KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan “Critical Book Report” yang berjudul “Model
Pembelajaran Fisika”. Tidak lupa penulis berterima kasih kepada Ibu Dr. Sondang R.
Manurung, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Fisika yang telah
memberikan bimbingannya dalam penyelesaian tugas ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas individu mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar Fisika dan juga untuk memperluas wawasan pembaca tentang model
pembelajaran fisika. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Critical Book Review ini mahasiwa dituntut untuk mengkritisi sebuah
buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh
mahasiswa yang melakukan critical book report ini, termasuk didalamnya mengerti
akan kelemahan dan keunggulan dari buku yang akan dikritisi. Dalam hal ini saya
mengkritik buku utama “STRATEGI BELAJAR MENGAJAR” Oleh Penulis Dr.Sondang
R. Manurung,M.Pd., dan membandingkan dengan buku lainnya yang relevan.
Pembuatan tugas Critical Book Review ini juga melatih,menambah,serta
menguatkan pemahaman mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu
karya berdasarkan data yang factual sehingga dengan begitu tercipta lah mahasiswa-
mahasiswa yang berkarakter logis serta analisis sehingga dengan bertambahnya era
yang semakin maju yang seperti kita tahu sekarang dijaman MEA(Masyarakat
Ekonomi Asean) dituntut menciptakan masyarakat yang berpikir maju kedepan
dalam hal ini generasi-generasi bangsa yang saat ini sedang mengikuti jenjang
pendidikan baik yang rendah sampai yang tinggi menjadi ujung tombak perubahan
yang akan menciptakan bangsa yang maju dan sejahtera.
1
2
2
3
3
4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
BAB I
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
2. Memahami Peserta Didik untuk Menciptakan Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM)
Pembelajaran yang aktif artinya peserta didik dan guru sama-sama aktif
terlibat dalam pembelajaran. Pada pendekatan pembelajaran konvensional, hanya
guru yang aktif (monologis), sementara para peserta didik pasif, sehingga
pembelajaran majemuk, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang
menakutkan siswa. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan
keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan
spiritual.
Pembelajran yang inovatif artinya pembelajaran yang menggunakan metode,
strategi, model, pendekatan, media, perangkat dan sebagainya yang dipandang baru
atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum
dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru
lain. Pembelajaran yang kreatif adalah hasil kegiatan yang dihasilkan guru yang
bertindak dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam dan
membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana serta hasil kegiatan
siswa yang juga kreatif dalam hal merancang/membuat sesuatu. Pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang hasil belajarnya merupakan sasaran atau minimal
merupakan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Guru harus menggunakan
model-model pembelajran yang termasuk kelompoj model pembelaharan yang
karakteristiknya SCL dalam mencapai target atau kompetensi dasar yang telah
dirumuskan.Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat
dinikmati peserta didik, yakni peserta didik merasa nyaman, aman dan asyik dalam
pembelajaran. Perasaan yang mengasyikkan pada dasarnya harus merupakan hasil
motivasi dari dalam diri peserta didik sendiri, yakni dorongan keingintahuan yang
disertai upaya mencari tahu sesuatu.
Pembelajaran fisika dapat dikembangkan guru menjadi pembelajaran yang
bersuasana PAIKEM jika guru menggunakan model-model pembelajaran yang
4
5
5
6
6
7
objek.
Periode Praoperasional Berpikir sebagian (setengah:partially) logis mulai.
(umur 2-3 tahun sampai Pengertian tentang sifat permanen objek membimbing
umur 7-8 tahun) anak menuju identitas-identitas kualitatif. Anak mengerti,
bahwa air yang dituangkan ke dalam wadah yang lain
adalah air yang sama; atau a=a. Proses berpikir didasarkan
pada isyarat (petunjuk) perseptual dan anak tidak sadar
akan pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan.
