PENDAHULUAN
Petrologi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan
sebagai penyusun kerak bumi. Bumi yang kita tempati ini disusun oleh berbagai
jenis batuan. Mempelajari batuan merupakan pengetahuan dasar untuk
mempelajari geologi serta untuk mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Batuan
adalah agregat padat yang terdiri dari mineral-mineral, gelas, ubahan material
organik atau kombinasi dari komponen-komponen tersebut yang terjadi secara
alamiah. Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan
berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan
membentuk berbagai jenis batuan yang berbeda. Batuan di alam dapat
dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu
batuan beku (igneous rock) : batuan yang terbentuk dari pembekuan dan
kristalisasi magma baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral
dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya
batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan
vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar.
1
batuan piroklastik (pyroclastic rock) : batuan yang disusun oleh material-
material yang dihasilkan oleh letusan gunung api.
batuan sedimen (sedimentary rock) : batuan yang terbentuk dari sedimen
hasil rombakan batuan yang telah ada, akumulasi dari material organik
atau hasil penguapan dari larutan. Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses
pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya
terendapkan. Batuan sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa
bagian diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan
batuan sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses
pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi.
Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran
lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa jugamenjadi
batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Batuan
sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari
migrasi. Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa
makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau
batuan penyimpan (reservoir).
batuan metamorf (metamorphic rock) : batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana
batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi
kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat),
dengan temperatur berkisar antara 200-8000C.Batuan metamorf adalah
batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau
tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya
temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur
yang baru pula.
2
Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya
berbagai proses yang mempengaruhi pembentukan keempat jenis batuan tersebut.
Sepanjang kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan
berubah menjadi jenis batuan yang lain, seperti terlihat dalam siklus batuan pada
(Gambar 1.1)
3
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN BEKU OCEANIC
AGUSTINA
1501056
III
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GASBUMI
BALIKPAPAN
2017
4
BAB II
5
Gambar 2.1. Bowen’s Reaction Series
6
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran
yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di
sekitarnya. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan
yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi
dua yaitu konkordan dan diskordan.
7
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua, yaitu
mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotik, dan
mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
8
Contohnya pada tabel berikut ini :
Tabel. 2.1 Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan
kandungan kimia oksida
9
Tabel 2.2 Pembagian Batuan Intrusi dan Ektrusi
10
Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :
A. Batuan Felsik : Dominan felsik mineral, biasanya berwarna
cerah.
B. Batuan Mafik : Dominan mineral mafik, biasanya berwarna
gelap.
C. Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa
aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku,
seperti untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama
perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff.
4. Berdasarkan Mineralogi
Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian
besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu.
Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa,
plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan
untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin.
11
Gambar 2.3. Klasifikasi berdasarkan tekstur
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia.
Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan
keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti
bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik
menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,
tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat
dibagi menjadi:
a) Batuan Dalam
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat
pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
12
d) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak
dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
13
2.1.3. Tekstur Batuan Beku
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran
butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika
warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,
maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,
dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
1. Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :
~ Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua
berbentuk kristal-kristal.
~ Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi
berupa mineral gelas.
~ Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.
2.Ukuran butir
- Halus, apabila ukuran diameter rata – rata kristal individu < 1 mm.
- Sedang, apabila ukuran diameter kristal antara 1 mm – 5 mm.
- Kasar, apabila ukurannya berkisar antara 5 mm – 30 mm.
- Sangat kasar apabila ukurannya > 30 mm.
14
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk
pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk
terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak
sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
4. Berdasarkan Granularitas
ada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi
menjadi beberapa macam yaitu:
a) Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran
kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya
dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral
(sempurna)
Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya
berbentuk euhedral dan subhedral.
Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya
merupakan kristal yang berbentuk anhedral.
15
c) Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur
gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
16
c) Kelompok Gabro – Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa
dan terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan
hornblende.
d) Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain
yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
17
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular terisi oleh mineral lain seperti
kalsit, kuarsa atau zeolitg. Struktur aliran, yaitu struktur yang
memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat
aliran.
Autobrecia, stuktur yang terdapat pada lava yang memperlihatkan
fregmen dari lava-lava itu sendiri.
Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya fregmen batuan
yang masuk atau tertanam kedalam batuan beku, ini terbentuk akibat
peleburan tidak sempurna dari batuan samping didalam magma yang
menerobos.
Vesikuler merupakan struktur yang ditandai dengan adanya lubang –
lubang gas dengan arah tertentu.
Skoria seperti vesikuler tetapi tidak menunjukan arah yang teratur.
2. Struktur Batuan Beku Intrusif
Intrusive Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur
tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.
1. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan
disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan
perlapisan batuan disekitarnya.
18
Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), akibat
penerobosan tubuh batuan, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman
ribuan meter.
19
Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat
besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
20
2.1.6. Klasifikasi dan Penamaan Batuan Beku
Batuan beku di alam sangat banyak jenisnya, oleh karena itu untuk
memudahkan batuan beku perlu dikelompokan/diklasifikasikan. Batuan
beku ada yang diklasifikasikan berdasarkan kandungan SiO2, indeks warna,
alumina saturation, silica saturation, dan lain-lain, tetapi terutama
diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan teksturnya. Macam-
macam klasifikasi batuan beku yaitu :
Secara megaskopik batuan beku dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu :
A. Golongan Fanerik
Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa),
berbutir sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm). Golongan fanerik dapat
dibagi atas beberapa jenis batuan, seperti terlihat pada diagram segitiga
Gambar 2.3a, 2.3b, dan 2.3c. Dasar pembagiannya adalah kandungan
mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F), felsfar alkali (A), serta
kandungan mineral plagioklas (P). Cara menentukan nama batuandihitung
dengan menganggap jumlah ketiga mineral utama (Q+A+P atau F+A+P)
adalah 100%.
Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan
muskovit dan biotit = 10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan
P yang dihitung kembali untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut :
Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% – 10% (jumlah
mineral mika) = 90%, maka :
o Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
o Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%
o Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%
Bila diplot pada diagram 7a, hasilnya adalah batuan granitoid.
21
Gambar 2.4.Diagram Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973)
(a)Klasifikasi umum, (b)Batuan ultramafik, gabroik & anortosit,
(c)Batuan ultramafik
I. Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid
Syenitoid; VI. Foid Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit; VIII. Anortosit;
IX. Peridotit; X. Piroksenit; XI. Hornblendit; II-IV. The Qualifier „Foid-
Bearing‟, digunakan bila feldspatoid hadir; IX-XI. Batuan Ultramafik.
B. Golongan Afanitik
Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir
halus (< 1 mm), sehingga batuan beku jenis ini tidak dapat ditentukan
prosentase mineraloginya secara megaskopik. Salah satu cara terbaik
untuk memperkirakan komposisi mineralnya adalah didasarkan atas warna
batuan, karena warna batuan umumnya mencerminkan proporsi mineral
yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang)
22
dan mineral mafik (berwarna gelap). Semakin banyak mineral mafik,
semakin gelap warna batuannya.
23
2.3 Data dan Hasil Percobaan
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Olivin, piroksen
6. NamaBatuan : Batu peridotit
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST
24
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Peridotit adalah batuan beku ultra basa plutonik yang terjadi akibat dari
pembekuan magma berkomposisi ultra basa pada kedalaman jauh dibawah
permukaan bumi. Dapat diketahui apabila peridotit adalah batuan plutonik yaitu
dari ukuran kristalnya yang besar-besar. Batu ini berwarna gelap agak kehijauan
karena Olivin sebagai mineral mayoritas yang menyusun batuan ini. Kunci untuk
mengetahui bahwa suatu batuan adalah peridotit yaitu apabila perbandingan
komposisi antara mineral Olivin dan Piroksen pada batuan tersebut adalah sekitar
70% : 30%
25
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Piroksen, plagioklas
6. NamaBatuan : Batu gabro
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok :III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Ana Nugrahini
26
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batu Gabro adalah salah satu jenis Batuan Beku bersifat basa yang terbentuk dari
proses pembekuan magma secara lambat di dalam permukaan bumi. Batu Gabro
terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung. Karena terbentuk di
dalam bumi, maka ia termasuk Batu Intrusif (Plutonik). Batu Gabro umumnya
berwarna gelap, hitam kehijauan. Struktur batuan ini massive, artinya tidak
terdapat rongga, lubang udara, atau retakan – retakan. Teksturnya fenerik, artinya
kandung mineral batu Gabro dapat dilihat langsung secara kasat mata, dan
mineralnya berukuran besar. Ukuran Mineral yang besar membuktikan bahwa
proses pembekuannya berlangsung secara lambat.
