Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan mendorong penciptaan teknologi

baru dengan sangat cepat. Perkembangan yang semakin canggih dan meningkatnya

teknologi membutuhkan sumber energi dalam skala besar. Secara sederhana dampak

dari kemajuan teknologi adalah konsumsi energi berlebih. Saat ini, sektor minyak

bumi dan gas masih menjadi andalan bagi pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri

dan dunia. Berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 52,5%

pemakaian energi di Indonesia, sedangkan gas bumi sebesar 19%, batu bara 21,5%,

air 3,7%, panas bumi 3%, dan energi terbarukan hanya sekitar 0.2% dari total

penggunaan energi. Padahal, cadangan minyak bumi Indonesia berdasarkan ESDM

(2006) hanya sekitar 9 miliar barel dan produksi Indonesia hanya sekitar 500 juta

barel per tahun. Hal ini berarti jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan teknologi

baru untuk meningkatkan recovery minyak bumi, diperkirakan minyak bumi

Indonesia akan habis dalam waktu dekat.

Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan dua

ancaman serius. Pertama, faktor ekonomi yaitu berupa jaminan ketersediaan bahan

bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan

fluktuasinya. Kedua, polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke

lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki

dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajat kesehatan manusia dan gas

rumah kaca yang dihasilkan. Teknologi konvensional menggunakan minyak bumi

sebagai sumber energi dipandang kurang efisien serta menimbulkan polusi udara.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 1


Pembakaran minyak bumi menghasilkan karbon monoksida (CO) dan

karbondioksida (CO2) yang berbahaya.

Kesadaran terhadap ancaman krisis energi dan pencemaran lingkungan telah

mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi

(energy resource) yang lebih terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih

ramah lingkungan. Salah satu sumber energi alternatif yang sedang dikembangkan

saat ini adalah energi hidrogen yang bersumber dari air.

Sebagai solusi, baru-baru ini telah dikembangkan teknologi fuel cell yang

terus mengalami riset dan pengembangan di beberapa negara maju. Teknologi fuel

cell ini dipandang lebih efisien, tidak menimbulkan polusi seperti halnya pembangkit

energi tenaga minyak bumi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan sel bahan bakar (fuel cell)?

2. Apa saja jenis dari sel bahan bakar (fuel cell)?

3. Apa yang dimaksud dengan Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

(PEMFC)?

4. Bagaimana cara kerja dari Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

(PEMFC)?

5. Bagaimana peran membran dalam Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

(PEMFC)?

6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sel bahan bakar (fuel cell)?

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 2


1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah diharapkan mahasiswa

peserta mata kuliah ini nantinya mampu untuk:

1. Mengetahui dan memahami pengertian sel bahan bakar (fuel cell)?

2. Mengetahui jenis dari sel bahan bakar (fuel cell)?

3. Mengetahui dan memahami pengertian Polymer Electrolyte Membrane Fuel

Cell (PEMFC)?

4. Memahami cara kerja dari Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

(PEMFC)?

5. Mengetahui peran membran dalam Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

(PEMFC)?

6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sel bahan bakar (fuel cell)?

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 3


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Fuel Cell

Sir William Grove untuk pertama kali menemukan fuel cell pada tahun 1839.

Grove mengetahui bahwa air dapat dipisahkan menjadi air dan oksigen dengan

mengalirkan arus listrik di dalamnya (sebuah proses yang disebut elektrolisis). Dia

membuat hipotesa bahwa dengan membalik prosedur anda bisa menghasilkan tenaga

listrik dari air tawar dia menciptakan fuel cell primitive dan menyebutnya sebagai

suatu gas voltaic battery. Setelah bereksperimen dengan temuannya yang baru,

Grove dapat membuktikan hipotesanya. Lima puluh tahun kemudian, ahli ilmu

pengetahuan Ludwig Mond dan Charles Langer mengubah istilahnya dengan fuel

cell sambil berusaha membuat contoh atau model yang nyata untuk menghasilkan

energi listrik.

