Anda di halaman 1dari 176

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alamiah,merupakan


kumpulan dari mineral baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis,dan
mempunyai susunan kimia yang konstan.didalam makalah ini kita akan
mempelajari tentang pengertian,cara terbentuknya dan mendeskripsikan tentang
batuan beku,batuan sedimen,batuan piroklastik dan batuan metamorf.

Petrologi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan
sebagai penyusun kerak bumi. Bumi yang kita tempati ini disusun oleh berbagai
jenis batuan. Mempelajari batuan merupakan pengetahuan dasar untuk
mempelajari geologi serta untuk mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Batuan
adalah agregat padat yang terdiri dari mineral-mineral, gelas, ubahan material
organik atau kombinasi dari komponen-komponen tersebut yang terjadi secara
alamiah. Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan
berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan
membentuk berbagai jenis batuan yang berbeda. Batuan di alam dapat
dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu

 batuan beku (igneous rock) : batuan yang terbentuk dari pembekuan dan
kristalisasi magma baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral
dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya
batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan
vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar.

1
 batuan piroklastik (pyroclastic rock) : batuan yang disusun oleh material-
material yang dihasilkan oleh letusan gunung api.
 batuan sedimen (sedimentary rock) : batuan yang terbentuk dari sedimen
hasil rombakan batuan yang telah ada, akumulasi dari material organik
atau hasil penguapan dari larutan. Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses
pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya
terendapkan. Batuan sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa
bagian diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan
batuan sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses
pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi.
Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran
lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa jugamenjadi
batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Batuan
sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari
migrasi. Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa
makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau
batuan penyimpan (reservoir).
 batuan metamorf (metamorphic rock) : batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana
batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi
kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat),
dengan temperatur berkisar antara 200-8000C.Batuan metamorf adalah
batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau
tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya
temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur
yang baru pula.

2
Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya
berbagai proses yang mempengaruhi pembentukan keempat jenis batuan tersebut.
Sepanjang kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan
berubah menjadi jenis batuan yang lain, seperti terlihat dalam siklus batuan pada
(Gambar 1.1)

Gambar 1.1 Siklus Batuan

3
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN BEKU OCEANIC

AGUSTINA

1501056

III

LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GASBUMI
BALIKPAPAN
2017

4
BAB II

BATUAN BEKU OCEANIC

2.1 Teori Dasar

2.1.1. Pengertian Batuan Beku


Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik).
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F
Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat
kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara
1.500o–2.500oC dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada
kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan
yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan
lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile
(non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam
batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran
mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang
dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.

5
Gambar 2.1. Bowen’s Reaction Series

Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui


karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral
batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak
akan lepas dari.

2.1.2. Klasifikasi Batuan Beku


1. Berdasarkan Genetik ( Tempat terjadinya )
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari
batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal
sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik
batuan beku adalah sebagai berikut :

1. Batuan Beku Intrusif


Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut
batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif
mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat
(dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal
yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku
intrusif.

6
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran
yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di
sekitarnya. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan
yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi
dua yaitu konkordan dan diskordan.

2. Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif
ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk
mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut.
2. Berdasarkan Genetik

Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang


mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku
terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan
bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya
terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin). contoh :Granit,
Granodiorit, dan Gabro.
b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa
gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga
batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan
bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik.
Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
c. Batuan beku luar (efusif) ,terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses
pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal.
Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan
Batuapung.

7
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua, yaitu
mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotik, dan
mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.

3. Berdasarkan Komposisi Mineralnya


Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang
membentuk mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan
beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2,
Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase
setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan
pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis
magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman
magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia
batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi
kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku
yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi
kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan
yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai
catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan,
jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan
mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.
Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan
kandungan kimia oksida

8
Contohnya pada tabel berikut ini :
Tabel. 2.1 Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan
kandungan kimia oksida

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT


SiO2 72,08 51,86 48,36 43,54
TiO2 0,37 1,50 1,32 0,81
Al2O3 13,86 16,40 16,84 3,99
Fe2O3 0,86 2,73 2,55 2,51
FeO 1,72 6,97 7,92 9,8
MnO 0,06 0,18 0,18 0,21
MgO 0,52 6,21 8,06 34,02
CaO 1,33 3,40 11,07 3,46
Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56
K2O 0,46 1,33 0,56 0,25
H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76
P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05

Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat


pada tabel di atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan
presentase dari setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida
SiO2 jumlah terbanyak dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun
ke batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan MgO dari batuan granit
(batuan asam) semakin bertambah kandungannya kearah batuan peridotit
(ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan
intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat
terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan didalam besar
butir dari setiap jenis mineral.

9
Tabel 2.2 Pembagian Batuan Intrusi dan Ektrusi

Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi


Granit Riolit
Syenit Trahkit
Diorit Andesit
Tonalit Dasit
Monsonit Latit
Gabro Basal

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu


dalam batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik
(Thorpe & Brown, 1985).

Tabel 2.3 Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika)


Nama Batuan Kandungan Silika
Batuan Asam Lebih besar 66 %
Batuan Menengah 52 – 66 %
Batuan basa 45 – 52 %
Batuan Ultra basa Lebih kecil 15 %

Tabel 2.4 Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik


Nama Batuan Kandungan Silika
Leucocratic 0 – 33 %
Mesocratic 34 – 66 %
Melanocratic 67 – 100 %

10
Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :
A. Batuan Felsik : Dominan felsik mineral, biasanya berwarna
cerah.
B. Batuan Mafik : Dominan mineral mafik, biasanya berwarna
gelap.
C. Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa
aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku,
seperti untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama
perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff.
4. Berdasarkan Mineralogi
Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian
besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu.
Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa,
plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan
untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin.

Gambar 2.2. Klasifikasi berdasarkan komposisi mineral

11
Gambar 2.3. Klasifikasi berdasarkan tekstur
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia.
Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan
keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti
bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik
menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,
tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat
dibagi menjadi:
a) Batuan Dalam
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat
pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.

12
d) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak
dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa keluarga atau kelompok yaitu :

 Keluarga granit –riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali


felsparnya melebihi plagioklas.

 Keluarga granodiorit –qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na


Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K
Felspar
 Keluarga syenit –trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-
Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
 Keluarga monzonit –latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-
Felspar
 Keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-
Felspar melebihi plagioklas
 Keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama
kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
 Keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-
Felspar, plagioklas melimpah
 Keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama
plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar
 Keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral
utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah
ataupun tidak hadir
 Keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),
plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.

13
2.1.3. Tekstur Batuan Beku
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran
butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika
warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,
maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,
dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
1. Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :
~ Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua
berbentuk kristal-kristal.
~ Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi
berupa mineral gelas.
~ Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.

2.Ukuran butir

 Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun


oleh mineral-mineral yang berukuran kasar.

Kristal faneritik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran :

- Halus, apabila ukuran diameter rata – rata kristal individu < 1 mm.
- Sedang, apabila ukuran diameter kristal antara 1 mm – 5 mm.
- Kasar, apabila ukurannya berkisar antara 5 mm – 30 mm.
- Sangat kasar apabila ukurannya > 30 mm.

 Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh


mineral berukuran halus.

14
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk
pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk
terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak
sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:

 Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna


 Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
 Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Berdasarkan Granularitas
ada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi
menjadi beberapa macam yaitu:
a) Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran
kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
 Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya
dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral
(sempurna)
 Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya
berbentuk euhedral dan subhedral.
 Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya
merupakan kristal yang berbentuk anhedral.

b) Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini


dapat dibagi lagi menjadi :
~ Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-
kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
~ Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang
tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.

15
c) Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur
gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.

Sifat Batuan Beku dibagi menjadi 3 antara lain :


1. Asam (Felsik)
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku
asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik.
2. Intermediet
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan
beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir
sama banyak.
3. Basa (Mafik)
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah
batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-
mineral mafik.
4. Ultrabasa (Ultramafik )
Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat
dimana tersusun oleh mineral – mineral mafic seperti olivin.

2.1.4. Komposisi Mineral


Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi
4 yaitu:
a) Kelompok Granit –Riolit Berasal dari magma yang bersifat
asam,terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas,
plaglioklas Na, kadang terdapat hornblende,biotit,muskovit dalam
jumlah yang kecil.
b) Kelompok Diorit – Andesit Berasal dari magma yang bersifat
intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas,
Hornblande, piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.

16
c) Kelompok Gabro – Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa
dan terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan
hornblende.
d) Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain
yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

2.1.5. Struktur Batuan Beku


Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan
menyebabkan perbedaan pada tekstur masing-masing batuan tersebut.
Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama
yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai
struktur batuan beku.
1. Struktur Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif
ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk
mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut.
Struktur ini diantaranya:
 Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
 Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai
lapisan.
 Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
 Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada
lingkungan air.
 Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.

17
 Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular terisi oleh mineral lain seperti
kalsit, kuarsa atau zeolitg. Struktur aliran, yaitu struktur yang
memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat
aliran.
 Autobrecia, stuktur yang terdapat pada lava yang memperlihatkan
fregmen dari lava-lava itu sendiri.
 Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya fregmen batuan
yang masuk atau tertanam kedalam batuan beku, ini terbentuk akibat
peleburan tidak sempurna dari batuan samping didalam magma yang
menerobos.
 Vesikuler merupakan struktur yang ditandai dengan adanya lubang –
lubang gas dengan arah tertentu.
 Skoria seperti vesikuler tetapi tidak menunjukan arah yang teratur.
2. Struktur Batuan Beku Intrusif
Intrusive Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur
tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.
1. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan
disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
 Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan
perlapisan batuan disekitarnya.

18
 Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), akibat
penerobosan tubuh batuan, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman
ribuan meter.

 Lopolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.


Lopolith memiliki diameter mencapai puluhan sampai ratusan
kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
 Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau
antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith
berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
2. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
 Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya
dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari
beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter.

19
 Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat
besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.

 Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi


ukurannya lebih kecil

20
2.1.6. Klasifikasi dan Penamaan Batuan Beku

Batuan beku di alam sangat banyak jenisnya, oleh karena itu untuk
memudahkan batuan beku perlu dikelompokan/diklasifikasikan. Batuan
beku ada yang diklasifikasikan berdasarkan kandungan SiO2, indeks warna,
alumina saturation, silica saturation, dan lain-lain, tetapi terutama
diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan teksturnya. Macam-
macam klasifikasi batuan beku yaitu :

1. Klasifikasi batuan beku secara megaskopis menurut IUGS (1973)

Secara megaskopik batuan beku dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu :

A. Golongan Fanerik
Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa),
berbutir sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm). Golongan fanerik dapat
dibagi atas beberapa jenis batuan, seperti terlihat pada diagram segitiga
Gambar 2.3a, 2.3b, dan 2.3c. Dasar pembagiannya adalah kandungan
mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F), felsfar alkali (A), serta
kandungan mineral plagioklas (P). Cara menentukan nama batuandihitung
dengan menganggap jumlah ketiga mineral utama (Q+A+P atau F+A+P)
adalah 100%.
Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan
muskovit dan biotit = 10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan
P yang dihitung kembali untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut :
Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% – 10% (jumlah
mineral mika) = 90%, maka :
o Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
o Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%
o Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%
Bila diplot pada diagram 7a, hasilnya adalah batuan granitoid.

21
Gambar 2.4.Diagram Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973)
(a)Klasifikasi umum, (b)Batuan ultramafik, gabroik & anortosit,
(c)Batuan ultramafik
I. Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid
Syenitoid; VI. Foid Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit; VIII. Anortosit;
IX. Peridotit; X. Piroksenit; XI. Hornblendit; II-IV. The Qualifier „Foid-
Bearing‟, digunakan bila feldspatoid hadir; IX-XI. Batuan Ultramafik.

B. Golongan Afanitik
Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir
halus (< 1 mm), sehingga batuan beku jenis ini tidak dapat ditentukan
prosentase mineraloginya secara megaskopik. Salah satu cara terbaik
untuk memperkirakan komposisi mineralnya adalah didasarkan atas warna
batuan, karena warna batuan umumnya mencerminkan proporsi mineral
yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang)

22
dan mineral mafik (berwarna gelap). Semakin banyak mineral mafik,
semakin gelap warna batuannya.

Penentuan nama/jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan


bagi batuan yang bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana fenokrisnya
masih dapat terlihat dan dapat dibedakan, sehingga dapat ditentukan jenis
batuannya. Dengan menghitung prosentase mineral yang hadir sebagai
fenokris, serta didasarkan pada warna batuan/mineral, maka dapat
diperkirakan prosentase masing-masing mineral Q/F,A P, maka nama
batuan dapat ditentukan. (Gambar 2.4).

Gambar 2.5. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Afanitik


Q. Kuarsa; A. Alkali Felspar (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan
anortoklas);P. Plagioklas; F. Felspatoid; Mel. Melilit; Ol. Olivin; Px.
Piroksen; M. Mineral mafik.
I. Rhyolitoid; II. Dacitoid; III. Trachytoid; IV. Andesitoid, Basaltoid;V.
Phonolitoid; VI. Tephritoid; VII. Foiditoid; VIII. Ultramafitit

23
2.3 Data dan Hasil Percobaan

LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU


LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. JenisBatuan : Batuan beku oceanic

2. Warna : Hijau tua kehitaman

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Olivin, piroksen
6. NamaBatuan : Batu peridotit
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

24
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Peridotit adalah batuan beku ultra basa plutonik yang terjadi akibat dari
pembekuan magma berkomposisi ultra basa pada kedalaman jauh dibawah
permukaan bumi. Dapat diketahui apabila peridotit adalah batuan plutonik yaitu
dari ukuran kristalnya yang besar-besar. Batu ini berwarna gelap agak kehijauan
karena Olivin sebagai mineral mayoritas yang menyusun batuan ini. Kunci untuk
mengetahui bahwa suatu batuan adalah peridotit yaitu apabila perbandingan
komposisi antara mineral Olivin dan Piroksen pada batuan tersebut adalah sekitar
70% : 30%

25
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. JenisBatuan : Batuan beku oceanic

2. Warna : Abu-abu kecoklatan

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Piroksen, plagioklas
6. NamaBatuan : Batu gabro
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok :III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Ana Nugrahini

26
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batu Gabro adalah salah satu jenis Batuan Beku bersifat basa yang terbentuk dari
proses pembekuan magma secara lambat di dalam permukaan bumi. Batu Gabro
terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung. Karena terbentuk di
dalam bumi, maka ia termasuk Batu Intrusif (Plutonik). Batu Gabro umumnya
berwarna gelap, hitam kehijauan. Struktur batuan ini massive, artinya tidak
terdapat rongga, lubang udara, atau retakan – retakan. Teksturnya fenerik, artinya
kandung mineral batu Gabro dapat dilihat langsung secara kasat mata, dan
mineralnya berukuran besar. Ukuran Mineral yang besar membuktikan bahwa
proses pembekuannya berlangsung secara lambat.

27
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. JenisBatuan : Batuan beku oceanic

2. Warna : Hijau kecoklatan

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Olivin, plagioklas, piroksen
6. NamaBatuan : Batu dunite
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

28
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batu Dunit terbentuk dari magma ultrabasa pada bagian terdalam kerak samudra.
Karena terbentuk di bagian dalam (plutonik), otomatis proses pengkristalannya
sangat lambat dan sempurna meskipun ukuran kristalnya halus. Menurut bowen
reaction series Dunit terbentuk pada suhu >1000°C karena mineral penyusunnya
terdiri dari 90% olivine.

