Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah penulis ucapkan atas kehadiran allah SWT serta nikmat ilmu
dan limpahan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “asuhan keperawatan tinitus”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini terutama kepada dosen pengajar mata kuliah sistem endokrin dan anggota
kelompok yang sangat kompak dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Palembang, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................2

LAPORAN PENDAHULUAN ....................................................................4

A. Definisi ...............................................................................................4
B. Anatomi dan Fisiologi........................................................................5
C. Etiologi ...............................................................................................5
D. Klasifikasi ..........................................................................................6
E. Manifestasi klinis ...............................................................................7
F. Patofisiologi .......................................................................................7
G. Pemeriksaan penunjang .....................................................................9
H. Komplikasi .........................................................................................9
I. Penatalaksanaan .................................................................................10
KONSEP KEPERAWATAN ......................................................................8

A. Pengkajian ..........................................................................................12
B. Diagnosis keperawatan ......................................................................12
C. Intervensi............................................................................................12
D. Implementasi ......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................16
LAPORAN PENDAHULUAN

A.DEFINISI

Tinitus adalah gejala gangguan mendasar pada telinga yang berhubungan dengan gangguan
pendengaran. Tingkat keperahannya mulai dari ringan sampai berat. Pasien yang mengalami
tinnitus kan merasakan suara menderu, berdengung. Atau mendesis disalah satu atau kedua
teling. Sejumlah faktor dapat berkontribusi terhadap perkembangan tinitus, termasuk
beberapa zat ototoksik. Gangguan mendasar yang memicu tinitus bisa disebabkan penyakit
tiroid, hiperglikemia, kekurangan vitamin B12, gangguan psikologis (misalnya depresi,
kecemasan), fibromyalgia, gangguan otologis (penyakit Meniere, neuroma akustik), dan
kelainan neurologis (cedera kepala, multiple sclerosis). Tinitus dapat dibagi atas 2, yaitu :

1) Tinitus objektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dengan
auskultasi disekitar telinga. Tinitus objektif bersifat vibritorik, berasal dari transmisi
vibrasi sistem vaskuler atau kardiovaskuler disekitar telinga.
2) Tinitus subjektif, bila suara tersebut hanya didengar oelh pasien sendiri, jenis ini
sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif
atau perubahan degenerative traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea
sampai pusat saraf pendengaran (Husnul,2009)

Tinitus objektif umumnya disebabkan kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut


mengikuti denyut jantung, keadaan ini biasanya ditemui pada pasien dengan malformasi
arteriovena, tumor glomus jugular, dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai
sebagai suara klik (cliking sound) yang berhubungan dengan penyakit sendi
temporomandibular 3iagnostic kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus
palatat. Tuba eustakius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara
dari nasofaring ke rongga telinga. Tinitus subjektif tejadi bila suara hanya didengar oleh
pasien sendiri. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif atau
perubahan 3iagnostic3e traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pusat
saraf pendengar.

B. ANATOMI FISIOLOGI

Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang
telinga.Gelombang bunyi akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang
telinga.Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, maleus, incus dan stapes, ke
foramen oval.Getaran Struktur koklea pada tingkap lonjong akan diteruskan ke cairan limfe
yang ada didalam skala 3iagnosti. Getaran cairan ini akan menggerakkan 3iagnost Reissner
danmenggetarkan endolimfa. Sehingga akan menimbulkan gerakan 3iagnost antara 3iagnost
basalisdan 3iagnost tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan
terjadinyadefleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion akan terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut,sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius. Lalu di lanjutkan ke nukleus auditoris sampai korteks
pendengaran di area39-40 lobus temporalis.

C. ETIOLOGI

Tinitus dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Terkadang, penyebabnya sulit diketahui. Ada
beberapa faktor yang umumnya mengakibatkan tinitus :

1) Adanya kerusakan telinga bagian dalam. Hal ini merupakan penyebab sebagian besar
tinitus. Bagi telinga yang normal, suara yang masuk akan dikirim ke otak oleh saraf-
saraf pendengaran setelah melalui koklea. Jika koklea mengalami kerusakan, proses
penghantar gelombang suara akan terputus dan otak akan terus mencari sinyal dari
koklea yang tersisa sehingga menyebabkan bunyi tinitus.
2) Hilang pendengaran karena lanjut usia. Kepekaan saraf pendengaran akan berkurang
seiring bertambahnya usia sehingga kualitas pendengaran juga akan menurun.
3) Telinga terlalu sering menerima suara atau bunyi yang nyaring. Contoh,
mendengarkan earphone, pekerja pabrik yang menangani mesin-mesin berat, atau
mendengar bunyi ledakan. Akibat jangka pendek, biasanya akan menyebabkan tinitus
yang bisa hilang sendiri. Sementara, akibat jangka panjang berpotensi menimbulkan
kerusakan permanen.
4) Penumpukan kotoran dalam telinga. Hak ini akan menghalangi pendengaran dan bisa
memicu iritasi pada gendang telinga akibat tumbuhnya bakteri.
5) Infeksi pada telinga bagian tengah
6) Penumpukan cairan dalam telinga tengah
7) Pecahnya gendang telinga
8) Efek samping obat-obatan tertentu, seperti 5iagnostic, kina, antidepresan tertentu,
serta aspirin

