PENDAHULUAN
baru dengan sangat cepat. Perkembangan yang semakin canggih dan meningkatnya
teknologi membutuhkan sumber energi dalam skala besar. Secara sederhana dampak
dari kemajuan teknologi adalah konsumsi energi berlebih. Saat ini, sektor minyak
bumi dan gas masih menjadi andalan bagi pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri
dan dunia. Berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 52,5%
pemakaian energi di Indonesia, sedangkan gas bumi sebesar 19%, batu bara 21,5%,
air 3,7%, panas bumi 3%, dan energi terbarukan hanya sekitar 0.2% dari total
(2006) hanya sekitar 9 miliar barel dan produksi Indonesia hanya sekitar 500 juta
barel per tahun. Hal ini berarti jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan teknologi
ancaman serius. Pertama, faktor ekonomi yaitu berupa jaminan ketersediaan bahan
bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan
lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki
dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajat kesehatan manusia dan gas
sebagai sumber energi dipandang kurang efisien serta menimbulkan polusi udara.
ramah lingkungan. Salah satu sumber energi alternatif yang sedang dikembangkan
Sebagai solusi, baru-baru ini telah dikembangkan teknologi fuel cell yang
terus mengalami riset dan pengembangan di beberapa negara maju. Teknologi fuel
cell ini dipandang lebih efisien, tidak menimbulkan polusi seperti halnya pembangkit
(PEMFC)?
(PEMFC)?
(PEMFC)?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sel bahan bakar (fuel cell)?
Cell (PEMFC)?
(PEMFC)?
(PEMFC)?
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sel bahan bakar (fuel cell)?
PEMBAHASAN
Sir William Grove untuk pertama kali menemukan fuel cell pada tahun 1839.
Grove mengetahui bahwa air dapat dipisahkan menjadi air dan oksigen dengan
mengalirkan arus listrik di dalamnya (sebuah proses yang disebut elektrolisis). Dia
membuat hipotesa bahwa dengan membalik prosedur anda bisa menghasilkan tenaga
listrik dari air tawar dia menciptakan fuel cell primitive dan menyebutnya sebagai
suatu gas voltaic battery. Setelah bereksperimen dengan temuannya yang baru,
Grove dapat membuktikan hipotesanya. Lima puluh tahun kemudian, ahli ilmu
pengetahuan Ludwig Mond dan Charles Langer mengubah istilahnya dengan fuel
cell sambil berusaha membuat contoh atau model yang nyata untuk menghasilkan
energi listrik.
mengenai fuel cell dan menemukan fuel cell yang menggunakan elektrolit basa
(KOH), yang kemudian disebut alkaline fuel cell (fuel cell tipe basa). Berselang
setelah ditemukan alkaline fuel cell, di tahun 1950-an, Perusahaan Amerika, General
Electic (GE), berhasil mengembangkan fuel cell tipe baru, dengan polimer membran
sebagai elektrolitnya, yang kemudian disebut PEMFC. PEMFC yang ditemukan oleh
lebih compact, bila dibandingkan fuel cell yang ditemukan oleh F. Bacon saat itu.