29
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. JenisBatuan : Batuan beku oceanic

2. Warna : Hitam kecoklatan

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Afanitik
5. Komposisi Mineral : Piroksen, plagioklas
6. NamaBatuan : Batu basalt
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

30
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batu Basalt terbentuk di zona pemekaran lantai samudra / mid oceanic ridge. Saat
proses spreading, magma yang bersifat basa di bawah lempeng samudra akan
keluar melalui celah . Karena perbedaan suhu yang ekstrim antara air laut dan
magma itu sendiri, seketika itu magma akan membeku dengan cepat. Bagian luar
dari tubuh magma akan langsung membeku. Sedangkan magma yang masih
terperangkap di dalam tubuh batuan akan mengintrusi naik dan keluar kemudian
membeku diatas tubuh batuan. Sehingga terbentuklah struktur pillow lava/ lava
bantal.

31
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. JenisBatuan : Batuan beku oceanic

2. Warna : Hitam keabu-abuan

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Afanitik
5. Komposisi Mineral : Piroksen
6. NamaBatuan : Batu basalt vesikuler
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

32
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batu Basalt terbentuk di zona pemekaran lantai samudra / mid oceanic ridge. Saat
proses spreading, magma yang bersifat basa di bawah lempeng samudra akan
keluar melalui celah . Karena perbedaan suhu yang ekstrim antara air laut dan
magma itu sendiri, seketika itu magma akan membeku dengan cepat. Bagian luar
dari tubuh magma akan langsung membeku. Sedangkan magma yang masih
terperangkap di dalam tubuh batuan akan mengintrusi naik dan keluar kemudian
membeku diatas tubuh batuan. Sehingga terbentuklah struktur pillow lava/ lava
bantal.

33
2.3 Pembahasan

1. Peridotit
Merupakan jenis batuan beku oceanic. Memiliki warna segar berupa
hijau tua dan warna lapuk berwarna hitam. Memiliki tekstur derajat
kristalinitas berupa holokristalin, granularitas berupa faneritik, bentuk kristal
adalah subhedral, dan memiliki relasi inequigranular. Memiliki komposisi
mineral berupa mineral primer olivine dan piroksen. Memiliki struktur masif
dan petrogenesa berupa plutonik. Batu tersebut dinamakan batu peridotit.

2. Gabro
Batu Gabro adalah salah satu jenis Batuan Beku bersifat basa yang
terbentuk dari proses pembekuan magma secara lambat di dalam permukaan
bumi. Batu Gabro terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung.
Karena terbentuk di dalam bumi, maka ia termasuk Batu Intrusif (Plutonik).
Batu Gabro umumnya berwarna gelap, hitam kehijauan. Struktur batuan ini
massive, artinya tidak terdapat rongga, lubang udara, atau retakan – retakan.
Teksturnya fenerik, artinya kandung mineral batu Gabro dapat dilihat
langsung secara kasat mata, dan mineralnya berukuran besar. Ukuran
Mineral yang besar membuktikan bahwa proses pembekuannya berlangsung
secara lambat.

3. Dunite
Berbeda dari batuan yang lain, sampel memiliki warna kehijauan.
Strukturnya dikatakan masif karena tidak melihat di singkapan. Dengan
menggunakan loupe, diketahui batuan ini memiliki kristal- kristal yang
terbentuk sempurna meskipun sangat halus (1mm). berarti dapat dikatakan
derajat pengkristalannya holokristalin dan granularitasnya fenerik halus.
Bentuk butirnya diasumsikan sempurna (euhedral) karena pembentukannya
pada zona suhu tinggi, pasti pengkristalannya sempurna. Hubungan antar
butirnya equigranular. Warna hijau kehitaman menunjukan batuan ini

34
mengandung sekitar 80- 90 % olivin, dan sisanya piroksen. Dari kandungan
mineral dan teksturnya, jelas bahwa sampel batuan tersebut adalah Dunit.

4. Basalt
Dari Pengamatan megaskopik, diketahui bahwa sampel memiliki
warna hitam pekat. Batuan ini tidak memperlihatkan adanya
pengkristalan. Maka dapat dikatakan derajat pengkristalannya
holohealin, dan teksturnya afanitik. Karena tidak adanya butiran kristal
maka bentuk butirnya anhedral dan hubungan antar butirnya
inequigranular. Warnanya yang hitam pekat dan terdapat kilap seperti
arang di permukaan sampel, maka diketahui komposisi mineralnya
piroksen dan amphibole. Tidak adanya pengkristalan dan mineral yang
bersifat basa meunjukan sampel batuan adalah batuan vulkanik basa.
Menurut klasifikasi Clan William, batu tersebut dinamakan Basalt.

5. Basalt vesikuler
Dari Pengamatan megaskopik, diketahui bahwa sampel memiliki
warna hitam pekat. Batuan ini tidak memperlihatkan adanya
pengkristalan. Maka dapat dikatakan derajat pengkristalannya
holohealin, dan teksturnya afanitik. Karena tidak adanya butiran kristal
maka bentuk butirnya anhedral dan hubungan antar butirnya
inequigranular. Warnanya yang hitam pekat dan terdapat kilap seperti
arang di permukaan sampel, maka diketahui komposisi mineralnya
piroksen dan amphibole. Tidak adanya pengkristalan dan mineral yang
bersifat basa meunjukan sampel batuan adalah batuan vulkanik basa.
Menurut klasifikasi Clan William, batu tersebut dinamakan Basalt.

35
2.4 Kesimpulan

1. Magma yang membentuk batuan beku oceanic adalah magma basaltik


yang memiliki suhu 1000°C-1200°C dibuktikan dari kandungan mineral
yang dominan olivin- amphibole.
2. Batuan beku oceanic cenderung berwarna gelap dan berat karena
kandungan mineralnya.
3. Proses pembekuan yang cepat menyebabkan tekstur yang halus (basalt).
Sedangkan proses pembekuan lambat pada suhu tinggi akan menghasilkan
pengkristalan yang baik (Dunit).

36
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN BEKU CONTINENTAL

AGUSTINA

1501056

III

LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GASBUMI


BALIKPAPAN
2017

37
BAB III

BATUAN BEKU CONTINENTAL

3.1. Teori Dasar


Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat
terdiri atas berbagai jenis batuan tergantung pada komposisi mineralnya.
Magma merupakan cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah,
mempunyai temperatur yang tinggi (900o-1600oC) dan berasal dari bagian
dalam bumi yang disebut selubung bumi (mantel) bagian atas.
Komposisi magma terdiri dari 8 unsur utama yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Mg,
Na, K dan juga mengandung senyawa H2O dan CO2 serta beberapa
komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO. Pada berbagai kondisi temperatur,
magma dapat berdiferensiasi atau mengalami kristalisasi membentuk berbagai
asosiasi mineral berupa berbagai jenis batuan beku. Pada saat magma
mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama
yang mengikuti suatu urutan yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen
(Gambar 3.1).

38
Gambar 3.1 Seri Reaksi Bowen
Pada seri reaksi Bowen terjadi dua deret kristalisasi mineral yaitu reaksi
menerus dan reaksi tidak menerus. Seri reaksi menerus pada plagioklas artinya
kristalisasi plagioklas Ca yang pertama (anortit) menerus bereaksi dengan sisa
larutan selama pendinginan berlangsung, dan berubah komposisinya ke arah
plagioklas Na, disini terjadi substitusi sodium (Na) terhadap kalsium (Ca). Seri
reaksi menerus pada plagioklas merupakan deret larutan padat (solid solution)
yang menerus. Seri reaksi tidak menerus terdiri dari mineral-mineral
feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivin. Hasil
reaksi selanjutnya antara olivin dan sisa larutannya membentuk piroksen. Proses
ini berlanjut hingga terbentuk biotit. Seri reaksi tidak menerus bersifat
incongruent melting.

39
Mineral-mineral yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :
 Mineral felsik : umumnya berwarna cerah, mengandung Mg dan Fe yang
rendah dan silika yang tinggi, misalnya plagioklas, k-felspar, muskovit
dan kuarsa.
 Mineral mafik : umumnya berwarna gelap, mengandung Mg dan Fe yang
tinggi dan silika yang rendah, misalnya olivin, piroksen, hornblenda, dan
biotit.

Ciri-ciri mineral seri bowen dan mineral-mineral pembentuk batuan


beku, yang sering ditemukan pada beberapa jenis batuan di alam secara
megaskopis (pengamatan dengan mata telanjang atau dengan lup) dapat
dilihat pada tabel 2.1

40
Tabel 3.1 Ciri-Ciri Pembentukan Batuan Beku

41
Tabel 3.2 Ciri-Ciri Pembentukan Batuan Beku (lanjutan)

42
3.2.1. Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku

Batuan beku berdasarkan genesa atau tempat terbentuknya dapat


dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :

 Batuan beku intrusi : batuan beku yang membeku di dalam bumi, yang
menghasilkan 2 jenis batuan beku yaitu :
o Batuan hypabisal : batuan beku yang membeku di dalam bumi pada
kedalaman menengah-dangkal sehingga menghasilkan batuan beku
bertekstur sedang atau percampuran antara kasar-halus.
o Batuan plutonik : batuan beku yang membeku jauh di dalam bumi
sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur kasar-sangat kasar.
 Batuan beku ekstrusi : batuan beku yang membeku di permukaan/di
dekat permukaan bumi, yang menghasilkan batuan beku volkanik yang
bertekstur sangat halus-halus.

Bentuk-bentuk batuan beku yang umum dijumpai di alam ditunjukan pada


gambar 3. dan tabel 2.

3.2.2. Pengenalan Batuan Beku

Dalam pengamatan/deskripsi batuan beku, hal-hal yang harus


diperhatikan antara lain : warna batuan, komposisi mineral, tekstur dan
struktur batuan.

3.2.2.1 Warna Batuan

Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral


penyusunnya. Mineral penyusun batuan dipengaruhi oleh komposisi
magma asalnya, sehingga dari warnadapat diketahui jenis magma
pembentuknya, kecuali untuk batuan yang bertekstur gelasan.

 Batuan beku yang berwarna cerah, umumnya adalah batuan beku


asam yang tersusun oleh mineral-mineral felsik

43
 Batuan beku yang berwarna gelap-hitam, umumnya adalah batuan
beku intermedier yang tersusun oleh mineral-mineral felsik dan
mineral mafik hampir sama banyak
 Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, umumnya adalah batuan
beku basa yang tersusun oleh mineral-mineral mafik
 Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik,
umumnya adalah batuan beku ultrabasa yang tersusun oleh hampir
seluruhnya mineral-mineral mafik.
Tabel 3.3. Bentuk Umum Tubuh Batuan Beku Pada Kerak Bumi

44
Gambar 3.3Bentuk Batuan Beku Continental pada Kerak Bumi.

3.2.2.2. Komposisi Mineral

Komposisi mineral mencerminkan informasi tentang magma asal


batuan tersebut dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan
mantel) tempat kejadian magma tersebut. Mineral pembentuk batuan
dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

Mineral utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk dari


kristalisasi magma, yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup
banyak dan menentukan nama/sifat batuan. Contoh : mineral-mineral
Seri Bowen (olivin, piroksen, hornblenda, biotit, plagioklas, k-felspar,
muskovit, kuarsa) dan felspathoid.

Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari


kristalisasi magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%), dan tidak

45
menentukan nama/sifat batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit,
rutil, dll.

Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari


mineral-mineral primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau
metamorfosa. Contoh : klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit, garnet, dll.

3.2.2.3. Tekstur

Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan


hubungan keteraturan mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan
sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Pengamatan tekstur batuan
beku meliputi :

a. Derajat Kristalisasi : Derajat kristalisasi batuan beku tergantung dari


proses pembekuan magma. Pada pembekuan magma yang berlangsung
lambat maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran kasar-sedang,
bila berlangsung cepat akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran halus,
dan bila berlangsung sangat cepat akan terbentuk gelas. Derajat kristalisasi
batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
 Holokristalin : batuan beku terdiri dari kristal seluruhnya
 Hipokristalin : batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan sebagian
gelas
 Holohyalin : batuan beku terdiri dari gelas seluruhnya
b. Granulitas/Besar butir : Granulitas/besar butir batuan beku dapat dibagi
menjadi 3 yaitu :
 Fanerik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa Ukuran
butir/kristal untuk batuan bertekstur fanerik dapat dibagi menjadi 4
yaitu :
o Halus : besar butir < 1 mm
o Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm
o Kasar : besar butir 5 mm – 30 mm
o Sangat kasar : besar butir > 30 mm

46
 Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus, tidak dapat dilihat dengan
mata biasa, hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Jika batuan
bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan masa dasar dipisahkan.
 Gelasan (glassy) : batuan beku semuanya tersusun oleh gelas.
c. Kemas/fabric : Kemas/fabric batuan beku dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
 Equigranular : ukuran besar butir/kristal relatif sama
 Inequigranular : ukuran besar butir/kristal tidak sama

Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi 2 tekstur yaitu :

o Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam


dalam masa dasar (matriks) kristal yang lebih halus.
o Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam
dalam masa dasar (matriks) gelas/amorf.
d. Bentuk Kristal : Bentuk kristal memberikan gambaran mengenai proses
kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan beku. Bentuk kristal dan
tekstur batuan beku berdasarkan kesempurnaan bentuk kristalnya dapat
dilihat pada Tabel 3.3.

3.2.2.4. Struktur Batuan Beku

Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat


terbentuknya batuan beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar
hanya dapat dilihat di lapangan (dimensinya sangat besar), tetapi kadang-
kadang dapat dilihat juga dalam hand specimen.

1. Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada
batuan beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat
berstruktur masif.
2. Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang
berbeda pada saat pembekuan.
3. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat
pendinginan. Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar.

47
Namun pada batuan beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini
kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada yang
berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut,
demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar
umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari lava relatif
encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elip menunjukkan
lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber dan
aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.
4. Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler
berbentuk membulat atau elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti
rumah lebah.
5. Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler
dimana di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.
6. Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur
vesikuler yang telah terisi oleh mineral-mineral asing atau sekunder.
7. Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal
berbentuk prismatik panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.

Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh


setangan (hand specimen) di laboratorium. Sedangkan struktur batuan
beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat menunjukkan hubungan
dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill, volcanic neck, kubah
lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.

48
Tabel 3.4. Bentuk Kristal/Mineral (untuk batuan beku berbutir sedang-kasar)

3.3. Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku di alam sangat banyak jenisnya, oleh karena itu untuk
memudahkan batuan beku perlu dikelompokan/diklasifikasikan. Batuan beku
ada yang diklasifikasikan berdasarkan kandungan SiO2, indeks warna,
alumina saturation, silica saturation, dan lain-lain, tetapi terutama
diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan teksturnya. Macam-
macam klasifikasi batuan beku yaitu :

Klasifikasi batuan beku secara megaskopis menurut IUGS (1973)

Secara megaskopik batuan beku dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu :

C. Golongan Fanerik
Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa),
berbutir sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm). Golongan fanerik dapat
dibagi atas beberapa jenis batuan, seperti terlihat pada diagram segitiga
Gambar 2.3a, 2.3b, dan 2.3c. Dasar pembagiannya adalah kandungan
mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F), felsfar alkali (A), serta
kandungan mineral plagioklas (P). Cara menentukan nama batuandihitung
dengan menganggap jumlah ketiga mineral utama (Q+A+P atau F+A+P)
adalah 100%.
Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan
muskovit dan biotit = 10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan
P yang dihitung kembali untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut :

49
Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% – 10% (jumlah
mineral mika) = 90%, maka :
o Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
o Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%
o Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%
Bila diplot pada diagram 7a, hasilnya adalah batuan granitoid.