Kemudian pada tahun 1930 Francis Bacon (1904-1992), pria lulusan

Cambridge University dan berkebangsaan Inggris mengadakan penilitiannya

mengenai fuel cell dan menemukan fuel cell yang menggunakan elektrolit basa

(KOH), yang kemudian disebut alkaline fuel cell (fuel cell tipe basa). Berselang

setelah ditemukan alkaline fuel cell, di tahun 1950-an, Perusahaan Amerika, General

Electic (GE), berhasil mengembangkan fuel cell tipe baru, dengan polimer membran

sebagai elektrolitnya, yang kemudian disebut PEMFC. PEMFC yang ditemukan oleh

GE mampu menghasilkan sekitar 1 KWatt, dan memiliki keunggulan pada design,

lebih compact, bila dibandingkan fuel cell yang ditemukan oleh F. Bacon saat itu.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 4


2.2 Pengertian Fuel Cell

Fuel cell merupakan alat konversi energi elektrokimia yang mengubah energi

kimia dari hidrogen (H2) dan oksigen (O2) ke dalam energi listrik dan panas melalui

reaksi reduksi elektrokimia masing-masing anoda (kutub positif) dan katoda (kutub

negatif) dari sel dengan air (H2O) sebagai hasil sampingnya. Struktur fisik dasarnya

terdiri atas lapisan elektrolit yang salah satu sisinya merupakan daerah kontak anoda

berpori dengan katoda berpori pada sisi lainnya. Sel bahan bakar dibagi atas

beberapa kategori berdasarkan kombinasi tipe bahan bakar dan oksidan, tipe

elektrolit yang digunakan, temperatur operasi, dan lain-lain.

Pada fuel cell, bahan gas oksigen didapat dari udara sedang gas hidrogen

dapat diperoleh dari reaksi reformer dari hidrokarbon. Gas hidrogen mempunyai

kesulitan untuk disimpan dan ditransport karena molekul yang kecil sehingga sulit

untuk dicairkan dan mudah terbakar. Usaha memperoleh hidrogen dengan mudah

sedang diusahakan dengan berbagai cara misalnya memperkecil reaktor reformer

dengan bahan baku LPG atau gas methane, menguraikan metanol yang dibuat dari

pabrik besar tetapi dalam bentuk cair sehingga mudah untuk ditransport. Gas

hidrogen dapat juga diperoleh dari metanol setelah diuraikan menjadi gas CO dan

hidrogen, kemudian gas CO dioksidasi menjadi CO2 dan air.

Ion yang bemigrasi dapat sebagai hidrogen, oksigen atau hidroksida. Sedang

elektrolit dapat berupa membran polimer, garam karbonat cair, lapisan oksida

keramik, larutan alkali dan asam fospat. Elektroda biasanya terbuat dari logam

platina atau nikel.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 5


Gambar 1. Blok Diagram Masukan dan Keluaran Fuel Cell

Reaksi kimia pada fuel cell :

2H2 + O2  2H2O

Pada anoda hidrogen di oksidasi menjadi proton :

2H2  4H+ + 4 e-

Setiap molekul H2 terpecah menjadi dua atom H+(proton), sedang setiap atom

hidrogen melepaskan elektronnya. Proton ini akan bergerak menuju katoda melewati

membran. Yang menjadi sasaran dalam penulisan ini adalah Polymer Electrolyte

Membrane Fuel Cell (PEMFC) yang bekerja pada temperatur yang relatif rendah.

Elektron yang terbentuk akan menghasilkan arus listrik kalau dihubungkan dengan

penghantar listrik menuju katoda. Pada katoda oksigen dirubah :

O2 + 4H+ + 4 e- 2H2O

Molekul oksigen akan bergabung dengan empat elektron, menjadi ion

oksigen yang bermuatan negatif untuk selanjutnya bergabung lagi dengan proton

yang mengalir dari anoda. Setiap ion oksigen akan melepaskan kedua muatan

negatifnya dan bergabung dengan dua proton, sehingga terjadi oxidasi menjadi air.