Contoh: sabun mengapung karena kecil dan sepotong besi
tenggelam karena tipis. Perkembangan bahasa mulai dan
meningkat cepat; ujaran anak yang spontan didominasi
ujaran monolog.
Periode Operasional Perilaku implusif digantikan setidaknya oleh berpikir
Konkret (umur 7-8 refleksi permulaan; anak dapat melihat pandangan
tahun sampai umur 12- anak/orang lain. Permainan kelompok mencakup
14 tahun) persetujuan terhadap aturan-aturan dan kerjasama
berdasarkan aturan. Cara berpikir logis yang dikaitkan
dengan objek-objek konkret berkembang (operasi
konkret). Berpikir tidak terkait dengan isyarat perseptual;
Contoh: ‘lebih panjang’ tidak sama artinya dengan ‘lebih
jauh’
Periode Operasional Berpikir tentang rencana kehidupan (masa depan) dan
Formal (umur di atas 14 mulai berperan orang dewasa. Kecakapan menangani
tahun) secara logis dalam situasi multifaktor mulai (operasi
formal). Individu dapat bernalar dari situasi hipotesis ke
konkret.
7
8
situasi dan keduanya tidak dapat sama-sama benar. Langkah ini yang disebut sebagai
langkah terjadinya konflik kognitif atau ketidakseimbangan (disequilibrium).
Pada 1975 “American Association of Physics Teachers” mengadakan workshop
tentang pengajaran fisika dan pengembangan penalaran. Wokshop tersebut
difokuskan pada baimana menerapkan tahap-tahap perkembangan yang telah
didentifikasi Piaget dalam pengajaran fisika. Yang paling menarik pada workshop
tersebut adalah pengembangan cara mengklasifikasikan soal (problem) fisika sebagai
soal konkret dan formal.
Collea et al. Menyatakan bahwa Soal Konkret Fisika adalah soal fisika yang
hanya dapat dijawab dengan pola penalaran konkret melalui pemakaian langsung
definisi atau persamaan.
Collea et al. Menyatakan bahwa Soal Formal Fisika adalah soal fisika yang
hanya dapat dijawab dengan pola penalaran formal, melalui penganalisisan
menyeluruh dan melakukan improvisasi. Lebih lanjut, Collea et al. Menyatakan bahwa
suatu soal fisika adalah soal formal jika terhadap pemecahan soal tersebut dapat
dinyatakan “ya” untuk menjawab salah satu atau beberapa atau semua pertanyaan-
pertanyaan.
b. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Teori Piaget deemphasized (tidak menekankan) pentingnya bahasa sebagai
sumber utama perkembangan kognitif. Teori tersebut ditentang oleh seorang
psikolog Rusia, Lev Semanovich Vygotsky (1896-1934), yang ternyata penelitiannya
belum diketahui di Amerika Serikat sampai karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris pada 1960. Sejak itu, karya Vygotsky dikenal luas dalam bidang
perkembangan anak.
Ide penentang yang paling kuat berasal dari Vygotsky yang tidak setuju
dengan ide Piaget yang menyatakan bahsa anak sebagian besar bersifat egosentris
dan nonsosial, dan pembicaraan egosentris tidak berperanan dalam perkembangan
kognitif anak.
Vygotsky menunjukkan bahwa yang dinyatakan Piaget sebagai bersifat
monolog sebenarnya terjadi paling sering dalam situasi tertentu, yang merupakan
fakta yang diyakininya memberi petunjuk penting bagi kesignifikanannya. Pendapat
Vygotsky yang paling kontras dengan pendapat Piaget adalah bahwa bahasa, bahkan
8
9
pada usia anak paling muda, sebenarnya secara inheren bersifat sosial, dan bahwa
pembicaraan yang disebut Piaget bersifat egosentris sebenarnya berasal dari awal
komunikasi sosial. Menurut Vygotsky, perilaku anak berbicara terhadap diri tidak
akan hilang dengan bertambahnya usia seperti yang dikatakan Piaget, melainkan
perlahan-lahan menuju ke dalam diri, kontinu menjadi dialog verbal yang masing-
masing kita bahwa ke dalam diri, dan kita pakai membimbing perilaku dalam situasi
sehari-hari.
