Anda di halaman 1dari 36

TUGAS 2

SEMINAR DAN WORKSHOP PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP KINERJA GURU


SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN NIAS UTARA

oleh:

JULIANUS ZALUKHU
NIM 530017931

Program Pascasarjana Magister Manajemen


UPBJJ UT 12/Medan Pokjar Gunungsitoli

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) 12 MEDAN
KELOMPOK BELAJAR (POKJAR) GUNUNGSITOLI
GUNUNGSITOLI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu
tujuan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan
nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan. Selanjutnya, pada
Pasal 31 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa (1) setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan; (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya; (3) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; (4)
negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen)
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; dan (5)
pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa
guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi
tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru harus memperoleh penghasilan di
atas kebutuhan hidup minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya. Selain itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk
memaksimalkan fungsi dan peran strategis yang meliputi penegakan hak dan kewajiban
guru, pembinaan dan pengembangan karier guru, perlindungan hukum, perlindungan
profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengakuan kedudukan guru sebagai pendidik profesional merupakan bagian dari
keseluruhan upaya pembaharuan dalam Sistem Pendidikan Nasional yang pelaksanaannya
memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain, tentang kepegawaian,
ketenagakerjaan, keuangan, dan pemerintahan daerah.
Dengan peningkatan pendapatan diharapkan juga guru dapat lebih memusatkan
perhatiannya dalam melaksanakan tugas profesinya dengan penuh kreatif dan inovatif
karena dengan pendapatan yang tinggi, kebutuhan yang berhubungan dengan pembelajaran,
seperti buku-buku, alat-alat pembelajaran lainnya dapat terpenuhi termasuk kebutuhan
pengembangan pengetahuan dapat dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan sehingga
guru menjadi lebih kreatif dan dapat menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan
negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Tidak perlu diragukan lagi bahwa di tangan
para guru ini reputasi kemajuan bangsa dipertaruhkan. Oleh sebab itu, profesi guru perlu
dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru.
Selain itu, agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan penilaian kinerja guru yang menjamin
terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
1. Penerima Tunjangan Profesi Guru di Kab Nias Utara
Guru Sekolah Dasar yang telah memiliki sertifikat pendidik di Kabupaten
Nias Utara sejumlah 408 (empat ratus delapan) orang, semuanya berstatus Pegawai
Negeri Sipil Daerah di 125 (seratus lima belas) Sekolah Dasar Negeri di 11
(sebelas) UPTD Pendidikan di Kabupaten Nias Utara
Pada Tabel 1 berikut ini diuraikan jumlah guru kelas yang telah memiliki
sertifikat pendidik menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan terakhirnya.
Tabel 1
GURU SD BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI
DI KABUPATEN NIAS UTARA MENURUT JENIS KELAMIN DAN PENDIDIKAN TERAKHIR

