fisik adalah tidak baik. Akan
tetapi, memberkakukan sanksi fisik terus menerus juga tidak baik. Tendensi
diperbolehkannya sanksi fisik adalah seperti sabda Rasul: “Perintahlah anak
kecil untuk shalat, yaitu mereka yang telah berumur 7 tahun, pukulah jika
umurnya telah mencapai usia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”

11
Dari sabda Rasul di atas, pukulan yang dimaksud merupakan bentuk dari
pelajaran. Dalam artian tidak ada unsur dendam sehingga pukulan tidak
menimbulkan cidera. Selain itu, ketika memukul hindarilah area wajah karena
wajah merupakan anggota tubuh yang paling mulia. Solusi yang bisa kita ambil
diantaranya:
1. Memberi nasihat dan petunjuk
2. Cemberut atau bermuka masam
3. Pembentakan
4. Cuek
5. Pencelaan
6. Meminta murid berdiri di depan kelas
7. Memberi tugas
8. Membawa alat pemukul tanpa benar-benar memukulkannya. Hal ini
bertujuan untuk memberikan efek takut
9. Pukulan ringan
Hal yang dikemukakan di atas merupakan suatu urutan. Dalam memberikan
sanksi haruslah bertahap, tidak serta merta langsung memukul, kecuali dalam
kondisi yang mendesak.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan dalam islam merupakan sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita islam dan berdasarkan Al-Quran, karena nilai-nilai islam
telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupan..
2. Kewajiban setiap guru adalah melahirkan generasi Qur’ani, generasi Rabbani.
Jadi, sudah semestinya setiap guru memperhatikan apa saja yang perlu
diupayakan agar profesinya sebagai pendidik benar-benar dapat
mendatangkan berkah dan ridha Allah Subhanahu Wata’ala.
3. Tugas pendidik sebagai warasat al-anbiya,yang pada hakikatnya mengemban
misi “rahmatan li al-alamin”, yakni suatu misi yang mengajak manusia
untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah SWT. Guna memperoleh
keberkahan, keselamatan, dan kedamaian dunia dan akhirat. Kumudian misi
ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid,
kreatif, beramal sholeh dan bermoral tinggi.
4. Salah satu faktor yang bisa ikut mempengaruhi terjadinya kekerasan, adalah
dari sikap siswa tersebut. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari dimensi
psikologis dan kepribadian siswa itu sendiri. Contohnya, anak berusaha
mencari perhatian dengan bertingkah yang memancing amarah,
agresifitas,atau pun hukuman. Maksud dari melakukan hal tersebut dengan
tujuan yakni mendapatkan perhatian.
5. Sanksi fisik yang diberikan kepada peserta didik menuai banyak pro dan
kontra. Adapun urutan hukuman yang dapat dilakukan oleh pendidik kepada
siswanya yaitu memberi nasihat dan petunjuk, cemberut atau bermuka masam
pembentakan, cuek (bersikap seolah-olah tak peduli), pencelaan, meminta
murid berdiri di depan kelas, memberi tugas, membawa alat pemukul tanpa
benar-benar memukulkannya. Hal ini bertujuan untuk memberikan efek takut,
pukulan ringan dan merupakan suatu urutan. Dalam memberikan sanksi

13
haruslah bertahap, tidak serta merta langsung memukul, kecuali dalam
kondisi yang mendesak.
B. Saran
Makalah ini dibuat berdasarkan banyaknya kasus kekerasan fisik yang
dilakukan terjadi di sekolah baik itu oleh guru ke siswa maupun dari siswa ke
guru yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan, tentu menimbulkan berbagai
dampak khususnya dampak negatif. Untuk pembuatan makalah ke depannya,
haruslah mengkaji lebih banyak kasus agar kita bisa mengkaji dan menarik
kesimpulan dari banyak sisi. Dengan begitu, solusi yang didapat bisa lebih baik
dan tentu saja bisa diimplementasikan sebagai bentuk perbaikan kualitas
pendidik dalam mendidik siswa-siswanya

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Al-Syalhub, Fuad. (2005). 38 Langkah Belajar Mengajar EQ Cara Nabi
SAW. Jakarta: Zikrul Hakim.
Athiyah M. (1993). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Maharani, Esthi. (2018). Guru Perlu Keterampilan Tangani Kekerasan di Sekolah.
[Online]. Diakses dari: http://republika.co.id/berita/pendidikan/
eduaction/18/02/08/p3taxc335-guru-perlu-keterampilan-tangani-kekerasan-
di-sekolah
Subhan, Fauti. (2013). Konsep Pendidikan Islam Masa Kini. Surabaya: CV. Pustaka
Setia)
Tafsir, Ahmad. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset
Yunaeri. (2015). Tugas dan Tanggungjawab Pendidik dalam Islam. [Online].
Diakses dari: https://www.kompasiana.com/yunaeri/tugas-dan-
tanggungjawab-pendidik-dalam-islam_556493cbb393730b74ee6446. [07-
02-2018]

15

Anda mungkin juga menyukai