Gambar 2.3.Diagram Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973)


(a)Klasifikasi umum, (b)Batuan ultramafik, gabroik & anortosit,
(c)Batuan ultramafik
I. Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid
Syenitoid; VI. Foid Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit; VIII. Anortosit;
IX. Peridotit; X. Piroksenit; XI. Hornblendit; II-IV. The Qualifier „Foid-
Bearing‟, digunakan bila feldspatoid hadir; IX-XI. Batuan Ultramafik.

50
D. Golongan Afanitik
Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir
halus (< 1 mm), sehingga batuan beku jenis ini tidak dapat ditentukan
prosentase mineraloginya secara megaskopik. Salah satu cara terbaik
untuk memperkirakan komposisi mineralnya adalah didasarkan atas warna
batuan, karena warna batuan umumnya mencerminkan proporsi mineral
yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang)
dan mineral mafik (berwarna gelap). Semakin banyak mineral mafik,
semakin gelap warna batuannya.

Penentuan nama/jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan


bagi batuan yang bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana fenokrisnya
masih dapat terlihat dan dapat dibedakan, sehingga dapat ditentukan jenis
batuannya. Dengan menghitung prosentase mineral yang hadir sebagai
fenokris, serta didasarkan pada warna batuan/mineral, maka dapat
diperkirakan prosentase masing-masing mineral Q/F,A P, maka nama
batuan dapat ditentukan. (Gambar 2.4).

51
Gambar 2.4. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Afanitik
Q. Kuarsa; A. Alkali Felspar (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan
anortoklas);P. Plagioklas; F. Felspatoid; Mel. Melilit; Ol. Olivin; Px.
Piroksen; M. Mineral mafik.
I. Rhyolitoid; II. Dacitoid; III. Trachytoid; IV. Andesitoid, Basaltoid;V.
Phonolitoid; VI. Tephritoid; VII. Foiditoid; VIII. Ultramafitit

52
53
3.4 Data dan Hasil Percobaan

LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU


LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. JenisBatuan : Batuan beku continent

2. Warna : Putih keabuan

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Plagioklas, kuarsa, biotit
6. NamaBatuan : Batu granit
7. PetroGenesa : Intrusif continental
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok :III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

54
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Granit terbentuk dari magma yang bersifat asam (dominan KFeldspar dan SiO2)
pada zona dekat dapur magma. Proses kristalisasinya terjadi sangat lambat
sehingga membentuk Kristal yang sempurna. Magma granitik biasanya jauh dari
jalur subduksi atau bisa dikatakan apabila suatu dapur magma semakin jauh
dengan jalur subduksi, magmanya semakin granit. Hipotesanya karena suhu dan
tekanan semakin rendah dibandingkan pada daerah subduksi sehingga viskositas
magma semakin kecil. Maka mineral yang terbentuk cenderung stabil (di suhu
rendah, 700°C).

55
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. JenisBatuan : Batuan beku continent

2. Warna : Merah kecoklatan

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, hornblende
6. NamaBatuan : Batu granit merah
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAspra : Yeni Devita,ST

56
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Granit terbentuk dari magma yang bersifat asam (dominan KFeldspar dan SiO2)
pada zona dekat dapur magma. Proses kristalisasinya terjadi sangat lambat
sehingga membentuk Kristal yang sempurna. Magma granitik biasanya jauh dari
jalur subduksi atau bisa dikatakan apabila suatu dapur magma semakin jauh
dengan jalur subduksi, magmanya semakin granit. Hipotesanya karena suhu dan
tekanan semakin rendah dibandingkan pada daerah subduksi sehingga viskositas
magma semakin kecil. Maka mineral yang terbentuk cenderung stabil (di suhu
rendah, 700°C).

57
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. Jenis Batuan : Batuan beku continent

2. Warna : Abu-abu coklat kehitaman

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Plagioklas, hornblende, biotit
6. Nama Batuan : Batu Andesit
7. PetroGenesa : Continental plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok :III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

58
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batu ini berasal dari lelehan lava gunung api yang meletus. Batu andesit terbentuk
( membeku ) ketika temperature lava yang meleleh turun antara 900 – 1100ºC.
Merupakan jenis batuan beku luar.

59
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. Jenis Batuan : Batuan beku continent

2. Warna : Abu-abu kecoklatan

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Plagioklas, kuarsa, hornblende
6. Nama Batuan : Batu dasit
7. PetroGenesa :
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

60
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batu dasit merupakan batuan beku yang termasuk dalam jenis vulkanik, karena
dasit dalam proses pembekuannya mengalami pendinginan magma yang cepat.
Proses terbentuknyadasit pada suhu sekitar 900º - 1200ºC.

61
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN BEKU


1. Jenis Batuan : Batuan beku continent

2. Warna : Putih keabu-abuan

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Kuarsa, piroksen
6. Nama Batuan : Batu granodiorit
7. PetroGenesa :
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok :III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

62
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Garanodiorit dari pengamatan megaskopis, terlihat warna sampel adalah putih.


Penkristalannya sempurna (holokristalin). 100% permukaan sampel tersusun atas
Kristal , atau dapat disebut faneritik. Bentuk Kristalnya sempurna (euhedral).
Hubungan antar butirnya equigranular. Dari warna, kilap dan uji kekerasan,
diketahui mineral yang dominan adalah plagioklas. Terdapat pula hornblende
yang terlihat berwarna hitam seperti arang. Kwarsa dan biotit juga ada , terlihat
dari perbedaan kilapnya. Dari warna, batuan ini bersifatasam, kemudian ditinjau
dari dominasi mineral plagioklas, disimpulkan bahwa batuan tersebut adalah
Granodiorit (menurut Clan William).

63
3.5 Pembahasan

1. Batu Granit adalah salah satu jenis batuan beku bersifat asam yang
terbentuk dari proses pembekuan magma yang secara lambat di dalam
permukaan bumi. Karena terbentuk di dalam bumi, maka batu grait
merupakan Batu Intrusif (Plutonik). Kata Granit berasal dari bahasa latin
yaitu Granum yang artinya butir padi. Batu Granit umumnya Berwarna
Putih, abu-abu, atau campuran keduanya, terkadang juga berwarna merah
muda atau jingga. Batuan ini kasar, keras, dan kuat, sering terdapat di
pinggir pantai, pinggir sungai, atau di dasar sungai. Batu Granit sering
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
2. Batu Granit adalah salah satu jenis batuan beku bersifat asam yang
terbentuk dari proses pembekuan magma yang secara lambat di dalam
permukaan bumi. Karena terbentuk di dalam bumi, maka batu grait
merupakan Batu Intrusif (Plutonik). Kata Granit berasal dari bahasa latin
yaitu Granum yang artinya butir padi. Batu Granit umumnya Berwarna
Putih, abu-abu, atau campuran keduanya, terkadang juga berwarna merah
muda atau jingga. Batuan ini kasar, keras, dan kuat, sering terdapat di
pinggir pantai, pinggir sungai, atau di dasar sungai. Batu Granit sering
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
3. Batu Andesit adalah salah satu jenis Batuan Beku yang terbentuk dari
proses pembekuan lelehan lava gunung merapi yang meletus. Lelehan
Lava ini akan membeku ketika temperatur lava turun hingga 900 – 1100
derajat celcius. Karena terbentuk di permukaan bumi amak termasuk
batuekstrusif (vulkanik). Batu Andesit biasanya berwarna abu – abu, hijau,
merah atau jingga. Batu Andesit memiliki tekstur dan permukaan halus
namun tidak massive. Artinya baru ini memiliki rongga atau lubang udara.
Batu Andesit sering dimanfaatkan untuk membuat batu nisan, candi, arca
atau hiasan.
4. Batu Dasit adalah salah satu jenis Batuan Beku yang terbentuk karena
pembekuan magma secara cepat. Proses terbentuknya Batu dasir adalah

64
pada suhu 900 – 1200 derajat celcius. Karena terbentuk pada permukaan
bumi maka batu ini termasuk golongan batu Ekstrusif (Vulkanik).
Permukaan dasar batu dasit halus namun permukaan mineralnya kasar.
Dalam pembentukannya batu Dasit sering ditemukan bersama batu
Andesit, dan membentuk aliran lava atau tanggul. Warna batu ini biasanya
putih keabu-abuan.
5. Batuan ini termasuk jenis batuan beku Asam. batuan ini terbentuk secara
plutonik, terbentuk dari hasil pembekuan magma didalam bumi pada
kedalaman yang cukup besar. memiliki derajat pengkristalan holokristalin
dengan pola susunan butir faneritik, bentuk hubungan antara kristal dalam
dua dimensi ialah euhedral, relasi pada batuan beku basa ini relatiif
penyusunnya sama besar atau equigranular. Batuan ini memiliki struktur
yang masif, komposisi mineral yang terkandung didalamnya ada
plagioklas, hornblende, biotit dan kuarsa kemudian warna batuan ini putih,
batuan beku asam ini bernama Granodiorit

65
2.6 Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan diatas maka dapat disimpulkan:
1. Batuan beku bersifat asam ditandai dengan warna cerah dan hadirnya
ortoklas
2. Batuan plutonik ditandai dengan derajat pengkristalan holokristalin,
faneritik , euhedral, dan equigranular
3. Batuan Vulkanik ditandai dengan tekstur gelas, afanitik, amorf dan
equiranular
4. Dari fisik batuan, dapat diintreprestasi petrogenesanya

66
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KLASTIK ( NON KARBONAT )

AGUSTINA

1501056

III

LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GASBUMI


BALIKPAPAN
2017

67
BAB IV

BATUAN SEDIMEN KLASTIK ( NON KARBONAT )

4.1. Teori Dasar

Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis


dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi
ini meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses
pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses
erosi dan transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi
dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel
tersebut.

4.1.2.Proses Pembentukkan Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya


oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-
pengikisan angina angina serta proses litifikasi, diagnesis, dan transportasi,
maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih rendah
letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula
sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karean proses diagnosi
sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.

Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada


sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi
adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang
kompak. Proses diagnesis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan
karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan
bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia
misalnya larutan kapur atau silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di
dalam samudera. Bebrapa zat ini mengendap secara langsung oleh reaksi-

68
reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O). adapula yang diendapkan
dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan maupun hewan.

Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik


mempunyai satu sifat yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan.
Disamping sedimen-sedimen di atas, adapula sejenis batuan sejenis batuan
endapan yang sebagian besar mengandung bahan-bahan tidak larut,
misalnya endapan puing pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai hasil
penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan, penyinaran
matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang demikian disebut eluvium dan
alluvium jika dihanyutkan oleh air, sifat utama dari batuan sedimen adalah
berlapis-lapisdan pada awalnya diendapkan secara mendatar.

4.1.2.1. Transportasi dan Deposisi

a) Transportasi dan deposisi partikel oleh fluida

Pada transportasi oleh partikel fluida, partikel dan fluida akan


bergerak secara bersama-sama. Sifat fisik yang berpengaruh terutama
adalah densitas dan viskositas air lebih besar daripada angina sehingga
air lebih mampu mengangkut partikel yang mengangkut partikel lebih
besar daripada yang dapat diangkut angina. Viskositas adalah
kemampuan fluida untuk mengalir. Jika viskositas rendah maka
kecepatan mengalirnya akan rendah dan sebaliknya. Viskositas yang
kecepatan mengalirnyabesar merupakan viskositas yang tinngi.

b) Transportasi dan deposisi partikeloleh sediment gravity flow

Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh


pengaruh gravitasi, disini material akan bergerak lebih dulu baru
kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa batuan fluida,
partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi
potensial gravitasi menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam

69
sediment gravity flow antara lain adalah debris flow, grain flow dan
arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan
produk yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena
pada gravity flow transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali
akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses
ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan
struktur deformasi.

Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen dan


penamaan batuan sedimen telah ditemukan oleh para ahli, baik
berdasarkan genetic maupun deskrritif. Secara genetic dapat
disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan W.T.Huang,1962)

1. Batuan sediment Klastik

Terbentuknya dari pengendepan kembali denritus atau perencanaan


batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimnen dan
batuan metamorf. Dalam pembentukkan batuan sedimen klastik ini
mengalami diagnesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur
rendah di dalam suatu sediment selama dan sesudah litifikasi.

Tersusun olek klastika-klastika yang terjadi karena proses


pengendapan secara mekanis dan banyak dijumpai allogenic minerals.
Allogenic minerals adalah mineral yang tidak terbentuk pada lingkungan
sedimentasi atau pada saat sedimentasi terjadi. Mineral ini berasal dari
batuan asal yang telah mengalami transportasi dan kemudian terendapkan
pada lingkungan sedimentasi. Pada umumnya berupa mineral yang
mempunyai resistensi tinggi. Contohnya: kuarsa, bioptite, hornblende,
plagioklas dan garnet.

70
Adapun beberapa proses yang terjadi dalam diagnase, yaitu :

 Kompaksi
Kompaksi terjadi jika adanya tekanan akibat penambahan beban.
 Anthigenesis
Mineral baru terbentuk dalam lingkungan diagnetik, sehingga
adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu
sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut:
karbonat, silika, klastika, illite, gypsum dan lain-lain..
 Metasomatisme
Metasomatisme yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai
mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contoh :
dolomitiasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat
atau fosil.

 Rekristalisasi

Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu


larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama
diagnesa atau sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukkan batuan karbonat. Sedimentasi yang terus berlangsung
di bagian atas sehingga volume sedimen yang ada di bagian bawah
semakin kecil dan cairan (fluida) dalam ruang antar butir tertekan
keluar dan migrasi kearah atas berlahan-lahan.

 Larutan (Solution)

Biasanya pada urutan karbonat akibat adanya larutan menyebabkan


terbentuknya rongga-rongga di dalam jika tekanan cukup kuat
menyebabkan terbentuknya struktur iolit.

71
4.1.2.2. Litifikasi dan Diagnesis

Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan


sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi
batupasir. Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen
selama terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai diagnesis. Diagnesis
terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi
selama proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses
metamorfisme.

Proses diagnesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan


proses yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi.

Proses diagnesa sangat berperan dalam menentukan bentuk dan


karakter akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagnesis akan
menyebabkan perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi
adalah perubahan fisik, mineralogi dan kimia.

Secara fisik perubahan yang terjadi adalah terutama perubahan


tekstur, proses kompaksi akan merubah penempatan butiran sedimen
sehingga terjadi kontak antar butirannya. Proses sementasi dapat
menyebabkan ukuran butir kwarsa akan menjadi lebih besar. Perubahan
kimia antara lain terdapat pada proses sementasi, authigenesis,
replacement, inverse, dan solusi. Proses sementasi menentukan
kemampuan erosi dan pengangkatan partikel oleh fluida. Pengangkutan
sedimen oleh fluida dapat berupa bedload atau suspended load. Partikel
yang berukuran lebih besar dari pasir umumnya dapat diangkut secara
bedload dan yang lebih halus akan terangkut oleh partikel secara kontinu
mengalami kontak dengan permukaan, traksi meliputi rolling, sliding,
dan creeping. Sedangkan pada saltasi partikel tidak selalu mengalami
kontak dengan permukaan. Deposisi akan terjadi jika energi yang
mengangkut partkel sudah tidak mampu lagimengangkutnya.