Menurut Berg, kebanyakan temuan penelitian mendukung Vygotsky, sehingga
kebanyakan peneliti sekarang ini menyebut egosentris sebagai pembicaraan pribadi
(private speech). Temuan studi akhir menolak konklusi Piaget yang menyatakan
bahwa anak-anak yang terlibat dalam pembicaraan pribadi berkelanjutan tinggi,
tidak mahir dalam komunikasi sosial. Temuan tersbut mengungkapkan bahwa anak
prasekolah yang berbicara banyak pada diri mereka sendiri, mempunyai partisipasi
sosial tinggi dan lebih berkompetensi sosial dari pada anak yang sedikit berbicara
pribadi.
Vygotsky percaya bahwa semua fungsi mental yang lebih tinggi berasal dari
hubungan sosial dan muncul pertama kali pada suatu daerah 9bidang0 hubungan
interpersonal antara individu, sebelum mereka berada pada suatu daerah (bidang)
intra psikis (intra psychic), dalam individu. Dia menekankan peranan sentral
komunikasi sosial dalam perkembangan berpikir anak, dengan memahami
pembelajaran anak mengambil tempat dalam Zone Proximal Development: ZPD [Zona
Perkembangan (ter)Dekat: ZPD].
Perlu diingatkan di sini bahwa Piaget tentu saja tidak mengabaikan
pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif, tetapi penekanan peranan
interaksi sosial tersebut berbeda dengan yang dinyatakan Vygotsky. Piaget tidak
memikirkan bimbingan verbal orang dewasa sebagai instrumen perubahan kognitif,
melainkan menekankabn pentingnya interaksi dengan kawan sebaya (peer).
Piaget dan Vygotsky sebenarnya menekankan aspek (segi, facet) berbeda dari
pengalaman sosial anak, yang dalam hal ini keduanya berkontribusi terhadap
perkembangan anak.
Vygotsky memandang pembelajaran dan perkembangan tidak sebagai proses
tunggal, bukan pula sebagai proses gayut, melainkan sebagai satuan pembelajaran
9
10
10
11
11
12
memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam
kehidupan seseorang.
b. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin
dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.
12
13
13
14
14
15
Tes ulang harus diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti program
pembelajaran remedial agar dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai
ketuntasan dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan.
c. Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fisika
Cara seseorang untuk memahami dan memproses informasi disebut gaya
belajarnya. Pengenalan gaya belajar akan memberikan pelayanan yang tepat
terhadap apa dan bagaimana sebaiknya yang disediakan dan yang dilakukan agar
pembelajaran dapat berlangsung optimal.
Secara umum gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu
(1) gaya belajar konkrit, (2) gaya belajar abstrak, (3) gaya belajar aktif dan (4) gaya
belajar reflektif.
Pertama, gaya belajar konkrit memperoleh informasi melalui pengalaman
langsung, praktik langsung, dan menggunakan panca indra (melihat, mendengar,
menyentuh, mencicipi, mencium).Kedua, gaya belajar abstrak memperoleh informasi
melaui analysis, observasi, dan pemikiran.Ketiga, gaya belajar aktif memperoleh
informasi melalui pemaknaan pengalaman dengan cara menerapkan langsung
informasi baru tersebut.Keempat, gaya belajar reflektif memperoleh informasi
melalui pemaknaan pengalaman dengan cara merefleksikan dan memikirkan
informasi tersebut.
Selain pengelompokkan diatas, gaya belajar dapat juga dikelompokkan
menjadi tiga gaya belajar, yakni : gaya belajar visual, auditif, dan kinestetik.
BAB II
TEORI-TEORI BELAJAR
A. Teori-Teori Belajar
a) Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme dikembangkan oleh Edward Thorndike, Tolman, Guthrie dan Hull.