27
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Olivin, plagioklas, piroksen
6. NamaBatuan : Batu dunite
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST
28
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batu Dunit terbentuk dari magma ultrabasa pada bagian terdalam kerak samudra.
Karena terbentuk di bagian dalam (plutonik), otomatis proses pengkristalannya
sangat lambat dan sempurna meskipun ukuran kristalnya halus. Menurut bowen
reaction series Dunit terbentuk pada suhu >1000°C karena mineral penyusunnya
terdiri dari 90% olivine.
29
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Afanitik
5. Komposisi Mineral : Piroksen, plagioklas
6. NamaBatuan : Batu basalt
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST
30
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batu Basalt terbentuk di zona pemekaran lantai samudra / mid oceanic ridge. Saat
proses spreading, magma yang bersifat basa di bawah lempeng samudra akan
keluar melalui celah . Karena perbedaan suhu yang ekstrim antara air laut dan
magma itu sendiri, seketika itu magma akan membeku dengan cepat. Bagian luar
dari tubuh magma akan langsung membeku. Sedangkan magma yang masih
terperangkap di dalam tubuh batuan akan mengintrusi naik dan keluar kemudian
membeku diatas tubuh batuan. Sehingga terbentuklah struktur pillow lava/ lava
bantal.
31
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Afanitik
5. Komposisi Mineral : Piroksen
6. NamaBatuan : Batu basalt vesikuler
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST
32
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batu Basalt terbentuk di zona pemekaran lantai samudra / mid oceanic ridge. Saat
proses spreading, magma yang bersifat basa di bawah lempeng samudra akan
keluar melalui celah . Karena perbedaan suhu yang ekstrim antara air laut dan
magma itu sendiri, seketika itu magma akan membeku dengan cepat. Bagian luar
dari tubuh magma akan langsung membeku. Sedangkan magma yang masih
terperangkap di dalam tubuh batuan akan mengintrusi naik dan keluar kemudian
membeku diatas tubuh batuan. Sehingga terbentuklah struktur pillow lava/ lava
bantal.
33
2.3 Pembahasan
1. Peridotit
Merupakan jenis batuan beku oceanic. Memiliki warna segar berupa
hijau tua dan warna lapuk berwarna hitam. Memiliki tekstur derajat
kristalinitas berupa holokristalin, granularitas berupa faneritik, bentuk kristal
adalah subhedral, dan memiliki relasi inequigranular. Memiliki komposisi
mineral berupa mineral primer olivine dan piroksen. Memiliki struktur masif
dan petrogenesa berupa plutonik. Batu tersebut dinamakan batu peridotit.
2. Gabro
Batu Gabro adalah salah satu jenis Batuan Beku bersifat basa yang
terbentuk dari proses pembekuan magma secara lambat di dalam permukaan
bumi. Batu Gabro terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung.
Karena terbentuk di dalam bumi, maka ia termasuk Batu Intrusif (Plutonik).
Batu Gabro umumnya berwarna gelap, hitam kehijauan. Struktur batuan ini
massive, artinya tidak terdapat rongga, lubang udara, atau retakan – retakan.
Teksturnya fenerik, artinya kandung mineral batu Gabro dapat dilihat
langsung secara kasat mata, dan mineralnya berukuran besar. Ukuran
Mineral yang besar membuktikan bahwa proses pembekuannya berlangsung
secara lambat.
3. Dunite
Berbeda dari batuan yang lain, sampel memiliki warna kehijauan.
Strukturnya dikatakan masif karena tidak melihat di singkapan. Dengan
menggunakan loupe, diketahui batuan ini memiliki kristal- kristal yang
terbentuk sempurna meskipun sangat halus (1mm). berarti dapat dikatakan
derajat pengkristalannya holokristalin dan granularitasnya fenerik halus.
Bentuk butirnya diasumsikan sempurna (euhedral) karena pembentukannya
pada zona suhu tinggi, pasti pengkristalannya sempurna. Hubungan antar
butirnya equigranular. Warna hijau kehitaman menunjukan batuan ini
34
mengandung sekitar 80- 90 % olivin, dan sisanya piroksen. Dari kandungan
mineral dan teksturnya, jelas bahwa sampel batuan tersebut adalah Dunit.
4. Basalt
Dari Pengamatan megaskopik, diketahui bahwa sampel memiliki
warna hitam pekat. Batuan ini tidak memperlihatkan adanya
pengkristalan. Maka dapat dikatakan derajat pengkristalannya
holohealin, dan teksturnya afanitik. Karena tidak adanya butiran kristal
maka bentuk butirnya anhedral dan hubungan antar butirnya
inequigranular. Warnanya yang hitam pekat dan terdapat kilap seperti
arang di permukaan sampel, maka diketahui komposisi mineralnya
piroksen dan amphibole. Tidak adanya pengkristalan dan mineral yang
bersifat basa meunjukan sampel batuan adalah batuan vulkanik basa.
Menurut klasifikasi Clan William, batu tersebut dinamakan Basalt.
5. Basalt vesikuler
Dari Pengamatan megaskopik, diketahui bahwa sampel memiliki
warna hitam pekat. Batuan ini tidak memperlihatkan adanya
pengkristalan. Maka dapat dikatakan derajat pengkristalannya
holohealin, dan teksturnya afanitik. Karena tidak adanya butiran kristal
maka bentuk butirnya anhedral dan hubungan antar butirnya
inequigranular. Warnanya yang hitam pekat dan terdapat kilap seperti
arang di permukaan sampel, maka diketahui komposisi mineralnya
piroksen dan amphibole. Tidak adanya pengkristalan dan mineral yang
bersifat basa meunjukan sampel batuan adalah batuan vulkanik basa.
Menurut klasifikasi Clan William, batu tersebut dinamakan Basalt.
35
2.4 Kesimpulan
36
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN BEKU CONTINENTAL
AGUSTINA
1501056
III
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
37
BAB III
38
Gambar 3.1 Seri Reaksi Bowen
Pada seri reaksi Bowen terjadi dua deret kristalisasi mineral yaitu reaksi
menerus dan reaksi tidak menerus. Seri reaksi menerus pada plagioklas artinya
kristalisasi plagioklas Ca yang pertama (anortit) menerus bereaksi dengan sisa
larutan selama pendinginan berlangsung, dan berubah komposisinya ke arah
plagioklas Na, disini terjadi substitusi sodium (Na) terhadap kalsium (Ca). Seri
reaksi menerus pada plagioklas merupakan deret larutan padat (solid solution)
yang menerus. Seri reaksi tidak menerus terdiri dari mineral-mineral
feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivin. Hasil
reaksi selanjutnya antara olivin dan sisa larutannya membentuk piroksen. Proses
ini berlanjut hingga terbentuk biotit. Seri reaksi tidak menerus bersifat
incongruent melting.
39
Mineral-mineral yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :
Mineral felsik : umumnya berwarna cerah, mengandung Mg dan Fe yang
rendah dan silika yang tinggi, misalnya plagioklas, k-felspar, muskovit
dan kuarsa.
Mineral mafik : umumnya berwarna gelap, mengandung Mg dan Fe yang
tinggi dan silika yang rendah, misalnya olivin, piroksen, hornblenda, dan
biotit.
40
Tabel 3.1 Ciri-Ciri Pembentukan Batuan Beku
41
Tabel 3.2 Ciri-Ciri Pembentukan Batuan Beku (lanjutan)
42
3.2.1. Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku
Batuan beku intrusi : batuan beku yang membeku di dalam bumi, yang
menghasilkan 2 jenis batuan beku yaitu :
o Batuan hypabisal : batuan beku yang membeku di dalam bumi pada
kedalaman menengah-dangkal sehingga menghasilkan batuan beku
bertekstur sedang atau percampuran antara kasar-halus.
o Batuan plutonik : batuan beku yang membeku jauh di dalam bumi
sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur kasar-sangat kasar.
Batuan beku ekstrusi : batuan beku yang membeku di permukaan/di
dekat permukaan bumi, yang menghasilkan batuan beku volkanik yang
bertekstur sangat halus-halus.
43
Batuan beku yang berwarna gelap-hitam, umumnya adalah batuan
beku intermedier yang tersusun oleh mineral-mineral felsik dan
mineral mafik hampir sama banyak
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, umumnya adalah batuan
beku basa yang tersusun oleh mineral-mineral mafik
Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik,
umumnya adalah batuan beku ultrabasa yang tersusun oleh hampir
seluruhnya mineral-mineral mafik.
Tabel 3.3. Bentuk Umum Tubuh Batuan Beku Pada Kerak Bumi
44
Gambar 3.3Bentuk Batuan Beku Continental pada Kerak Bumi.
45
menentukan nama/sifat batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit,
rutil, dll.
3.2.2.3. Tekstur
46
Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus, tidak dapat dilihat dengan
mata biasa, hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Jika batuan
bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan masa dasar dipisahkan.
Gelasan (glassy) : batuan beku semuanya tersusun oleh gelas.
c. Kemas/fabric : Kemas/fabric batuan beku dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
Equigranular : ukuran besar butir/kristal relatif sama
Inequigranular : ukuran besar butir/kristal tidak sama
1. Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada
batuan beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat
berstruktur masif.
2. Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang
berbeda pada saat pembekuan.
3. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat
pendinginan. Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar.
47
Namun pada batuan beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini
kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada yang
berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut,
demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar
umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari lava relatif
encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elip menunjukkan
lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber dan
aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.
4. Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler
berbentuk membulat atau elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti
rumah lebah.
5. Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler
dimana di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.
6. Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur
vesikuler yang telah terisi oleh mineral-mineral asing atau sekunder.
7. Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal
berbentuk prismatik panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.
48
Tabel 3.4. Bentuk Kristal/Mineral (untuk batuan beku berbutir sedang-kasar)
Batuan beku di alam sangat banyak jenisnya, oleh karena itu untuk
memudahkan batuan beku perlu dikelompokan/diklasifikasikan. Batuan beku
ada yang diklasifikasikan berdasarkan kandungan SiO2, indeks warna,
alumina saturation, silica saturation, dan lain-lain, tetapi terutama
diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan teksturnya. Macam-
macam klasifikasi batuan beku yaitu :
Secara megaskopik batuan beku dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu :
C. Golongan Fanerik
Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa),
berbutir sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm). Golongan fanerik dapat
dibagi atas beberapa jenis batuan, seperti terlihat pada diagram segitiga
Gambar 2.3a, 2.3b, dan 2.3c. Dasar pembagiannya adalah kandungan
mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F), felsfar alkali (A), serta
kandungan mineral plagioklas (P). Cara menentukan nama batuandihitung
dengan menganggap jumlah ketiga mineral utama (Q+A+P atau F+A+P)
adalah 100%.
Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan
muskovit dan biotit = 10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan
P yang dihitung kembali untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut :
49
Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% – 10% (jumlah
mineral mika) = 90%, maka :
o Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
o Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%
o Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%
Bila diplot pada diagram 7a, hasilnya adalah batuan granitoid.
50
D. Golongan Afanitik
Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir
halus (< 1 mm), sehingga batuan beku jenis ini tidak dapat ditentukan
prosentase mineraloginya secara megaskopik. Salah satu cara terbaik
untuk memperkirakan komposisi mineralnya adalah didasarkan atas warna
batuan, karena warna batuan umumnya mencerminkan proporsi mineral
yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang)
dan mineral mafik (berwarna gelap). Semakin banyak mineral mafik,
semakin gelap warna batuannya.
51
Gambar 2.4. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Afanitik
Q. Kuarsa; A. Alkali Felspar (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan
anortoklas);P. Plagioklas; F. Felspatoid; Mel. Melilit; Ol. Olivin; Px.
Piroksen; M. Mineral mafik.
I. Rhyolitoid; II. Dacitoid; III. Trachytoid; IV. Andesitoid, Basaltoid;V.
Phonolitoid; VI. Tephritoid; VII. Foiditoid; VIII. Ultramafitit
52
53
3.4 Data dan Hasil Percobaan
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Plagioklas, kuarsa, biotit
6. NamaBatuan : Batu granit
7. PetroGenesa : Intrusif continental
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok :III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST
54
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Granit terbentuk dari magma yang bersifat asam (dominan KFeldspar dan SiO2)
pada zona dekat dapur magma. Proses kristalisasinya terjadi sangat lambat
sehingga membentuk Kristal yang sempurna. Magma granitik biasanya jauh dari
jalur subduksi atau bisa dikatakan apabila suatu dapur magma semakin jauh
dengan jalur subduksi, magmanya semakin granit. Hipotesanya karena suhu dan
tekanan semakin rendah dibandingkan pada daerah subduksi sehingga viskositas
magma semakin kecil. Maka mineral yang terbentuk cenderung stabil (di suhu
rendah, 700°C).
55
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, hornblende
6. NamaBatuan : Batu granit merah
7. PetroGenesa : Plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAspra : Yeni Devita,ST
56
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Granit terbentuk dari magma yang bersifat asam (dominan KFeldspar dan SiO2)
pada zona dekat dapur magma. Proses kristalisasinya terjadi sangat lambat
sehingga membentuk Kristal yang sempurna. Magma granitik biasanya jauh dari
jalur subduksi atau bisa dikatakan apabila suatu dapur magma semakin jauh
dengan jalur subduksi, magmanya semakin granit. Hipotesanya karena suhu dan
tekanan semakin rendah dibandingkan pada daerah subduksi sehingga viskositas
magma semakin kecil. Maka mineral yang terbentuk cenderung stabil (di suhu
rendah, 700°C).
57
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Plagioklas, hornblende, biotit
6. Nama Batuan : Batu Andesit
7. PetroGenesa : Continental plutonik
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok :III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST
58
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batu ini berasal dari lelehan lava gunung api yang meletus. Batu andesit terbentuk
( membeku ) ketika temperature lava yang meleleh turun antara 900 – 1100ºC.
Merupakan jenis batuan beku luar.
59
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Plagioklas, kuarsa, hornblende
6. Nama Batuan : Batu dasit
7. PetroGenesa :
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok : III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST
60
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batu dasit merupakan batuan beku yang termasuk dalam jenis vulkanik, karena
dasit dalam proses pembekuannya mengalami pendinginan magma yang cepat.
Proses terbentuknyadasit pada suhu sekitar 900º - 1200ºC.
61
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : Faneritik
5. Komposisi Mineral : Kuarsa, piroksen
6. Nama Batuan : Batu granodiorit
7. PetroGenesa :
Nama : AGUSTINA NILAI
Nim : 1501056
Kelompok :III (TIGA)
Tanggal Praktikum :
NamaAsprak : Yeni Devita,ST
62
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
63
3.5 Pembahasan
1. Batu Granit adalah salah satu jenis batuan beku bersifat asam yang
terbentuk dari proses pembekuan magma yang secara lambat di dalam
permukaan bumi. Karena terbentuk di dalam bumi, maka batu grait
merupakan Batu Intrusif (Plutonik). Kata Granit berasal dari bahasa latin
yaitu Granum yang artinya butir padi. Batu Granit umumnya Berwarna
Putih, abu-abu, atau campuran keduanya, terkadang juga berwarna merah
muda atau jingga. Batuan ini kasar, keras, dan kuat, sering terdapat di
pinggir pantai, pinggir sungai, atau di dasar sungai. Batu Granit sering
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
2. Batu Granit adalah salah satu jenis batuan beku bersifat asam yang
terbentuk dari proses pembekuan magma yang secara lambat di dalam
permukaan bumi. Karena terbentuk di dalam bumi, maka batu grait
merupakan Batu Intrusif (Plutonik). Kata Granit berasal dari bahasa latin
yaitu Granum yang artinya butir padi. Batu Granit umumnya Berwarna
Putih, abu-abu, atau campuran keduanya, terkadang juga berwarna merah
muda atau jingga. Batuan ini kasar, keras, dan kuat, sering terdapat di
pinggir pantai, pinggir sungai, atau di dasar sungai. Batu Granit sering
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
3. Batu Andesit adalah salah satu jenis Batuan Beku yang terbentuk dari
proses pembekuan lelehan lava gunung merapi yang meletus. Lelehan
Lava ini akan membeku ketika temperatur lava turun hingga 900 – 1100
derajat celcius. Karena terbentuk di permukaan bumi amak termasuk
batuekstrusif (vulkanik). Batu Andesit biasanya berwarna abu – abu, hijau,
merah atau jingga. Batu Andesit memiliki tekstur dan permukaan halus
namun tidak massive. Artinya baru ini memiliki rongga atau lubang udara.
Batu Andesit sering dimanfaatkan untuk membuat batu nisan, candi, arca
atau hiasan.
4. Batu Dasit adalah salah satu jenis Batuan Beku yang terbentuk karena
pembekuan magma secara cepat. Proses terbentuknya Batu dasir adalah
64
pada suhu 900 – 1200 derajat celcius. Karena terbentuk pada permukaan
bumi maka batu ini termasuk golongan batu Ekstrusif (Vulkanik).
Permukaan dasar batu dasit halus namun permukaan mineralnya kasar.
Dalam pembentukannya batu Dasit sering ditemukan bersama batu
Andesit, dan membentuk aliran lava atau tanggul. Warna batu ini biasanya
putih keabu-abuan.
5. Batuan ini termasuk jenis batuan beku Asam. batuan ini terbentuk secara
plutonik, terbentuk dari hasil pembekuan magma didalam bumi pada
kedalaman yang cukup besar. memiliki derajat pengkristalan holokristalin
dengan pola susunan butir faneritik, bentuk hubungan antara kristal dalam
dua dimensi ialah euhedral, relasi pada batuan beku basa ini relatiif
penyusunnya sama besar atau equigranular. Batuan ini memiliki struktur
yang masif, komposisi mineral yang terkandung didalamnya ada
plagioklas, hornblende, biotit dan kuarsa kemudian warna batuan ini putih,
batuan beku asam ini bernama Granodiorit
65
2.6 Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan diatas maka dapat disimpulkan:
1. Batuan beku bersifat asam ditandai dengan warna cerah dan hadirnya
ortoklas
2. Batuan plutonik ditandai dengan derajat pengkristalan holokristalin,
faneritik , euhedral, dan equigranular
3. Batuan Vulkanik ditandai dengan tekstur gelas, afanitik, amorf dan
equiranular
4. Dari fisik batuan, dapat diintreprestasi petrogenesanya
66
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KLASTIK ( NON KARBONAT )
AGUSTINA
1501056
III
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
67
BAB IV
68
reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O). adapula yang diendapkan
dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan maupun hewan.
69
sediment gravity flow antara lain adalah debris flow, grain flow dan
arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan
produk yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena
pada gravity flow transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali
akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses
ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan
struktur deformasi.
70
Adapun beberapa proses yang terjadi dalam diagnase, yaitu :
Kompaksi
Kompaksi terjadi jika adanya tekanan akibat penambahan beban.
Anthigenesis
Mineral baru terbentuk dalam lingkungan diagnetik, sehingga
adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu
sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut:
karbonat, silika, klastika, illite, gypsum dan lain-lain..
Metasomatisme
Metasomatisme yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai
mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contoh :
dolomitiasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat
atau fosil.
Rekristalisasi
Larutan (Solution)
71
4.1.2.2. Litifikasi dan Diagnesis
72
Klasifikasi lebih lanjut seperti berikut:
Berdasarkan proses pengendapannya
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen kimiawi
Batuan sedimen organik
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
Batuan sedimen aerik
Batuan sedimen aquatik
Batuan sedimen marin
Batuan sedimen glastik
Berdasarkan tempat endapannya
Batuan sedimen limnik
Batuan sedimen fluvial
Batuan sedimen marine
Batuan sedimen teistrik
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun
batuan tersebut. Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir,
batulanau, batulempung, stalaktit dan stalakmit, moraine
Tekstur Klastik
Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
73
Fragmen : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir.
Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan
setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa
silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.
74
Gambar 4.1. Skala Wentworth
b. Pemilahan (sorting)
Pemilahan (sorting) adalah derajat keseragaman besar butir.
Istilah yang dipakai dalam pemilahan adalah terpilah sangat baik,
terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk dan terpilah sangat
buruk (Gambar 4.2).
75
c. Kebundaran (Roundness)
Kebundaran (roundness) adalah tingkat kebundaran atau
ketajaman sudut butir, yang mencerminkan tingkat abrasi selama
transportasi. Kebundaran dipengaruhi oleh komposisi butir, besar
butir, jenis transportasi, jarak transportasi dan resistensi butir.
Istilah yang dipakai dalam kebundaran adalah very angular (sangat
menyudut), angular (menyudut), sub angular (menyudut
tanggung), sub rounded (membundar tanggung), rounded
(membundar) dan well rounded (sangat membundar) (Gambar 4.3).
d. Kemas (fabric)
Kemas (fabric) adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu
masa dasar atau diantara semennya, sebagai fungsi orientasi butir
dan packing. Kemas secara umum dapat memberikan gambaran
tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan
permeabilitas batuan. Istilah yang dipakai adalah kemas terbuka
(bila butiran tidak saling bersentuhan) dan kemas tertutup (bila
butiran saling bersentuhan). Jenis-jenis kontak antar butir (Gambar
4.4) :
76
Gambar 4.4. Jenis-jenis kontak antar butir
e. Porositas
Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan
volume total batuan (dinyatakan dalam persen). Porositas dapat
diuji dengan meneteskan cairan (air) ke dalam batuan. Istilah yang
dipakai adalah porositas baik (batuan menyerap air), porositas
sedang (di antara baik-buruk), dan porositas buruk (batuan tidak
menyerap air). Jenis-jenis porositas : intergranular, microporosity,
dissolution dan fracture (Gambar 3.5).
77
4.1.4. Struktur Batuan Sedimen
Perlapisan/Laminasi
Perlapisan adalah bidang kesamaan waktu yang dapat ditunjukan oleh
perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunnya. Disebut
perlapisan bila tebalnya >1 cm dan laminasi bila tebalnya <1 cm. Macam-
macam perlapisan/laminasi :
o Perlapisan/laminasi sejajar (Paralel Bedding/Lamination) : bentuk
lapisan/ laminasi batuan yang tersusun secara horisontal dan saling
sejajar satu dengan yang lainnya.
o Perlapisan/laminasi silang siur (Cross Bedding/Lamination) :
bentuk lapisan/ laminasi yang terpotong pada bagian atasnya oleh
lapisan/laminasi berikutnya dengan sudut yang berlainan dalam
satu satuan perlapisan.
78
o Perlapisan bersusun (Gradded Bedding) : perlapisan batuan yang
dibentuk oleh gradasi butir yang makin halus ke arah atas (normal
graded bedding) atau gradasi butir yang makin kasar ke arah atas
(reverse graded bedding). Normal graded bedding dapat dipakai
untuk menentukan top atau bottom lapisan batuan.
Gelembur gelombang (current ripple) : bentuk permukaan perlapisan
bergelombang karena adanya arus sedimentasi.
Mud crack : bentuk retakan poligonal pada permukaan lapisan lumpur
(mud).
Rain mark : kenampakan pada permukaan sedimen karena tetesan air
hujan.
79
Tabel 4.1.Macam-Macam Struktur Primer Batuan Sedimen.
80
Struktur Sedimen Erosional (Erosional Sedimentary Strucures)
Adalah struktur sedimen yang terjadi akibat proses erosi pada saat
pengendapan batuan sedimen :
81
Struktur Sedimen Biogenik (Biogenic Sedimentary Strucures)
Gambar 4.6. Cross bedding : a. tabular set, b. wedge set, c. trough set, d. hummocky cross bedding.
82
Gambar 4.7. Ripple structures : a. linguoid curret ripples, b. transverse curret ripples, c. oscilation
(wave) ripples, d. ripple-drift bed.
Gambar 4.8. Casts pada bagian bawah lapisan : a. pointed flute casts, b. bulbous flute casts, c.
groove casts, d. penampang flute mark, e. penampang impact mark.
83
Gambar 4.9. Hubungan trace fosil terhadap fasies sedimen dan zona kedalaman di
lautan.
Struktur sedimen dapat digunakan untuk menentukan top dan bottom suatu
lapisan sedimen, arah arus purba dan menginterpretasikan lingkungan
pengendapan (Gambar 4.10.)
84
Gambar 4.10. Struktur sedimen yang digunakan untuk penentuan top dan bottom.
85
Batuan sedimen evaporit
Batuan ini terbentuk dari material organic yang berasal dari tumbuhan.
Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Contohnya lignit,
bituminous coal, anthracite.
86
Batupasir
Tekstur batupasir : ukuran butiran (pasir 0.125 – 2.00 mm), bentuk
butiran (menyudut, membundar, dll.), sorting, kemas butiran (mencakup
orientasi, grain packing, grain contact, hubungan butiran dan matriks),
textural maturity, porositas, permeabilitas, struktur sedimen.
Textural maturity :
o Texturally immature sediment : matriks dominan, sortasi buruk, butiran
menyudut.
o Texturally mature sediment : matriks sedikit,, sortasi sedang-baik,
butiran membundar tanggung-membundar.
Komposisi : butiran (fragmen batuan/litik, kuarsa, felspar, dan mineral-
mineral lainnya), matrik dan semen.
Klasifikasi batupasir
Parameter : butiran (stabil dan tak stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik
matriks lempung (hasil rombakan atau alterasi batuan)
batupasir arenite : bila kehadiran matriks lempung <15%
batupasir wacke : bila kehadiran matriks lempung >15%
87
Konglomerat berdasarkan litologi fragmen (clast) dan jenis kemas (fabric
support) dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu (Gambar 4.11) : igneous-
clast conglomerates, sedimentary-clast conglomerates, metamorphic-clast
conglomerates dan polymict conglomerates.
Mudrock
Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun
terutama oleh partikel berukuran lanau-lempung, mineral lain mungkin
juga hadir. Mudrock diendapkan terutama dalam lingkungan river
88
floodplain, lake, low energy shoreline, delta, outer marine shelf dan deep
ocean basin. Untuk klasifikasi batuan sedimen klastik selain mengunakan
klasifikasi besar butir menurut Wentworth, juga dapat menggunakan
klasifikasi berdasarkan komposisi atau besar butir dari penyusun batuan
sedimen yang sudah ditentukan lebih dahulu.
Gambar 4.12. Klasifikasi batuan sedimen klastik berbutir halus (Picard, 1971).
89
90
4.2. Data dan Hasil Deskripsi
91
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Batu breksi adalah batuan sedimen klastik yang memiliki ukuran butir yang paling
kasar dari skala wenworth yaitu >256 mm. Terbentuk didaerah terrestrial atau
paling dekat dengan gunung api sebagai sumber material sedimen.
92
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
93
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Batu lanau terbentuk didaerah transisi oleh karena itu ukuran butirnya cukup halus
karena sudah lumayan jauh tertransportasi dari gunung api sebagai sumber
material sedimennya.
94
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
95
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Batu pasir sedang terbentuk didaerah terrestrial. Batu pasir sedang tertransportasi
cukup jauh dari sumber material sedimennya. Oleh sebab itu ukuran butirnya
cukup halus.
96
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
97
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Batu lempung terbentuk didaerah transisi laut sehingga memiliki ukuran butir
yang halus karena sudah jauh tertransportasi oleh agen transportasi, dapat berupa
air, angin, dan es.
98
4.3 Pembahasan
1. Batu ini memiliki warna segar putih, warna lapuk kecoklatan. Termasuk
jenis batuan sedimen klastik. Memiliki tekstur diameter butiran pasir
kasar, derajat pembundaran membundar, derajat pemilahan sortasi buruk,
dan memiliki kemas terbuka. Selain itu memiliki komposisi mineral semen
berupa silica. Mempunyai struktur masif, dan terbentuk di daerah transisi.
Nama batuan tersebut adalah batu pasir kasar.
2. Batu ini memiliki warna segar abu-abu, dan warna lapuk coklat. Termasuk
jenis batuan sedimen klastik. Memiliki tekstur diameter butiran bongkah,
derajat pembundaran menyudut, derajat pemilahan buruk dan kemas
terbuka. Selain itu memiliki komposisi mineral semen berupa silica,
berstruktur masif dan terbentuk didaerah terrestrial. Nama batuan tersebut
adalah batu breksi.
3. Batu ini memiliki warna segar abu-abu, warna lapuk abu kecoklatan.
Termasuk jenis batuan sedimen klastik. Memiliki struktur diameter butiran
berupa lanau, derajat pembundaran berupa membundar, derajat pemilahan
sortasi baik, dan memiliki kemas tertutup. Memiliki komposisi mineral
semen berupa silica, mempunyai struktur masif dan terbentuk didaerah
transisi. Nama batuan tersebut adalah lanau.
4. Batuan ini memiliki warna segar abu-abu, warna lapuk berwarna coklat.
Termasuk jenis batuan sedimen klastik. Memiliki tekstur diameter butiran
berupa pasir sedang, derajat pembundaran berupa membundar, derajat
pemilahan berupa sortasi buruk, dan memiliki kemas terbuka. Memiliki
komposisi mineral berupa semen silica dan mempunyai struktur masif.
Terbentuk didaerah terrestrial. Nama batuan tersebut adalah batu pasir
sedang.
5. Batu ini memiliki warna segar hitam, dan warna lapuk berwarna coklat.
Termasuk jenis batuan sedimen klastik. Memiliki tekstur diameter butiran
berupa lempung, derajat pembundaran sangat membundar, derajat
pemilahan berupa sortasi baik, dan mempunyai kemas tertutup. Memiliki
komposisi mineral matriks berupa mineral lempung, dan semen berupa
99
silikaan. Memiliki struktur masif dan terbentu didaerah transisi laut. Nama
batuan tersebut adalah lempung.
100
4.4 Kesimpulan
101
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT
AGUSTINA
1501056
III
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
102
BAB V
BATUAN SEDIMEN KARBONAT
103
Batuan karbonat dipelajari secara tersendiri karena : terbentuk pada
cekungan dimana dia diendapkan (intrabasinal), tergantung pada aktivitas
organisme, mudah berubaholeh proses diagenesa akhir, hampir ±50% menyusun
endapan-endapan laut, mewakili seluruh zaman geologi dari Proterozoic sampai
Cenozoic, proses pembentukannya tidak sama dengan proses pembentukan batuan
sedimen klastik, tekstur dan komposisi mineral karbonat tidak menunjukan
provenance batuan asal, dan batuan karbonatberasal dari subtidal carbonate
factory (middle-outer shelf).
104
Butiran skeletal : fragmen bagian yang keras dari organisme yang
kalkareous dan cangkang yang tidak pecah seperti moluska, echinoid,
ostrakoda, coral, algae, foraminifera, brachiopoda, dll.
Ooid : butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elipsoid, berukuran 0,2-
0,5 mm yang mempunyai 1 atau lebih struktur lamina yang konsentris
(dari aragonit atau kalsit) dan mengelilingi inti partikel (fragmen
cangkang, pelet atau kuarsa). Ooid terbentuk karena agitasi (pengayakan)
pada lingkungan laut dangkal (<15 m), arus dasar yang kuat, salinitas
tinggi dan jenuh kalsium bikarbonat.
Pisoid : butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elipsoid, yang
mempunyai struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti partikel
(fragmen cangkang, pelet atau kuarsa) seperti ooid, tetapi berukuran >2
mm bahkan beberapa puluh mm.
Peloid/pellet : butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau
runcing, tersusun oleh micrite tetapi tidak punya struktur dalam, berukuran
<0,1-0,5 (lanau-pasir halus). Peloid berasal dari : sekresi organisme
terutama organisme pemakan lumpur karbonat (deposit feeder) seperti
gastropoda atau crustacea, yang disebut faecal pellet; hasil disintegrasi dari
ooid atau fragmen cangkang yang bundar oleh organisme pembor terutama
endolithic (boring) algae; dan dari proses abrasi intraclast sehingga bagian
pinggirnya menjadi tumpul dan cenderung berbentuk bulat. Pellet
cenderung berukuran kecil dan seragam, berbentuk teratur (oval-bundar)
dan kandungan bahan organiknya tinggi. Pellet banyak dijumpai di
lingkungan lagoon atau tidal flat (daerah berenergi rendah dan relatif
tenang).
Agregat (lump/grapestone) : kumpulan dari beberapa macam butiran
karbonat yang tersemen bersama-sama selama sedimentasi (Tucker, 1982).
Semennya bisa berupa semen mikrokristalin kalsit/aragonit atau semen zat
organik. Agregat terbentuk pada lingkungan laut dangkal dimana energi
arus dan gelombang relatif rendah.
Litoklas : butiran karbonat yang berupa fragmen batuan karbonat
105
o Intraklas : fragmen batuan karbonat yang terbentuk lebih awal dan
berasal dari cekungan yang sama (pada seafloor, tidal flat atau
beach rock)
o Ekstraklas : fragmen batuan karbonat dari umur yang berbeda atau
berasal dari cekungan yang berbeda
2. Matrik berupa microcrystalline calcite/micrite atau lumpur karbonat/lime
mud : agregat (kumpulan) kalsit/aragonit yang berukuran <4 um (sangat
halus/lempung). Semen (sparry calcite/sparite) : kristal-kristal kalsit
granular yang terekristalisasi
3. dalam rongga-rongga pada endapan karbonat atau batugamping, terutama
dalam rongga-rongga antar butir dan dalam rongga fosil.
106
Gambar 5.2. Komponen butiran non-skeletal
Calcirudite : batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir (>2
mm).
Calcarenite : batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16 -
2 mm).
Calcilutite : batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir
(<1/16 mm).
Calcipulverite : batugamping hasil presipitasi kimiawi seperti
batugamping kristalin.
Batugamping organik : batugamping hasil pertumbuhan organisme secara
insitu seperti batugamping terumbu dan stromatolite.
107
Klasifikasi Folk (1962)
108
batugamping menjadi 2 kelompok yaitu batugamping autochthon dan
batugamping allochthon.
Porositas
109
Gambar 5.3. Klasifikasi batugamping menurut Folk (1962)
110
Gambar 5.3. Klasifikasi batugamping menurut Dunham (1962)
111
Gambar 5.5. Tipe-tipe porositas (Choquete and Pray, 1970)
112
Tabel 5.1. Tabel deskripsi batuan karbonat
Batuan sedimen ini terbentuk oleh proses sedimentasi kimiawi. Batuan ini
terbentuk pada suatu lingkungan danau atau laut yang tertutup dan dengan tingkat
penguapan yang tinggi sehingga terbentuk endapan dari larutan garam yang
menguap tersebut. Batuan sedimen evaporit terdiri dari :
113
5.2.2 Batuan Sedimen Organik (Batubara)
Batuan sedimen ini terbentuk oleh gabungan proses organik dan proses
kimiawi untuk penyempurnaan pembentukan batuan. Batuan sedimen silika yang
umumnya diendapkan pada lingkungan laut dalam, terdiri dari flint, rijang,
fosforit, radiolarit dan tanah diatomea).
114
5.3 Data dan Hasil Deskripsi
115
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Batubara merupakan material organik yang tertimbun dan termatangkan pada
lapisan impemeable. Termatangkan karena aktivitas bakteri anaerob, preasure dan
temperature. Batubara terbentuk pada lingkungan yang kaya material organik
seperti di rawa dan flood plain. Diatas lapisan batubara terdapat pasti terdapat
lempung untuk menjamin kematangan batubara.
116
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
117
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Kebanyakan perlapisan batu rijang tersusun atas organism penghasil silica seperti
diatom radiolaria. Endapan tersebut dihasilkan oleh hasil pemadatan rekristalisasi
dari lumpur silica organic yang terakumulasi pada dasar lautan yang dalam.
Lumpur tersebut bersama-sama berkumpul dibawah zona-zona planktonik diatom
radiolaria pada saat diatas permukaan hidup pada suhu yang hangat terendapkan
secara perlahan dilaut dalam yang kemudian mengalami akumulasi yang masih
saling lepas.
118
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
119
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Batu gamping kristalin adalah batuan sedimen non klastik yang memiliki semen
karbonat dan tersusun atas Kristal-kristal. Terbentuk pada zona ccd. Ukuran
butirnya halus karena tersusun atas Kristal-kristal. Batu gamping ini mengalami
proses diagenesa sehingga matriknya berupa Kristal hasil rekristalisasi mineral
yang telah ada. Ukuran butirnya hamper menyerupai lempung.
120
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
121
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Packstone adalah batuan sedimen non klastik yaitu batuan sedimen karbonat. Batu
gamping berfosil ini terendapkan pada zona ccd. Mempunyai ukuran butir
dibawah 1/256 mm atau sama dengan ukuran butir lempung, sehingga ukuran
butirnya disebut calcilulite. Pacstone diendapkan pada daerah transisi, dimana
arus tidak memindahkan seluruh material lumpur dan tidak dapat memisahkannya
dari butiran pasir.
122
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
123
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Keterangan :
Batu gamping terumbu termasuk ke dalam batuan sedimen non klastik yaitu
batuan sedimen karbonat yang terbentuk pada zona ACD. Mempunyai ukuran
butir lempung sehingga ukuran butirnya disebut calcilulite. Mempunyai fragmen
terumbu dan matriksnya adalah weckstone. Wackstone diendapkan pada
lingkungan pengendapan transisi dimana lumpur tidak dapat dibawa lagi oleh
arus. Batu gamping terumbu memiliki semen karbonat
124
5.4 Pembahasan
1. Batuan ini memiliki warna hitam dengan ukuran butir< 1/256 dan
memiliki sementasi silica, penampakan dari sampel pada batuan ini
memiliki struktur massif . terdapat juga cleat batuan ini biasanya terbentuk
di daerah transisi dan batuan ini bernama batubara.
2. Batuan ini memiliki warna merah maroon dengan ukuran butir< 1/256 dan
memiliki sementasi silica, serta matriks mudstone, penampakan pada
sampel batuan ini memiliki struktur massif batuan ini biasa terbentuk di
daerah marine batuan ini bernama batu rijang.
3. Batuan ini memiliki warna putih. Memiliki tekstur karbonat grain.
Memiliki komposisi mineral mikrit kristalin, sparit adalah semen karbonat.
Terbentuk di calate comp depth. Batu ini bernama batu gamping
kristalin.
4. Batuan ini memiliki warna putih dan termasuk ke dalam batuan sedimen
non klastik. Memiliki komposisi mineral allochem fosil. Memiliki struktur
berfosil. Dan terbentuk pada zona ACD. Batu ini bernama batu
Packstone.
5. Batuan ini memiliki warna putih. Termasuk ke dalam batuan sedimen non
klastik. Memiliki komposisi mineral sparit karbonat. Dan memiliki
struktur massif. Dan biasanya terbentuk di zona ACD. Batu ini bernama
batu gamping terumbu.
125
5.5 Kesimpulan
1. Pembentukan batuan karbonat dipengaruhi oleh kedalaman, fosil, dan
intensitas cahaya matahari.
3. Batuan Non Klastik organik tidak tersusun oleh material pembentuk batuan
melainkan material sisa organisme.
126
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN METAMORF FOLIASI
AGUSTINA
1501056
III
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
127
BAB VI
BATUAN METAMORF FOLIASI
128
Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di
jalur orogen (jalur pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang
meliputi daerah yang luas, perubahan secara progresif dari P & T rendah
ke P & T tinggi. Berdasarkan temperaturnya metamorfisme regional dibagi
menjadi dalam tiga zona yaitu :
Epizone : Daerah metamorfisme regional yang terbentuk pada
129
lempeng (litosfer) terbentuk, batuan metamorf yang dihasilkan umumnya
berkomposisi basa dan ultra basa.
130
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak
sama satu dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri
kristaloblastik yang menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan
lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada
seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi
umumnya besar dan euhedral.
131
Gambar 6.2 Seri Kristaloblastik
132
awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), macam –
macam tekstur palimset/relic/sisa adalah :
Blastoporpiritik : Tekstur sisa yang bersifat pofiritik.
Blastopsepitik : Tekstur sisa yang bersifat psepitik ( pebel ).
Blastofitik : Tekstur sisa yang besifat opitik (saling memasuki).
Blastopsammitik : Tekstur sisa yang bersifat pasir.
Blastopelitik : tekstur sisa yang bersifat lempung.
133
o Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas mineralnya unsutured (lebih
teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik,
misalnya lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik
dan granoblastik.
134
Gambar 6.2. Beberapa tekstur batuan metamorfik
A. Granoblastic dengan tekstur mosaic, B. Granoblastic (butir tak teratur),
C. Schistose dengan porfiroblast euhedral, D. Schistose dengan granoblastik
lentikuler, E. Metasandstone dengan Semischistose, F. Semischistose dalam
batuan blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite granite ke arah bawah
menjadi Protomylonite, H. Orthomylonite ke arah bawah menjadi
Ultramylonite, I. Granoblastic di dalam blastomylonite.
135
6.1.5.1. Struktur Foliasi
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral
pipih/ mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan
metamorfosakataklastik.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :
Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah
batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate
(batusabak).
136
Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular,
mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan
close schistosity, batuannya disebut schist (sekis).
137
6.2. Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf
6.2.1. Klasifikasi Batuan Metamorf Berdasarkan Komposisi Kimia Batuan
Asal
138
6.2.2. Penamaan Batuan Metamorf Berdasarkan Tekstur dan Mineraloginya
139
Tabel 6.3. Tabel Untuk Determinasi Batuan Metamorf
Batusabak (Slate)
Mineral utama : seringkali masih berupa mineral lempung;
mineral tambahan : muskovit, biotit, kordierit, andalusit.
Warna : abu-abu gelap yang mengkilap.
Struktur : foliasi (sekistose) mulai tampak namun belum jelas (slaty
cleavage).
Tekstur : lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral
pipih dan mineral granular dengan butiran yang halus.
Metamorfosa : regional.
140
Filit (Phyllite)
Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas,
mineral bijih.
Warna : terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap
daripada batu sabak.
Struktur : foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak
(tekstur filitik).
Tekstur : mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat
perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih
kasar daripada batusabak.
Metamorfosa : regional.
Sekis (Schist)
Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit),
talk (sekis talk) dll.
Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih,
hitam, mengkilap.
Struktur : foliasi (sekistose tertutup).
Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih
dan mineral granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar.
Metamorfosa : regional.
Geneis (Gneiss)
Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.
Warna : sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir
arkose.
Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh
mineral granular.
Metamorfosa : regional.
141
Migmatit (Migmatite)
Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering
memperlihatkan sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara
metasedimen dan batuan granitis, batuan yang demikian ini lazim disebut
migmatit, material granitis diperkirakan berasal dari luar, hasil dari insitu partial
melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses metamorfosis.
142
6.3. Data dan Hasil Deskripsi
143
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batuan phyllite adalah batuan metamorf foliasi yang memiliki arnag segar hitam
dan lapuk coklat dengan tekstur lepidoblastik jenis kristaloblastik stuktur slaty
cleavage dan memiliki komposisi mineral mika dan kuarsa batuan ini berasal dari
batuan sedimen (lempung) dengan metamorfisme regional. Batuan ini terbentuk
akibat perubahan tekanan dan suhu secara bersamaan.
144
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
145
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batuan sabak (slate) adalah batuan mrtamorf foliasi yang memiliki warna hitam
pekat, dengan tekstur kristaloblastik jenis lepidoblastik struktur slaty cleavage
batuan ini memiliki komposisi mineral clay, mika, dan kuarsa batuan ini berasal
dari batuan sedimen (lempung) tipe metamorfismenya adalah regional. Batuan ini
terbentuk dari intrusi dan ophiolit.
146
6.4 Pembahasan
1. Filit
Kesan pertama yang terlihat pada sampel adalah berwarna coklat
kehijauan. Warna tersebut dipengaruhi karena kandungan mineral
lempung dan klorit. Sampel tersebut juga terlihat mengkilap karena adanya
mineral mika dan kwarsa. Sampel memiliki tekstur lapidoblastik, terlihat
dari penjajaran mineral mineral yang memipih. Strukturnya antara slaty
dan schist, atau bisa juga disebut phyletic. Dilihat dari petrogenesanya
batuan ini berasal dari batuan sedimen (batulempung). Dari strukturnya
diketahui sampel batuan tersebut adalah batu Filit.
2. Sabak
Sampel batuan selanjutnya memiliki ciri yang membedakannya dengan
batuan foliasi lainnya. Permukaannya sangat halus, sehingga bentukan
mineralnya tidak bisa diraba. Namun, tetap dikatakan batuan ini memiliki
penjajaran mineral pipih yang sangat halus atau disebut lepidoblastik.
Untuk strukturnya disebut slaty cleavage. Mineral penyusunnya dominan
clay mineral didukung mika dan silica. Jelas protolitnya adalah
batulempung. Menurut literatur, batuan dengan ciri tersebut adalah batu
Sabak.
147
6.5 Kesimpulan.
148
PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN METAMORF NON FOLIASI
AGUSTINA
1501056
III
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN
KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
149
BAB VII
BATUAN METAMORF NON FOLIASI
150
Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di
jalur orogen (jalur pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang
meliputi daerah yang luas, perubahan secara progresif dari P & T rendah
ke P & T tinggi. Berdasarkan temperaturnya metamorfisme regional dibagi
menjadi dalam tiga zona yaitu :
Epizone : Daerah metamorfisme regional yang terbentuk pada
151
lempeng (litosfer) terbentuk, batuan metamorf yang dihasilkan umumnya
berkomposisi basa dan ultra basa.
152
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak
sama satu dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri
kristaloblastik yang menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan
lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada
seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi
umumnya besar dan euhedral.
153
Gambar 7.1 Seri Kristaloblastik
154
awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), macam –
macam tekstur palimset/relic/sisa adalah :
Blastoporpiritik : Tekstur sisa yang bersifat pofiritik.
Blastopsepitik : Tekstur sisa yang bersifat psepitik ( pebel ).
Blastofitik : Tekstur sisa yang besifat opitik (saling memasuki).
Blastopsammitik : Tekstur sisa yang bersifat pasir.
Blastopelitik : tekstur sisa yang bersifat lempung.
155
o Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas mineralnya unsutured (lebih
teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik,
misalnya lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik
dan granoblastik.
156
Gambar 7.2. Beberapa tekstur batuan metamorfik
A. Granoblastic dengan tekstur mosaic, B. Granoblastic (butir tak
teratur),
C. Schistose dengan porfiroblast euhedral, D. Schistose dengan
granoblastik lentikuler, E. Metasandstone dengan Semischistose, F.
Semischistose dalam batuan blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite
granite ke arah bawah menjadi Protomylonite, H. Orthomylonite ke
arah bawah menjadi Ultramylonite, I. Granoblastic di dalam
blastomylonite.
7.1.5. Struktur Batuan Metamorf
157
a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.
b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari
butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous
b. Filonit (Phyllonite)
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya
halus), sudah terjadi rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi
dibanding milonit. Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak
158
sempurna (berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap silky, butiran
halus sekali. Metamorfosa : kataklastik.
c. Kuarsit (Quartzite)
Mineral utama : kuarsa (>80%), mineral tambahan : muskovit,
biotit, k-felsfar, mineral bijih. Warna : putih terang, warna lainnya
tergantung warna mineral tambahannya. Struktur : masif, kadang-kadang
berfoliasi. Tekstur : granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.
Metamorfosa : regional dan termal
d. Serpentinit (Serpentinite)
Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih,
mineral sisa : olivin, piroksen. Warna : hijau terang – hijau kekuningan.
Struktur : masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari peridotit.
Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit). Metamorfosa :
regional
e. Amfibolit (Amphybolite)
Mineral utama : amfibol (horblenda), plagioklas, mineral tambahan
: kuarsa, epidot, klorit, biotit, garnet, mineral bijih. Warna : hijau/hitam
bintik-bintik putih atau kuning. Struktur : masif atau berfoliasi, kadang-
kadang ada struktur sisa dari metagabro atau meta lava basal. Tekstur :
idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik (plagioklas),
lepido-blastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar.
Metamorfosa : regional
f. Granulit (Granulite)
Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen,
sedikit mika. Warna : bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung
mineralnya. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi. Tekstur :
159
granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih,
berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional Eklogit (Eklogite) Batuan
metamorf berkomposisi basik, mineral utama : piroksen ompasit
(klinopiroksen/diopid yang kaya sodium dan aluminium), garnet kaya
pyrope, kuarsa. Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik. Struktur : masif
dengan besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik seringkali
porfiroblastik, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional
g. Marmer (Marble)
Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol,
flogopit, ada mineral bijih atau oksida besi. Warna : putih dengan garis-
garis hijau, abu-abu, coklat dan merah. Struktur : masif dengan besar butir
bervariasi. Tekstur : granoblastik dengan tekstur sacaroidal. Metamorfosa :
kontak dan regional
h. Hornfels (Hornfels)
Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar.
Warna : terang, merah, coklat, ungu dan hijau. Struktur : masif kadang-
kadang dengan sisa foliasi. Tekstur : hornfelsik, granoblastik,
poikiloblastik, kadang-kadang porfiroblastik, dengan tekstur mosaik,
butiran ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus. Metamorfosa :
kontak.
160
7.3 Data dan Hasil Identifikasi
161
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batuan Kuarsit adalah batuan metamorf non foliasi yang memiliki warna segar
putih dan pucat coklat dengan tekstur Kristaloblastik jenis Granoblastik, memiliki
struktur non foliasi dan komposisi mineral adalah kuarsa yang berasal dari batuan
pasir, pada saat batu pasir diintrusi oleh magma yang membawa mineral kuarsa
dan mengalami rekristalisasi akan tetapi batuan pasir habis karena intrusi magma
dan menjadi batu Kuarsit.
162
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
163
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Batuan Serpertinit adalah batuan metamorf non foliasi yang memiliki warna segar
hijau dan putih pucat dengan tekstur kristaloblastik jenis Granoblastik dan
memiliki komposisi mineral serpentine dari batuan asal yaitu basalt, pada saat
batuan basalt naik ke permukaan dan langsung mengalami kontak dengan air laut
dan magma yang membawa mineral olivine. Mineral olivine inilah yang
mengalami proses sepertinisasi.umumnya terbentuk didekat zona spreading
164
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
GAMBAR BATUAN KETERANGAN
165
LEMBAR IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
LABORATORIUM PETROLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BALIKPAPAN
Petrogenesa :
Metasand merupakan salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk
ketika batu pasir mendapat tekanan dan temperature dari intrusi tubuh magma.
Ketika batu pasir termetamorfisme menjadi kuarsit butiran-butiran pada pasir
kuarsa mengalami rekristalisasi dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batu
pasir terhapus pada metamorfisme. Terbentuk pada intrusi magma 0-100 m
166
7.4 Pembahasan
1. Quarzit
Sampel pertama berwarna putih dan permukaannya kasar seperti pasir.
Dari teksturnya sudah Nampak pasti granoblastik. Uji kekerasan
menunjukan kekerasannya sekitar 7 skala mohs, berarti mineral
penyusunnya kwarsa. Jadi, dapat diinterpretasikan protholitnya adalah
batupasir. Dari komposisi mineralnya yang 100% kwarsa, maka
dinamakan batu kuarsit.
2. Serpentinit
Warna sampel batuan yang kedua adalah hijau kehitaman. Memiliki
mineral butiran serpentin. Jadi, teksturnya disebut. Granoblastik.
Batuan ini berasal dari batuan beku (basalt). Dari mineral penyusunnya
sangat jelas bahwa batuan ini adalah batu serpentinit.
3. Metasand
Warna sampel batuan yang ketiga adalah abu-abu. Memiliki tekstur
blastopsamit. Batuan ini berasal dari batuan sedimen. Komposisi
mineral adalah kuarsa dan memiliki struktur hornfelsik. Maka batuan
ini dinamakan batu metasand.
167
7.5 Kesimpulan
1. Batuan metamorf non foliasi lebih beragam karena prosesnya tidak
beruruan sistemetis seperti foliasi,
2. Batuan yang mengalami metamorfisme kontak cenderung
berekristalisasi sehingga lebih keras dan mengkilap.
3. Batuan metamorf non foliasi terbentuk pada area lokal
4. Batumarmer terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan
panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit.
Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat,
kompak dan tanpa foliasi.
5. Batukwarsit terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat
tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir
bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi,dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir
terhapus oleh proses metamorphosis
6. Batumilonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisa dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih
halus dan dapat dibelah seperti schistose.
7. Penamaan batuan metamorf adalah: Berdasarkan Tekstur/Struktur
Berdasarkan komposisi mineral yang dominan. Berdasarkan jenis
batuan asal dengan menambahkan kata ”meta” didepannya, contoh
: meta batupasir, dll
168
BAB IX
PEMBAHASAN UMUM
Batuan beku dalam praktikum petrologi ini dibagi masing masing 2 yaitu
batuan beku oceanic dan continental dalam identifikasi batuan oceanic terdapat
batu basalt dan dunit yang merupakan batuan terbentuk secara vulkanik di bawah
permukaan atau gunung api dalam laut. batu basalt Dari Pengamatan megaskopik,
batuan ini umumnya tidak memperlihatkan adanya pengkristalan. Tidak adanya
pengkristalan dan mineral yang bersifat basa meunjukan sampel batuan adalah
batuan vulkanik basa. Berbeda dari batuan dunit, sampel memiliki warna
kehijauan. Strukturnya dikatakan masif . batuan ini memiliki kristal- kristal yang
terbentuk sempurna meskipun sangat halus (1mm). berarti dapat dikatakan derajat
pengkristalannya holokristalin dan granularitasnya fenerik halus. Warna hijau
kehitaman menunjukan batuan ini mengandung sekitar 80- 90 % olivin, dan
sisanya piroksen. Dari kandungan mineral dan teksturnya, jelas bahwa sampel
batuan tersebut adalah Dunit.
Batuan beku continental ini termasuk jenis batuan beku Asam sampe
intermediet. batuan - batuan pada continental umunya memiliki warna cerah.
Batuan granodiorit, granit dan diorit ini terbentuk secara plutonik, terbentuk dari
hasil pembekuan magma didalam bumi pada kedalaman yang cukup besar.
memiliki derajat pengkristalan holokristalin dengan pola susunan butir faneritik,
bentuk hubungan antara kristal dalam dua dimensi ialah euhedral, relasi pada
batuan beku basa ini relatiif penyusunnya sama besar atau equigranular. Batuan
ini memiliki struktur yang masif, komposisi mineral yang terkandung didalamnya
ada plagioklas, hornblende, biotit dan kuarsa dan untuk granit yang umunya pada
sampel berwarna dominan merah terlihat dari komposisi mineralnya ortoklas
piroksen kuarsa, kemudian batuan diorit termasuk jenis batuan beku intermediet.
batuan ini terbentuk secara plutonik juga, dominan berwarna abu-abu bintik
hitam memiliki derajat pengkristalan holokristalin dengan pola susunan butir
faneritik, bentuk hubungan antara kristal dalam dua dimensi ialah euhedral, relasi
169
pada batuan beku basa ini relatiif penyusunnya sama besar atau equigranular.
Batuan ini memiliki struktur yang masif, komposisi mineral yang terkandung
didalamnya ada plagioklas, sebagai dominan massa dasar, kuarsa dan juta biotit,
Batuan sedimen karbonat ( non klastik) pada beberapa sampel batuan yaitu
ada batugamping yang dibagi dan diklasifikasikan kembali menurut dunham
terdapat batuan weakstone , boundstone dan mudstone yang umunya terbentuk di
daerah marine yaitu zona CCD , umumnya terendapkan jauh didalam laut dan
radiolaria maupun foraminifera tidak dapat hidup di daerah itu. kemudian ada
batuan organik yaitu batubara dengan cleat batuan ini biasanya terbentuk di
daerah transisi dan kemudian lagi baturijang Batuan ini memiliki warna merah
maroon dengan ukuran butir< 1/256 dan memiliki sementasi silica, serta matriks
mudstone, penampakan pada sampel batuan ini memiliki struktur massif batuan
ini biasa terbentuk di daerah marine
170
memiliki tekstur kristaloblastik dan struktur mengikuti umunya dekat dengan
penamaan batuan. dan dari daerah proses terbentuknya sendiri batuan metamorf
foliasi berada pada jalur subduksi , jadi semakin dekat dengan zona subduksi
maka metamorfisme semakin tinggi .
171
BAB X
KESIMPULAN UMUM
172
12. Pembentukan batuan karbonat dipengaruhi oleh kedalaman, fosil, dan
intensitas cahaya matahari.
13. Penamaan didasarkan pada hubungan mud dengan fosil (Dunham)
14. Batuan Non Klastik organik tidak tersusun oleh material pembentuk
batuan melainkan material sisa organisme.
15. Ukuran butir tdak menjadi acuan penamaan dan interpretasi pengendapan.
16. Batuan metamorf foliasi terbentuk di zona regional dan terbentuk
berurutan dengan pola ; yang lebih halus terbentuk jauh dari zona
subduksi, semakin dekat ke zona subduksi maka makin Nampak
penjajaran mineralnya.
17. Penamaan batuan metamorf foliasi didasarkan pada strukturnya.
18. Semakin dekat ke zona subduksi, derajat metamorfismenya semakin tinggi
19. Jenis-jenis batuan metamorf adalah sebagai berikut
Batuslate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses
metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung)
pada temperatur dan suhu yang rendah.
20. Batufilit merupakan batuan yang terbentuk dari kelanjutan proses.
metamorfosisme dari Slate. Ciri khasnya adalah membelah mengikuti
permukaan gelombang.
21. Batugneis merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme
batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi.
22. Batusekis adalah mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi
berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilap. Ciri khas batuan ini adalah foliasi yang kadang bergelombang,
terkadang terdapat kristal garnet
23. Batuan metamorf non foliasi lebih beragam karena prosesnya tidak
beruruan sistemetis seperti foliasi,
24. Batuan yang mengalami metamorfisme kontak cenderung berekristalisasi
sehingga lebih keras dan mengkilap.
25. Batuan metamorf non foliasi terbentuk pada area lokal
173
26. Batumarmer terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas
sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya
tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa
foliasi.
27. Batukwarsit terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan
temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit,
butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi,dan biasanya tekstur dan
struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorphosis
28. Batumilonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisa dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus
dan dapat dibelah seperti schistose.
29. Penamaan batuan metamorf adalah: Berdasarkan Tekstur/Struktur
Berdasarkan komposisi mineral yang dominan. Berdasarkan jenis batuan
asal dengan menambahkan kata ”meta” didepannya, contoh : meta
batupasir, dll
30. Dalam ilmu petrologi batuan beku , sedimen dan metamorf umumnya
memiliki tingkat penciri yang berbeda namun saling berkesinambungan .
seperti halnya siklus batuan yang akan terus berlanjut .
174
DAFTAR PUSTAKA
175
LAMPIRAN
176