PENDIDIKAN
JEN. KEL
N TERAKHIR
UPTD Pendidikan
O. SM
L P JLH D2 D3 S1 JLH
A
1 UPTD Pendidikan Kec. 20 21 41 4 9 6 22 41
PENDIDIKAN
JEN. KEL
N TERAKHIR
UPTD Pendidikan
O. SM
L P JLH D2 D3 S1 JLH
A
Lahewa
2 UPTD Pendidikan Kec.
13 14 27 8 4 0 15 27
Lahewa Timur
3 UPTD Pendidikan Kec.
18 20 38 10 8 2 18 38
Lotu
4 UPTD Pendidikan Kec.
21 20 41 4 9 6 22 41
Tuhemberua
5 UPTD Pendidikan Kec.
17 25 42 5 9 6 22 42
Sawo
6 UPTD Pendidikan Kec.
14 22 36 10 7 2 17 36
Afulu
7 UPTD Pendidikan Kec.
23 24 47 10 9 6 22 47
Alasa
8 UPTD Pendidikan Kec.
12 13 25 7 5 1 12 25
Alasa Talumuzoi
9 UPTD Pendidikan Kec.
16 21 37 10 8 2 17 37
Tugala Oyo
10 UPTD Pendidikan Kec.
21 30 51 12 12 2 25 51
Namohalu
11 UPTD Pendidikan Kec.
10 13 23 6 5 3 9 23
Sitolu Ori
JUMLAH 185 223 408 87 84 36 201 408
Sumber: ----------------------
2. Kinerja Guru Kelas Penerima Tunjangan Profesi di Kabupaten Nias Utara
Menurut pengamatan awal yang dilakukan di beberapa Sekolah Dasar Negeri
di Kabupaten Nias Utara ternyata bahwa kualitas proses pembelajaran yang
dilakukan guru di dalam kelas belum berjalan secara optimal atau belum
memperlihatkan peningkatan secara signifikan, padahal guru-guru tersebut sudah
memiliki sertifikasi pendidik. Kualitas proses pembelajaran dimaksud adalah
apabila diukur dengan tingkat ketercapaian tujuan pendidikan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Beberapa gejala yang tampak kurang menggembirakan itu adalah guru kurang
menguasai materi pembelajaran dan kurikulum tingkat satuan pendidikan belum
diimplementasikan secara optimal, guru masih lemah dalam penerapan
metode/strategi pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran, serta guru
masih lemah dalam displin kerja sebagai tenaga profesional. Proses pembelajaran
masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan yang menyebabkan
kemampuan belajar peserta didik menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang
terlalu berorientasi pada guru cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan serta
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, sehingga proses pembelajaran yang
menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan menjadi kurang optimal. Kondisi
ini menjadikan proses pembelajaran semakin kurang menarik, dan kurang mampu
memupuk kreativitas peserta didik sehingga mempengaruhi menurunnya kualitas
pembelajaran.
Sebagai bahan perbandingan terhadap keadaan kinerja guru di Kabupaten Nias
Utara, khususnya tentang kompetensi pedagogik dan profesional guru, penulis
mengetengahkan nilai ujian kompetensi awal calon peserta sertifikasi guru tahun 2013.
Perbandingan dimaksud adalah keadaan tingkat pendidikan dan keadaan usia guru
terhadap perolehan nilai uji kompetensi guru (UKG) calon peserta sertifikasi Guru
Kelas SD Kabupaten Nias Utara tahun 2017.
Tabel 3
NILAI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)
CALON PESERTA SERTIFIKASI GURU KABUPATEN NIAS UTARA TAHUN
2017
(Menurut Tingkat Pendidikan)
NILAI UKA
TINGKAT
N 20,01 30,01 40,01 50,01 JUM-
PENDIDIKA < >
O. - - - - LAH
N 20,00 60,01
30,00 40,00 50,00 60,00
1. SMA 3 14 9 3 2 0 31
2. D2 0 3 6 8 3 0 20
3. D3 0 0 0 0 1 0 1
4. S1/A4 0 15 4 26 16 2 63
JUMLAH 3 32 19 37 22 2 115
PERSENTASE (%) 3 28 17 32 19 2 100
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara, Oktober 2018
Tabel 4
NILAI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)
CALON PESERTA SERTIFIKASI GURU KABUPATEN NIAS UTARA TAHUN
2017
(Menurut Usia)
NILAI UKA
N 20,01 30,01 40,01 50,01 JUM-
USIA < >
O. - - - - LAH
20,00 60,01
30,00 40,00 50,00 60,00
1. < 29 TAHUN 0 1 0 1 1 1 4
2. 30 - 39
0 5 1 11 2 0 19
TAHUN
3. 40 - 49
0 12 4 20 13 1 50
TAHUN
4. 50 - 59
3 14 14 5 6 0 42
TAHUN
JUMLAH 3 32 19 37 22 2 115
PERSENTASE (%) 3 28 17 32 19 2 100
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara, Oktober 2018
3. Hasil Penelitian Sebelumnya
Seterusnya, berdasarkan analisis terhadap penelitian yang sejenis di tempat yang
berbeda, maka terdapat kontroversi terhadap pengaruh pemberian tunjangan profesi ini
terhadap kinerja guru, sebagai berikut:
a. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa pemberian tunjangan profesi memiliki
korelasi dengan peningkatan kinerja guru, antara lain:
1) Siti Masruroh (2012) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Tunjangan
Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru di Wilayah UPTD Pendidikan TK dan SD
Kec. Kandat Kabupaten Kediri” menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan terhadap variabel pemberian tunjangan sertifikasi. Pemberian
tunjangan sertifikasi (objektif, transparan dan akuntabel, peningkatan mutu dan
kesejahteraan, kesesuaian peraturan dan perundangundangan, Proses
pelaksanaan yang terencana dan sistematis dan penghargaan kerja guru) ada
pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja guru (kualitas, ketepatan
waktu, cara pelaksanaan pekerjaan dan sarana pembelajaran) secara nyata di
lingkungan UPTD Kec. Kandat Kabupaten Kediri.
2) Tim Peneliti Balitbang Kota Medan (2011) dalam penelitian yang berjudul
“Penelitian Mengenai Pemberian Tunjangan Profesi Terhadap Kinerja Guru
SD, SMP, SMU dan SMK di Kota Medan” menyimpulkan bahwa tunjangan
sertifikasi untuk guru SD, SMP, SMU dan SMK berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan kinerja guru-guru SD SMP, SMU dan SMK di Kota
Medan.
3) Nur Hidayat (2011) dalam penelitian yang berjudul “Dampak Sertifikasi
Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru dan Prestasi Belajar Siswa di SD
Negeri Kota Semarang” menyimpulkan bahwa pelaksanaan program sertifikasi
di Sekolah Dasar Negeri di Kota Semarang belum menunjukkan dampak yang
signifikan terhadap tingkat kompetensi dan tingkat prestasi siswa di sekolah.
b. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa pemberian tunjangan profesi tidak
mempengaruhi peningkatan kinerja guru, antara lain:
1) Penelitian berjudul “Kinerja Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama
Islam Pasca Sertifikasi di Sumatera Selatan” (Khodijah, Nyayu: 2013 dalam
Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, No. 1) menyimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan dalam kinerja guru setelah menerima
tunjangan profesional (1) dalam aspek rencana pembelajaran, pelaksanaan, dan
asesmen; (2) antara mereka yang tinggal di daerah pedesaan dan di daerah
perkotaan; dan (3) antara mereka yang lulus melalui portofolio dan melalui
PLPG.
2) Penelitian berjudul “Dampak Pelaksanaan Sertifikasi Guru terhadap
Peningkatan Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran: Studi pada Madrasah
Tsanawiyah Negeri Kota Jambi” (Hurmaini, M: 2011 dalam Media Akademika,
Vol. 26, No. 4, Oktober 2011) menyimpulkan bahwa pelaksanaan sertifikasi
guru belum memperlihatkan dampak positif terhadap peningkatan kinerja guru
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa fakta tersebut di atas, penulis memandang perlu untuk
dilakukan penelitian terhadap permasalahan yang diduga kuat mempengaruhi peningkatan
kinerja guru dalam proses pembelajaran. Hasil pantauan penulis sampai saat ini belum ada
yang melakukan penelitian menyangkut pengaruh pemberian tunjangan profesi guru
terhadap kinerja guru kelas di Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Nias Utara.
Pemberian tunjangan profesi pada seorang guru merupakan hal yang menarik untuk
diteliti pengaruhnya terhadap kinerja guru. Pemberian tunjangan profesi mempunyai dampak
sosial dan ekonomi yang cukup besar terhadap guru. Oleh karena itu, pengaruh pemberian
tunjangan profesi terhadap kinerja guru menjadi sorotan utama dalam penulisan proposal
penelitian ini. Penulis ingin mengungkap pengaruh pemberian tunjangan profesi ini terhadap
kinerja Guru Kelas Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Nias Utara pada Tahun Pelajaran
2017/2018

B. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah pemberian tunjangan profesi berpengaruh terhadap kinerja Guru Kelas Sekolah
Dasar Negeri di Kabupaten Nias Utara?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi Guru Kelas Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Nias
Utara dalam meningkatkan kinerjanya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk
memperoleh gambaran peningkatan kinerja Guru Kelas Sekolah Dasar di Kabupaten Nias
Utara setelah menerima tunjangan profesi berdasarkan tingkat pendidikan dan usia
penerima. Sedangkan tujuan khusus yang akan dicapai dalam penelitian ini untuk:
1. mendapatkan gambaran tentang peningkatan kinerja Guru Kelas Sekolah Dasar Negeri
di Kabupaten Nias Utara pada Tahun Pelajaran 2017/2018 setelah menerima tunjangan
profesi;
2. mendapatkan gambaran tentang penggunaan tunjangan profesi Guru Kelas Sekolah
Dasar Negeri di Kabupaten Nias Utara pada Tahun Pelajaran 2017/2018; dan
3. memperoleh gambaran tentang hambatan-hambatan yang dihadapi Guru Kelas Sekolah
Dasar Negeri di Kabupaten Nias Utara pada Tahun Pelajaran 2017/2018 penerima
tunjangan profesi dalam peningkatan kinerjanya sebagai guru profesional.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang kebijakan peningkatan kualitas pendidikan. Adapun kegunaan yang penulis
harapkan sebagai:
1. masukan bagi guru terutama yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawabnya
dalam melaksanakan tugas profesionalnya;
2. masukan bagi sekolah-sekolah yang bersangkutan dalam upaya meningkatkan kualitas
kinerja guru dalam membentuk dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas; dan
3. masukan bagi instansi terkait, pemerintah daerah dan pemerintah pusat sehubungan
dengan masih adanya beberapa hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan
kualitas kinerjanya.
BAB II
STUDI PUSTAKA