Pada intinya ada tiga asumsi dasar yang dianggap benar. Pertama, belajar
dimanifestasi oleh perubahan perilaku. Kedua, lingkungan membentuk perilaku. Dan
ketiga, prinsip-prinsip kedekatan dan penguatan adalah fokus untuk menjelaskan
proses belajar.
Ada 2 jenis pengkondisian yang mungkin :
15
16
1) Pengkondisian klasik
2) Pengkondisian operant
Menurut teori belajar behavioristik, pembelajaran ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai ativitas yang menuntut peserta didikm
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yan sudah diplajari dalam bentuk
laporan, kuis dan tes.
Tokoh-tokoh aliran behaviristik diantaranya adalah:
a) Teori Belajar Tohrndike
b) Teori Belajar Watson
c) Teori Belajar Clark Hull
d) Teori Blejar Edwin Guthrie
e) Teori Belajar Skinner
b) Teori Belajar Konitivis
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses engembangkan wawasan
(insight). Wawasan (insight) adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian
didalam suatu situasi permasalahan. Menurut Ernest Hilgard, ada enam ciri dari
belajar wawan (insight) yaitu :
a) Wawasan dipengaruhi oleh kemampuan dasar.
b) Wawan dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu
c) Wawasan tergantung kepada pengaturan situasi
d) Wawasan didahului oleh usaha coba-coba
e) Belajar dengan wawasan dapat diulangi
f) Suatu wawaan dapat diaplikasikan bagi wawasan situaasi lain.
1. Teori Belajar Ausubel menyatakakan kelemahan teoi belajar pada umumnya
adalah menekankan pada belajar asosiasi atau menghafal, dimana materi asosiasi
dihafal secara sembarang. Seharusnya belajar harus dipandang sebagai asimilsi
yang bermakna
2. Teori Belajar Bruner dikenal dengan belajar penemuan (dicovery learning)
menganggap bbahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
cara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik
3. Teori Belajar Bandura menyatakan bahwa belajar itu lebih dari sekedar
perubahan perilaku, melainkan belajar adalah pencapaian pengetahuan dan
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
Hasil karya
21
22
b. Strategi Pembelajaran
b.1 Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada awalnya sering dipakai dalam dunia militer. Strategi
berasal dari bahasa yunani strategos yang berarti Jenderal atau Panglima. Pengertian
strategi tersebut kalau diterapkan dalam dunia pendidikan oleh diartikan sebagai
pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam mewujudkan kegiatan belajar
dan mengajar.
Strategi belajar mengajar adalah rencana dan cara-cara membawakan
pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran
dapat dicapai secara efektif.
Cara-cara membawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum
perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
Pola dan urutan umum perbuatan guru-murid itu merupakan suatu kerangka
umum kegiatan belajar mengajar yang tersusun dalam suatu rangkaian
bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan.
22
23
Satu dari beberapa teknik adalah disebut buzz session atau buzz groups.
Langkah-langkah dari strategi ini biasanya dimulai dengan memilih orang yang akan
melaporkan hasil diskusi atau juru bicara sekaligus mempimpin diskusi. Kemudian
meminta kepada setiap anggota kelompok untuk mengemukakan satu ide untuk
menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah yang di diskusikan. Akhirnya
mereka harus menghasilkan satu ide yang disepakati bersama untuk dilaporkan ke
kelas besar. Untuk strategi ini biasanya kelompok diberi batasan waktu seperti lima
menit, sepuluh menit atau tergantung kompleksitas masalahnya.