Fuel cell merupakan alat konversi energi elektrokimia yang mengubah energi
kimia dari hidrogen (H2) dan oksigen (O2) ke dalam energi listrik dan panas melalui
reaksi reduksi elektrokimia masing-masing anoda (kutub positif) dan katoda (kutub
negatif) dari sel dengan air (H2O) sebagai hasil sampingnya. Struktur fisik dasarnya
terdiri atas lapisan elektrolit yang salah satu sisinya merupakan daerah kontak anoda
berpori dengan katoda berpori pada sisi lainnya. Sel bahan bakar dibagi atas
beberapa kategori berdasarkan kombinasi tipe bahan bakar dan oksidan, tipe
Pada fuel cell, bahan gas oksigen didapat dari udara sedang gas hidrogen
dapat diperoleh dari reaksi reformer dari hidrokarbon. Gas hidrogen mempunyai
kesulitan untuk disimpan dan ditransport karena molekul yang kecil sehingga sulit
untuk dicairkan dan mudah terbakar. Usaha memperoleh hidrogen dengan mudah
dengan bahan baku LPG atau gas methane, menguraikan metanol yang dibuat dari
pabrik besar tetapi dalam bentuk cair sehingga mudah untuk ditransport. Gas
hidrogen dapat juga diperoleh dari metanol setelah diuraikan menjadi gas CO dan
Ion yang bemigrasi dapat sebagai hidrogen, oksigen atau hidroksida. Sedang
elektrolit dapat berupa membran polimer, garam karbonat cair, lapisan oksida
keramik, larutan alkali dan asam fospat. Elektroda biasanya terbuat dari logam
2H2 + O2 2H2O
2H2 4H+ + 4 e-
Setiap molekul H2 terpecah menjadi dua atom H+(proton), sedang setiap atom
hidrogen melepaskan elektronnya. Proton ini akan bergerak menuju katoda melewati
membran. Yang menjadi sasaran dalam penulisan ini adalah Polymer Electrolyte
Membrane Fuel Cell (PEMFC) yang bekerja pada temperatur yang relatif rendah.
Elektron yang terbentuk akan menghasilkan arus listrik kalau dihubungkan dengan
oksigen yang bermuatan negatif untuk selanjutnya bergabung lagi dengan proton
yang mengalir dari anoda. Setiap ion oksigen akan melepaskan kedua muatan
negatifnya dan bergabung dengan dua proton, sehingga terjadi oxidasi menjadi air.
pembentukan air, alat konversi energi elektrokimia ini tidak akan menghasilkan efek
samping yang berbahaya bagi lingkungan seperti alat konversi energi konvensional
(misalnya proses pembakaran pada mesin mobil). Sedangkan dari segi efisiensi
akan sepuluh kali tahan lebih lama dibandingkan dengan baterai litium. Dan untuk
mengisi kembali energi akan lebih cepat karena energi yang digunakan bukan listrik,
Jenis dari pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai
elektrolit yang mampu menghantar proton. Ada enam tipe umum fuel cell, yaitu
Alkaline Fuel Cell (AFC), Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Molten Carbonate
Fuel Cell (MCFC), Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), Polymer Electrolyte Membrane
Fuel Cell (PEMFC), dan Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). Namun yang dibahas
dalam makalah ini adalah Pengembangan fuel cell tipe PEMFC, menggunakan
material dengan bahan membrane polimer, katalis elektroda dan graphite bi-polar
plate.
Pada tabel berikut dapat dilihat jenis dari pada elektrolit untuk 6 jenis fuel cell
Temperatur
Jenis Elektrolit Karakteristik Penggunaan
Operasi (oC)
Efesiensi
energi tinggi, Pesawat ruang
Kalilauge
Alkaline (AFC) 60 - 120 memiliki angkasa,
(KOH)
kepekaan kendaraan
terhadap CO2
Kerapatan Kendaraan
Polymer energy tinggi, (sedan, bus,
Exchange Polymer memiliki minivan),
60 - 100
Membrane electrolyte kepekaan stasiun
(PEM) terhadap CO pembangkit
(<100 ppm) panas
Phosphoric Phosphor Efisiensi Stasiun
160 – 200
Acid Fuel Cell Acid energi pembangkit
Exchange Membrane Fuel Cell. Membran ini berupa lapisan tipis padat yang
berfungsi sebagai elektrolit pemisah katoda dan anoda. Membran ini secara selektif
mengontrol transport proton dari anoda ke katoda dalam fuel cell. PEMFC
hidrogen, oksigen dari udara, dan air untuk mengoperasikannya. Selain itu, pada fuel
cell ini tidak dipakai fluida yang bersifat korosif seperti jenis lainnya.