A. Sertifikasi Guru
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional
harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV),
menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jalur pendidikan formal
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pengakuan kedudukan guru
sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Lebih lanjut Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan bahwa profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai
tenaga profesional, guru diharapkan dapat meningkatkan martabat dan perannya sebagai
agen pembelajaran. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
Pelaksanaan sertifikasi guru dimulai sejak tahun 2007 setelah diterbitkannya Peraturan
Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Landasan
hukum yang digunakan sebagai dasar penyelenggaraan sertifikasi guru sejak tahun 2009
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Tahun 2013 merupakan
tahun ketujuh pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan.
Mengacu hasil evaluasi pelaksanaan sertifikasi guru tahun sebelumnya dan didukung
dengan adanya beberapa kajian/studi, maka dilakukan beberapa perubahan mendasar pada
pelaksanaan sertifikasi guru tahun 2013, khususnya proses penetapan dan pendaftaran
peserta. Perubahan-perubahan tersebut antara lain perekrutan peserta sertifikasi guru
sekaligus dilakukan untuk perangkingan calon peserta tahun 2013-2015 oleh sistem
terintegrasi dengan database NUPTK yang dipublikasikan secara online, penetapan
sasaran/kuota per provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan keseimbangan usia dan keadilan
proporsional jumlah peserta antar provinsi.
1. Alur Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Alur pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sertifikasi bagi
Guru Dalam Jabatan disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1. Alur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan


2. Prinsip Sertifikasi Guru
a. Penetapan peserta dilaksanakan secara berkeadilan, objektif, transparan, kredibel,
dan akuntabel
1) Berkeadilan, semua peserta sertifikasi guru ditetapkan berdasarkan urutan
prioritas usia, masa kerja, dan pangkat/golongan. Guru yang memiliki rangking
atas mendapatkan prioritas lebih awal daripada rangking bawah.
2) Objektif, mengacu kepada kriteria peserta yang telah ditetapkan.
3) Transparan, proses dan hasil penetapan peserta dilakukan secara terbuka, dapat
diketahui semua pihak yang berkepentingan.
4) Kredibel, proses dan hasil penetapan peserta dapat dipercaya semua pihak.
5) Akuntabel, proses dan hasil penetapan peserta sertifikasi guru dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara
administratif, finansial, dan akademik.
b. Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional
Sertifikasi guru merupakan upaya Pemerintah untuk meningkatkan mutu guru dan
oleh karenanya guru yang lulus sertifikasi dan mendapatkan sertifikat pendidik
harus dapat menjamin (mencerminkan) bahwa guru yang bersangkutan telah
memenuhi standar kompetensi guru yang telah ditentukan sebagai guru profesional.
Sertifikasi guru yang dilaksanakan melalui berbagai pola, yaitu penilaian
portofolio, PLPG, dan PSPL, dipersiapkan secara matang dan diimplementasikan
sebaik-baiknya sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Guru
yang lulus sertifikasi dengan proses sebagaimana tersebut di atas akan berkontribusi
terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.
c. Dilaksanakan secara taat azas
Sertifikasi guru dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku dan mengacu pada buku Pedoman Sertifikasi Guru yang telah diterbitkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
d. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Pelaksanaan sertifikasi guru didahului dengan pemetaan baik pada aspek jumlah,
jenis mata pelajaran, ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan fasiltas, dan
target waktu yang ditentukan. Dengan pemetaan yang baik, maka diharapkan
pelaksanaan sertifikasi guru dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta
secara nasional dapat selesai pada waktu yang telah ditetapkan.
3. Persyaratan Umum Peserta
a. Guru yang belum memiliki sertifikat pendidik dan masih aktif mengajar di sekolah
di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kecuali guru Pendidikan
Agama. Sertifikasi bagi guru Pendidikan Agama dan semua guru yang mengajar di
madrasah diselenggarakan oleh Kementerian Agama dengan kuota dan aturan
penetapan peserta dari Kementerian Agama (Surat Edaran Bersama Direktur
Jenderal PMPTK dan Sekretaris Jenderal Departemen Agama Nomor
SJ/Dj.I/Kp.02/1569/ 2007, Nomor 4823/F/SE/2007 Tahun 2007).
b. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari
program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki izin penyelenggaraan.
c. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas dengan ketentuan:
1) diangkat menjadi pengawas satuan pendidikan sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (1 Desember 2008), dan
2) memiliki usia setinggi-tingginya 50 tahun pada saat diangkat sebagai pengawas
satuan pendidikan.
d. Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV apabila:
1) pada 1 Januari 2013 sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai
pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau
2) mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara
dengan golongan IV/a (dibuktikan dengan SK kenaikan pangkat).
e. Sudah menjadi guru pada suatu satuan pendidikan (PNS atau bukan PNS) pada saat
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan tanggal
30 Desember 2005.
f. Guru bukan PNS pada sekolah swasta yang memiliki SK sebagai guru tetap
minimal 2 tahun secara terus menerus dari penyelenggara pendidikan (guru tetap
yayasan), sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK dari
Bupati/Walikota.
g. Pada tanggal 1 Januari 2014 belum memasuki usia 60 tahun.
h. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari dokter. Jika
peserta diketahui sakit pada saat datang untuk mengikuti PLPG yang menyebabkan
tidak mampu mengikuti PLPG, maka LPTK berhak melakukan pemeriksaan ulang
terhadap kesehatan peserta tersebut. Jika hasil pemeriksanaan kesehatan
menyatakan peserta tidak sehat, LPTK berhak menunda atau membatalkan
keikutsertaannya dalam PLPG.
i. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).
B. Tunjangan Profesi Guru
Berdasarkan Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi Guru Tahun 2013 yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka dapat dijelaskan tentang
tunjangan profesi dimaksud sebagai berikut.
1. Pengertian
Tunjangan profesi dimaksudkan untuk peningkatan mutu guru PNSD, guru PNS
di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan
sebagai penghargaan atas profesionalitas untuk mewujudkan amanat Undang-Undang
Guru dan Dosen antara lain mengangkat martabat guru, meningkatkan kompetensi guru,
memajukan profesi guru, meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan
pelayanan pendidikan yang bermutu.
Tunjangan profesi yang dibayarkan melalui mekanisme dana transfer adalah
tunjangan yang diberikan kepada seluruh guru PNSD, kecuali guru pendidikan agama,
yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Sedangkan
tunjangan profesi yang dibayarkan melalui DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait
adalah tunjangan yang diberikan kepada guru bukan PNS, guru PNS di bawah binaan
provinsi, dan pengawas satuan pendidikan kecuali guru pendidikan agama, yang telah
memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.
Tunjangan profesi dibayarkan paling banyak 12 (dua belas) bulan dalam satu
tahun, serta diberikan kepada seluruh guru PNSD, guru PNS di bawah binaan provinsi
dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan terhitung mulai awal tahun
anggaran berikut setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus sertifikasi dan
memperoleh Nomor Registrasi Guru (NRG) dari Badan Pengembangan SDM
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Besaran Tunjangan Profesi
Tunjangan profesi bagi guru PNS Daerah, guru PNS di bawah binaan provinsi dan
pengawas satuan pendidikan adalah setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok sesuai
peraturan perundang-undangan, dan bagi guru bukan PNS yang memiliki sertifikat
pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan
dikenakan pajak penghasilan berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008.
3. Sumber Dana
Dana untuk pembayaran tunjangan profesi bagi guru PNSD bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditransfer ke Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui mekanisme dana transfer daerah. Dana
untuk pembayaran tunjangan profesi bagi guru PNS di bawah binaan provinsi dan
pengawas satuan pendidikan serta guru bukan PNS Pendidikan Dasar bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Direktorat P2TK
Dikdas, sedangkan untuk guru bukan PNS Taman Kanak-kanak bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Direktorat P2TK
PAUDNI, dan untuk guru bukan PNS SMA dan SMK bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Direktorat P2TK Dikmen, yang
ditransfer ke rekening guru penerima tunjangan profesi.
4. Kriteria Guru Penerima
Tunjangan profesi melalui mekanisme transfer diberikan kepada guru PNSD yang
telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai
penerima tunjangan profesi guru PNSD yang melaksanakan tugas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Kriteria guru PNSD penerima tunjangan profesi khususnya melalui mekanisme
transfer adalah:
a. Guru PNSD yang mengajar pada satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, kecuali guru pendidikan agama;
b. Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang telah diberi satu Nomor Registrasi
Guru (NRG) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
c. Memiliki Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
d. Memenuhi kewajiban melaksanakan tugas paling sedikit 24 jam tatap muka per
minggu sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya dan dibuktikan dalam
sistem data pokok pendidikan (Dapodik/PAS) atau melalui surat keterangan dari
kepala sekolah dan telah diverifikasi/disahkan oleh dinas pendidikan
kabupaten/kota;
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 4 dikecualikan apabila guru:
1) mendapat tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, mengajar paling
sedikit 6 jam tatap muka per minggu atau membimbing 40 (empat puluh)
peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan
dan konseling/konselor;
2) mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan, mengajar
paling sedikit 12 jam tatap muka per minggu atau membimbing 80 (delapan
puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari
guru bimbingan dan konseling/konselor;
3) Mendapat tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan, kepala laboratorium,
ketua program keahlian, kepala bengkel, kepala unit produksi dan sejenisnya,
mengajar paling sedikit 12 jam tatap muka per minggu;
4) bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling paling sedikit mengampu 150
peserta didik pada satu atau lebih satuan pendidikan kecuali untuk daerah
khusus;
5) bertugas sebagai guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu paling sedikit 6
(enam) jam tatap muka per minggu;
6) bertugas sebagai guru pada satuan pendidikan di daerah khusus yang kriteria
daerah khususnya sudah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 34 tahun 2012 tentang Kriteria Daerah Khusus dan
Pemberian Tunjangan Khusus Bagi Guru dan Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 123/P/2012 tentang Penetapan Daerah Khusus Tahun
2012;
7) berkeahlian khusus yang diperlukan untuk mengajar mata pelajaran atau
program keahlian sesuai dengan latar belakang keahlian langka yang terkait
dengan budaya Indonesia;
8) bertugas sebagai guru di sekolah Indonesia di luar negeri; atau
9) bertugas sebagai guru yang ditugaskan menjadi guru di negara lain atas dasar
kerjasama antarnegara.
f. belum pensiun;
g. tidak beralih status dari guru atau pengawas sekolah;
h. tidak merangkap sebagai eksekutif, yudikatif, atau legislatif;
i. Guru PNS yang telah bersertifikat pendidik dan diperbantukan mengajar di satuan
pendidikan di bawah binaan Kementerian Agama pada tahun 2013, tunjangan
profesinya tetap dibayarkan oleh Kementerian Agama; dan
j. Selama proses sertifikasi guru tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 terjadi
perubahan nomor kode dan nama bidang studi sertifikasi guru pada tahun 2009
dengan mempertimbangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Keputusan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah No.251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan yang mulai diimplementasikan pada
tahun 2009, maka untuk kelengkapan persyaratan pencairan perlu adanya
penyesuaian (konversi) nomor kode dan nama bidang studi sertifikasi guru.
5. Mekanisme Penerbitan SKTP
a. Penerbitan SKTP dilakukan dengan 2 (dua) cara:
1. secara digital yaitu menggunakan sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
SKTP diterbitkan oleh Direktorat P2TK Dikdas secara otomatis dengan
menggunakan data PTK dari Dapodik sehingga dinas pendidikan
kabupaten/kota tidak perlu melakukan verifikasi data pendukung persyaratan
calon penerima tunjangan profesi.
2. secara manual yaitu dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan verifikasi
data pendukung persyaratan calon penerima tunjangan profesi. Setelah data
dinyatakan valid, Direktorat P2TK terkait menerbitkan SKTP.
b. Direktorat P2TK terkait menyusun dan menetapkan daftar penerima tunjangan
profesi berdasarkan:
1. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang penerima tunjangan
profesi guru;
2. Keputusan kepegawaian yang menunjukkan gaji pokok dan/atau gaji berkala;
3. Keputusan melaksanakan kegiatan mengajar bagi guru satuan pendidikan
sesuai
Gambar 1. Proses denganPembayaran
Pelaksanaan peraturan perundang-undangan.
Tunjangan Profesi PNSD melalui dana transfer daerah tahun 2013