Karena energi yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia

pembentukan air, alat konversi energi elektrokimia ini tidak akan menghasilkan efek

samping yang berbahaya bagi lingkungan seperti alat konversi energi konvensional

(misalnya proses pembakaran pada mesin mobil). Sedangkan dari segi efisiensi

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 6


energi, penerapan fuel cell pada baterai portable seperti pada handphone atau laptop

akan sepuluh kali tahan lebih lama dibandingkan dengan baterai litium. Dan untuk

mengisi kembali energi akan lebih cepat karena energi yang digunakan bukan listrik,

tetapi bahan bakar berbentuk cair atau gas.

2.3 Jenis-jenis Fuel Cell

Jenis dari pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai

elektrolit yang mampu menghantar proton. Ada enam tipe umum fuel cell, yaitu

Alkaline Fuel Cell (AFC), Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Molten Carbonate

Fuel Cell (MCFC), Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), Polymer Electrolyte Membrane

Fuel Cell (PEMFC), dan Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). Namun yang dibahas

dalam makalah ini adalah Pengembangan fuel cell tipe PEMFC, menggunakan

material dengan bahan membrane polimer, katalis elektroda dan graphite bi-polar

plate.

Pada tabel berikut dapat dilihat jenis dari pada elektrolit untuk 6 jenis fuel cell

dan operasi temperatur, karakteristik dan penggunaannya.

Tabel 1. Jenis-Jenis Fuel Cell

Temperatur
Jenis Elektrolit Karakteristik Penggunaan
Operasi (oC)
Efesiensi
energi tinggi, Pesawat ruang
Kalilauge
Alkaline (AFC) 60 - 120 memiliki angkasa,
(KOH)
kepekaan kendaraan
terhadap CO2
Kerapatan Kendaraan
Polymer energy tinggi, (sedan, bus,
Exchange Polymer memiliki minivan),
60 - 100
Membrane electrolyte kepekaan stasiun
(PEM) terhadap CO pembangkit
(<100 ppm) panas
Phosphoric Phosphor Efisiensi Stasiun
160 – 200
Acid Fuel Cell Acid energi pembangkit

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 7


(PAFC) terbatas, peka panas,
terhadap CO kendaraan
(<1,5 % Vol)
Stasiun
Molten Molten pembangkit
Problem
Carbonate Carbonate 500 - 650 energi panas,
korosi
(MCFC) (CO32-) pembangkit
energi listrik
Pembangkit
Efisiensi energi panas,
sistem tinggi, penggabung
Solid Oxyde Lapisan
800 - 1000 temperature stasiun
(SOFC) keramik (O2-)
operasi perlu pembangkit
diturunkan dengan turbin
gas
Efisiensi
Direct Methode sistem tinggi,
Polymer
Fuell cell 60-120 peka terhadap Kendaraan
electrolyte
(DMFC) hasil oksidasi
di anoda

2.4 Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) disebut juga Proton

Exchange Membrane Fuel Cell. Membran ini berupa lapisan tipis padat yang

berfungsi sebagai elektrolit pemisah katoda dan anoda. Membran ini secara selektif

mengontrol transport proton dari anoda ke katoda dalam fuel cell. PEMFC

mengandung katalis platina. Untuk menghasilkan energi, PEMFC hanya memerlukan

hidrogen, oksigen dari udara, dan air untuk mengoperasikannya. Selain itu, pada fuel

cell ini tidak dipakai fluida yang bersifat korosif seperti jenis lainnya.