b.3. The Inner Circle
Strategi ini berupa kelas di dalam kelas, dimana separuh mahasiswa bertindak
sebagai kelompok diskusi dan separuhnya lagi sebagai observer. Bila kursi dalam
ruang kelas bisa dipindah-pindah, dosen biasanya menyusun tempat duduk
berbentuk dua lingkaran konsentrik. Guru mungkin menjelaskan dulu bahwa ia akan
memberi kesempatan pada siswa yang pendiam untuk mengemukakan idenya. Dari
beberapa pengalaman yang dilakukan, guru sangat terkesan dengan mahasiswa yang
biasanya pendiam menjadi mau berbicara ketika mereka merasa mempunyai
tanggungjawab sebagai anggota Inner Circle.
c. Metode Pembelajaran
c.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Variabel-variable pembelajaran ada tiga jenis, yaitu: (1) variable metode, (2)
variable kondisi, dan (3) variabel hasil.
c.2 Metode Ceramah (lecture)
Metode ini tepat untuk diterapkan bila:
a) Kegiatan instruksional baru dimulai;
b) Waktu terbatas;
c) Jumlah pengajar sedikit.
Tetapi, metode ini mempunyai keterbatasan sebagai berikut:
a) Partisipasi siswa rendah;
b) Kemajuan siswa sulit dipantau;
c) Perhatian dan minat siswa tidak dapat dipantau
d) variabel
23
24
24
25
25
26
b) Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan
studi mandiri
c) Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa
Penerapan metode ini adalah:
a) Pada tahap terakhir proses belajar mengajar
b) Dapat digunakan pada semua mata pelajaran
c) Menunjang metode instruksional yang lain
d) Meningkatkan kemampuan kerja siswa
e) Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat
f) Memberikan kesempatan pada siswa untuk perdalam minatnya tanpa
dicampuri siswa lainnya.
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
1. Rasional teoretis yang koheren, yang dibuat secara eksplisit oleh pencipta atau
pembimbing model;
2. Pandangan tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar
3. Perilaku mengajar yang diperlukan yang membuat model bekerja
4. Struktur ruang kelas yang dibutuhkan
31
32
32
33
prosedur bilt-in untuk memberikan lebih banyak waktu kepada peserta didik
untuk berpikir, merespons, dan untuk saling membantu.
Langkah 1- Thinking
Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau isu yang terkait dengan
pelajaran dan meminta peserta didik untuk menggunakan waktu satu menit
untuk memikirkan sendiri tentang jawaban untuk isu tersebut.
Langkah 2- Pairing
Setelah itu guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dan
mendiskusikan segala yang sudah mereka pikirkan.
Langkah 3- Sharing.
Dalam langkah terakhir ini, guru meminta pasangan-pasangan siswa
untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan bersama pasangannya
masing-masing dengan seluruh kelas.
6. Numbered Heads Together
34
35
35
36
BAB III
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. URAIAN MATERI
1. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Pengembangan Kurikulum
Wujud pelaksanaan kurikulum adalah proses belajar mengajar yang sesuai
dengan prinsip-prinsip dan tuntutan kurikulum yang dikembangkan sebelumnya bagi
satuan pendidikan/sekolah tertentu. Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses
siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya sebab, pengembangan
kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam
kurikulum, yang didalamnya meliputi tujuan, metode, material, penilaian dan balikan
(feed back).
b. Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum
b.1 Landasan Filosofis
Landasan filosofis kurikulum adalah nilai-nilai dalam segala aspek kehidupan
Politik, Ekonomi, Social, Budaya, Pendidikan, Masyarakat dalam suatu Bangsa. Dalam
ketetapan MPR Nomor: 11/MPR/1993. Tentang GBHN dinyatakan bahwa pendidikan
nasional berdasarkan pancasila yang bertujuan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia.
b.2 Landasan Sosial Budaya
Ada dua pertimbangan sosial budaya yang dijadikan landasan dalam
pengembangan kurikulum:
1. Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah anggota
masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan.
2. Kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara orang berfikir,
berasa, bercita-cita atau kebiasaan.
b.3 Landasan Psikologis
Landasan psikologis pengembangan kurikulum adalah teori-teori yang
menyangkut perkembangan psikologis peserta didik yang berkaitan dengan aspek
fisik, intelektual, sosial emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya.