PUSBANGPRODIK DIREKTORAT P2TK SATUAN PENDIDIKAN PEMERINTAH KPPN/BANK PENYALUR


PAUDNI/DASAR/MENENGAH KABUPATEN/KOTA

Data Kelulusan Baru Data Lama 2006 - 2012 Pemuktahiran Data, Verifikasi berkas
+ NRG Sertifikasi Penerima Tunjangan Status SK dan
Tahun 2012 Profesi Pencairan Tunjangan
Ya Syarat
Terpenuhi
? Tidak
DAPODIK/MANUAL
MANUAL
DAPODIK Pencairan Tunjangan Penerbitan SP2D Per
Triwulan (SPP/SPM) Triwulan

Ya
Sya ra t
Terpenuhi
?
Penyaluran Ke
Tidak TEGURAN
Rekening Penerima
dari pusat
Per Triwulan
Diinformasikan melalui
Tidak
Situs Kemdikbud dan
Email
Tidak
Rekening
Laporan Per
Tercatat Secara
Triwulan ?
Online

Ya Ya
Penerbitan SKTP

Copy SKTP

Pelaporan
MONEV Pelaksanaan Pelaksanaan
Pembayaran Tunjangan Pembayaran

Gambar 2. Proses Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Profesi Guru PNSD

6. Mekanisme Penyaluran Tunjangan Profesi


Mekanisme penyaluran tunjangan profesi melalui mekanisme dana transfer daerah
tahun 2013 sebagai berikut :
a. Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan PSDMP dan PMP menyerahkan data
kelulusan dan NRG tahun 2012 ke Direktorat P2TK terkait.
b. Direktorat P2TK terkait menerbitkan SKTP 1 (satu) kali dalam satu tahun bagi
calon penerima tunjangan profesi yang memenuhi syarat sekaligus menyampaikan
ke kabupaten/kota.
c. Apabila ada perubahan data individu penerima tunjangan profesi, maka akan
diterbitkan SKTP baru pada tahun berikutnya dengan disertai bukti perubahan data
dari dinas pendidikan kabupaten/kota.
d. Jika guru mengambil cuti (bersalin, alasan penting, tugas belajar, cuti di luar
tanggungan negara) maka tidak berhak memperoleh tunjangan profesi karena tidak
dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu. Yang
dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena ibu, bapak,
isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras atau meninggal
dunia; salah seorang anggota keluarga yang meninggal dunia dan menurut
ketentuan hukum yang berlaku Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia itu;
melangsungkan perkawinan yang pertama; alasan penting lainnya yang ditetapkan
kemudian oleh Presiden.
e. Jika guru menjalankan cuti sakit selama maksimal 3 hari kerja dalam satu minggu
dalam satu bulan (yang dibuktikan dengan surat resmi atau surat keterangan dokter
dari rumah sakit pemerintah/puskesmas), tetap berhak memperoleh tunjangan
profesi.
f. Jika guru mengambil ijin belajar, tunjangan profesi yang bersangkutan tetap
dibayarkan selama yang bersangkutan memenuhi beban mengajar minimal 24 jam
per minggu. Ijin belajar yang dimaksud adalah mengikuti sekolah formal untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan biaya sendiri dan dilakukan
dengan tidak mengganggu tugas mengajarnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, yang dibuktikan dengan surat resmi atau surat keterangan dari pihak
yang berwenang.
g. Cuti studi untuk pengembangan profesionalitas (penelitian, penulisan buku, praktik
kerja di dunia industri atau usaha yang relevan dengan tugasnya, pelatihan yang
relevan dengan tugasnya, pengabdian kepada masyarakat dan atau magang pada
satuan pendidikan lain atas inisiatif sendiri) tetap memperoleh tunjangan profesi,
jika dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu, yang
dibuktikan dengan surat resmi atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.
h. Selama liburan berdasarkan kalender akademik, guru tetap memperoleh tunjangan
profesi.
i. Apabila terdapat kurang bayar bagi penerima tunjangan profesi yang
mengakibatkan dana carry over, maka kepala dinas pendidikan kabupaten/kota
wajib melaporkan data carry over ke Direktorat P2TK terkait, sebagai acuan untuk
pengusulan perencanaan anggaran tahun berikutnya. Apabila terdapat sisa dana
pada tahun berjalan, maka dana tersebut dapat digunakan untuk membayar
kebutuhan kurang bayar (carry over) tunjangan profesi tahun sebelumnya
berdasarkan SKTP yang pernah diterbitkan oleh Direktorat P2TK terkait.
j. Dinas pendidikan kabupaten/kota melaporkan realisasi pembayaran kepada:
1) Direktorat P2TK terkait, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan setiap
triwulan dengan format sebagaimana terlampir atau melalui online:
ptkdikmen.Kementerian Pendidikan Nasional.go.id/Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan-klienkeu.
2) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan dengan
format sebagaimana lampiran tersebut pada PMK pada bulan Agustus untuk
laporan semester I (triwulan 1 dan 2) dan pada bulan April tahun anggaran
berikutnya untuk semester II (triwulan 3 dan 4).
k. Dinas pendidikan kabupaten/kota melaporkan penyerapan atau penyaluran
tunjangan profesi per triwulan sebagaimana berikut.
1) Laporan triwulan I paling lambat akhir bulan April 2013.
2) Laporan triwulan II paling lambat akhir bulan Juli 2013.
3) Laporan triwulan III paling lambat akhir bulan Oktober 2013.
4) Laporan triwulan IV paling lambat akhir bulan Desember 2013.
l. Apabila dinas pendidikan kabupaten/kota tidak melaporkan penyaluran tunjangan
profesi setiap triwulan, akan diberikan surat teguran oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dengan tembusan UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan
dan Pengendalian Pembangunan).
m. Berdasarkan SKTP, Bendahara Pengeluaran/ Pelaksana Kegiatan yang ditunjuk
menyiapkan berkas SPP untuk diajukan ke Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) yang ditunjuk.
n. PA/KPA yang ditunjuk menelaah dan menerbitkan Surat Perintah Membayar
(SPM) dan mengirimkan ke Bendahara Umum Daerah (BUD) atau Kuasa
Bendahara Umum Daerah (KBUD).
o. BUD/KBUD menelaah usulan SPM dan menerbitkan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D). Selanjutnya BUD/KBUD yang ditunjuk mengambil dana tunjangan
profesi yang ditransfer oleh Kementerian Keuangan melalui rekening kas umum
daerah yang disimpan pada bank yang ditunjuk.
p. Berdasarkan rekening kas umum daerah melalui bank yang ditunjuk mentransfer
dana tunjangan profesi kepada rekening masing-masing guru.
q. Apabila terjadi kesalahan data antara lain penulisan nama dan nomor rekening yang
menyebabkan tunjangan profesi guru tidak dapat disalurkan oleh bank yang
ditunjuk maka akan terjadi retur.
r. Proses pengajuan retur agar tunjangan profesi dapat dibayarkan kembali adalah
sebagai berikut.
1) Bank yang ditunjuk melaporkan tentang penerima tunjangan profesi yang
diretur kepada PA/KPA yang ditunjuk.
2) PA/KPA yag ditunjuk membuat disposisi kepada Bendahara
Pengeluaran/Pelaksana Kegiatan yang ditunjuk agar menindaklanjuti retur
tersebut.
3) Bendahara Pengeluaran/Pelaksana Kegiatan yang ditunjuk menyiapkan berkas
retur tersebut.
s. Tunjangan profesi disalurkan kepada rekening guru yang memenuhi persyaratan
antara tanggal 9 - 16 setiap triwulan (9 – 16 April 2013 untuk triwulan 1, 9 – 16 Juli
2013 untuk triwulan 2, 9 – 16 Oktober 2013 untuk triwulan 3, dan 9 – 16 Desember
2013 untuk triwulan 4).
t. Pelaksanaan pembayaran tunjangan dan perencanaan anggaran memperhatikan hal-
hal berikut:
1) Apabila terjadi kekurangan atau kelebihan dana yang dialokasikan dengan
realisasinya, maka akan diperhitungkan pada tahun anggaran berikutnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.
2) Tunjangan profesi bagi guru PNSD dibayarkan oleh dinas kabupaten/kota
sesuai lokasi terbitnya SK tunjangan profesi pada tahun anggaran berjalan.
3) Apabila terjadi perubahan tempat tugas atau status kepegawaian guru
antarsatuan pendidikan, antarjenis pendidikan dalam satu kabupaten/kota, antar
kabupaten/kota, antar provinsi, dan antar kementerian, baik atas kepentingan
kedinasan atau pemekaran wilayah, guru PNSD menjadi pengawas satuan
pendidikan, maka tunjangan profesi bagi guru PNSD dibayarkan oleh dinas
kabupaten/kota sesuai lokasi terbitnya SK tunjangan profesi pada tahun