PEMFC merupakan sebuah sistem bebas pelarut. Sistem fuel cell ini

menggunakan fasa penghantar bersifat ionik berupa gugus garam yang matriks

polimernya bersifat polar, seperti pada garam anion F-, Cl-, I-, SCN-, ClO4-, CF3SO3-,

BF4-, dan AsF6-. Semakin besar ukuran anion dan semakin terdelokalisasi muatan,

maka semakin sulit tersolvasi sehingga dapat terjadi ikatan non permanen antara

anion dan proton.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 8


Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) dapat memberikan

densitas daya yang tinggi dan mempunyai kelebihan dalam hal berat dan volume

dibandingkan dengan sel bahan bakar jenis lain. PEMFC menggunakan polimer

padat sebagai elektrolit dan elektroda karbon berpori (porous carbon electrodes)

yang mengandung katalis platina. PEMFC hanya membutuhkan hidrogen, oksigen

dari udara, dan air untuk sistem operasinya dan tidak membutuhkan cairan korosif

seperti pada sel bahan bakar jenis lain. Efisiensi PEMFC dapat mencapai 40–50%,

suatu nilai yang jauh melampaui efisiensi mesin bakar BBM yang kurang dari 20%.

Gambar 2. Skema Sel Bahan Bakar Membran Penghantar Proton

Keterangan :

A = Pengumpul Arus Anoda

B = Kanal Aliran Anoda

C = Lapisan Katalisator Anoda

D = Membran Elektrolit Polimer

E = Lapisan Katalisator Katoda

F = Pengumpul Arus Katoda

G = Kanal Aliran Katoda

Sampai sekarang telah banyak dikembangkan berbagai basis elektrolit dalam

pembuatan sel elektrokimia. Basis elektrolit yang sudah dikembangkan antara lain:

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 9


padatan kristal, gelas, lelehan, dan elektrolit. Material berbasis polimer ternyata

memiliki beberapa keunggulan (yang salah satunya sudah disebutkan di atas) sebagai

material elektrolit polimer. Keunggulan tersebut antara lain:

1. Mempunyai hantaran yang cocok untuk aplikasi sel elektrokimia

2. Mempunyai hantaran listrik yang rendah

3. Mempunyai sifat mekanik yang baik

4. Mempunyai kestabilan kimia, elektrokimia dan fotokimia yang baik

5. Murah dalam pembuatannya

PEM fuel cell bekerja pada temperatur yang relatif rendah, yaitu sekitar 80 °C

(176 °F). Rendahnya suhu operasi ini menyebabkan rendahnya waktu pemanasan

(warm-up time). Selain itu PEM memiliki kerapatan daya yang cukup tinggi karena

sifat-sifat inilah maka PEM banyak digunakan sebagai sumber daya bagi alat-alat

elektronik portable dan alat-alat transportasi.

Peranan elektroda sangat penting pada proses pengubahan fluks difusi proton

menjadi energi listrik. Pada elektroda, perbedaan potensial kimia dikonversi menjadi

potensial listrik sesuai persamaan Nernst. Pada perkembangan fuel cell terakhir, telah

diteliti suatu cara perakitan yang baik untuk menghasilkan energi listrik paling

maksimal, yaitu dengan Membrane Assembly Electrodes (MEA). Perakitan elektroda

dilakukan dengan cara pencangkokan elektrokatalis secara langsung pada waktu

pembentukan polimer TFPE.

Cara kerja suatu unit fuel cell dapat diilustrasikan dengan jenis PEMFC

(proton exchange membrane fuel cell). Jenis ini adalah jenis fuel cell yang

menggunakan reaksi kimia paling sederhana. PEMFC memiliki empat elemen dasar

seperti kebanyakan jenis fuel cell. Pertama, anoda sebagai kutub negatif fuel cell.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 10


Anoda merupakan elektroda yang akan mengalirkan elektron yang lepas dari

molekul hidrogen sehingga elektron tersebut dapat digunakan di luar sirkuit. Pada

materialnya terdapat saluran-saluran agar gas hidrogen dapat menyebar ke seluruh

permukaan katalis. Kedua, katoda sebagai kutub elektroda positif fuel cell yang juga

memiliki saluran yang akan menyebarkan oksigen ke seluruh permukaan katalis.

