(CKD)
DISUSUN OLEH :
INDRIANI NURDIN
1911102412045
RUANG : FLAMBOYAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan
dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas
& Levin,2010).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal
yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam
kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2011).
2. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim
ginjal difus dan bilateral. Ini adalah penyebab dari GGK, yaitu :
h. Nefropati obstruktif
a. Manifestasi Kardiovaskuler
b. Manifestasi Dermatologi
d. Manifestasi Gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
f. Manifestasi Muskuloskeletal
4. Patofisiologi
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab
yaitu infeksi, vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada
akhirnya akan terjadi kerusakan nefron sehingga menyebabkan
penurunan GFR (Glomelular Filtration Rate) dan menyebabkan CKD
(cronic kidney disease), yang mana ginjal mengalami gangguan
dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non-eksresi. Fungsi renal
menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat ,dari proses sindrom uremia terjadi pruritus, perubahan
warna kulit. Sindrom uremia juga bisa menyebabkan asidosis
metabolik akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu
menyekresi ammonia (NH3 -) dan megapsorbsi natrium bikarbonat
(HCO3 -). Penurunan eksresi fosfat dan asam organik yang terjadi,
maka muntah dan muntah tidak dapat dihindarkan. Sekresi kalsium
mengalami penurunan sehingga hiperkalemia, penghantaran listrik
dalam jantung terganggu akibatnya terjadi penurunan COP (cardiac
output), suplai O2 dalam otak dan jaringan terganggu. Penurunan
sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi
sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk
hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan
oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh
akan mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga.
Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah
glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus di
deteksi dengan memeriksa clerence kretinin dalam darah yang
menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan
edema. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan
metabolisme. Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan
timbale balik. Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain
akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal
maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum
kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan
sekresi parathhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh
tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan
terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang.
5. Pathway
6. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut
Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah :
7. Klasifikasi
a. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3
stadium :
1) Stadium I : Penurunan Cadangan Ginjal.
a) Kreatinin serum dan kadar BUN normal.
b) Asimptomatik.
c) Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
b.
2) Stadium II : Indufidiensi Ginjal
a) Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein
dalam diet),
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh
selama mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi
(Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari
penyakit ini karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal
baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal. Lima sasaran dalam
manajemen medis GGK meliputi :
Efusi perikardial.
B. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun
ada juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi
pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai
peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum /
mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang
tidak sehat.
b. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti
DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme,
obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga
dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
2. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea,
nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena
kelebihan cairan.
d. Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut
bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat
dan lidah kotor.
e. Leher dan Tenggorok
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada
leher.
f. Dada
Dada dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-
debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek,
perut buncit.
h. Genital
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini,
impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
3. Laboratorium
a. Laju endap darah.
b. Urin
4. Data Penunjang
a. Radiologi : Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan
derajat komplikasi ginjal.
b. Biopsi Ginjal : Dilakukan bila terdapat keraguan dalam
diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
c. Ultrasonografi Ginjal : digunakan untuk menentukan ukuran
ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada
saluran perkemihan bagianatas.
d. Endoskopi ginjal : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
e. EKG : Untuk melihat kemungkinan adanya
hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan
elektrolit (hiperkalemia) k.
f. Foto Polos Abdomen : Menilai besar dan bentuk ginjal serta
adakah batu atau obstruksi lain.
g. USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
h. Renogram : Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi
gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan disfungsi ginjal
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
3. Pola Nafas tidak Efektif b.d Hambatan Upaya nafas
D. SDKI, SLKI, SIKI
No. SDKI SLKI SIKI
1. Risiko Perfusi Renal Manajemen cairan
perfusi Nyeri Abdomen 1.1 Timbang berat badan pasien
renal tidak 1 2 3 4 5 setiap hari dan monitor status
efektif Mual pasien.
berhubung 1 2 3 4 5 1.2 Monitor tanda tanda vital pasien.
an dengan Muntah 1.3 Konsultasikan dengan dokter
disfungsi 1 2 3 4 5 jika tanda-tanda dan gejala
ginjal Kadar elektrolit kekurangan volume cairan
1 2 3 4 5 menetap atau memburuk.
Keterangan indikator 1.4 Dukung pasien dan keluarga
1 = menurun untuk membantu dalam
2 = cukup menurun pemberian makan dengan baik.
3 = sedang 1.5 Berikan cairan dengan tepat
4 = cukup meningkat
5= meningkat
Moorhead Sue, dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke-
5. Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.