2. Kompetensi, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Pengalaman Belajar,
MateriPembelajaran dalam Kurikulum
36
37
37
38
dan keluasan materi pembelajaran; g. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; dan h. Alokasi waktu.
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar.
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasaryang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5) Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator.Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan, kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan potofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian: a. Penilaian diarahkan untuk
mengukur pencapaian kompetensi; b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; c.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan; d. Hasil
penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut; e. Sistem penilaian harus
disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
6) Menentukan Alokasi Belajar
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu. Alokasi waktu
yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutukan oleh peserta didik yang beragam.
7) Menentukan Sumber Belajar
38
39
Sumber belajar adalah rujukan objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
BAB IV
PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK
A. KOMPETENSI DAN INDIKATOR ESENSIAL
Indikator Esensial
4.1.1 Menjelaskan prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik
4.3.1 Menjelaskan salah satu aktivitas guru dalam kegiatan elaborasi pada kegiatan
inti pelaksanaan pembelajaran
39
40
4.5.1 Menjelaskan jenis-jenis bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa
untuk belajar
4.6.1 Menentukan saat yang tepat untuk mengambi keputusan memodifikasi
strategi pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP
B. URAIAN MATERI
1) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
40
41
41
42
Guru profesional harus mampu mengembangkan RPP yang baik, logis dan
sistematis. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan guru memiliki
makna yang cukup mendalam bukan hanya kegiatan rutintas untuk memenuhi
kelengkapan administratif, tetapi merupakan cermin dari pandangan, sikap dan
keyakinan profesional guru mengenai apa yang terbaik untuk peserta didiknya.
NO Komponen RPP Indikator Penilaian RPP
1 Standar Kompetensi Rumusan standar kompetensi mendeskripsikan
sehimpunan kompetensi yang minimal terkait
kecakapan diri, kecakapan berfikir, kecakapan
sosial, kecakapan akademik yang harus dicapai
siswa.
Standar kompetensi mengacu pada kurikulum
yang berlaku
2 Kompotensi Dasar Ketepatan penjabaran standar kompetensi ke
dalam kompetensi dasar.
Rumusan kompetensi dasar mendeskripsikan
proses dan unjuk kerja yang diharapakan
42
43
dalam indikator
Setiap indikator dapat diukur
Banyak indikator dibandingkan waktu
pembelajaran yang tersedia
Rumusan indikator mendeskripsikan proses
dan unjuk kerja untuk pencapaian bagian suatu
kecakapan
Ketercapaian serangkaian indikator
menggambarkan ketercapaian kompetensi
dasar yang diinginkan
Kesesuaian indikator dengan taraf
perkembangan siswa
4 Materi Sahih : Materi yang kan disajikan benar-benar
telah teruji kebenaran dan keaktualannya
Signifikan : Materi yang akan disajikan benar-
benar diperlukan dan penting bagi siswa untuk
mecapai kompetensi
Kebermanfaatan : Secara akademis (diperlukan
untuk jenjang pendidikan lanjut) dan non
akademis
Kelayakan : Mempertimbangkan kesuitan dan
taraf berfikir siswa
Interest: Menarik minat dan motivasi siswa
untuk mendorong pengembangan kemampuan
Pengembangan: Menggunakan prinsip-prinsip
relevansi, konsistensi, dan edukatif
43
44
masalah