Katoda juga berperan dalam mengalirkan elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit

sehingga elektron-elektron tersebut dapat bergabung dengan ion hidrogen dan

oksigen untuk membentuk air. Ketiga, elektrolit. Yang digunakan dalam PEMFC

adalah membran pertukaran proton (proton exchange membrane/PEM). Material ini

berbentuk seperti plastik pembungkus yang hanya dapat mengalirkan ion bermuatan

positif. Sedangkan elektron yang bermuatan negaif tidak akan melalui membran ini.

Dengan kata lain, membran ini akan menahan elektron. Keempat, katalis yang

digunakan untuk memfasilitasi reaksi oksigen dan hidrogen. Katalis umumnya

terbuat dari lembaran kertas karbon yang diberi selapis tipis bubuk platina.

Permukaan katalis selalu berpori dan kasar sehingga seluruh area permukaan platina

dapat dicapai hidrogen dan oksigen. Lapisan platina katalis berbatasan langsung

dengan membran penukar ion positif, PEM.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 11


Gambar 2.3 Prinsip Kerja PEMFC

Pada ilustrasi cara kerja PEMFC, diperlihatkan gas hidrogen yang memiliki

tekanan tertentu memasuki fuel cell di kutub anoda. Gas hidrogen ini akan bereaksi

dengan katalis dengan dorongan dari tekanan. Ketika molekul H2 kontak dengan

platinum pada katalis, molekul akan terpisah menjadi dua ion H+ dan dua elektron

(e-). Elektron akan mengalir melalui anoda, elektron-elektron ini akan membuat jalur

di luar sirkuit fuel cell dan melakukan kerja listrik, kemudian mengalir kembali ke

kutub katoda pada fuel cell.

Di sisi lain, pada kutub katoda fuel cell, gas oksigen (O2) didorong gaya tekan

kemudian bereaksi dengan katalis membentuk dua atom oksigen. Setiap atom

oksigen ini memiliki muatan negatif yang sangat besar. Muatan negatif ini akan

menarik dua ion H+ keluar dari membran PEM, lalu ion-ion ini bergabung dengan

satu atom oksigen dan elektron-elektron dari luar sirkuit untuk membentuk molekul

air (H2O).

Pada satu unit fuel cell terjadi reaksi kimia yang terjadi di anoda dan katoda.

Reaksi yang terjadi pada anoda adalah 2H2  4H+ + 4e-. Sementara reaksi yang

terjadi pada katoda adalah O2 + 4H+ + 4e-  2H2O. Sehingga keseluruhan reaksi

pada fuel cell adalah 2H2 + O2  2H2O. Hasil samping reaksi kimia ini adalah aliran

elektron yang menghasilkan arus listrik serta energi panas dari reaksi. Satu unit fuel

cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt. Karena itu untuk memenuhi

energi satu baterai handphone atau menggerakkan turbin gas dan mesin mobil,

dibutuhkan berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan menjadi satu unit besar yang

disebut sebagai stack fuel cell.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 12


2.5 Membran Fuel Cell

Pada sistem fuel cell terdapat membran elektrolit yang merupakan ”jantung”

dari sistem dan perangkat separator fuel. Fungsi dari membran pada fuel cell adalah

sebagai elektrolit dan pemisah dua gas reaktan. Sebagai elektrolit, membran fuel cell

menjadi sarana transportasi ion hidrogen yang dihasilkan oleh reaksi anoda menuju

katoda, sehingga reaksi pada katoda yang menghasilkan energi listrik dapat terjadi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli maka telah

dibuat membran fuel cell yang berasal dari material komposit bipolar plate dengan

matriks polimer yang akan diperkuat grafit. Graphite bipolar plate akan menjadi

lembar panel khusus, dalam alat pembangkit energi berbahan bakar hidrogen.