PEMFC merupakan sebuah sistem bebas pelarut. Sistem fuel cell ini
menggunakan fasa penghantar bersifat ionik berupa gugus garam yang matriks
polimernya bersifat polar, seperti pada garam anion F-, Cl-, I-, SCN-, ClO4-, CF3SO3-,
BF4-, dan AsF6-. Semakin besar ukuran anion dan semakin terdelokalisasi muatan,
maka semakin sulit tersolvasi sehingga dapat terjadi ikatan non permanen antara
densitas daya yang tinggi dan mempunyai kelebihan dalam hal berat dan volume
dibandingkan dengan sel bahan bakar jenis lain. PEMFC menggunakan polimer
padat sebagai elektrolit dan elektroda karbon berpori (porous carbon electrodes)
dari udara, dan air untuk sistem operasinya dan tidak membutuhkan cairan korosif
seperti pada sel bahan bakar jenis lain. Efisiensi PEMFC dapat mencapai 40–50%,
suatu nilai yang jauh melampaui efisiensi mesin bakar BBM yang kurang dari 20%.
Keterangan :
pembuatan sel elektrokimia. Basis elektrolit yang sudah dikembangkan antara lain:
memiliki beberapa keunggulan (yang salah satunya sudah disebutkan di atas) sebagai
PEM fuel cell bekerja pada temperatur yang relatif rendah, yaitu sekitar 80 °C
(176 °F). Rendahnya suhu operasi ini menyebabkan rendahnya waktu pemanasan
(warm-up time). Selain itu PEM memiliki kerapatan daya yang cukup tinggi karena
sifat-sifat inilah maka PEM banyak digunakan sebagai sumber daya bagi alat-alat
Peranan elektroda sangat penting pada proses pengubahan fluks difusi proton
menjadi energi listrik. Pada elektroda, perbedaan potensial kimia dikonversi menjadi
potensial listrik sesuai persamaan Nernst. Pada perkembangan fuel cell terakhir, telah
diteliti suatu cara perakitan yang baik untuk menghasilkan energi listrik paling
Cara kerja suatu unit fuel cell dapat diilustrasikan dengan jenis PEMFC
(proton exchange membrane fuel cell). Jenis ini adalah jenis fuel cell yang
menggunakan reaksi kimia paling sederhana. PEMFC memiliki empat elemen dasar
seperti kebanyakan jenis fuel cell. Pertama, anoda sebagai kutub negatif fuel cell.
molekul hidrogen sehingga elektron tersebut dapat digunakan di luar sirkuit. Pada
permukaan katalis. Kedua, katoda sebagai kutub elektroda positif fuel cell yang juga
Katoda juga berperan dalam mengalirkan elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit
oksigen untuk membentuk air. Ketiga, elektrolit. Yang digunakan dalam PEMFC
berbentuk seperti plastik pembungkus yang hanya dapat mengalirkan ion bermuatan
positif. Sedangkan elektron yang bermuatan negaif tidak akan melalui membran ini.
Dengan kata lain, membran ini akan menahan elektron. Keempat, katalis yang
terbuat dari lembaran kertas karbon yang diberi selapis tipis bubuk platina.
Permukaan katalis selalu berpori dan kasar sehingga seluruh area permukaan platina
dapat dicapai hidrogen dan oksigen. Lapisan platina katalis berbatasan langsung
Pada ilustrasi cara kerja PEMFC, diperlihatkan gas hidrogen yang memiliki
tekanan tertentu memasuki fuel cell di kutub anoda. Gas hidrogen ini akan bereaksi
dengan katalis dengan dorongan dari tekanan. Ketika molekul H2 kontak dengan
platinum pada katalis, molekul akan terpisah menjadi dua ion H+ dan dua elektron
(e-). Elektron akan mengalir melalui anoda, elektron-elektron ini akan membuat jalur
di luar sirkuit fuel cell dan melakukan kerja listrik, kemudian mengalir kembali ke
Di sisi lain, pada kutub katoda fuel cell, gas oksigen (O2) didorong gaya tekan
kemudian bereaksi dengan katalis membentuk dua atom oksigen. Setiap atom
oksigen ini memiliki muatan negatif yang sangat besar. Muatan negatif ini akan
menarik dua ion H+ keluar dari membran PEM, lalu ion-ion ini bergabung dengan
satu atom oksigen dan elektron-elektron dari luar sirkuit untuk membentuk molekul
air (H2O).