Adapun faktor resiko :


1. Paparan bunyi keras
2. Usia. Lanjut usia memiliki resiko lebih tinggi terkena tinitus daripada mereka
yang masih muda.
3. Jenis kelamin. Ini biasanya mempengaruhi lebih banyak pria dibandingkan wanita
4. Merokok
5. Masalah kardiovaskuler
D. PATOFISIOLOGI

Trauma Akustik
Ototoksisitas
Ablasi Koklea

Kerusakan Sel Rambut


Koklea

Peningkatan
kontrol inhibasi
eksternal neuron

Peningkatan Sistem
spontan firing rate ketidakseimbangan
neuron tubuh (vestibular)
terganggu

Nyeri Gangguan Persepsi


vertigo
Sensori

Gangguan Cemas
pola tidur

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin dilakukan.pemeriksaan penala,
audiometri nada murni, audiometri tutur, bial perlu pemeriksaan Otoacustic Emmision
(OAE), Brainstem Evoked Responese Audiometri (BERA), atau Electro Nystagmography
(ENG). Serta pemeriksaan dengan CT Scan, Weber Test, dan Rine Test.

H. KOMPLIKASI
1. Kelelahan
2. Stress
3. Masalah gangguan tidur
4. Sulit berkonsentrasi
5. Masalah dengan daya ingat
6. Depresi
7. Cemas dan mudah tersinggung

G. PENATALAKSANAAN

Melakukan penatalaksanaan tinitus, harus diketahui penyebabnya, agar disesuaikan obatnya.


Penatalaksanaan bertujuan untuk menghilangkan penyebab tinitus dan atau mengurangi
keparahan akibat tinitus. Pada tinitus penatalaksanaan bertujuan menghilangkan penyebab
dan mengurangi keparahan yang diakibatkan.

Jastreboof mengemukakan penatalaksanaan terkini, berdasar pada model neurofisiologinya


adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medika mentosa bila diperlukan.
Metode ini disebut dengan Tinitus Retraining Therapy (TRT). Tujuannya adalah memicu dan
menjaga reaksi habiutasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang menganggu.
Habiutasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan sistem auditorik ke sistem 7iagno dan
sistem saraf otonom. TRT walau tidak dapat menyembuhkan tinitus dengan sempurna, tetapi
dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara.

Secara umum, pengobatan tinitus dibagi dalam 4 cara :

1) Psikologis, memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa


penyakitnya tidak membahayakan. Diajarkan juga relaksasi setiap hari.
2) Elektrofisiologik, memberi stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih
keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau dengan tinitus masker
3) Terapi medikamentosa sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya
untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilzer, antidepresan sedative,
neurotonik, vitamin dan mineral.
4) Tindakan bedah dilakukan pada tumor akustik neuroma

Sering ditemui, kasus pasien menjadi gelisah dengan tinitus. Akibatnya, pasien menjadi susah
tidur. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang
sangat terganggu dengan tinitus. Pasien harus diberi penjelasan yang baik, sehingga rasa takut
tidak menambah keluhan. Pasien juga harus dijelaskan bahwa gangguan sukar diobati dan
dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.

Pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk mengetahui penyebab tinitus. Pengujian 7iagnostic
menentukan apakah ada gangguan pendengaran. Tes diskriminasi ucapan audiograf atau
timpanogram dapat digunakan untuk membantu menentukan penyebabnya. Beberapa bentuk
tinitus bersifat ireversibel, akibatnya pasien harus mengerti tentang cara menyesuaikan diri
dengan pengobatan dan menangani tinitus di masa depan.

H. PROGNOSIS

Tinitus adalah gejala non-spesifik yang diproduksi oleh berbagai macam penyakit. Jika
proses penyakit yang mendasari ditanganinya dengan bantuan pembedahan, seperti pada
schwannoma vestibular atau otoklerosis, atau jika obat diberikan untuk proses infeksius,
seperti otitis, tinitus dapat sembuh. Namun, bila penyebab yang dapat diobati dan yang
mengancam jiwa dihilangkan, manajemen dukungan utama mungkin hanya berupa jaminan
dan dukungan psikologis. Seringkali, dokter hanya bisa mencoba mengurangi dampak
penyakit pada kehidupan pasien.
KONSEP KEPERAWATAN