Elektrolit yang digunakan dalam PEMFC adalah membran pertukaran proton

(proton exchange membrane/PEM). Material ini berbentuk seperti plastik

pembungkus yang hanya dapat mengalirkan ion bermuatan positif. Sedangkan

elektron yang bermuatan negaif tidak akan melalui membran ini. Dengan kata lain,

membran ini akan menahan elektron.

Membran polimer merupakan komponen yang sangat penting dalam PEM

fuel cell. Membran polimer ini dapat memisahkan reaktan dan menjadi sarana

transportasi ion hidrogen yang dihasilkan di anoda menuju katoda sehingga

menghasilkan energi listrik. Persamaan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda dapat

dituliskan sebagai berikut:

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 13


Gambar 2.4 Diagram Kerja PEMFC

Kemurnian gas hidrogen sangat mempengaruhi emisi buang sistem fuel cell

berbasis polimer tersebut. Kemurnian hidrogen yang tinggi memberikan tingkat

emisi yang mendekati zero emission. Penggunaan hidrogen dengan tingkat

kemurnian tinggi juga dapat memperpanjang waktu hidup membran fuel cell dan

mencegah pembentukan karbonmonoksida (CO) yang beracun, pada permukaan

katalis.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Fuel Cell

2.6.1 Kelebihan Fuel Cell

a. Tidak Mengeluarkan Emisi Berbahaya (Zero Emision)

Sebuah sistem fuel cell hanya akan mengeluarkan uap air apabila memakai

hidrogen murni. Tetapi ketika memakai hidrogen hasil dari reforming

hidrokarbon/fosil (misal: batu bara, gas alam, dll) maka harus dilakukan uji

emisi untuk menentukan apakah sistem tersebut masih dapat dikategorikan

zero emission.

b. Efisiensi Tinggi

Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam konversi

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 14


energi, maka efisiensinya tidak dibatasi oleh batas maksimum temperatur

operasional (tidak dibatasi oleh efisiensi siklus Carnot). Hasilnya, efisiensi

konversi energi pada fuel cell melalui reaksi elektrokimia lebih tinggi

dibandingkan efisiensi konversi energi pada mesin kalor (konvensional) yang

melalui reaksi pembakaran.

c. Cepat Mengikuti Perubahan Pembebanan

Fuel cell memperlihatkan karakteristik yang baik dalam mengikuti perubahan

beban. Sistem Fuel cell yang menggunakan hidrogen murni dan digunakan

pada sebagian besar peralatan mekanik (misal: motor listrik) memiliki

kemampuan untuk merespon perubahan pembebanan dengan cepat.

d. Temperatur Operasional Rendah

Sistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang

beroperasi pada temperatur rendah. Keuntungannya adalah fuel cell hanya

memerlukan sedikit waktu pemanasan (warmup time), resiko operasional

pada temperatur tinggi dikurangi, dan efisiensi termodinamik dari reaksi

elektrokimia lebih baik.

e. Reduksi Transformasi Energi

Ketika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik maka fuel cell

hanya membutuhkan sedikit transformasi energi, yaitu dari energi kimia

menjadi energi listrik. Bandingkan dengan mesin kalor yang harus mengubah

energi kimia menjadi energi panas kemudian menjadi energi mekanik yang

akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik. Fuel cell yang

diaplikasikan untuk menggerakkan motor listrik memiliki jumlah

transformasi energi yang sama dengan mesin kalor, tetapi transformasi energi

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 15


pada fuel cell memiliki efisiensi yang lebih tinggi.

f. Waktu Pengisian Hidrogen Singkat

Sistem fuel cell tidak perlu penyetruman (recharge) layaknya baterai. Tetapi

sistem fuel cell harus diisi ulang dengan hidrogen, dimana prosesnya lebih

cepat dibandingkan penyetruman baterai. Selain itu, baterai tidak dapat

dipasang dalam jumlah besar pada mesin otomotif untuk meningkatkan

performance karena akan semakin menambah beban pada kendaraan tersebut.