72
Klasifikasi lebih lanjut seperti berikut:
 Berdasarkan proses pengendapannya
 Batuan sedimen klastik
 Batuan sedimen kimiawi
 Batuan sedimen organik
 Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
 Batuan sedimen aerik
 Batuan sedimen aquatik
 Batuan sedimen marin
 Batuan sedimen glastik
 Berdasarkan tempat endapannya
 Batuan sedimen limnik
 Batuan sedimen fluvial
 Batuan sedimen marine
 Batuan sedimen teistrik
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun
batuan tersebut. Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir,
batulanau, batulempung, stalaktit dan stalakmit, moraine

4.1.3. Tekstur Batuan Sedimen

Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut


butir sedimen sepertiukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur
batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses
yang telah dialamin batuan tersebut terutama proses transportasi dan
pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi
lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara umum batuan sedimen
dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik.

Tekstur Klastik

Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.

73
 Fragmen : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir.
 Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
 Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan
setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa
silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.

Besar butir kristal dibedakan menjadi :

 Kasar , memiliki besar butir kristal > 5 mm.


 Sedang, memiliki besar butir kristal 1-5 mm.
 Halus, memiliki besar butir kristal <1 mm.

Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan disebut


mikrokristalin.

a. Besar Butir (Grain Size)


Besar Butir adalah ukuran/diameter butiran, yang merupakan
unsur utama dari batuan sedimen klastik, yang berhubungan
dengan tingkat energi pada saat transportasi dan pengendapan.
Klasifikasi besar butir menggunakan skala Wentworth (Tabel 3.1)
Besar butir ditentukan oleh :
 Jenis pelapukan : pelapukan kimiawi (butiran halus),
pelapukan mekanis (butiran kasar)
 Jenis transportasi
 Waktu/jarak transportasi
 Resistensi

74
Gambar 4.1. Skala Wentworth

b. Pemilahan (sorting)
Pemilahan (sorting) adalah derajat keseragaman besar butir.
Istilah yang dipakai dalam pemilahan adalah terpilah sangat baik,
terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk dan terpilah sangat
buruk (Gambar 4.2).

Gambar 4.2. Pemilahan dan tingkat penamaan keseragaman butir

75
c. Kebundaran (Roundness)
Kebundaran (roundness) adalah tingkat kebundaran atau
ketajaman sudut butir, yang mencerminkan tingkat abrasi selama
transportasi. Kebundaran dipengaruhi oleh komposisi butir, besar
butir, jenis transportasi, jarak transportasi dan resistensi butir.
Istilah yang dipakai dalam kebundaran adalah very angular (sangat
menyudut), angular (menyudut), sub angular (menyudut
tanggung), sub rounded (membundar tanggung), rounded
(membundar) dan well rounded (sangat membundar) (Gambar 4.3).

Gambar 4.3. Tingkat kebundaran butir

d. Kemas (fabric)
Kemas (fabric) adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu
masa dasar atau diantara semennya, sebagai fungsi orientasi butir
dan packing. Kemas secara umum dapat memberikan gambaran
tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan
permeabilitas batuan. Istilah yang dipakai adalah kemas terbuka
(bila butiran tidak saling bersentuhan) dan kemas tertutup (bila
butiran saling bersentuhan). Jenis-jenis kontak antar butir (Gambar
4.4) :

76
Gambar 4.4. Jenis-jenis kontak antar butir

e. Porositas
Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan
volume total batuan (dinyatakan dalam persen). Porositas dapat
diuji dengan meneteskan cairan (air) ke dalam batuan. Istilah yang
dipakai adalah porositas baik (batuan menyerap air), porositas
sedang (di antara baik-buruk), dan porositas buruk (batuan tidak
menyerap air). Jenis-jenis porositas : intergranular, microporosity,
dissolution dan fracture (Gambar 3.5).

Gambar 4.5. Jenis-jenis porositas

77
4.1.4. Struktur Batuan Sedimen

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal


batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi
pembentuknya. Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan
maupun segera setelah proses pengendapan.

(Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981)

Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :

 Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan


sedimen, disebut juga sebagai struktur primer.
 Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti
kekar, sesar, dan lipatan.

Struktur Sedimen Pengendapan (Depositional Sedimentary Strucures)

Adalah struktur sedimen yang terjadi pada saat pengendapan batuan


sedimen. Contoh

 Perlapisan/Laminasi
Perlapisan adalah bidang kesamaan waktu yang dapat ditunjukan oleh
perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunnya. Disebut
perlapisan bila tebalnya >1 cm dan laminasi bila tebalnya <1 cm. Macam-
macam perlapisan/laminasi :
o Perlapisan/laminasi sejajar (Paralel Bedding/Lamination) : bentuk
lapisan/ laminasi batuan yang tersusun secara horisontal dan saling
sejajar satu dengan yang lainnya.
o Perlapisan/laminasi silang siur (Cross Bedding/Lamination) :
bentuk lapisan/ laminasi yang terpotong pada bagian atasnya oleh
lapisan/laminasi berikutnya dengan sudut yang berlainan dalam
satu satuan perlapisan.

78
o Perlapisan bersusun (Gradded Bedding) : perlapisan batuan yang
dibentuk oleh gradasi butir yang makin halus ke arah atas (normal
graded bedding) atau gradasi butir yang makin kasar ke arah atas
(reverse graded bedding). Normal graded bedding dapat dipakai
untuk menentukan top atau bottom lapisan batuan.
 Gelembur gelombang (current ripple) : bentuk permukaan perlapisan
bergelombang karena adanya arus sedimentasi.
 Mud crack : bentuk retakan poligonal pada permukaan lapisan lumpur
(mud).
 Rain mark : kenampakan pada permukaan sedimen karena tetesan air
hujan.

79
Tabel 4.1.Macam-Macam Struktur Primer Batuan Sedimen.

80
Struktur Sedimen Erosional (Erosional Sedimentary Strucures)

Adalah struktur sedimen yang terjadi akibat proses erosi pada saat
pengendapan batuan sedimen :

 Flute cast : struktur sedimen berbentuk seruling dan terdapat pada


dasar suatu lapisan, dapat dipakai untuk menentukan arus purba.
 Groove Marks, Gutter Cast, Impack Marks, Channels and Scours,
dll

Struktur Sedimen Pasca Pengendapan (Post-Depositional Sedimentary


Strucures)

Adalah struktur sedimen yang terjadi setelah pengendapan batuan sedimen:

 Load cast : struktur sedimen terbentuk pada permukaan lapisan akibat


pengaruh beban sedimen di atasnya.
 Convolute Bedding: bentuk liukan pada batuan sedimen akibat proses
deformasi.
 Sandstone dike : lapisan pasir yang terinjeksikan pada lapisan sedimen di
atasnya akibat proses deformasi.
 Contoh lain : Ball-and-Pillow Structures, Dish-and-Pillar Structure,
Stylolites, dll.

81
Struktur Sedimen Biogenik (Biogenic Sedimentary Strucures)

Adalah struktur sedimen yang terjadi akibat proses biogenik/organisme :

 Fosil Jejak (Trace Fossils) :


o Tracks (jejak berupa tapak organisme)
o Trails (jejak berupa seretan bagian tubuh organisme)
o Burrows (lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme)
o Mold : cetakan bagian tubuh organisme
o Cast : cetakan dari mold
o Resting, Crawling and Grazing Traces Dwelling, Feeding and
Escape Burrows
 Boring : lubang akibat aktivitas pengeboran organisme pada lapisan
batuan (batuan relatif lebih keras dibandingkan pada burrows).
 Contoh lain : Current Ripples, Dunes, Cross-Stratification, Antidunes and
Antidune Bedding, Wave formed Ripples and Cross-Lamination,
Hummocky Cross-Stratification, Wind-Ripples, Dunes, Draas and Aeolian
Cross-Bedding, dll.

Gambar 4.6. Cross bedding : a. tabular set, b. wedge set, c. trough set, d. hummocky cross bedding.

82
Gambar 4.7. Ripple structures : a. linguoid curret ripples, b. transverse curret ripples, c. oscilation
(wave) ripples, d. ripple-drift bed.

Gambar 4.8. Casts pada bagian bawah lapisan : a. pointed flute casts, b. bulbous flute casts, c.
groove casts, d. penampang flute mark, e. penampang impact mark.

83
Gambar 4.9. Hubungan trace fosil terhadap fasies sedimen dan zona kedalaman di
lautan.

Struktur sedimen dapat digunakan untuk menentukan top dan bottom suatu
lapisan sedimen, arah arus purba dan menginterpretasikan lingkungan
pengendapan (Gambar 4.10.)

84
Gambar 4.10. Struktur sedimen yang digunakan untuk penentuan top dan bottom.

4.1.5. Komposisi Batuan Sedimen Klastik

Batuan sediment berdasarkan komposisinya dapat dibedakan menjadi


beberapa kelompok, yaitu :

 Batuan sediment detritus/klastik

Dapat dibedakan menjadi :

 Detritus halus : batulempung, batulanau.


 Detritus sedang : batupasir (greywock, feldspathic)
 Detritus kasar : breksi dan konglomerat.

Komposisi batuan ini pada umumnya adalah kwarsa, feldspar,


mika,mineral lempung,dsb.

85
 Batuan sedimen evaporit

Batuan sedimen ini terbentuk dari proses evaporasi. Contoh batuannya


adalah gips, anhydrite, batu garam.

 Batuan sedimen batubara

Batuan ini terbentuk dari material organic yang berasal dari tumbuhan.
Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Contohnya lignit,
bituminous coal, anthracite.

 Batuan sedimen silica

Batuan sedimen silica ini terbentukoleh proses organic dan kimiawi.


Contohnya adalah rijang (chert), radiolarian dan tanah diatomae.

 Batuan sedimen karbonat

Batuan ini terbentuk baik oleh proses mekanis, kimiawi, organic.


Contoh batuan karbonat adalah framestone, boundstone, packstone,
wackstone dan sebagainya.

4.1.6. Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik berdasarkan ukuran besar butirnya dapat dibagi
menjadi 2 yaitu

 Batuan sedimen detritus (klastik) halus, terdiri dari batulempung,


batulanau dan serpih.
 Batuan sedimen detritus (klastik) kasar, terdiri dari batupasir,
konglomerat dan breksi.

86
Batupasir
 Tekstur batupasir : ukuran butiran (pasir 0.125 – 2.00 mm), bentuk
butiran (menyudut, membundar, dll.), sorting, kemas butiran (mencakup
orientasi, grain packing, grain contact, hubungan butiran dan matriks),
textural maturity, porositas, permeabilitas, struktur sedimen.
 Textural maturity :
o Texturally immature sediment : matriks dominan, sortasi buruk, butiran
menyudut.
o Texturally mature sediment : matriks sedikit,, sortasi sedang-baik,
butiran membundar tanggung-membundar.
 Komposisi : butiran (fragmen batuan/litik, kuarsa, felspar, dan mineral-
mineral lainnya), matrik dan semen.
 Klasifikasi batupasir
Parameter : butiran (stabil dan tak stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik
matriks lempung (hasil rombakan atau alterasi batuan)
batupasir arenite : bila kehadiran matriks lempung <15%
batupasir wacke : bila kehadiran matriks lempung >15%

Konglomerat dan Breksi


Kenampakan yang penting untuk mendiskripsi batuan ini adalah jenis
klastik yang hadir dan tekstur batuan tersebut. Berdasarkan asal-usul
klastik penyusun konglomerat dan breksi :

 Klastik intraformasi, berasal dari dalam cekungan pengendapan, banyak


fragmen mudrock atau batugamping mikritik yang dilepaskan oleh erosi
atau pengawetan sepanjang garis pantai.
 Klastik ekstraformasi, berasal dari luar cekungan pengendapan dan
lebih tua dari pada sedimen yang melingkupi cekungan tsb.

Jenis konglomerat berdasarkan macam klastik :

 Konglomerat polimiktik : terdiri dari bermacam-macam jenis klastik


yang berbeda.
 Konglomerat monomitik/oligomiktik : terdiri dari satu jenis klastik.

87
Konglomerat berdasarkan litologi fragmen (clast) dan jenis kemas (fabric
support) dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu (Gambar 4.11) : igneous-
clast conglomerates, sedimentary-clast conglomerates, metamorphic-clast
conglomerates dan polymict conglomerates.

Gambar 4.11. Klasifikasi konglomerat (Boggs, 1992).

Untuk interpretasi mekanisme pengendapan konglomerat harus


dideskripsikan teksturnya (apakah teksturnya clast-supported
conglomerates atau matrix-supported conglomerates), bentuk, ukuran dan
orientasi fragmen batuan, ketebalan dan geometri lapisan dan struktur
sedimen.

Konglomerat dan breksi terutama diendapkan pada lingkungan glasial,


alivial fan dan braided stream. Konglomerat yang re-sedimen diendapkan
dalam lingkungan deep water biasanya berasosiasi dengan turbidit.

Mudrock
Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun
terutama oleh partikel berukuran lanau-lempung, mineral lain mungkin
juga hadir. Mudrock diendapkan terutama dalam lingkungan river

88
floodplain, lake, low energy shoreline, delta, outer marine shelf dan deep
ocean basin. Untuk klasifikasi batuan sedimen klastik selain mengunakan
klasifikasi besar butir menurut Wentworth, juga dapat menggunakan
klasifikasi berdasarkan komposisi atau besar butir dari penyusun batuan
sedimen yang sudah ditentukan lebih dahulu.

Gambar 4.12. Klasifikasi batuan sedimen klastik berbutir halus (Picard, 1971).

89
90
4.2. Data dan Hasil Deskripsi

LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN


LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Batuan sedimen klastik
2. Warna Segar : Abu-abu
Lapuk : Coklat
3. Tekstur
 UkuranButir : Bongkah
 BentukButir : Menyudut
 Kemas : Terbuka
 Sortasi : Buruk
 Sementasi : Silika
 Fragmen :
 Matrix :
4. Struktur : Masif
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Batu Breksi
7. PetroGenesa : Terestrial
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak :Yeni Devita,ST

91
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Batu breksi adalah batuan sedimen klastik yang memiliki ukuran butir yang paling
kasar dari skala wenworth yaitu >256 mm. Terbentuk didaerah terrestrial atau
paling dekat dengan gunung api sebagai sumber material sedimen.

92
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Batuan sedimen klastik
2. Warna Segar : Abu-abu
Lapuk : Abu-abu
3. Tekstur
 UkuranButir : Lanau
 BentukButir : Membundar
 Kemas : Tertutup
 Sortasi : Baik
 Sementasi : Silika
 Fragmen :
 Matrix :
4. Struktur : Masif
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Lanau
7. PetroGenesa : Transisi
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak :Yeni Devita,ST

93
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Batu lanau terbentuk didaerah transisi oleh karena itu ukuran butirnya cukup halus
karena sudah lumayan jauh tertransportasi dari gunung api sebagai sumber
material sedimennya.

94
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Batuan sedimen klastik
2. Warna Segar : Abu-abu
Lapuk : Coklat
3. Tekstur
 UkuranButir : Pasir sedang
 BentukButir : Membundar
 Kemas : Terbuka
 Sortasi : Buruk
 Sementasi : Silika
 Fragmen :
 Matrix :
4. Struktur : Masif
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Batupasir sedang
7. PetroGenesa : Terestrial
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak :Yeni Devita,ST

95
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Batu pasir sedang terbentuk didaerah terrestrial. Batu pasir sedang tertransportasi
cukup jauh dari sumber material sedimennya. Oleh sebab itu ukuran butirnya
cukup halus.