Strategi dan metode pembelajaran mendukung
pemahaman berbagai konsep dan prinsip
materi
Strategi dan metode pembelajaran mendukung
pencapaian hasil belajar
6 Media dan sumber Kesesuaian media sebagai alat bantu kerja
belajar mental dan dapat mengembangkan kretivitas
siswa
Merangsang pemahaman berbagai konsep dan
prinsip materi
Menarik perhatian dan minat siswa
Kesesuaian media dan sumber belajar untuk
pencapaian kompetensi
Sederhana, mudah diperoleh dan digunakan
7 Skenario pembelajaran Skenario pembelajaran menggambarkan
penerapan 6 komponen model yang dipilih
(teori-teori belajar, langkah-langkah
pembelajaran, sistem sosial, prinsip reaksi
pengelolaan, sistem pendukung, dan dampak
instruksional dan pengiring)
Kegiatan pembelajaran mendukung
ketercapaian indikator
Skenario pembelajaran memuat kejalasan
petunjuk atau arahan pembelajaran
Kegiatan guru dan siswa dirumuskan secara
jelas dan operasional
Aktivitas guru dan siswa untuk tiap transisi
tahapan pembelajaran yang jelas
Skenario pembelajaran memuat aktivitas guru
mengecek pemahaman siswa
44
45
Bahan ajar :
Menimbulkan minat baca
Ditulis dan dirancang untuk siswa
Menjelaskan tujuan instruksional
Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel
Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih
Mengakomodasi kesulitan siswa
Memberikan rangkuman
Kepadatan berdasar kebutuhan siswa
Dikemas untuk proses instruksional
Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar
Buku teks :
Mengasumsikan minat dari pembaca
Ditulis untuk pembaca (guru,dosen)
Dirancang untuk dipasarkan secara luas
Disusun secara linear
Struktur berdasar logika bidang ilmu
Belum tentu memberikan latihan
Belum tentu memberikan rangkuman
Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif
Sangat padat
Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa
46
47
Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah
memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam
rangka membantu siswa dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi.
Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah dimaksud
meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian
perlakuan terhadap materi pembelajaran
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui
kriteria bahan ajar. Secara lengkap langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompotensi dan
kompetensi dasar
b. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
c. Memilih materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
47
48
maupun guru fisika diberikan kebebasan untuk mendapatkan berbagai jenis sumber
belajar yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Biasanya bahan ajar yang disediakan dalam pengajaran berbasis web terdiri atas
modul yang dilengkapi dengan instruksi penggunaannya. Pembelajaran berbasis web
biasanya dilengkapi dengan berbagai jenis software yang dapat diakses dan
didownload oleh mahasiswa atau guru sehingga materi kuliah yang diperlukan dapat
diakses sendiri. Model pembelajaran berbasis web juga menyediakan bahan evaluasi
berupa bank soal dan berbagai variasi, sederhana dan mudah dilaksanakan dan hasil
penilaian cepat diperoleh.
Suatu medium adalah perantara pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam
kaitanya dengan pengajaran pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Media
dari bahasa latin “medium” antara. Media berarti sesuatu yang dapat membantu
penyampaian pesan dan informasi dari sumber pesan kepada penerima pesan.
Menurut Jerold Kemp (1986) karakteristik media adalah berkemampuan dan
menyajikan gambar, Memiliki faktor ukuran, mempunyai faktor warna, mempunyai
faktor gerak, mempunyai faktor bahasa, mempunyai faktor keterkaitan antara
gambar dan suara.