2.6.2 Kekurangan Fuel Cell

a. Hidrogen

Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi

hidrogen masih sangat mahal dan membutuhkan input energi yang besar

(artinya: efisiensi produksi hidrogen masih rendah). Untuk mengatasi

kesulitan ini, banyak negara menggunakan teknologi reforming

hidrokarbon/fosil untuk memperoleh hidrogen. Tetapi cara ini hanya

digunakan dalam masa transisi untuk menuju produksi hidrogen dari air yang

efisien.

b. Sensitif pada Kontaminasi Zat-asing

Fuel cell membutuhkan hidrogen murni, bebas dari kontaminasi zat-asing.

Zat-asing yang meliputi sulfur, campuran senyawa karbon, dll dapat

menonaktifkan katalisator dalam fuel cell dan secara efektif akan

menghancurkannya. Pada mesin kalor pembakaran dalam (internal

combustion engine), masuknya zat-asing tersebut tidak menghalangi konversi

energi melalui proses pembakaran.

c. Harga Katalisator Platinum Mahal

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 16


Fuel cell yang diaplikasikan pada industri otomotif memerlukan katalisator

yang berupa Platinum untuk membantu reaksi pembangkitan listrik. Platinum

adalah logam yang jarang ditemui dan sangat mahal. Berdasarkan survei

geologis ahli USA, total cadangan logam platinum di dunia hanya sekitar 100

juta kg (Bruce Tonn and Das Sujit, 2001). Dan pada saat ini, diperkirakan

teknologi fuel cell berkapasitas 50 kW memerlukan 100 gram platinum

sebagai katalisator (DEO, 2000). Misalkan penerapan teknologi fuel cell

berjalan baik (meliputi: penghematan pemakaian platinum pada fuel cell,

pertumbuhan pasar fuel cell rendah, dan permintaan platinum rendah) maka

sebelum tahun 2030 diperkirakan sudah tidak ada lagi logam platinum (Anna

Monis Shipley and R. Neal Elliott, 2004). Untuk itulah diperlukan penelitian

untuk menemukan jenis katalisator alternatif yang memiliki kemampuan

mirip katalisator dari platinum.

d. Pembekuan

Selama beroperasi, sistem fuel cell menghasilkan panas yang dapat berguna

untuk mencegah pembekuan pada temperatur normal lingkungan. Tetapi jika

temperatur lingkungan terlampau sangat dingin (-10 s/d -20 C) maka air

murni yang dihasilkan akan membeku di dalam fuel cell dan kondisi ini akan

dapat merusak membran fuel cell (David Keenan, 10/01/2004). Untuk itu

harus didesain sebuah sistem yang dapat menjaga fuel cell tetap berada dalam

kondisi temperatur normal operasi.

e. Teknologi Tinggi dan Baru

Perlu dikembangkan beberapa material alternatif dan metode konstruksi yang

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 17


baru sehingga dapat mereduksi biaya pembuatan sistem fuel cell (harga

komersial saat ini untuk pembangkit listrik dengan fuel cell ~$4000/kW)

(Javit Drake, 29/03/2005). Diharapkan dimasa depan dapat dihasilkan sebuah

sistem fuel cell yang lebih kompetitif dibandingkan mesin bakar/otomotif

konvensional (harga saat ini: $20/kW) dan sistem pembangkit listrik

konvensional (harga saat ini: $1000/kW) (Matthew M. Mench, 24/05/2001).