Pada satu unit fuel cell terjadi reaksi kimia yang terjadi di anoda dan katoda.
Reaksi yang terjadi pada anoda adalah 2H2 4H+ + 4e-. Sementara reaksi yang
terjadi pada katoda adalah O2 + 4H+ + 4e- 2H2O. Sehingga keseluruhan reaksi
pada fuel cell adalah 2H2 + O2 2H2O. Hasil samping reaksi kimia ini adalah aliran
elektron yang menghasilkan arus listrik serta energi panas dari reaksi. Satu unit fuel
cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt. Karena itu untuk memenuhi
energi satu baterai handphone atau menggerakkan turbin gas dan mesin mobil,
dibutuhkan berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan menjadi satu unit besar yang
Pada sistem fuel cell terdapat membran elektrolit yang merupakan ”jantung”
dari sistem dan perangkat separator fuel. Fungsi dari membran pada fuel cell adalah
sebagai elektrolit dan pemisah dua gas reaktan. Sebagai elektrolit, membran fuel cell
menjadi sarana transportasi ion hidrogen yang dihasilkan oleh reaksi anoda menuju
katoda, sehingga reaksi pada katoda yang menghasilkan energi listrik dapat terjadi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli maka telah
dibuat membran fuel cell yang berasal dari material komposit bipolar plate dengan
matriks polimer yang akan diperkuat grafit. Graphite bipolar plate akan menjadi
lembar panel khusus, dalam alat pembangkit energi berbahan bakar hidrogen.
elektron yang bermuatan negaif tidak akan melalui membran ini. Dengan kata lain,
fuel cell. Membran polimer ini dapat memisahkan reaktan dan menjadi sarana
menghasilkan energi listrik. Persamaan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda dapat
Kemurnian gas hidrogen sangat mempengaruhi emisi buang sistem fuel cell
kemurnian tinggi juga dapat memperpanjang waktu hidup membran fuel cell dan
katalis.
Sebuah sistem fuel cell hanya akan mengeluarkan uap air apabila memakai
hidrokarbon/fosil (misal: batu bara, gas alam, dll) maka harus dilakukan uji
zero emission.
b. Efisiensi Tinggi
Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam konversi
konversi energi pada fuel cell melalui reaksi elektrokimia lebih tinggi
beban. Sistem Fuel cell yang menggunakan hidrogen murni dan digunakan
Sistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang
Ketika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik maka fuel cell
menjadi energi listrik. Bandingkan dengan mesin kalor yang harus mengubah
energi kimia menjadi energi panas kemudian menjadi energi mekanik yang
akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik. Fuel cell yang
transformasi energi yang sama dengan mesin kalor, tetapi transformasi energi
Sistem fuel cell tidak perlu penyetruman (recharge) layaknya baterai. Tetapi
sistem fuel cell harus diisi ulang dengan hidrogen, dimana prosesnya lebih
a. Hidrogen
Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi
hidrogen masih sangat mahal dan membutuhkan input energi yang besar
digunakan dalam masa transisi untuk menuju produksi hidrogen dari air yang
efisien.