96
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Batu sedimen klastik
2. Warna Segar : Hitam
Lapuk : Coklat
3. Tekstur
 UkuranButir : Lempung
 BentukButir : Sangat membundar
 Kemas : Tertutup
 Sortasi : Baik
 Sementasi : Silikaan
 Fragmen :
 Matrix : Mineral lempung
4. Struktur : Masif
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Lempung
7. PetroGenesa : Transisi laut
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak :Yeni Devita,ST

97
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Batu lempung terbentuk didaerah transisi laut sehingga memiliki ukuran butir
yang halus karena sudah jauh tertransportasi oleh agen transportasi, dapat berupa
air, angin, dan es.

98
4.3 Pembahasan

1. Batu ini memiliki warna segar putih, warna lapuk kecoklatan. Termasuk
jenis batuan sedimen klastik. Memiliki tekstur diameter butiran pasir
kasar, derajat pembundaran membundar, derajat pemilahan sortasi buruk,
dan memiliki kemas terbuka. Selain itu memiliki komposisi mineral semen
berupa silica. Mempunyai struktur masif, dan terbentuk di daerah transisi.
Nama batuan tersebut adalah batu pasir kasar.
2. Batu ini memiliki warna segar abu-abu, dan warna lapuk coklat. Termasuk
jenis batuan sedimen klastik. Memiliki tekstur diameter butiran bongkah,
derajat pembundaran menyudut, derajat pemilahan buruk dan kemas
terbuka. Selain itu memiliki komposisi mineral semen berupa silica,
berstruktur masif dan terbentuk didaerah terrestrial. Nama batuan tersebut
adalah batu breksi.
3. Batu ini memiliki warna segar abu-abu, warna lapuk abu kecoklatan.
Termasuk jenis batuan sedimen klastik. Memiliki struktur diameter butiran
berupa lanau, derajat pembundaran berupa membundar, derajat pemilahan
sortasi baik, dan memiliki kemas tertutup. Memiliki komposisi mineral
semen berupa silica, mempunyai struktur masif dan terbentuk didaerah
transisi. Nama batuan tersebut adalah lanau.
4. Batuan ini memiliki warna segar abu-abu, warna lapuk berwarna coklat.
Termasuk jenis batuan sedimen klastik. Memiliki tekstur diameter butiran
berupa pasir sedang, derajat pembundaran berupa membundar, derajat
pemilahan berupa sortasi buruk, dan memiliki kemas terbuka. Memiliki
komposisi mineral berupa semen silica dan mempunyai struktur masif.
Terbentuk didaerah terrestrial. Nama batuan tersebut adalah batu pasir
sedang.
5. Batu ini memiliki warna segar hitam, dan warna lapuk berwarna coklat.
Termasuk jenis batuan sedimen klastik. Memiliki tekstur diameter butiran
berupa lempung, derajat pembundaran sangat membundar, derajat
pemilahan berupa sortasi baik, dan mempunyai kemas tertutup. Memiliki
komposisi mineral matriks berupa mineral lempung, dan semen berupa

99
silikaan. Memiliki struktur masif dan terbentu didaerah transisi laut. Nama
batuan tersebut adalah lempung.

100
4.4 Kesimpulan

1. Pembentukan Batuan Sedimen Klastik sangat bergantung pada kondisi arus


pengangkut/ agen transportasi.

2. Lingkungan pengendapan dapat diinterpretasi dari ukuran butir, sementasi,


dan struktur.

3. Penamaan batuan sedimen klastik didasarkan pada ukuran butir skala


wentworth.

4. Semakin jauh dari batuan asal , material sedimen semakin halus.

101
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT

AGUSTINA

1501056

III

LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GASBUMI


BALIKPAPAN
2017

102
BAB V
BATUAN SEDIMEN KARBONAT

5.1. Dasar Teori


5.1.2. Batuan Sediment Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang fraksi karbonatnya (aragonit,


kalsit, dolomit, magnesit, ankerit dan siderit) lebih besar dari fraksi non karbonat
(Pettijohn, 1975). Batuan karbonat terbentuk oleh proses sedimentasi organik,
sedimentasi mekanis, sedimentasi kimiawi atau kombinasi dari proses-proses
tersebut. Batuan karbonat yang terbentuk oleh proses sedimentasi organik
(kumpulan cangkang moluska, alga, foraminifera, coral, dll) akan menghasilkan
batugamping terumbu; oleh proses sedimentasi mekanis (hasil rombakan batuan
karbonat yang terbentuk lebih dahulu) akan menghasilkan batugamping klastik
atau kalkarenit; oleh proses sedimentasi kimiawi (dolomitisasi) akan
menghasilkan batugamping yang kaya dolomit (dolostone); oleh proses
sedimentasi organik dan mekanis akan menghasilkan batugamping bioklastik;
oleh proses sedimentasi organik dan kimiawi akan menghasilkan batugamping
oolit; oleh proses sedimentasi mekanis dan kimiawi akan
menghasilkanbatugamping kristalin.

Dua jenis batuan karbonat yang utama adalah batugamping (limestone)


dan dolomite (dolostone). Suatu batuan karbonat disebut batugamping (limestone)
bila tersusun oleh kalsit ≥90% dan disebut dolomite (dolostone) bila tersusun oleh
dolomit ≥90% (Boggs, 1987).

Batuan karbonat terutama terbentuk di lingkungan laut dangkal (supratidal


– ubtidal) seperti batugamping terumbu. Selain itu, dapat juga terbentuk di laut
dalam sebagai endapan pelagik atau turbidit seperti chalk dan cherty limestone,
dan terbentuk di danau dan pada tanah (soil) seperti caliche (vadose pisoid)
(Tucker, 1982).

103
Batuan karbonat dipelajari secara tersendiri karena : terbentuk pada
cekungan dimana dia diendapkan (intrabasinal), tergantung pada aktivitas
organisme, mudah berubaholeh proses diagenesa akhir, hampir ±50% menyusun
endapan-endapan laut, mewakili seluruh zaman geologi dari Proterozoic sampai
Cenozoic, proses pembentukannya tidak sama dengan proses pembentukan batuan
sedimen klastik, tekstur dan komposisi mineral karbonat tidak menunjukan
provenance batuan asal, dan batuan karbonatberasal dari subtidal carbonate
factory (middle-outer shelf).

5.1.3. Komposisi dan Komponen Batuan Karbonat

Komposisi kimia/mineral batuan karbonat :

 Aragonit CaCO3 (ortorombik) : hasil presipitasi langsung dari air


laut secara kimiawi atau berasal dari proses biogenic (ganggang
hijau), bentuk serabut, dan tidak stabil.
 Kalsit CaCO3 (heksagonal) : mineral lebih stabil, berbentuk hablur
yaang baik/spar, kalsit bila diberi alizarin red menjadi merah
o High-Mg Calcite : kandungan MgCO3 ≥4%, terbentuk pada
daerah yang hangat
o Low-Mg Calcite : kandungan MgCO3 <4%, terbentuk pada
daerah yang dingin
 Dolomit CaMg(CO3)2 (heksagonal) : berbentuk belah ketupat,
tidak bereaksi dengan alizarin red, kebanyakan hasil dolomitisasi
dari kalsit
 Magnesit MgCO3 (heksagonal): biasanya berasosiasi dengan
evaporit
 Siderit FeCO3 (heksagonal)
 nkerite Ca(Fe,Mg)(CO3)2 (heksagonal)

Komponen pembentuk batuan karbonat :

1. Butiran karbonat (carbonate grain) (Gambar 29 & 30):

104
 Butiran skeletal : fragmen bagian yang keras dari organisme yang
kalkareous dan cangkang yang tidak pecah seperti moluska, echinoid,
ostrakoda, coral, algae, foraminifera, brachiopoda, dll.
 Ooid : butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elipsoid, berukuran 0,2-
0,5 mm yang mempunyai 1 atau lebih struktur lamina yang konsentris
(dari aragonit atau kalsit) dan mengelilingi inti partikel (fragmen
cangkang, pelet atau kuarsa). Ooid terbentuk karena agitasi (pengayakan)
pada lingkungan laut dangkal (<15 m), arus dasar yang kuat, salinitas
tinggi dan jenuh kalsium bikarbonat.
 Pisoid : butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elipsoid, yang
mempunyai struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti partikel
(fragmen cangkang, pelet atau kuarsa) seperti ooid, tetapi berukuran >2
mm bahkan beberapa puluh mm.
 Peloid/pellet : butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau
runcing, tersusun oleh micrite tetapi tidak punya struktur dalam, berukuran
<0,1-0,5 (lanau-pasir halus). Peloid berasal dari : sekresi organisme
terutama organisme pemakan lumpur karbonat (deposit feeder) seperti
gastropoda atau crustacea, yang disebut faecal pellet; hasil disintegrasi dari
ooid atau fragmen cangkang yang bundar oleh organisme pembor terutama
endolithic (boring) algae; dan dari proses abrasi intraclast sehingga bagian
pinggirnya menjadi tumpul dan cenderung berbentuk bulat. Pellet
cenderung berukuran kecil dan seragam, berbentuk teratur (oval-bundar)
dan kandungan bahan organiknya tinggi. Pellet banyak dijumpai di
lingkungan lagoon atau tidal flat (daerah berenergi rendah dan relatif
tenang).
 Agregat (lump/grapestone) : kumpulan dari beberapa macam butiran
karbonat yang tersemen bersama-sama selama sedimentasi (Tucker, 1982).
Semennya bisa berupa semen mikrokristalin kalsit/aragonit atau semen zat
organik. Agregat terbentuk pada lingkungan laut dangkal dimana energi
arus dan gelombang relatif rendah.
 Litoklas : butiran karbonat yang berupa fragmen batuan karbonat

105
o Intraklas : fragmen batuan karbonat yang terbentuk lebih awal dan
berasal dari cekungan yang sama (pada seafloor, tidal flat atau
beach rock)
o Ekstraklas : fragmen batuan karbonat dari umur yang berbeda atau
berasal dari cekungan yang berbeda
2. Matrik berupa microcrystalline calcite/micrite atau lumpur karbonat/lime
mud : agregat (kumpulan) kalsit/aragonit yang berukuran <4 um (sangat
halus/lempung). Semen (sparry calcite/sparite) : kristal-kristal kalsit
granular yang terekristalisasi
3. dalam rongga-rongga pada endapan karbonat atau batugamping, terutama
dalam rongga-rongga antar butir dan dalam rongga fosil.

Gambar 5.1. Komponen butiran skeletal

106
Gambar 5.2. Komponen butiran non-skeletal

5.2. Klasifikasi Batuan Karbonat

Klasifikasi batuan karbonat ada bermacam-macam, diantaranya :

Klasifikasi Grabau (1904)

Grabau mengklasifikasikan batugamping berdasarkan ukuran butir menjadi 5


yaitu :

 Calcirudite : batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir (>2
mm).
 Calcarenite : batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16 -
2 mm).
 Calcilutite : batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir
(<1/16 mm).
 Calcipulverite : batugamping hasil presipitasi kimiawi seperti
batugamping kristalin.
 Batugamping organik : batugamping hasil pertumbuhan organisme secara
insitu seperti batugamping terumbu dan stromatolite.

107
Klasifikasi Folk (1962)

Berdasarkan perbandingan relatif antara allochem, micrite dan sparite serta


jenis allochem yang dominan, Folk mengklasifikasikan batugamping menjadi 4
yaitu: batugamping tipe I allochemical rocks dengan sparry calcite cement,
batugamping tipe II allochemical rocks dengan microcrystalline calcite matrix
(allochemical >10%), batugamping tipe III orthochemical rocks (allochemical
≤10%), dan batugamping tipe IV autochthonous reef rocks. Batas ukuran butir
yang digunakan Folk untuk membedakan antara allochem dan micrite adalah 4
micron (lempung).

Klasifikasi Dunham (1962)

Dunham mengklasifikasikan batugamping berdasarkan tekstur


pengendapan (yaitu derajat perubahan tekstur pengendapan, komponen asli terikat
atau tidak terikat selamaproses pengendapan, tingkat kelimpahan antara butiran
dan lumpur karbonat) menjadi 5 yaitu : mudstone, wackestone, packstone,
grainstone dan boundstone, sedangkan batugamping yang tidak menunjukan
tekstur pengendapan disebut crystalline carbonate.

Batas ukuran butir yang digunakan Dunham untuk membedakan antara


butiran dan lumpur karbonat adalah 20 micron (lanau kasar). Klasifikasi
batugamping yang didasarkan pada tekstur pengendapan dapat dihubungkan
dengan fasies terumbu dan tingkat energi yang bekerja sehingga dapat untuk
menginterpretasikan lingkungan pengendapan.

Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

Embry & Klovan mengklasifikasikan batugamping berdasarkan tekstur


pengendapan dan merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham yaitu
dengan menambahkan kolom khusus pada kolom boundstone, menghapuskan
kolom crystalline carbonate dan membedakan prosentase butiran yang
berdiameter ≤2 mm dari butiran yang berdiameter >2 mm, ukuran butir ≥0,03-2
mm dan ukuran lumpur karbonat <0,03 mm. Embry & Klovan mengklasifikasikan

108
batugamping menjadi 2 kelompok yaitu batugamping autochthon dan
batugamping allochthon.

Batugamping autochthon adalah batugamping yang komponen


penyusunnya berasal dari organisme yang saling mengikat selama
pengendapannya. Batugamping ini dibagi menjadi 3 yaitu bafflestone (tersusun
oleh biota berbentuk bercabang), bindstone (tersusun oleh biota berbentuk
mengerak atau lempengan) dan framestone (tersusun oleh biota berbentuk kubah).

Batugamping allochthon adalah batugamping yang komponen


penyusunnya berasal dari fragmentasi mekanik, kemudian tertransport dan
diendapkan kembali sebagai partikel padat. Batugamping ini dibagi menjadi 6
yaitu : mudstone, wackestone, packstone, grainstone, floatstone dan rudstone.
Klasifikasi Embry & Klovan sangat baik untuk mempelajari fasies terumbu dan
tingkat energi pengendapan.

Porositas

Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan volume total


batuan (dinyatakan dalam persen). Porositas dapat diuji dengan meneteskan cairan
(air) ke dalam batuan. Istilah yang dipakai adalah porositas baik (batuan menyerap
air),porositas sedang (diantara baik-buruk), dan porositas buruk (batuan tidak
menyerap air).