anggaran berjalan dengan melampirkan bukti fisik beban mengajar minimal 24
jam per-minggu atau ekuivalensinya dari tempat tugas yang baru. Status yang
bersangkutan akan disesuaikan pada SK tunjangan profesi tahun berikutnya,
sedangkan untuk pengawas satuan pendidikan diusulkan untuk dibayarkan
melalui dana pusat.
4) Apabila terjadi mutasi guru PNSD menjadi pejabat struktural, fungsional
lainnya, meninggal dunia atau karena pensiun dini, maka pembayaran
tunjangan profesi guru PNSD harus dihentikan bulan berikutnya, kecuali
mutasi guru PNSD menjadi pengawas satuan pendidikan.
u. Bank mitra pusat dapat memberikan akses ke Direktorat P2TK Dikdas mengenai
daftar nama PTK yang telah disalurkan tunjangan profesinya melalui bank mitra
tersebut. Informasi dari bank mitra berfungsi sebagai laporan penyaluran.
v. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi
dilakukan secara internal dan eksternal oleh instansi terkait.
7. Pembatalan Pembayaran
Tunjangan profesi bagi guru dibatalkan pembayarannya apabila:
a. memperoleh sertifikat pendidik secara melawan hukum;
b. menerima lebih dari satu tunjangan profesi;
c. Surat Keputusan Tunjangan Profesi dibatalkan oleh pejabat yang berwenang.
Guru wajib mengembalikan tunjangan profesi yang dibatalkan dan kelebihan
penerimaan tunjangan profesi guru kepada kas negara.
8. Penghentian Pembayaran
Pemberian tunjangan profesi dihentikan apabila guru penerima tunjangan profesi
memenuhi satu atau beberapa keadaan sebagai berikut:
a. meninggal dunia;
b. mencapai batas usia pensiun;
c. tidak bertugas lagi sebagai guru atau pengawas pada satuan pendidikan;
d. sedang mengikuti tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
e. tidak memenuhi beban kerja 24 jam tatap muka;
f. tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang
diperuntukannya kecuali bagi guru yang dimutasi akibat implementasi SKB Lima
Menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS;
g. memiliki jabatan rangkap, sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
h. mutasi menjadi pejabat struktural atau fungsional lainnya;
i. pensiun dini; atau
j. dengan alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kondisi tersebut di atas dibuktikan dengan surat resmi atau surat keterangan dari
pihak yang berwenang.
C. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Istilah kinerja guru berasal dari kata job performance/actual permance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Jadi menurut bahasa,
kinerja bisa diartikan sebagai prestasi yang nampak sebagai bentuk keberhasilan kerja
pada diri seseorang. Keberhasilan kinerja juga ditentukan dengan pekerjaan serta
kemampuan seseorang pada bidang tersebut. Keberhasilan kerja juga berkaitan dengan
kepuasan kerja seseorang (Mangkunegara, 2000: 67).
Prestasi bukan berarti banyaknya kejuaraan yang diperoleh guru, tetapi suatu
keberhasilan yang salah satunya nampak dari suatu proses belajar- mengajar. Untuk
mencapai kinerja maksimal, guru harus berusaha mengembangkan seluruh kompetensi
yang dimilikinya dan juga memanfaatkan serta menciptakan situasi yang ada di
lingkungan sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kemudian Mangkunegara (2000: 67) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja)
sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Daryanto: ?) kinerja berarti sesuatu
yang dicapai, prestasi diperlihatkan, kemampuan kerja seseorang untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik untuk menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya
tujuan sebuah organisasi atau kelompok dalam suatu unit kerja. Jadi, kinerja karyawan
merupakan hasil kerja di mana para guru mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan
(Simamora: 1995: 433).
Menurut Ivor K. Davies (1987: 35-36) bahwa seseorang mempunyai empat fungsi
umum yang merupakan ciri pekerja sebagai guru sebagai berikut:
a. Merencanakan, yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan pembelajaran.
b. Mengorgasisasikan, yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan
menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar
dengan cara yang paling efektif, efesien, dan seekonomis mungkin.
c. Memimpin, yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong, dan
menstimulasikan peserta didiknya, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan
belajar.
d. Mengawasi, yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya
dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan
tujuan yang telah dirumuskan.
Musarofah (2008: 6) menyimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang
untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan guna
tercapainya tujuan organisasi/kelompok dalam suatu unit kerja. Sedangkan kinerja guru
dalam proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik anak didik dalam rangka pembinaan
peserta didik untuk tercapainya tujuan institusi pendidikan.
2. Tugas Pokok Guru dalam Pembelajaran
Guru berhadapan dengan siswa adalah pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik terutama pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Guru diharapkan memiliki ilmu yang cukup sesuai
bidangnya, pandai berkomunikasi, mengasuh dan menjadi sumber belajar yang baik
bagi siswanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.
Menurut Sukadi (2001: 26) sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas
pokok: merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan mengevaluasi
pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan
konseling.
3. Indikator Kinerja Guru
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam Pedoman Pelaksanaan
Penilaian Kinerja Guru (2010) bahwa ada beberapa indikator kinerja guru sebagai
berikut:
a. Kompetensi Pedagogik
1) menguasai karakteristik peserta didik, dengan indikator:
a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di
kelasnya.
b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang
sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan
belajar yang berbeda.
d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik
untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik
lainnya.
e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan
peserta didik.
f) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar
dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut
tidak termarginalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dan sebagainya).
2) menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik, dengan indikator:
a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi
pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan
proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.
b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran
berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut.
c) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana,
terkait keberhasilan pembelajaran.
d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar
peserta didik.
e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama
lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar
peserta didik.
f) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami
materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk
memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
3) pengembangan kurikulum, dengan indikator:
a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum.
b) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai
kompetensi dasar yang ditetapkan.
c) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran.
d) Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas, dan (5)
sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.
4) kegiatan pembelajaran yang mendidik, dengan indikator:
a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang
telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut
mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya.
b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk
membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga
membuat peserta didik merasa tertekan.
c) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan)
sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik.
d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan
proses pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan yang harus dikoreksi.
Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang
setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan
penjelasan tentang jawaban yg benar.
e) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan
mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.
f) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu
yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan
tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik.
g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk
dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan
secara produktif.
h) Guru mampu menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan
kondisi kelas.
i) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.
j) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk
membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah
informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap
materi sebelumnya.
k) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio-visual (termasuk
TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
5) pengembangan potensi peserta didik, dengan indikator:
a) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian
terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing-
masing.
b) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola
belajar masing-masing.
c) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk
memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta
didik.
d) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran
dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
e) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi,
dan kesulitan belajar masing- masing peserta didik.
f) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan
cara belajarnya masing- masing.
g) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan
mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang
disampaikan.
6) komunikasi dengan peserta didik, dengan indikator:
a) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan
menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan
terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan
pengetahuan mereka.
b) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan
tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan
untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan
mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa
mempermalukannya.
d) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja
sama yang baik antarpeserta didik.
e) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban
peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
f) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan
meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan
kebingungan pada peserta didik.
7) penilaian dan evaluasi, dengan indikator:
a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian,
selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan
hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman
terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
c) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan
kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan
pengayaan.
d) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya
untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat
membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan
pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
e) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan
pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
b. Kompetensi Kepribadian
1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional, dengan indikator:
a) Guru menghargai dan mempromosikan prinsip-prinsip Pancasila sebagai
dasar ideologi dan etika bagi semua warga Indonesia.
b) Guru mengembangkan kerjasama dan membina kebersamaan dengan
teman sejawat tanpa memperhatikan perbedaan yang ada (misalnya: suku,
agama, dan gender).
c) Guru saling menghormati dan menghargai teman sejawat sesuai dengan
kondisi dan keberadaan masing-masing.
d) Guru memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia.
e) Guru mempunyai pandangan yang luas tentang keberagaman bangsa
Indonesia (misalnya: budaya, suku, agama).
2) menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, dengan indikator:
a) Guru bertingkah laku sopan dalam berbicara, berpenampilan, dan berbuat
terhadap semua peserta didik, orang tua, dan teman sejawat.
b) Guru mau membagi pengalamannya dengan kolega, termasuk
mengundang mereka untuk mengobservasi cara mengajarnya dan
memberikan masukan.
c) Guru mampu mengelola pembelajaran yang membuktikan bahwa guru
dihormati oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik selalu
memperhatikan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
d) Guru bersikap dewasa dalam menerima masukan dari peserta didik dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam
proses pembelajaran.
e) Guru berperilaku baik untuk mencitrakan nama baik sekolah.
3) etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dengan
indikator:
a) Guru mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu.
b) Jika guru harus meninggalkan kelas, guru mengaktifkan siswa dengan
melakukan hal-hal produktif terkait dengan mata pelajaran, dan meminta
guru piket atau guru lain untuk mengawasi kelas.
c) Guru memenuhi jam mengajar dan dapat melakukan semua kegiatan lain
di luar jam mengajar berdasarkan ijin dan persetujuan pengelola sekolah.
d) Guru meminta ijin dan memberitahu lebih awal, dengan memberikan
alasan dan bukti yang sah jika tidak menghadiri kegiatan yang telah
direncanakan, termasuk proses pembelajaran di kelas.
e) Guru menyelesaikan semua tugas administratif dan non-pembelajaran
dengan tepat waktu sesuai standar yang ditetapkan.
f) Guru memanfaatkan waktu luang selain mengajar untuk kegiatan yang
produktif terkait dengan tugasnya.
g) Guru memberikan kontribusi terhadap pengembangan sekolah dan
mempunyai prestasi yang berdampak positif terhadap nama baik sekolah.
h) Guru merasa bangga dengan profesinya sebagai guru.
c. Kompetensi Sosial
1) bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif, dengan
indikator:
a) Guru memperlakukan semua peserta didik secara adil, memberikan
perhatian dan bantuan sesuai kebutuhan masing-masing, tanpa
memperdulikan faktor personal.
b) Guru menjaga hubungan baik dan peduli dengan teman sejawat (bersifat
inklusif), serta berkontribusi positif terhadap semua diskusi formal dan
informal terkait dengan pekerjaannya.
c) Guru sering berinteraksi dengan peserta didik dan tidak membatasi
perhatiannya hanya pada kelompok tertentu (misalnya: peserta didik yang
pandai, kaya, berasal dari daerah yang sama dengan guru).
2) komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta
didik dan masyarakat, dengan indikator:
a) Guru menyampaikan informasi tentang kemajuan, kesulitan, dan potensi
peserta didik kepada orang tuanya, baik dalam pertemuan formal maupun
tidak formal antara guru dan orang tua, teman sejawat, dan dapat
menunjukkan buktinya.
b) Guru ikut berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang
diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat dan dapat memberikan bukti
keikutsertaannya.
c) Guru memperhatikan sekolah sebagai bagian dari masyarakat,
berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, serta berperan dalam kegiatan
sosial di masyarakat.