adalah logam yang jarang ditemui dan sangat mahal. Berdasarkan survei
geologis ahli USA, total cadangan logam platinum di dunia hanya sekitar 100
juta kg (Bruce Tonn and Das Sujit, 2001). Dan pada saat ini, diperkirakan
pertumbuhan pasar fuel cell rendah, dan permintaan platinum rendah) maka
sebelum tahun 2030 diperkirakan sudah tidak ada lagi logam platinum (Anna
Monis Shipley and R. Neal Elliott, 2004). Untuk itulah diperlukan penelitian
d. Pembekuan
Selama beroperasi, sistem fuel cell menghasilkan panas yang dapat berguna
temperatur lingkungan terlampau sangat dingin (-10 s/d -20 C) maka air
murni yang dihasilkan akan membeku di dalam fuel cell dan kondisi ini akan
dapat merusak membran fuel cell (David Keenan, 10/01/2004). Untuk itu
harus didesain sebuah sistem yang dapat menjaga fuel cell tetap berada dalam
komersial saat ini untuk pembangkit listrik dengan fuel cell ~$4000/kW)
berat dan ukuran, sejalan dengan meningkatnya kehandalan dan umur operasi
(lifetime) sistem fuel cell. Penggunaan sistem fuel cell dalam industri otomotif
minimal harus memiliki umur operasi 4.000 jam (ekivalen 100.000 mil pada
kecepatan 25 mil per jam) dan dalam industri pembangkit listrik minimal
f. Ketiadaan Infrastruktur
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Fuel cell merupakan alat konversi energi elektrokimia yang mengubah energi
kimia dari hidrogen (H2) dan oksigen (O2) ke dalam energi listrik dan panas
katoda (kutub negatif) dari sel dengan air (H2O) sebagai hasil sampingnya.
2. Jenis dari pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai
elektrolit yang mampu menghantar proton. Ada enam tipe umum fuel cell,
yaitu Alkaline Fuel Cell (AFC), Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Molten
Carbonate Fuel Cell (MCFC), Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), Polymer
Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC), dan Direct Methanol Fuel Cell
(DMFC).
Exchange Membrane Fuel Cell. Membran ini berupa lapisan tipis padat yang
berfungsi sebagai elektrolit pemisah katoda dan anoda. Membran ini secara
selektif mengontrol transport proton dari anoda ke katoda dalam fuel cell.
4. Kelebihan fuel cell adalah zero emision, efisiensi tinggi, cepat mengikuti
5. Kekurangan fuel cell adalah hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan,
3.2 Saran
lebih diteliti dan dikaji lebih dalam lagi agar kekurangan-kekurangannya dapat
diminimalisir.
Barbir, F., 2005, PEM Fuel cells: Theory and Practice, Istambul: UNIDO
International Centre for Hydrogen Energi Technologies.
Colleen, S., 2008, PEM Fuel Cell Modeling and Simulation Using
MATLAB, Elsevier Inc,.
Ellis, M. W., Spakovsky, M. R. V., Nelson, D. J., 2001, Fuel Cell Systems: Efficient,
Flexible Energy Conversion for the 21st Century, Proceedings of IEEE, 89
(12).
Garrain, D., Lechon, Y., and Rua, C. D. L., 2011, Polymer Electrolyte Membrane
Fuel Cells (PEMFC) in Automotive Applications: Environmental Relevance
of the Manufacturing Stage, Smart Grid and Renewable Energy, 2011 (2): 68-
74.
Granovskii, M., Dincer, I., and Rosen, M. A., 2007, Air polution reduction via use of
green energy sources for electricity and hydrogen production, Atmosfer
Environment, 41 (8): 1777-1783.
Hoogers, G., 2003, Fuel Cell Technology Handbook, New York: CRC Press.
Larminie, J., and Dicks, A., 2003, Fuel Cell Systems Explained Second
Edition, John Wiley & Sons Ltd, England.
Mench, M., 2008, Fuel cell engines, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
Jersey.
Sudaryono, Soebagio, dan Ashari, M., 2008, Karakteristik Statis dan Dinamis
Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) Daya Rendah, Teknik
Elektro ITS, Surabaya.
Thomas, S., and Zalbowitz, M., 2011, Fuel Cells – Green Power, Los Alamos,
New Mexico.