Keuntungan menggunakan media dalam pembelajaran: informasi yang
dikomunikasikan menjadi lebih standar, Penyajian informasi dapat dibuat menjadi
lebih menarik, kualitas penerima informasi menjadi lebih baik, memungkinkan
terjadinya proses belajar individual
Dalam pembelajaran fisika, penentuan media apa yang cocok digunakan untuk
pembelajaran fisika bergantung pada model pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai kompetensi. Media dikembangkan berdasarkan prinsip Visual sebagai
berikut :
V ISIBLE : Mudah dilihat
I NTERESTING : Menarik
S IMPLE : Sederhana
U SEFUL : isinya berguna/bermanfaat
A CCURATE : Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
48
49
Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat maka bisa mengatasi sikap
pasif peserta didik. Media pendidikan berguna untuk :
a. Menimbulkan kegairahan belajar
b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan
c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya
49
50
Media visual yang tidak diproyeksikan dapat langsung dipandang tanpa bantuan
proyektor atau layar. Beberapa keunggulannya antara lain: mampu menjadikan
konsep abstrak menjdi lebih konkrit, mudah diperoleh, relatif murah. Beberapa
keterbatasannya: karena merupakan gambar dua dimensi , maka diperlukan
sederetan gambar dari sisi yang berbeda untuk menampilkan dimensi ketiga,
diperlukan gambar yang sederhana. Yang termasuk dalam kategori media visual yang
tidak diproyeksikan ini adalah :
Benda sebenarnya. Media ini seharusnya menjadi bagian utama dalam
pembelajaran kontestual
Gambar diam, misalnya hasil lukisan
Ilustrasi, yakni gambar yang menyertai teks agar lebih jelas
Karikatur, yakni gambar yang disederhanakan dan biasanya berisi
sindiran
Sketsa, gambar sederhana yang melukiskan bagian pokok
Poster, kombinasi unsur-unsur visual seperti garis, gambar
Gambar, gambaran dari sesuatu yang dilukiskan dengan garis
Grafik, yakni gambaran data statistik yang saling berhubungan
50
51
51
52
52
53
BAB III
PEMBAHASAN
53
54
3. Pendekatan Struktural.
4. Think-pair-share
5. Numbered heads together.
Menurut buku pembanding pertama, Pembelajaran kooperatif adalah salah
satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah;
(a) setiap siswa memiliki peran; (b) terjadi hubungan interaksi langsung di anrara
siswa; (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya; (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok; (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok
saat diperlukan. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mancapai
setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Miller (2002: 56),
yaitu (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, (3)
pengembangan keterampilan sosial.
Pada pembelajaran kooperatif walaupun prinsip dasar pembelajaran
kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat
pendekatan pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
Guru yang menggunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok siswa
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan
presentasi verbal atau teks.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
Pendapat ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit
darsainsda pendekatan yang lebih terpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi
kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota lima
atau enam siswa yang heterogen.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Pendekatan Struktural
Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
54
55
55
56
56
57
57
58
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku karangan Dr.Sondang R. Manurung,M.Pd. yang berjudul Strategi Belajar
Mengajar ini sangat bermanfaat bagi pembaca. Didalam buku tersebut menjelaskan
tentang strategi belajar mengajar dengan jelas dan rinci. Dilihat dari segi bahasa
menggunakan bahsa baku yang mudah dipahami walaupun terdapat beberapa kata
istilah yang kurang dimengerti pembaca. Dengan penjelasan yang rinci, setelah
membaca buku ini pembaca mendapatkan banyak informasi dan dapat juga
menambah atau memperluas wawasan. Selain itu buku ini memiliki kekurangan,
dengan penjelasan yang lengkap kekurangan tersebut hampir tidak terlihat.
B. Rekomendasi
Adapun yang menjadi Rekomendasi dalam penulisan Critical Book Riview
(CBR) ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi reviewer : untuk Hendaknya memberikan komentar dan saran maupun
kritik yang membangun guna menyempunakan pembuatan Critical Book Riview
(CBR) berikutnya
2. Bagi penulis : dapat sebagai rujukan untuk memperbaiki isi jurnal dalam
pencetakan selanjutnya, untuk memberitahukan kepada penulis apa yang
menjadi kekurangan dalam jurnal tersebut dan apa yang sebaiknya penulis
lakukan terhadap isi jurnal tersebut.
3. Bagi pembaca : sebagai penambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang
tahap strategi belajar mengajar alangkah baiknya diberikan suatu masukan
yang membangun guna penyempurnaan serta perbaikan yang harus dilakukan
dimasa dewasa ini, dan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
dimasa yang akan datang dalam pembuatan Critical Book Riview (CBR) yang
baik dan benar.
58
59
DAFTAR PUSTAKA
59