Macam-macam porositas berdasarkan waktu terbentuknya :

 Porositas Primer : terbentuk pada saat diendapkan-diagenesis awal, contoh


interkristalin, intrakristalin, intergranular, intagranular
 Porositas Sekunder : terbentuk selama diagenesis lanjut mesogenesis-
telogenesis, contoh porositas yang terbentuk akibat retakan/fracturing,
pengkerutan/shrinkage, dan pelarutan (butiran, semen, matriks)

Choquete and Pray (1970) mengklasifikasikan porositas batuan karbonat


berdasarkan tiga kelompok yaitu tipe fabric selective, tipe not fabric selective dan
tipe fabric selective or not

109
Gambar 5.3. Klasifikasi batugamping menurut Folk (1962)

110
Gambar 5.3. Klasifikasi batugamping menurut Dunham (1962)

Gambar 5.4. Klasifikasi batugamping menurut Embry & Klovan (1971)

111
Gambar 5.5. Tipe-tipe porositas (Choquete and Pray, 1970)

112
Tabel 5.1. Tabel deskripsi batuan karbonat

5.2.1 Batuan Sedimen Evaporit

Batuan sedimen ini terbentuk oleh proses sedimentasi kimiawi. Batuan ini
terbentuk pada suatu lingkungan danau atau laut yang tertutup dan dengan tingkat
penguapan yang tinggi sehingga terbentuk endapan dari larutan garam yang
menguap tersebut. Batuan sedimen evaporit terdiri dari :

 Gypsum : garam CaSO4xH2O


 Anhidrit : garam CaSO4
 Halit (batugaram) : garam NaCl

113
5.2.2 Batuan Sedimen Organik (Batubara)

Batuan sedimen ini terbentuk oleh proses sedimentasi organik, yang


terbentuk dari hasil akumulasi tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan yang hidup
di rawa-rawa ini, bila mati terakumulasi dan dengan cepat tertimbun oleh lapisan
sedimen yang tebal sehingga tidak memungkinkan terjadi pelapukan dan
kemudian mengalami pembatubaraan, akan membentuk batubara. Berbagai proses
mikrobiologi, fisika, dan kimia yang terjadi selama proses pembatubaraan,
berkontribusi terhadap rangking/jenis-jenis batubara.

Batubara dapat dibedakan jenisnya berdasarkan kematangannya dan


variasi komposisi carbon sebagai debu kering bebas, volatile, nilai kalori dan
vitrinite reflectane di dalam minyak yaitu (tabel 11) :

Tabel 5.2. Rangking Batubara

5.2.3. Batuan Sedimen Silika

Batuan sedimen ini terbentuk oleh gabungan proses organik dan proses
kimiawi untuk penyempurnaan pembentukan batuan. Batuan sedimen silika yang
umumnya diendapkan pada lingkungan laut dalam, terdiri dari flint, rijang,
fosforit, radiolarit dan tanah diatomea).

114
5.3 Data dan Hasil Deskripsi

LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN


LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Batuan Sedimen non klastik
2. Warna Segar : Hitam
Lapuk : Hitam
3. Tekstur
 UkuranButir :
 BentukButir :
 Kemas :
 Sortasi :
 Sementasi : Clate
 Fragmen : Maceral
 Matrix :
4. Struktur :
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Batubara
7. PetroGenesa : Rawa
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

115
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Batubara merupakan material organik yang tertimbun dan termatangkan pada
lapisan impemeable. Termatangkan karena aktivitas bakteri anaerob, preasure dan
temperature. Batubara terbentuk pada lingkungan yang kaya material organik
seperti di rawa dan flood plain. Diatas lapisan batubara terdapat pasti terdapat
lempung untuk menjamin kematangan batubara.

116
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Sedimen non klastik
2. Warna Segar : Kemerahan
Lapuk : Coklat
3. Tekstur
 UkuranButir :
 BentukButir :
 Kemas :
 Sortasi :
 Sementasi : Silika
 Fragmen :
 Matrix :
4. Struktur : Masif
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Batu rijang
7. PetroGenesa : Depth sea floor
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita

117
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Kebanyakan perlapisan batu rijang tersusun atas organism penghasil silica seperti
diatom radiolaria. Endapan tersebut dihasilkan oleh hasil pemadatan rekristalisasi
dari lumpur silica organic yang terakumulasi pada dasar lautan yang dalam.
Lumpur tersebut bersama-sama berkumpul dibawah zona-zona planktonik diatom
radiolaria pada saat diatas permukaan hidup pada suhu yang hangat terendapkan
secara perlahan dilaut dalam yang kemudian mengalami akumulasi yang masih
saling lepas.

118
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Batuan sedimen non klastik
2. Warna Segar : Putih
Lapuk : Kecoklatan
3. Tekstur
 UkuranButir :
 BentukButir :
 Kemas :
 Sortasi :
 Sementasi : Semen karbonat
 Fragmen :
 Matrix : Kristalin
4. Struktur :
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Batu gamping kristalin
7. PetroGenesa : Calate comp depth
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

119
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Batu gamping kristalin adalah batuan sedimen non klastik yang memiliki semen
karbonat dan tersusun atas Kristal-kristal. Terbentuk pada zona ccd. Ukuran
butirnya halus karena tersusun atas Kristal-kristal. Batu gamping ini mengalami
proses diagenesa sehingga matriknya berupa Kristal hasil rekristalisasi mineral
yang telah ada. Ukuran butirnya hamper menyerupai lempung.

120
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Batuan sedimen non klastik
2. Warna Segar : Putih
Lapuk : Coklat
3. Tekstur
 UkuranButir :
 BentukButir :
 Kemas :
 Sortasi :
 Sementasi :
 Fragmen : Fosil
 Matrix :
4. Struktur : Berfosil
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Batu Packstone
7. PetroGenesa : Acd
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

121
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Packstone adalah batuan sedimen non klastik yaitu batuan sedimen karbonat. Batu
gamping berfosil ini terendapkan pada zona ccd. Mempunyai ukuran butir
dibawah 1/256 mm atau sama dengan ukuran butir lempung, sehingga ukuran
butirnya disebut calcilulite. Pacstone diendapkan pada daerah transisi, dimana
arus tidak memindahkan seluruh material lumpur dan tidak dapat memisahkannya
dari butiran pasir.

122
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


1. JenisBatuan : Batuan sedimen non klastik
2. Warna Segar : Putih
Lapuk : Putih
3. Tekstur
 UkuranButir :
 BentukButir :
 Kemas :
 Sortasi :
 Sementasi : Karbonat
 Fragmen :
 Matrix :
4. Struktur : Masif
5. Komposisi Mineral :
6. NamaBatuan : Batu gamping terumbu
7. PetroGenesa : ACD
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

123
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Keterangan :
Batu gamping terumbu termasuk ke dalam batuan sedimen non klastik yaitu
batuan sedimen karbonat yang terbentuk pada zona ACD. Mempunyai ukuran
butir lempung sehingga ukuran butirnya disebut calcilulite. Mempunyai fragmen
terumbu dan matriksnya adalah weckstone. Wackstone diendapkan pada
lingkungan pengendapan transisi dimana lumpur tidak dapat dibawa lagi oleh
arus. Batu gamping terumbu memiliki semen karbonat

124
5.4 Pembahasan

1. Batuan ini memiliki warna hitam dengan ukuran butir< 1/256 dan
memiliki sementasi silica, penampakan dari sampel pada batuan ini
memiliki struktur massif . terdapat juga cleat batuan ini biasanya terbentuk
di daerah transisi dan batuan ini bernama batubara.
2. Batuan ini memiliki warna merah maroon dengan ukuran butir< 1/256 dan
memiliki sementasi silica, serta matriks mudstone, penampakan pada
sampel batuan ini memiliki struktur massif batuan ini biasa terbentuk di
daerah marine batuan ini bernama batu rijang.
3. Batuan ini memiliki warna putih. Memiliki tekstur karbonat grain.
Memiliki komposisi mineral mikrit kristalin, sparit adalah semen karbonat.
Terbentuk di calate comp depth. Batu ini bernama batu gamping
kristalin.
4. Batuan ini memiliki warna putih dan termasuk ke dalam batuan sedimen
non klastik. Memiliki komposisi mineral allochem fosil. Memiliki struktur
berfosil. Dan terbentuk pada zona ACD. Batu ini bernama batu
Packstone.
5. Batuan ini memiliki warna putih. Termasuk ke dalam batuan sedimen non
klastik. Memiliki komposisi mineral sparit karbonat. Dan memiliki
struktur massif. Dan biasanya terbentuk di zona ACD. Batu ini bernama
batu gamping terumbu.

125
5.5 Kesimpulan
1. Pembentukan batuan karbonat dipengaruhi oleh kedalaman, fosil, dan
intensitas cahaya matahari.

2. Penamaan didasarkan pada hubungan mud dengan fosil (Dunham)

3. Batuan Non Klastik organik tidak tersusun oleh material pembentuk batuan
melainkan material sisa organisme.

4. Ukuran butir tdak menjadi acuan penamaan dan interpretasi pengendapan.

126
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN METAMORF FOLIASI

AGUSTINA

1501056

III

LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GASBUMI


BALIKPAPAN
2017

127
BAB VI
BATUAN METAMORF FOLIASI

6.1. Teori Dasar


Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan
tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya di mana batuan memasuki
kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan
tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar
antara 200-800 derajat C.

Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan


batuan asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan
tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya akan mengubah mineral dan
hubungan antar butiran/kristalnya bila batas kestabilannya terlampaui. Selain
faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf juga
tergantung pada jenis batuan asalnya.

6.1.2. Tipe-tipe metamorfosa:

Gambar 6.1. Tipe-tipe metamorfisme

128
 Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
 Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di
jalur orogen (jalur pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang
meliputi daerah yang luas, perubahan secara progresif dari P & T rendah
ke P & T tinggi. Berdasarkan temperaturnya metamorfisme regional dibagi
menjadi dalam tiga zona yaitu :
 Epizone : Daerah metamorfisme regional yang terbentuk pada

temperatur yang rendah ( < 350◦C ), tekanan hidrostatik, dan tekanan

terarah sangat tinggi.


 Mesozone : Daerah metamorfisme regional yang terbentuk pada

temperatur sedang ( 350 – 500◦C ), tekanan hidrostatik, dan tekanan

terarah sedang pada kedalaman menengah..


 Katazone : Daerah metamorfisme regional yang terbentuk pada

temperatur sangat tinggi ( 500 - 1200◦C ), tekanan hidrostatik tinggi,

dan tekanan terarah rendah.


 Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi di daerah pergeseran
yang dangkal (misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan daripada
temperatur, yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi,
breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh
rekristalisasi.
 Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di
cekungan sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.
 Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera
(ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana

129
lempeng (litosfer) terbentuk, batuan metamorf yang dihasilkan umumnya
berkomposisi basa dan ultra basa.

6.1.3. Mineralogi Batuan Metamorf


Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf
dapat dilihat pada tabel 6.1 dan tabel 6.2.

Tabel 6.1. Beberapa sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf

Tabel 6.2. Beberapa bentuk mineral karakteristik batuan metamorf

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat


dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :

 Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida


yang terdapat pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada
batuan tersebut.
 Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya
untuk membuat ruang pertumbuhan.
 Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.

130
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak
sama satu dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri
kristaloblastik yang menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan
lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada
seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi
umumnya besar dan euhedral.

Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada


batuan metamorf. Dalam hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress
mineral dan antistress mineral. Stress mineral merupakan mineral yang
kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila terkena tekanan atau merupakan
mineral yang tahan terhadap tekanan, contoh : kloritoid, staurolit, dan kyanit.
Antistress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan
semakin kecil bila terkena tekanan atau merupakan mineral yang tidak tahan
terhadap tekanan, contoh : andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivin,
potasium felspar dan anortit.

131
Gambar 6.2 Seri Kristaloblastik

6.1.4. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan


ukuran, bentuk atau orientasi butir mineral individual penyusun batuan
metamorf (Jackson, 1970).

Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses


metamorfosa (Gambar 6.2) :

 Tekstur palimset/relic/sisa : tekstur batuan metamorf yang masih


menunjukan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih
tampak pada batuan metamorf tersebut. Penamaannya dengan memberi

132
awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), macam –
macam tekstur palimset/relic/sisa adalah :
 Blastoporpiritik : Tekstur sisa yang bersifat pofiritik.
 Blastopsepitik : Tekstur sisa yang bersifat psepitik ( pebel ).
 Blastofitik : Tekstur sisa yang besifat opitik (saling memasuki).
 Blastopsammitik : Tekstur sisa yang bersifat pasir.
 Blastopelitik : tekstur sisa yang bersifat lempung.

 Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat


metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai
untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses
metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang
memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini
betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal :

 Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral


 Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral
 Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral

Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk mineral (Gambar 6.2) :

 Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja yaitu :


o Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya
mineral mika (muskovit, biotit)
o Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya
mineral plagioklas, k-felspar, piroksen
o Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas mineralnya sutured (tidak teratur),
dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.

133
o Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas mineralnya unsutured (lebih
teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
 Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik,
misalnya lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik
dan granoblastik.

Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan


petrogarafi (pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop
polarisasi) yaitu (Gambar 6.2) :

 Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh


mineral-mineral yang berukuran lebih kecil.
 Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan
porphyroblast tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
 Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan
(crushing).
 Decussate Texture : tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak
menunjukan keteraturan orientasi.
 Sacaroidal Texture : tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

134
Gambar 6.2. Beberapa tekstur batuan metamorfik
A. Granoblastic dengan tekstur mosaic, B. Granoblastic (butir tak teratur),
C. Schistose dengan porfiroblast euhedral, D. Schistose dengan granoblastik
lentikuler, E. Metasandstone dengan Semischistose, F. Semischistose dalam
batuan blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite granite ke arah bawah
menjadi Protomylonite, H. Orthomylonite ke arah bawah menjadi
Ultramylonite, I. Granoblastic di dalam blastomylonite.

6.1.5. Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan


ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson,
1970). Pembahasan mengenai struktur juga meliputi susunan bagian masa
batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk dan
kenampakan internal bagian-bagian tersebut (Bucher & Frey, 1994).

135
6.1.5.1. Struktur Foliasi
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral
pipih/ mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan
metamorfosakataklastik.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :
 Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah
batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate
(batusabak).

Gambar 6.3. Struktur Slaty Cleavage

 Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih


mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi
pemisahan mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu
jelas/belum sempurna, batuannya disebut phyllite (filit).

Gambar 6.4. Struktur Phylitic

136
 Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular,
mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan
close schistosity, batuannya disebut schist (sekis).

Gambar 6.5. Sturktur Schistose

 Gneissic : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular,


mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan
open schistosity, batuannya disebut gneis.

Gambar 6.6. Struktur Gneissic

137
6.2. Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf
6.2.1. Klasifikasi Batuan Metamorf Berdasarkan Komposisi Kimia Batuan
Asal

 Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung,


serpih, batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O, dan
SiO2; batuannya kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis,
batusabak, dll.; mineralogi : muskovit, biotit, kianit, silimanit, kordierit,
garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan berubah menjadi batuan
metamorfosis dengan meningkatnya T, akan terbentuk berturut-turut : batu
sabak - filit – sekis – genes.
 Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan beku
felsik (misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO
serta FeO rendah, hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.
 Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi
CaCO3 (batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila
batuan asal (batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan
terbentuk mineral tremolit, diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan
yang lain, bila batuan asal mengandung cukup Al2O3 diharapkan
terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblenda yang hampir mirip
dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.
 Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%),
batuan metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung
MgO, FeO, CaO dan Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit,
aktinolit, epidot (fasies sekis hijau) dan hornblenda (fasies amfibolit),
untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan ortopiroksen dan plagioklas.
 Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan
hasil metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah
metamorf yang mengandung glaukofan.