Teknologi baru tersebut akan mampu menghasilkan reduksi biaya, reduksi

berat dan ukuran, sejalan dengan meningkatnya kehandalan dan umur operasi

(lifetime) sistem fuel cell. Penggunaan sistem fuel cell dalam industri otomotif

minimal harus memiliki umur operasi 4.000 jam (ekivalen 100.000 mil pada

kecepatan 25 mil per jam) dan dalam industri pembangkit listrik minimal

harus memiliki umur operasi 40.000 jam.

f. Ketiadaan Infrastruktur

Infrastruktur produksi hidrogen yang efektif belum tersedia. Tersedianya

teknologi manufaktur dan produksi massal yang handal merupakan kunci

penting usaha komersialisasi sistem fuel cell.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 18


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:

1. Fuel cell merupakan alat konversi energi elektrokimia yang mengubah energi

kimia dari hidrogen (H2) dan oksigen (O2) ke dalam energi listrik dan panas

melalui reaksi reduksi elektrokimia masing-masing anoda (kutub positif) dan

katoda (kutub negatif) dari sel dengan air (H2O) sebagai hasil sampingnya.

2. Jenis dari pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai

elektrolit yang mampu menghantar proton. Ada enam tipe umum fuel cell,

yaitu Alkaline Fuel Cell (AFC), Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Molten

Carbonate Fuel Cell (MCFC), Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), Polymer

Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC), dan Direct Methanol Fuel Cell

(DMFC).

3. Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) disebut juga Proton

Exchange Membrane Fuel Cell. Membran ini berupa lapisan tipis padat yang

berfungsi sebagai elektrolit pemisah katoda dan anoda. Membran ini secara

selektif mengontrol transport proton dari anoda ke katoda dalam fuel cell.

4. Kelebihan fuel cell adalah zero emision, efisiensi tinggi, cepat mengikuti

perubahan pembebanan, temperatur operasional rendah, reduksi transformasi

energi, waktu pengisian hidrogen singkat.

5. Kekurangan fuel cell adalah hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan,

sensitif pada kontaminasi zat-asing, harga katalisator platinum mahal, serta

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 19


ketiadaan infrastruktur dalam produksi hidrogen.

3.2 Saran

Sebaiknya penelitian mengenai Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

lebih diteliti dan dikaji lebih dalam lagi agar kekurangan-kekurangannya dapat

diminimalisir.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 20


DAFTAR PUSTAKA

Barbir, F., 2005, PEM Fuel cells: Theory and Practice, Istambul: UNIDO
International Centre for Hydrogen Energi Technologies.

Colleen, S., 2008, PEM Fuel Cell Modeling and Simulation Using
MATLAB, Elsevier Inc,.

Dhameja, S., 2002, Electric Vehicle Battery Systems, Newnes, Woburn.

Ellis, M. W., Spakovsky, M. R. V., Nelson, D. J., 2001, Fuel Cell Systems: Efficient,
Flexible Energy Conversion for the 21st Century, Proceedings of IEEE, 89
(12).

Garrain, D., Lechon, Y., and Rua, C. D. L., 2011, Polymer Electrolyte Membrane
Fuel Cells (PEMFC) in Automotive Applications: Environmental Relevance
of the Manufacturing Stage, Smart Grid and Renewable Energy, 2011 (2): 68-
74.

Granovskii, M., Dincer, I., and Rosen, M. A., 2007, Air polution reduction via use of
green energy sources for electricity and hydrogen production, Atmosfer
Environment, 41 (8): 1777-1783.

Hoogers, G., 2003, Fuel Cell Technology Handbook, New York: CRC Press.

Larminie, J., and Dicks, A., 2003, Fuel Cell Systems Explained Second
Edition, John Wiley & Sons Ltd, England.

Mench, M., 2008, Fuel cell engines, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
Jersey.

Sudaryono, dan Purnomo, M. H., 2008, Pemodelan Polymer Electrolyte


Membrane Fuel Cell (PEMFC) Dengan Jaring Saraf Tiruan, Seminar on
Intelligent Technology and Its Applications, 24 (5): 470-474.

Sudaryono, Soebagio, dan Ashari, M., 2008, Karakteristik Statis dan Dinamis
Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) Daya Rendah, Teknik
Elektro ITS, Surabaya.

Thomas, S., and Zalbowitz, M., 2011, Fuel Cells – Green Power, Los Alamos,
New Mexico.

Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell 21

Anda mungkin juga menyukai