d. Kompetensi Profesional
1) penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu, dengan indikator:
a) Guru melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk mata pelajaran yang diampunya, untuk mengidentifikasi materi
pembelajaran yang dianggap sulit, melakukan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, dan memperkirakan alokasi waktu yang
diperlukan.
b) Guru menyertakan informasi yang tepat dan mutakhir di dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
c) Guru menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang
berisi informasi yang tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didik
untuk memahami konsep materi pembelajaran.
2) mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif, dengan
indikator:
a) Guru melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan didukung
dengan contoh pengalaman diri sendiri.
b) Guru memiliki jurnal pembelajaran, catatan masukan dari teman sejawat
atau hasil penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang
menggambarkan kinerjanya.
c) Guru memanfaatkan bukti gambaran kinerjanya untuk mengembangkan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya dalam program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
d) Guru dapat mengaplikasikan pengalaman Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran
dan tindak lanjutnya.
e) Guru melakukan penelitian, mengembangkan karya inovasi, mengikuti
kegiatan ilmiah (misalnya seminar, konferensi), dan aktif dalam
melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
f) Guru dapat memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pelaksanaan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
C. Penilaian Kinerja Guru
1. Pengertian Penilaian Kinerja Guru
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian dari
tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan, dan
jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan
seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan,
sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru,
sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan
peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah,
khususnya bagi guru dengan tugas tambahan tersebut. Sistem penilaian kinerja guru
adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam
melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan
dalam unjuk kerjanya.
Secara umum, penilaian kinerja guru memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut:
a. untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan
keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dengan
demikian, profil kinerja guru sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan
teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan
untuk setiap guru, yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk merencanakan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan; dan
b. untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian
kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karier dan
promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.
Hasil penilaian kinerja guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan
berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai
ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas,
komprehensif, dan berdaya saing tinggi. Penilaian kinerja guru merupakan acuan bagi
sekolah/madrasah untuk menetapkan pengembangan karier dan promosi guru. Bagi
guru, penilaian kinerja guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsur-unsur kinerja
yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu
dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya.
Penilaian kinerja guru dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas
pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Khusus untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan,
kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi
pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Keempat kompetensi
ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus dapat ditunjukkan dan diamati
dalam berbagai kegiatan, tindakan dan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran
atau pembimbingan. Sementara itu, untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, penilaian kinerjanya dilakukan berdasarkan kompetensi tertentu
sesuai dengan tugas tambahan yang dibebankan tersebut (misalnya; sebagai kepala
sekolah/madrasah, wakil kepala sekolah/madrasah, pengelola perpustakaan, dan
sebagainya sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009).
2. Aspek yang Dinilai dalam Penilaian Kinerja Guru
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga dimungkinkan memiliki tugas-
tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam
penilaian kinerja guru beberapa subunsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut.
a) Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru
mata pelajaran atau guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan
melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan 4 (empat) domain
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru. Pengelolaan pembelajaran tersebut mensyaratkan guru
menguasai 24 (dua puluh empat) kompetensi yang dikelompokkan ke dalam
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk mempermudah
penilaian dalam penilaian kinerja guru, 24 (dua puluh empat) kompetensi tersebut
dirangkum menjadi 14 (empat belas) kompetensi sebagaimana dipublikasikan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
b) Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru Bimbingan
Konseling (BK)/Konselor meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan
pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan, menganalisis hasil
evaluasi pembimbingan, dan melaksanakan tindak lanjut hasil pembimbingan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor terdapat 4 (empat) ranah
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru BK/Konselor. Penilaian kinerja guru
BK/konselor mengacu pada 4 domain kompetensi tersebut yang mencakup 17
(tujuh belas) kompetensi.
c) Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah. Pelaksanaan tugas tambahan ini dikelompokkan menjadi
2, yaitu tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka. Tugas tambahan yang mengurangi jam
mengajar tatap muka meliputi: (1) menjadi kepala sekolah/madrasah per tahun; (2)
menjadi wakil kepala sekolah/madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program
keahlian/program studi atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala perpustakaan; atau
(5) menjadi kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya.
Tugas tambahan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan
menjadi 2 juga, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya menjadi wali
kelas, guru pembimbing program induksi, dan sejenisnya) dan tugas tambahan
kurang dari satu tahun (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi
pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan sejenisnya).
DAFTAR PUSTAKA

Tos, K. (2012). Hubungan tunjangan profesi dan motivasi dengan kinerja guru SMA Negeri di
Muaro Bungo Kabupaten Bungo. Jakarta: Tugas Akhir Program Magister, Magister
Manajemen Universitas Terbuka.

Tjahjono, H.K. (2010). Justice in salary structure: The justice influence toward employees
satisfaction. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 9, No. 1, 25–30.

Sudarsono, H. (2008). Analisis pengaruh kompensasi terhadap motivasi dan kinerja (Studi kasus
dosen ekonomi pada perguruan tinggi swasta). Jurnal Penelitian Kependidikan, Tahun 18,
Nomor 1, 144–153

Mitas, Y. A., Chan, S., & Dharma, S. (2014). Peranan kompensasi sebagai variabel moderasi
dalam pengaruh motivasi kerja, kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai (Studi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci). E-Journal Universitas Bung
Hatta, Vol 5, No. 2.

Supardi. (2014). Kinerja guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

Baswedan, A. (2014). VIP-kan guru-guru kita! Diambil 7 Januari 2015 dari world wide web:
http://dikdas.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.go.id/index.php/vip-kan-guru-guru-kita/

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai