Anda di halaman 1dari 11

LEGAL FAMILIES

Pengelompokan sistem hukum di seluruh dunia ke dalam beberapa keluarga hukum


mungkin saja dapat dilakukan, namun pada saat dikelompokan terkadang menjadi
tidak sesuai akan tetapi nyatanya pengelompokan itu ada. Dan untuk menetapkan
keluarga hukum tersebut didasarkan pada karakteristiknya, sehingga apabila suatu
sistem hukum ditetapkan masuk dalam suatu keluarga hukum harus dilihat sejarah
dan karakteristiknya apakah memiliki persamaan atau tidak. Pengelompokan ini
dimaksudkan untuk membantu para ahli hukum.
1. Esmein (1905)
- Romanistic
- Germanic
- Anglo Saxon
- Slav
- Islamic
Dasar pemikirannya adalah menurutnya pengelompokan itu dilakukan karena
masing – masing keluarga ini mempunyai sistem orginal.
2. Arminjon/Nolde/Wolf (1950)
- French
- German
- Scandinavian
- English
- Russian
- Islamic
- Hindu
Dasar pemikirannya adalah menurutnya sistem – sistem hukum modern harus
dikelompokan berdasarkan substansinya, dengan memperhatikan o originality,
derivation, dan common elements, dan sama sekali tidak didasarkan pada ras dan
geografis.
3. Rene David (1950)
- Western systems
- Socialist system
- Islamic law
- Hindu law
- Chinese law
Kemudian diubah menjadi:
-Romanistic – germanic family civil law family
- common law family
- Socialist family
- other systems (jewish law, hindu law, the law of Far East)
Dasar pengelompkannya ada dua hal penting yaitu:
1. Ideology (product of religion, philosophy,or political, economic, social
structure) philosopical basis or conception of justice
- Legal technique
4. Zweigert and Kozt
Pengelompokan para ahli di atas hanya dilihat dari persepektif private law,
mereka juga mengatakan bahwa pengelompkan sistem hukum harus didasarkan
pada legal style (distintive elements).
 Historical background and develpoment
- Legal thinking
Dalam keluarga hukum Romawi dan Germanic menggunakan norma
hukum abstrak (ke depan) membuat uunya dulu sebelum perbuatan.
Common law ada judge made law. Ada prinsip sikap berjuang.
- Legal Institution
Konsep – konsep hukum yang berbeda (ex: concept of agency, corporate
liability, plea bargain di common law system)
Choice of source of law between statutory and case law system)
- Ideology
Konsep agama atau politik di mana kehidupan sosial dan politik
seharusnya diatur oleh hukum.
Akhirnya Zweigert and kozt mengelompokan keluarga hukum di dunia menjadi:
- Romanistic family
- Germanic family
- Nordic family
- Common law family
- Socialist/chinesse law
- Far Eastern/Japanesse law
- Islamic law
- Hindu law
5. David and Brierly (1978)
- Romano-Germanic
- Common law
- Islamic
- Hindu
- Jewish
- Far East
- Balck African
Based on Ideology
A. CIVIL LAW TRADITION
Istilahnya juga dikenal dengan Continental System karena berkembang dan
diterapkan di Eropa Daratan. Cara mencapai cita – cita pembentukan hukum
nasional di Daratan Eropa dilakukan melalui pembentukan kodifikasi; sedangkan
negara Inggris (Common Law System), tujuan mencapai satu hukum nasional
dilakukan melakukan pembentukan hukum kebiasaan (common law).
 Sumber Hukum Civil Law System
- Primary Source
Enacted law (hukum yang diundangkan)
Codes (hukum yang kodifikasi)
Custom
General Principles (prinsip – prinsip umum yang berasal dari norma – norma
hukum positif)
- Secondary Source
Case law
Doktrine

Primary Source
1. Enacted Law
Merupakan sumber hukum utama dalam civil law countries.
2. Codes
- Tertulis
- Disusun dalam beberapa sistem
- Dikerjakan oleh ahli
3. Custom
Kerap disebut sebagai sumber utama namun seringkali dikesampingkan, kecuali
Spanyol dan German.
4. General Principles
Berasal dari norma – norma hukum positif,
- Ne Bis In Idem
- Principles of legality
- Presumtion of Innocence
Secondary Source
5. Case Law
Tidak ada doktrin stare decisis dalam civil law traditions memiliki pernanan
yang penting dalam penerapan hukum saat ini, untuk menjamin konstitensi
dalam hirarki peradilan (Nethereland, spain). Yurisprudensi : yang mengikat
adalah pertimbangan hakimnya, unsurnya tapi dasar hukumnya harus tetap ada.
6. Doktrin
Tulisan ahli hukum (diterapkan apabila hukumnya tidak jelas atau tidak ada
aturan yang pasti terkait dengan masalah yang dihadapi kutipan dalam
judicial opinions.

Di dalam Civil Law Tradition kita juga pasti mengenal interpretasi sebagai suatu
bagian yang penting, sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam Civil Law Tradition
adalah Enacted Law atau undang – undang, dan undang – undang itu tidak selalu
jelas sehingga membutuhkan penafsiran hukum. Cara menafsirkan peraturan
perundang – undangan adalah:
1) Penafsiran Gramatikal (taatkundige interpretatie), yaitu penafsiran yang
dilakukan terhadap peristilahan atau kata – kata, tata kalimat di dalam suatu
konteks bahasa yang digunakan pembuat undang – undang dalam merumuskan
undang – undang dalam merumuskan peraturan perundang – undangan tertentu.
2) Penafsiran (historische interpretatie), yaitu penafsiran yang dilakukan terhadap
isi suatu peraturan perundang – undangan dengan meninjau latar belakang
sejarah dari pembentukan atau terjadinya peraturan perundang – undangan yang
bersangkutan.
3) Penafsiran Sistematis (Systematische Interpretatie), yaitu penafsiran terhadap
satu atau lebih peraturan perundang – undangan, dengan cara menyelidiki suatu
sistem tertentu yang terdapat di dalam suatu tata hukum, dalam rangka
penemuan asas – asas hukum umum yang dapat diterapkan dalam suatu
masalah hukum tertentu.
4) Penafsiran sosiologis (teleologis), sejalan dengan pandangan Prof. L.J Van
Apeldoorn, maka salah satu tugas utama seorang ahli hukum adalah
menyesuaikan peraturan perundang – undangan dengan hal – hal konkrit yang
ada di dalam masyrakat.
5) Penafsiran otentik, yaitu penafsiran terhadap kata, istilah atau pengertian di
dalam peraturan perundang – undangan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
pembuat undang – undang sendiri.
Criminal Procedure
 Three common misconceptions:
- Tersangka atau terdakwa diduga bersalah sampai terbukti tidak bersalah
- Tidak menggunakan sistem jury
- Peradilan dilaksanakan dengan sistem inquisitorial (konotasi terdakwa sebagai
objek) better wor non – adversarial
Kemudian mengenai masalah banding, kasasi ataupun proses peradilannya
hampir sama dengan yang kita ketahui di Indonesia.
Banding (court of appeal)
Dasar permohonan banding karena ada fakta baru, mengahdirkan saksi baru
atau meminta bukti baru, para pihak dapat mengajukan highest court.

B. Common Law System


Di negara – negara yang menganut Civil Law System, pengadilan merupakan
instansi yang dibentuk melalui perundang – undangan. Sedangkan di negara –
negara yang menganut Common Law System, hukum dibentuk oleh pengadilan.
Ada beberapa sumber hukum Common Law, yaitu:
- Case law
- Act of Parliement
- Statutory Interpretation
- Delegated legislation
- European Law
- Custom
- Equity
- Treaties
Salah satu perbedaan antara Common Law dan Civil Law adalah terletak pada
kedudukan sumber hukumnya yang berbeda, di mana di dalam sistem hukum
Civil Law yang menjadi sumber hukum utamanya adalah undang – undang
sedangkan di dalam sistem hukum Common Law sumber hukum utamanya
adalah case law.

1. Case law
Merupakan sumber hukum utama, dan juga merupakan putusan yang dibuat oleh
hakim terhadap suatu kasus. Setiap putusan hakim di inggris merupakan
precedent bagi hakim yang akan datang, sehingga lahirlah doktrin precedent
sampai sekarang.
- Prinsip stare decisis (terhadap putusan pengadilan yang lebih tinggi atau
putusan pengadilan sebelumnya).
- Precedent : kewajiban untuk mengikuti putusan sebelumnya.
- Ratio decidendi (alasan yang digunakan untuk memutus)
Keuntungan adanya case law: memberikan kepastian, akurat,fleksibel.
Kekurangan: kompleks, kakau, tidak demokratis.
Cara kerja Precedent:
a. Follow: fakta sama, hukum diterapkan sama dengan kasus.
b. Distinguish: terdapat perbedaan yang cukup mendasar terkait dengan fakta,
hakim tidak mengikuti kasus sebelumnya.
c. Overrule: putusan sebelumnya diputus oleh pengadilan yang lebih rendah,
hakim dapat mengeyampingkan putusan sebelumnya jika tidak sependapat.
d. Reverse: pengadilan yang lebih tinggi dapat mengubah putusan pengadilan
yang lebih rendah jika dirasa pengadilan yang lebih rendah salah.
2. Act of parlement (undang – undang)
- Interpretasi, case law.. sumber hukum utama, berasal dari putusan hakim.
- Prinsip stare decisis (putusan hakim yang lebih tinggi itu mengikat bagi hakim di
bawahnya).
SELF DEFENCE
Sec 18 (2) b crimes act (NSW) membebaskan terdakawa dari pertanggung jawaban
pidana.
 Elemen:
- terdakwa menghadapi ancaman yang menyebabkan diperlukannya
penggunaan
kekerasan -
penggunaan kekerasan yang tidak berlebihan.
Apabila seseorang menggunakan kekerasan dalam rangka pembelaan namun
kekerasan itu tidak proporsional sehingga menyebabkan kematian, maka orang
tersebut bersalah telah melakukan “voluntary manslaughter” setingkat di bawah
murder jadi bukan “murder”. Jadi respon harus proporsional dalam self defence,
selain itu harus memiliki keyakinan yang beralasan (reason by belived) akan adanya
serangan yang nyata (imminent). Kesimpulannya harus memiliki keyakinan yang
beralasan bahwa memang tindakannya diperlukan untuk membela diri. Hakim
menginterpretasikan elemen2 kejahatan, yang mengikat itu pertimbangannya (ratio
decidendi), dicari case lawnya (menjadi uu). 3. Statutory Interpretation
(penafsiran undang – undang) Dilakukan oleh hakim (ketika
diputus menjadi case law), uu tidak selalu jelas berlaku rules of precedent. Lihat
cara2 penafsiran.
4. Delegated legislation (uu yang didelegasikan)
- Memungkinkan uu dibuat oleh departemen pemerintahan, otoritas lokal, atau
umum, atau badan2 nasional.
- Alasannya : cepat, secara teknin dibuat oleh yang bersangkutan, butuh untuk
pengetahuan lokal, fleksibel.
- Kritik: dibuat oleh sekelompok/government bukan oleh parlement tidak
demokratis.
5. European Law
Pembentukan EU
Pengadilan HAM Eropa, berkaitan dengan dugaan pelanggaran hak asasi
manusiadengan hak oleh negara-negara yang menandatangani ECHR.
6. Custom
Kapan custom dapat menjadi sumber hukum?
a. Sepanjang masih dapat diingat;
b. Kewajaran (tidak bertentangan denga prinsip dasar benar dan salah);
c. Pasti dan jelas;
d. Bersifat lokal (hanya sumber hukum lokal) terkait dengan sumber hukum
masyarakat lokal, geografis.
e. Terus menerus;
f. Konsistensi (dengan kebiasaan lokal lain);
g. Sesuai dengan uu.
7. Equity
Keadilan harus dibedakan dengan common. Mengenai benar dan salah.
8. Treaties
Konvensi internasonal di UK. Kapan suatu treaties menjadi sumber hukum?
- Hanya ketika parlemen menghasilkan produk uu dan menyatakan mereka terikat
karena tanda tangan dan meratifikasi konvensi tersebut.
HIRARCHY OF THE CRIMINAL COURTS
HOUSE OF LORD
COURT OF APPEAL (CRIMINAL DIVISION)
QUEEN’S BENCH DIVISION
CROWN COURT
MAGISTRATES COURT
Classification of offences (klasifikasi pelanggaran) (Criminal Law Act 1957)
a. Summary Offences
Kejahatan – kejahatan yag kurang berat (minor crimes) yang hanya dapat diadili
oleh Magistrates Court dan bandingnya ke Queen’s Bench Division. Tanpa
dengan sistem Juri.
b. Indictable Offences
Adalah kejahatan – kejahatan berat yang hanya dapat diadili dengan sistem Juri
melalui pengadilan yang disebut Crown Court dan bandingnya ke Court of
Appeal (Criminal Division). Contohnya pembunuhan dengan pemerkosaan.
c. Arristable Offences
Kejahatan yang diancam maksimal lima tahun, dan pelakunya baru pertama kali
melakukan tindak pidana.
Tapi kalau di catatan ibunya, yang ketiga itu offences triable either way. Contoh
kejahatannya pencuri, perampok. Boleh pilih sistem jury atau tidak.
Berdasarkan Criminal Law Act 1977, Tindak pidana diklasifikasikan kedalam:
1. Offences Triable on Indictment, kejahatan-kejahatan yang tidak diatur
dalam UU seperti Murder, Manslaughter, Rape, Roberry.
2. Offences Treable only summarily, tindak pidana yang diatur dalam UU.
Dengan diatur dalam UU agar mencegah diadili dengan sistem Juri, dan
Magistrate Courtlah yang berwenang mengadili. Tindak pidana tersebut
antara lain: Pelanggaran lalu lintas dengan kadar alkohol dalam darah
melebihi batas maksimum yang diperkenankan menurut uu, melakukan
kekerasan terhadap petugas polisi, bartingkah laku yang dapat
membahayakan umum dll.
Tujuannya agar mereka yang melakukan tindak pidana tersebut tidak diperlakukan
tidak adil karena harus ditahan dan menunggu untuk diadili terlalu lama.
1. Offences triable either way, tindak pidana yang dikategorikan kedalam
kelompok ketiga ini adalah tindak pidana yang digolongkan berdasarkan
Judicial Act 1980. Antara lain:
2. Tindak pidana yang diatur dalam Thaft Act 1968 kecuali perampokan,
pemerasan, penganiayaan dengan maksud merampok.
3. Tindak pidana yang diatur dalam The Criminal Act 1977, termasuk
arson/pembakaran dll.[1]
JURY SISTEM
System Juri merupakan ciri khas dari Common Law yaitu orang-orang sipil
yang mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri dalam sidang
perkara. Juri ditunjuk oleh Negara secara acak dan seharusnya adalah orang-orang
yang kedudukannya sangat netral dengan asumsi juri adalah orang awam yang tidak
mengetahui sama sekali latar belakang perkara yang disidangkan. Kedua pihak
dalam perkara kemudian diberi kesempatan untuk mewawancara dan menentukan
juri pilihannya. Seseorang tidak boleh menolak untuk menjadi juri kecuali untuk
alasan-alasan tertentu seperti adanya conflict interest atau mengenal terdakwa baik
secara langsung maupun tidak langsung. Di US, Canada dan beberapa
negara di Eropa memakai Sistem juri. Tim juri terdiri dari 12 orang awam, yang
harus mendaftar, kemudian mengikuti tes psikologi. Lalu setelah lulus tes psikologi,
akan dipilih 14 orang (2 orang cadangan) untuk “diwawancarai” oleh Pengacara,
Jaksa dan Hakim. Umumnya wawancara mengacu kepada latar belakang juri,
hubungan juri dengan terdakwa atau pendapat mereka tentang kasus tersebut. Bisa
juga hanya sekedar perasaan tidak suka Pengacara atau Jaksa secara personal
terhadap juri tersebut, mulai dari wajahnya, rasnya, senyumnya, atau hal-hal lain
yang personal (disebut sebagai “based on cause”). Baik Pengacara, Jaksa dan
Hakim punya hak untuk mengatakan tidak setuju dengan juri tersebut. Tapi khusus
untuk Pengacara dan Jaksa, tentunya harus cerdik dalam hal mengeluarkan
anggota juri, karena mereka harus berstrategi, kira-kira juri mana yang pro pada
mereka. Bila Pengacara tidak setuju dengan salah satu juri, maka Jaksa tidak punya
hak untuk memanggil juri itu kembali. Begitu pula sebaliknya. Pekerjaan jadi Juri
sebenarnya tidak terlalu menguntungkan. Para Juri hanya dibayar USD 50 per hari,
dengan jam kerja tidak jelas, tergantung dengan lama tidaknya sidang, ditambah lagi
rapat-rapat internal berhubungan dengan sidang. Tentu dapat dibayangkan, kualitas
personal dari para Juri ini seperti apa. Hal tersebut pula yang menjadi salah satu isu
hukum di US, kualitas para Juri. Rata-rata orang tidak mau jadi juri, karena
bayarannya kecil dan hanya duduk seharian di kursi. Dalam mengambil keputusan,
keduabelas juri tersebut harus bersama-sama (suara mutlak atau tak boleh
berpecah suara) mengatakan “guilty” atau “not guilty.” Tidak terdapat voting di dalam
system Juri.
Jadi Jury di sini adalah :
- lay people (orang biasa),
- bukan orang – orang hukum,
- tidak adanya hubungan administrasi dengan keadilan
- bukan pemuka agama
- bukan orang sakit jiwa
- bukan orang “jaminan”
- bukan orang kriminal yang telah diproses.
Hanya untuk Indictable offences. Kritikan terhadap sistem jury ini adalah:
 tidak berkompetensi (lack of competence)
 bias (gender)
 rentan terhadap manipulasi ancaman/suapan dari terdakwa
 mahal dan membutuhkan waktu lama.
Adversarial Penuntu
t umum dan pembela aktif, hakim hanya menilai. Non-
Adversarial yang
aktif adalah hakim.
Adversarial Process
- masing – masing pihak bertanggung jawab untuk menempatkan kasus mereka
sendiri, mengumpulkan bukti, mewawancarai saksi2, dan saksi ahli.
- Pemeriksaan silang dengan menyerang bukti lawan mereka.
- Peran hakim terbatas.

PLEA BARGAINING (permohonan tawar menawar)

 Negosiasi antara jaksa dengan pengacara terdakwa.


 Aktif bekerjasama dengan hakim (terbatas).
 Terjadi di depan umum (2001)
 Catatan tertulis
 Informasi untuk korban/keluarga
 Menghemat waktu dan uang
 Kritiknya menyerang kepentingan keadilan

SOCIALIST LAW
 Sistem hukum yang digunakan di negara – negara komunis
- Russia (1917)
- Mongolia (1920)
- Central and Eastern Europe States (After WW III)..(Poland, Bulgar, Hungary,
Czechoslovakia, Romania, Albania).
- China (1949)
- Vietnam (1949)
- North Korea (1949)
- Cuba (1950’s)
- Other Asia and African countries (1950’s)
Dasar Civil Law System
 Berkembang di Uni Soviet (Russia, central, and Eastern Europe)
Kapitalis : pemilik modal
Sosialis: dimiliki oleh negara
 Modifikasi dan pengembangan dari marxist – leninist ideology. pencabutan
ideologi Tsar menetapkan sistem sosialis, untuk mencapai komunisme:
- Menghapuskan kekuatan politik dan dominasi Bourgeoisie
- Instrument negara dan masyarakat
- Membantu/memudahkan transisi menuju socialism dan comunism
- Mendidik masyarakat untuk membantu mewujudkan/membangun “comunist
social system”.
 Inti dari Socialist Law:
- Pengakuan kepemilikan partai komunis
- Kepemilikan tanah oleh negara dan penggunaan tanah secara kolektif (untuk
kepentingan umum).
- Kepemilikan negara yang dominan terhadap barang – barang yang diproduksi
dan distribusi.
- Perencanaan ekonomi nasional
- Jumlah mobilisasi untuk keterlibatan sosial
- Toleransi dendam untuk kepemilikan pribadi. A grudging tolerance of private
ownership).
 Perbedaan Socialist Law dengan Civil Law
- Tujuan hukum Restrukturisasi dari masyarakat terhadap komunisme di
bawahpengawasan partai komunis.
- Pengadilan dilakukan oleh pemerintahnya (kebijakan partai komunis)
- Praktis kepemilikan privat sangat kurang.
Kebanyakan sarjana hukum Barat berpendapat bahwa bentuk keluarga
hukum sosialis terpisah dari keluarga hukum sipil. Bagaimanapun juga,
pemikiran mereka yang menyakini bahwa socialist law adalah bentuk
sederhana dari anggota kelompok civil law atau subspecies dari civil law.
Banyak sarjana mengidentifikasi perbedaan antara socialist law dari civil law.
Ini adalah sebagai rangkuman dari Quigley:
a) Socialist law diprogram untuk menjauhkan keburukan yang tidak
muncul dari kepemilikan pribadi dan kelas sosial dan perubahan ke
aturan sosial umum;
b) Negara-negara sosialis di dominasi oleh satu partai politik;
c) Dalam sistem sosialis, hukum adalah subordinasi untuk menciptakan
aturan ekonomi, dimana hukum privat diserap oleh hukum publik;
d) Socialist law mempunyai karakter religius-palsu;
e) Socialist law adalah prerogative hukuman normatif.

 Persamaan antara Civil Law dan Socialist Systems

Banyak persamaan antara civil law dan socialist system. Quigley (1989)
menyebutkan adanya asas inquisitor dalam proses peradilan, codes dan melewati
proses legislasi/regulasi adalah sebagai bentuk dasar dari pembuatan hukum,
pembagian hukum kedalam kategori hukum sipil (privat) dan metode penyelidikan
kejahatan (penulisan dokumentasi dikumpulkan oleh penyelidik hukum terlatih).Dia
juga menambahkan bahwa socialist legal system mempunyai institusi civil law yang
berguna, metodologi dan organisasi. Lebih lanjut dia mengacu pada hasil
pengamatan Hazards bahwa keluarga hukum dan tujuan Code Civil pada hubungan
perseorangan tidak membedakannya dari negara-negara civil law lainnya.
Quigley berpendapat, sesungguhnya meskipun terdapat perbedaan
signifikan antara civil law dan socialist law, ketika seseorang memperhatikan Soviet
atau socialist law dari perspektif global, perbedaan ini tidak dapat menghapus
identitas dasar socialist law sebagai bagian dari tradisi civil law. Dia menyimpulkan
bahwa point perbedaan antara civil law dan socialist law tidak menggeser socialist
law dari tradisi civil law, dan berpikir sebaliknya mengabaikan hubungan
kesejarahan antara socialist law dan civil law dan melanjutkan hubungan socialist
law di dalam aturan-aturan, metode-metode, institsi dan prosedur pada civil law.

MIXED LEGAL SYSTEM (HYBRID LEGAL SYSTEM)


 Bukan merupakan keluarga hukum baru,
- Sistem – sistem hukum di mana hukum yang diberlakukan berasal dari lebih dari
satu keluarga hukum atau tradisi hukum.
- Sistem – sistem hukum di mana tradisi Romano – Germanic telah dipengaruhi
oleh sebagian hukum Anglo – American.
- Sistem – sistem hukum yang menunjukan karakteristik tradisi civil law dan
common law.
 Mixed Jurisdiction
Negara – negara mana saja yang memberlakukan Mixed Legal System:
- Louisiana
- Bostwana
- Lesotho
- Swaziland
- Namibia
- Philippines
- Sri Lanka
- Scotland
- etc

Scotland
- Civil Law System
- Tidak ada kodifikasi
- Mengadopsi binding of precedent
- Roman law, cannon law, English common law (casses)
- Undang – undang
South Africa
- Roman – Dutch law (primary source)
- Tidak ada kodifikasi
- Mengadopsi doktrin binding of precedent
- Recognition African customory law (Indigenous Law) Nordic/Scandinavian Legal
System.
Finland, Sweden, Norway, Denmark, Iceland.
- Historically based on old Germanic Law with local characteristic
variations.
Civil or Common Law?
- Tidak terkodifikasi (tidak sistematis) (unifed codes)
- Aplikasi uu (Aplication of Statute/ act of parliament)
- Court at every level cites precedent.
- Application of Jury System
Criminal Law Concept
- Melihat kejahatan sebagai masalah sosial bukan
musuh menerpakan alternatif lain pada pidana penjara
- Sanksi yang akan diterapkan kepada badan atau perusahaan lain.
Criminal procedural law
- Berdasarkan standar minimum dari perlindungan HAM (UDHR, ICCPR, ECHR)
- Hearing
- Akses ke dokumen polisi
- Pengacara terdakwa
- Penerjemah
- Praduga tak bersalah
- Mengakui pengadilan HAM Eropa
-
Scandinavian
- Municipal court
- Hearing
- Court for the first instance
- One profesional judge and two lay judges
- Appeal court
- Serious crimes/minimum 6 tahun penajara
- De novo full re – trial (3 profesional judges and full jury)
- Point of law, point of the procedure, penalty
- Limited re – trial (3 profesiaonal and 4 lay participation)
- Supreme court
- Not appeal court
- No full re – trial
- Case limitation..,Appeal committee (6 – 7%)
- Point of law, point of procedur, penalty
- Published..,source of law…precedent
How about Indonesia?
Indonesia is mixed jurisdiction
Contohnya: ada yurisprudensi tetap yang harus diikuti ol

Anda mungkin juga menyukai