138
6.2.2. Penamaan Batuan Metamorf Berdasarkan Tekstur dan Mineraloginya

Tekstur, struktur dan mineralogi memegang peranan penting dalam


penamaan batuan metamorf. Secara umum kandungan mineral di dalam
batuan metamorf akan mencerminkan tekstur, misalnya melimpahnya mika
akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya. Penamaan batuan
metamorf bisa berdasarkan struktur, misal sekis, gneiss, dll. Untuk
memperjelas dalam penamaan, banyak digunakan kata tambahan yang
menunjukan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan
mineral pencirinya (contoh sekis klorit), atau nama batuan beku yang
mempunyai komposisi sama (contoh granite gneiss). Bisa juga berdasarkan
jenis mineral penyusun utamanya (contoh kuarsit) atau berdasarkan fasies
metamorfiknya (contoh granulit). Tabel 4.3 di bawah ini bisa digunakan
untuk membantu dalam determinasi batuan metamorf.

139
Tabel 6.3. Tabel Untuk Determinasi Batuan Metamorf

Beberapa batuan metamorf yang penting :

 Batusabak (Slate)
 Mineral utama : seringkali masih berupa mineral lempung;
 mineral tambahan : muskovit, biotit, kordierit, andalusit.
 Warna : abu-abu gelap yang mengkilap.
 Struktur : foliasi (sekistose) mulai tampak namun belum jelas (slaty
cleavage).
 Tekstur : lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral
pipih dan mineral granular dengan butiran yang halus.
 Metamorfosa : regional.

140
 Filit (Phyllite)
 Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas,
mineral bijih.
 Warna : terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap
daripada batu sabak.
 Struktur : foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak
(tekstur filitik).
 Tekstur : mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat
perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih
kasar daripada batusabak.
 Metamorfosa : regional.
 Sekis (Schist)
 Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit),
talk (sekis talk) dll.
 Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih,
hitam, mengkilap.
 Struktur : foliasi (sekistose tertutup).
 Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih
dan mineral granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar.
 Metamorfosa : regional.
 Geneis (Gneiss)
 Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.
 Warna : sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir
arkose.
 Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
 Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh
mineral granular.
 Metamorfosa : regional.

141
 Migmatit (Migmatite)
Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering
memperlihatkan sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara
metasedimen dan batuan granitis, batuan yang demikian ini lazim disebut
migmatit, material granitis diperkirakan berasal dari luar, hasil dari insitu partial
melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses metamorfosis.

 Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose).


 Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh
mineral granular.
 Metamorfosa : regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai berasosiasi
dengan batuan granit.

142
6.3. Data dan Hasil Deskripsi

LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU


LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN METAMORF


1. Warna Segar : Abu-abu
Lapuk : Kecoklatan
2. Jenis Batuan : Batu metamorf foliasi
3. Tekstur : Lepidoblastik
 Jenis :
4. Struktur : Filitik
5. Komposisi Mineral : Lempung dan mika
6. NamaBatuan : Batu phyllite
7. Batuan Asal : Batuan sedimen
8. Tipe Metamorfisme : Metamorfisme regional
9. Petrogenesa :

Nama : AGUSTINA NILAI


Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

143
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batuan phyllite adalah batuan metamorf foliasi yang memiliki arnag segar hitam
dan lapuk coklat dengan tekstur lepidoblastik jenis kristaloblastik stuktur slaty
cleavage dan memiliki komposisi mineral mika dan kuarsa batuan ini berasal dari
batuan sedimen (lempung) dengan metamorfisme regional. Batuan ini terbentuk
akibat perubahan tekanan dan suhu secara bersamaan.

144
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN METAMORF


1. Warna Segar : Hitam
Lapuk : Coklat kehitaman
2. Jenis Batuan : Batu metamorf foliasi
3. Tekstur : Lepidoblastik
 Jenis :
4. Struktur : Slaty
5. Komposisi Mineral : Lempung
6. NamaBatuan : Batu sabak
7. Batuan Asal : Batuan sedimen
8. Tipe Metamorfisme : Metamorfisme regional
9. Petrogenesa :

Nama : AGUSTINA NILAI


Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

145
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batuan sabak (slate) adalah batuan mrtamorf foliasi yang memiliki warna hitam
pekat, dengan tekstur kristaloblastik jenis lepidoblastik struktur slaty cleavage
batuan ini memiliki komposisi mineral clay, mika, dan kuarsa batuan ini berasal
dari batuan sedimen (lempung) tipe metamorfismenya adalah regional. Batuan ini
terbentuk dari intrusi dan ophiolit.

146
6.4 Pembahasan

1. Filit
Kesan pertama yang terlihat pada sampel adalah berwarna coklat
kehijauan. Warna tersebut dipengaruhi karena kandungan mineral
lempung dan klorit. Sampel tersebut juga terlihat mengkilap karena adanya
mineral mika dan kwarsa. Sampel memiliki tekstur lapidoblastik, terlihat
dari penjajaran mineral mineral yang memipih. Strukturnya antara slaty
dan schist, atau bisa juga disebut phyletic. Dilihat dari petrogenesanya
batuan ini berasal dari batuan sedimen (batulempung). Dari strukturnya
diketahui sampel batuan tersebut adalah batu Filit.
2. Sabak
Sampel batuan selanjutnya memiliki ciri yang membedakannya dengan
batuan foliasi lainnya. Permukaannya sangat halus, sehingga bentukan
mineralnya tidak bisa diraba. Namun, tetap dikatakan batuan ini memiliki
penjajaran mineral pipih yang sangat halus atau disebut lepidoblastik.
Untuk strukturnya disebut slaty cleavage. Mineral penyusunnya dominan
clay mineral didukung mika dan silica. Jelas protolitnya adalah
batulempung. Menurut literatur, batuan dengan ciri tersebut adalah batu
Sabak.

147
6.5 Kesimpulan.

1. Batuan metamorf foliasi terbentuk di zona regional dan terbentuk


berurutan dengan pola ; yang lebih halus terbentuk jauh dari zona
subduksi, semakin dekat ke zona subduksi maka makin Nampak
penjajaran mineralnya.
2. Penamaan batuan metamorf foliasi didasarkan pada strukturnya.
3. Semakin dekat ke zona subduksi, derajat metamorfismenya semakin
tinggi
4. Jenis-jenis batuan metamorf adalah sebagai berikut
Batuslate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses
metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung)
pada temperatur dan suhu yang rendah.
5. Batufilit merupakan batuan yang terbentuk dari kelanjutan proses.
metamorfosisme dari Slate. Ciri khasnya adalah membelah mengikuti
permukaan gelombang.
6. Batugneis merupakan batuan yang terbentuk dari hasil
metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang
tinggi.
7. Batusekis adalah mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi
berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilap. Ciri khas batuan ini adalah foliasi yang kadang
bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet

148
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN METAMORF NON FOLIASI

AGUSTINA

1501056

III

LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GASBUMI


BALIKPAPAN
2017

149
BAB VII
BATUAN METAMORF NON FOLIASI

7.1. Teori Dasar


Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan
tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya di mana batuan memasuki
kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan
tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar
antara 200-800 derajat C.

Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan


batuan asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan
tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya akan mengubah mineral dan
hubungan antar butiran/kristalnya bila batas kestabilannya terlampaui. Selain
faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf juga
tergantung pada jenis batuan asalnya.

7.1.2. Tipe-tipe metamorfosa:

Gambar 7.1. Tipe-tipe metamorfisme

150
 Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
 Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di
jalur orogen (jalur pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang
meliputi daerah yang luas, perubahan secara progresif dari P & T rendah
ke P & T tinggi. Berdasarkan temperaturnya metamorfisme regional dibagi
menjadi dalam tiga zona yaitu :
 Epizone : Daerah metamorfisme regional yang terbentuk pada

temperatur yang rendah ( < 350◦C ), tekanan hidrostatik, dan tekanan

terarah sangat tinggi.


 Mesozone : Daerah metamorfisme regional yang terbentuk pada

temperatur sedang ( 350 – 500◦C ), tekanan hidrostatik, dan tekanan

terarah sedang pada kedalaman menengah..


 Katazone : Daerah metamorfisme regional yang terbentuk pada

temperatur sangat tinggi ( 500 - 1200◦C ), tekanan hidrostatik tinggi,

dan tekanan terarah rendah.


 Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi di daerah pergeseran
yang dangkal (misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan daripada
temperatur, yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi,
breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh
rekristalisasi.
 Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di
cekungan sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.
 Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera
(ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana

151
lempeng (litosfer) terbentuk, batuan metamorf yang dihasilkan umumnya
berkomposisi basa dan ultra basa.

7.1.3. Mineralogi Batuan Metamorf


Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf
dapat dilihat pada tabel 7.1 dan tabel 7.2.

Tabel 7.1. Beberapa sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf

Tabel 7.2. Beberapa bentuk mineral karakteristik batuan metamorf

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat


dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :

 Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida


yang terdapat pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada
batuan tersebut.
 Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya
untuk membuat ruang pertumbuhan.
 Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.

152
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak
sama satu dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri
kristaloblastik yang menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan
lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada
seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi
umumnya besar dan euhedral.

Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada


batuan metamorf. Dalam hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress
mineral dan antistress mineral. Stress mineral merupakan mineral yang
kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila terkena tekanan atau merupakan
mineral yang tahan terhadap tekanan, contoh : kloritoid, staurolit, dan kyanit.
Antistress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan
semakin kecil bila terkena tekanan atau merupakan mineral yang tidak tahan
terhadap tekanan, contoh : andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivin,
potasium felspar dan anortit.

153
Gambar 7.1 Seri Kristaloblastik

7.1.4. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan


ukuran, bentuk atau orientasi butir mineral individual penyusun batuan
metamorf (Jackson, 1970).

Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses


metamorfosa (Gambar 7.2) :

 Tekstur palimset/relic/sisa : tekstur batuan metamorf yang masih


menunjukan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih
tampak pada batuan metamorf tersebut. Penamaannya dengan memberi

154
awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), macam –
macam tekstur palimset/relic/sisa adalah :
 Blastoporpiritik : Tekstur sisa yang bersifat pofiritik.
 Blastopsepitik : Tekstur sisa yang bersifat psepitik ( pebel ).
 Blastofitik : Tekstur sisa yang besifat opitik (saling memasuki).
 Blastopsammitik : Tekstur sisa yang bersifat pasir.
 Blastopelitik : tekstur sisa yang bersifat lempung.

 Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat


metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai
untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses
metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang
memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini
betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal :

 Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral


 Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral
 Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral

Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk mineral (Gambar 7.2) :

 Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja yaitu :


o Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya
mineral mika (muskovit, biotit)
o Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya
mineral plagioklas, k-felspar, piroksen
o Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas mineralnya sutured (tidak teratur),
dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.

155
o Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas mineralnya unsutured (lebih
teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
 Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik,
misalnya lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik
dan granoblastik.

Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan


petrogarafi (pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop
polarisasi) yaitu (Gambar 7.2) :

 Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh


mineral-mineral yang berukuran lebih kecil.
 Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan porphyroblast
tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
 Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan
(crushing).
 Decussate Texture : tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak
menunjukan keteraturan orientasi.
 Sacaroidal Texture : tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

156
Gambar 7.2. Beberapa tekstur batuan metamorfik
A. Granoblastic dengan tekstur mosaic, B. Granoblastic (butir tak
teratur),
C. Schistose dengan porfiroblast euhedral, D. Schistose dengan
granoblastik lentikuler, E. Metasandstone dengan Semischistose, F.
Semischistose dalam batuan blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite
granite ke arah bawah menjadi Protomylonite, H. Orthomylonite ke
arah bawah menjadi Ultramylonite, I. Granoblastic di dalam
blastomylonite.
7.1.5. Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan


ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson,
1970). Pembahasan mengenai struktur juga meliputi susunan bagian masa
batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk dan
kenampakan internal bagian-bagian tersebut (Bucher & Frey, 1994).

157
a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.
b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari
butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous

7.2. Contoh Batuan Metamorf Non Foliasi


a. Milonit (Mylonite)
Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami
metamorfosa kataklastik. Struktur dan tekstur : terlihat seperti adanya
foliasi dengan lensa-lensa dari batuan yang tidak hancur berbentuk mata,
butiran umumnya halus. Tekstur : granoblastik, poikiloblastik, dengan
tekstur mosaik. Metamorfosa : kataklastik.

b. Filonit (Phyllonite)
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya
halus), sudah terjadi rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi
dibanding milonit. Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak

158
sempurna (berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap silky, butiran
halus sekali. Metamorfosa : kataklastik.

c. Kuarsit (Quartzite)
Mineral utama : kuarsa (>80%), mineral tambahan : muskovit,
biotit, k-felsfar, mineral bijih. Warna : putih terang, warna lainnya
tergantung warna mineral tambahannya. Struktur : masif, kadang-kadang
berfoliasi. Tekstur : granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.
Metamorfosa : regional dan termal

d. Serpentinit (Serpentinite)
Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih,
mineral sisa : olivin, piroksen. Warna : hijau terang – hijau kekuningan.
Struktur : masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari peridotit.
Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit). Metamorfosa :
regional

e. Amfibolit (Amphybolite)
Mineral utama : amfibol (horblenda), plagioklas, mineral tambahan
: kuarsa, epidot, klorit, biotit, garnet, mineral bijih. Warna : hijau/hitam
bintik-bintik putih atau kuning. Struktur : masif atau berfoliasi, kadang-
kadang ada struktur sisa dari metagabro atau meta lava basal. Tekstur :
idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik (plagioklas),
lepido-blastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar.
Metamorfosa : regional

f. Granulit (Granulite)
Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen,
sedikit mika. Warna : bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung
mineralnya. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi. Tekstur :

159
granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih,
berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional Eklogit (Eklogite) Batuan
metamorf berkomposisi basik, mineral utama : piroksen ompasit
(klinopiroksen/diopid yang kaya sodium dan aluminium), garnet kaya
pyrope, kuarsa. Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik. Struktur : masif
dengan besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik seringkali
porfiroblastik, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional

g. Marmer (Marble)
Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol,
flogopit, ada mineral bijih atau oksida besi. Warna : putih dengan garis-
garis hijau, abu-abu, coklat dan merah. Struktur : masif dengan besar butir
bervariasi. Tekstur : granoblastik dengan tekstur sacaroidal. Metamorfosa :
kontak dan regional

h. Hornfels (Hornfels)
Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar.
Warna : terang, merah, coklat, ungu dan hijau. Struktur : masif kadang-
kadang dengan sisa foliasi. Tekstur : hornfelsik, granoblastik,
poikiloblastik, kadang-kadang porfiroblastik, dengan tekstur mosaik,
butiran ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus. Metamorfosa :
kontak.

160
7.3 Data dan Hasil Identifikasi

LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF


LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN METAMORF


1. Warna Segar : Putih
Lapuk : Orange
2. Jenis Batuan : Batuan metamorf non foliasi
3. Tekstur : Hornfelsik
 Jenis :
4. Struktur : Granular
5. Komposisi Mineral : Kuarsa
6. NamaBatuan : Batu kuarsit
7. Batuan Asal : Batuan sedimen
8. Tipe Metamorfisme : metamorfisme kontak
9. Petrogenesa :

Nama : AGUSTINA NILAI


Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

161
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batuan Kuarsit adalah batuan metamorf non foliasi yang memiliki warna segar
putih dan pucat coklat dengan tekstur Kristaloblastik jenis Granoblastik, memiliki
struktur non foliasi dan komposisi mineral adalah kuarsa yang berasal dari batuan
pasir, pada saat batu pasir diintrusi oleh magma yang membawa mineral kuarsa
dan mengalami rekristalisasi akan tetapi batuan pasir habis karena intrusi magma
dan menjadi batu Kuarsit.

162
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN METAMORF


1. Warna Segar : Hijau
Lapuk : Hijau keabuan
2. Jenis Batuan : Batuan metamorf non foliasi
3. Tekstur :
 Jenis :
4. Struktur : Hornfelsik
5. Komposisi Mineral : Serpentin
6. NamaBatuan : Batu serpentinite
7. Batuan Asal : Serpentin
8. Tipe Metamorfisme : Metamorfisme kontak
9. Petrogenesa :

Nama : AGUSTINA NILAI


Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

163
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Batuan Serpertinit adalah batuan metamorf non foliasi yang memiliki warna segar
hijau dan putih pucat dengan tekstur kristaloblastik jenis Granoblastik dan
memiliki komposisi mineral serpentine dari batuan asal yaitu basalt, pada saat
batuan basalt naik ke permukaan dan langsung mengalami kontak dengan air laut
dan magma yang membawa mineral olivine. Mineral olivine inilah yang
mengalami proses sepertinisasi.umumnya terbentuk didekat zona spreading

164
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN

DESKRIPSI BATUAN METAMORF


1. Warna Segar : Abu-abu
Lapuk : Kecoklatan
2. Jenis Batuan : Batuan metamorf non foliasi
3. Tekstur : Blastopsamit
 Jenis :
4. Struktur : Hornfelsik
5. Komposisi Mineral : Kuarsa
6. NamaBatuan : Batu metasand
7. Batuan Asal : Batu sedimen
8. Tipe Metamorfisme :
9. Petrogenesa :

Nama : AGUSTINA NILAI


Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST

165
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN

Petrogenesa :

Metasand merupakan salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk
ketika batu pasir mendapat tekanan dan temperature dari intrusi tubuh magma.
Ketika batu pasir termetamorfisme menjadi kuarsit butiran-butiran pada pasir
kuarsa mengalami rekristalisasi dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batu
pasir terhapus pada metamorfisme. Terbentuk pada intrusi magma 0-100 m

166
7.4 Pembahasan
1. Quarzit
Sampel pertama berwarna putih dan permukaannya kasar seperti pasir.
Dari teksturnya sudah Nampak pasti granoblastik. Uji kekerasan
menunjukan kekerasannya sekitar 7 skala mohs, berarti mineral
penyusunnya kwarsa. Jadi, dapat diinterpretasikan protholitnya adalah
batupasir. Dari komposisi mineralnya yang 100% kwarsa, maka
dinamakan batu kuarsit.
2. Serpentinit
Warna sampel batuan yang kedua adalah hijau kehitaman. Memiliki
mineral butiran serpentin. Jadi, teksturnya disebut. Granoblastik.
Batuan ini berasal dari batuan beku (basalt). Dari mineral penyusunnya
sangat jelas bahwa batuan ini adalah batu serpentinit.
3. Metasand
Warna sampel batuan yang ketiga adalah abu-abu. Memiliki tekstur
blastopsamit. Batuan ini berasal dari batuan sedimen. Komposisi
mineral adalah kuarsa dan memiliki struktur hornfelsik. Maka batuan
ini dinamakan batu metasand.

167
7.5 Kesimpulan
1. Batuan metamorf non foliasi lebih beragam karena prosesnya tidak
beruruan sistemetis seperti foliasi,
2. Batuan yang mengalami metamorfisme kontak cenderung
berekristalisasi sehingga lebih keras dan mengkilap.
3. Batuan metamorf non foliasi terbentuk pada area lokal
4. Batumarmer terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan
panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit.
Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat,
kompak dan tanpa foliasi.
5. Batukwarsit terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat
tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir
bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi,dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir
terhapus oleh proses metamorphosis
6. Batumilonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisa dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih
halus dan dapat dibelah seperti schistose.
7. Penamaan batuan metamorf adalah: Berdasarkan Tekstur/Struktur
Berdasarkan komposisi mineral yang dominan. Berdasarkan jenis
batuan asal dengan menambahkan kata ”meta” didepannya, contoh
: meta batupasir, dll

168
BAB IX
PEMBAHASAN UMUM

Batuan beku dalam praktikum petrologi ini dibagi masing masing 2 yaitu
batuan beku oceanic dan continental dalam identifikasi batuan oceanic terdapat
batu basalt dan dunit yang merupakan batuan terbentuk secara vulkanik di bawah
permukaan atau gunung api dalam laut. batu basalt Dari Pengamatan megaskopik,
batuan ini umumnya tidak memperlihatkan adanya pengkristalan. Tidak adanya
pengkristalan dan mineral yang bersifat basa meunjukan sampel batuan adalah
batuan vulkanik basa. Berbeda dari batuan dunit, sampel memiliki warna
kehijauan. Strukturnya dikatakan masif . batuan ini memiliki kristal- kristal yang
terbentuk sempurna meskipun sangat halus (1mm). berarti dapat dikatakan derajat
pengkristalannya holokristalin dan granularitasnya fenerik halus. Warna hijau
kehitaman menunjukan batuan ini mengandung sekitar 80- 90 % olivin, dan
sisanya piroksen. Dari kandungan mineral dan teksturnya, jelas bahwa sampel
batuan tersebut adalah Dunit.

Batuan beku continental ini termasuk jenis batuan beku Asam sampe
intermediet. batuan - batuan pada continental umunya memiliki warna cerah.
Batuan granodiorit, granit dan diorit ini terbentuk secara plutonik, terbentuk dari
hasil pembekuan magma didalam bumi pada kedalaman yang cukup besar.
memiliki derajat pengkristalan holokristalin dengan pola susunan butir faneritik,
bentuk hubungan antara kristal dalam dua dimensi ialah euhedral, relasi pada
batuan beku basa ini relatiif penyusunnya sama besar atau equigranular. Batuan
ini memiliki struktur yang masif, komposisi mineral yang terkandung didalamnya
ada plagioklas, hornblende, biotit dan kuarsa dan untuk granit yang umunya pada
sampel berwarna dominan merah terlihat dari komposisi mineralnya ortoklas
piroksen kuarsa, kemudian batuan diorit termasuk jenis batuan beku intermediet.
batuan ini terbentuk secara plutonik juga, dominan berwarna abu-abu bintik
hitam memiliki derajat pengkristalan holokristalin dengan pola susunan butir
faneritik, bentuk hubungan antara kristal dalam dua dimensi ialah euhedral, relasi

169
pada batuan beku basa ini relatiif penyusunnya sama besar atau equigranular.
Batuan ini memiliki struktur yang masif, komposisi mineral yang terkandung
didalamnya ada plagioklas, sebagai dominan massa dasar, kuarsa dan juta biotit,

Batuan sedimen klastik ( non karbonat) yang umunya memiliki sementasi


silika pada batuan yang diamati ada batu pasir kasar dan halus dimana ini
terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang telah ada
sebelumnya, terendapkan lapis demi lapis dan akhirnya mengalami proses pada
batupasir kasar terdapat fragmen batuan beku andesit dan ada
matriksnyakemudian batuan kedua sedimen klastik yaitu pasir juga namun
batupasir halus dengan ukuran butir 1/8-1/16 m, bentuk butir sangat membundar
dengan kemas tertutup sortasi baik serta semen silica batuan pada sampel yang
diamati memiliki struktur laminasi dengan komposisi mineral penyusunnya adalah
kuarsa. Kedua batuan ini biasanya sering di temukan di daerah terrestrial sampai
transisi

Batuan sedimen karbonat ( non klastik) pada beberapa sampel batuan yaitu
ada batugamping yang dibagi dan diklasifikasikan kembali menurut dunham
terdapat batuan weakstone , boundstone dan mudstone yang umunya terbentuk di
daerah marine yaitu zona CCD , umumnya terendapkan jauh didalam laut dan
radiolaria maupun foraminifera tidak dapat hidup di daerah itu. kemudian ada
batuan organik yaitu batubara dengan cleat batuan ini biasanya terbentuk di
daerah transisi dan kemudian lagi baturijang Batuan ini memiliki warna merah
maroon dengan ukuran butir< 1/256 dan memiliki sementasi silica, serta matriks
mudstone, penampakan pada sampel batuan ini memiliki struktur massif batuan
ini biasa terbentuk di daerah marine

Batuan metamorf foliasi yang memperlihatkan kesejajaran mineral dan dengan


proses metamorfisme regional dengan komponen tekanan dan temperatur yang
relatif sama besar . batuan batuan umumnya pada jenis batuan meramorf foliasi
ada filit, slate dengan batuan asalnya adalah batuan sedimen dan batu skiss dan
gneiss yang berasal dari batuan beku , batuan metamorf foliasi umunya juga

170
memiliki tekstur kristaloblastik dan struktur mengikuti umunya dekat dengan
penamaan batuan. dan dari daerah proses terbentuknya sendiri batuan metamorf
foliasi berada pada jalur subduksi , jadi semakin dekat dengan zona subduksi
maka metamorfisme semakin tinggi .

Batuan metamorf non foliasi yaitu batuan yang tidak memperlihatkan


penjajaran mineral, pada sampel batuan metamorf non foliasi sendiri memiliki
komponen tipe proses metamorfisme nya yang tekanan tinggi dan temperatur
rendah atau bahkan sebaliknya contoh batuan meatmorf non foliasi yaitu Marmer
Sampel pertama memiliki warna putih susu. Memiliki kenampakan mineral-
minral butiran, maka teksturnya disebut Granoblastik. Saat ditetesi HCl, batuan
ini berbuih. Maka diketahui kandungan CaCO3 nya tinggi (Kalsit). Dari penciri
tersebut, diketahui asal batu ini adalah gamping. kemudian ada juga Serpentinit
dengan warna hijau kehitaman. Memiliki mineral butiran serpentin. Batuan ini
berasal dari batuan beku (basalt) pada daerah dekat zona spreading , terakhir batu
Quarzit batu ini berwarna putih dan permukaannya kasar seperti pasir. Uji
kekerasan menunjukan kekerasannya sekitar 7 skala mohs, berarti mineral
penyusunnya kwarsa. Jadi, dapat diinterpretasikan protholitnya adalah batupasir.
Dari komposisi mineralnya yang 100% kwarsa, maka dinamakan Quarzite.

171
BAB X

KESIMPULAN UMUM

Dari hasil praktikum petrologi yang sudah dilakukan maka dapat


disimpulkan secara umum :

1. Magma yang membentuk batuan beku oceanic adalah magma basaltik


yang memiliki suhu 1000°C-1200°C dibuktikan dari kandungan mineral
yang dominan olivin- amphibole.
2. Batuan beku oceanic cenderung berwarna gelap dan berat karena
kandungan mineralnya.
3. Proses pembekuan yang cepat menyebabkan tekstur yang halus (basalt).
Sedangkan proses pembekuan lambat pada suhu tinggi akan menghasilkan
pengkristalan yang baik (Dunit).
4. Batuan beku bersifat asam ditandai dengan warna cerah dan hadirnya
ortoklas
5. Batuan plutonik ditandai dengan derajat pengkristalan holokristalin,
faneritik , euhedral, dan equigranular
6. Batuan Vulkanik ditandai dengan tekstur gelas, afanitik, amorf dan
equiranular
7. Dari fisik batuan, dapat diintreprestasi petrogenesanya
8. Pembentukan Batuan Sedimen Klastik sangat bergantung pada kondisi
arus pengangkut/ agen transportasi.
9. Lingkungan pengendapan dapat diinterpretasi dari ukuran butir, sementasi,
dan struktur.
10. Penamaan batuan sedimen klastik didasarkan pada ukuran butir skala
wentworth.
11. Semakin jauh dari batuan asal / proses tertansportasi , material sedimen
semakin halus.

172
12. Pembentukan batuan karbonat dipengaruhi oleh kedalaman, fosil, dan
intensitas cahaya matahari.
13. Penamaan didasarkan pada hubungan mud dengan fosil (Dunham)
14. Batuan Non Klastik organik tidak tersusun oleh material pembentuk
batuan melainkan material sisa organisme.
15. Ukuran butir tdak menjadi acuan penamaan dan interpretasi pengendapan.
16. Batuan metamorf foliasi terbentuk di zona regional dan terbentuk
berurutan dengan pola ; yang lebih halus terbentuk jauh dari zona
subduksi, semakin dekat ke zona subduksi maka makin Nampak
penjajaran mineralnya.
17. Penamaan batuan metamorf foliasi didasarkan pada strukturnya.
18. Semakin dekat ke zona subduksi, derajat metamorfismenya semakin tinggi
19. Jenis-jenis batuan metamorf adalah sebagai berikut
Batuslate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses
metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung)
pada temperatur dan suhu yang rendah.
20. Batufilit merupakan batuan yang terbentuk dari kelanjutan proses.
metamorfosisme dari Slate. Ciri khasnya adalah membelah mengikuti
permukaan gelombang.
21. Batugneis merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme
batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi.
22. Batusekis adalah mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi
berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilap. Ciri khas batuan ini adalah foliasi yang kadang bergelombang,
terkadang terdapat kristal garnet
23. Batuan metamorf non foliasi lebih beragam karena prosesnya tidak
beruruan sistemetis seperti foliasi,
24. Batuan yang mengalami metamorfisme kontak cenderung berekristalisasi
sehingga lebih keras dan mengkilap.
25. Batuan metamorf non foliasi terbentuk pada area lokal

173
26. Batumarmer terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas 
sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya
tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa
foliasi.
27. Batukwarsit terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan
temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit,
butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi,dan biasanya tekstur dan
struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorphosis
28. Batumilonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisa dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus
dan dapat dibelah seperti schistose.
29. Penamaan batuan metamorf adalah: Berdasarkan Tekstur/Struktur
Berdasarkan komposisi mineral yang dominan. Berdasarkan jenis batuan
asal dengan menambahkan kata ”meta” didepannya, contoh : meta
batupasir, dll
30. Dalam ilmu petrologi batuan beku , sedimen dan metamorf umumnya
memiliki tingkat penciri yang berbeda namun saling berkesinambungan .
seperti halnya siklus batuan yang akan terus berlanjut .

174
DAFTAR PUSTAKA

Asisten Praktikum.2015. Modul Praktikum Petrologi. Balikpapan, STT-MIGAS


BALIKPAPAN, Balikpapan.
Ryka, Hamryani, S.T. M.T 2011. Petrologi - Bahan Ajar Identifikasi Mineral dan
Alterasi-1. Balikpapan, STT-MIGAS BALIKPAPAN, Balikpapan.
Ranjani, Ridvanjra, 2014. Laporan Resmi Praktikum Petrologi. Balikpapan, STT-
MIGAS BALIKPAPAN, Balikpapan.
Audino, Rizki Teddy, 2014. Laporan Resmi Praktikum Petrologi. Balikpapan,
STT-MIGAS BALIKPAPAN, Balikpapan.
Noor, Djauhari. Pengantar Geologi Bab 3 Mineral dan
Batuanhttp://academic.emporia.edu/abersusa/go324/metamor.htm
http://courses.missouristate.edu/emantei/creative/glg110/sed-met_rks.html ( 8
april 2015)
Tim Asprak Geologi Fisik. 2015. Modul Panduan Praktikum Geologi Fisik.
Balikpapan: Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

Tim Asprak Petrologi. 2013. Modul Praktikum Petrologi. Yogyakarta: UPN


“Veteran”

Atmaja, Afriza Andreas, 2015. Laporan Resmi Praktikum Petrologi. Balikpapan,


STT-MIGAS BALIKPAPAN, Balikpapan.

175
LAMPIRAN

176

Anda mungkin juga menyukai