a. Pengkajian Teori
1. Biodata pasien (termasuk umur karena masuk sebagai faktor presipitasi) dan
biodata penanggung jawab.
2. Keadaan umum pasien
Tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, GCS, Nyeri (bisa menggunakan numeric
scale pain, VAS, face Wong backer scala), BB, TB.
3. Riwayat kesehatan
a) Keluahan utama
Kaji keluhan pasien yang membuat pasien dibawa ke RS.
b) Riwayat sehatan dahulu
Dikaji apakah pasien dahulu pernah mengalami penyakit infeksi/trauma (fisik
atau kimia) yang menyebabkan kerusakan / mempengaruhi fungsi dari organ
telinga dalam. Dikaji apakah pasien bekerja ditempat kerja dengan kebisingan
suara yang tinggi dan dalam waktu yang lama.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji mulai kapan keluhan pertama kali dirasakan, sudahkah ada tindakan/
upaya dari keluarga dan atau pasien untuk mengurangi keluhan. Jelaskan,
tindakan/ pengobatan apa saja yang sudah diberikan diIGD/poli sampai
dengan pada saat dilakukannya pengkajian, jelaskan.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah keluarga ada yang memiliki penyakit/keluhan sama dengan yang
dirasakan oleh pasien sekarang. Jiak perlu denogram buatlah.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan head to toe
5. Pemeriksaan penunjang yang perlu
CT Scan, Weber Test, Rine Test, dan pemeriksaan darah standar.

b. Diagnosis keperawatan
1) Nyeri akut/kronik berhubungan dengan agent cedera fisik, biologi atau
kimiawi.
2) Gangguan persepsi sensori : auditorius
3) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini, hubungan
interpersonal pajanan pada faktor persipitasi.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor fisik dan psikologis
No. Diagnosis NOC NIC
1. Nyeri a. Pain level Pain management:
akut/kronik b. Pain control a. Observasi nyeri secara berkala
berhubungan c. Comfort level dan komprehensif
dengan agent b. Observasi reaksi non verbal dan
cedera fisik, ketidaknyamanan
biologi atau c. Gunakan teknik komunikasi
kimiawi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kontrol lingkungan yang
mampu mempengaruhi nyeri:
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan;
e. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal)
Analgesic administration :
a. Tentukan PQRS nyeri
b. Cek riwayat alergi
c. Pilih analgesic yang diperlukan
sesuai dengan tipe dan
berat/ringannya nyeri
d. Monitor VS sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
e. Evaluasi efektivitas analgesic
tanda dan gejala

2. a. Pasien a. Biarkan pasien mengunkapkan


mendiskusikan perasaannya mengenai kondisi
dampak penurunan berkurangnya kemampuan
Gangguan pendengaran pendengaran
persepsi terhadap gaya b. Tunjukkan keinginan untuk
sensori hidup mendengarkan, tetapi jangan
(auditorius) b. Pasien dapat memaksa pasien untuk berbicara
berhubungan mempertahankan c. Tentukan cara yang efektif
dengan orientasi terhadap untuk berkomunikasi dengan
perubahan orang, tempat, dan pasien, menggunakan sikap
persepsi, waktu tubuh, isyarat, menuliskan kata-
transmisi, dan c. Pasien kata dan membaca bibir
atau integrasi mengopensasikan d. Berikan penjelasan tentang
sensori pendengaran penanganan, prosedur yang
diprogramkan secara jelas dan
dengan isyarat:
singkat
gerak tubuh, e. Berikan stimulasi sensori
membaca bibir, melalui stimulus taktil dan
menggunakan alat visual untuk membantu
bantu dengar atau mengompensasi penurunan
menggunakan cara kemampuan pendengaran pasien
lain. f. Berikan orientasi realitas bila
pasien mengalami kebingungan
atau disorientasi agar interaksi
pasien-staf lebih dekat
g. Pastikan anggota staf yang lain
mengetahui kondisi deficit
pendengaran pasien
h. Tanggapi lampu panggilan
keruang pasien sesegera
mungkin
i. Berikan edukasi kepada pasien
tentang cara koping alternative
terhadap kondisi penurunan
kemampuan pendengaran
j. Rujuk pasien ke sumber
komunitas yang sesuai

3.
Ansietas Pengurangan kecemasan
berhubungan a. Gunakan pendekatan yang
dengan Outcome untuk mengukur tenang dan meyakinkan
ancaman pada penyelesaian dari b. Nyatakan dengan jelas harapan
status terkini, diagnosis; terhadap perilaku pasien
hubungan a. Tingkat kecemasan; c. Jelaskan semua prosedur
interpersonal, b. Tingkat kecemasan termasuk sensasi yang akan
pajanan pada social dirasakan yang mungkin akan
faktor dialami pasien selama prosedur
presipitasi Outcome tambahan untuk dilakukan
mengukur batasan d. Pahami situasi krisis yang
karakteristik: terjadi dari perspektif pasien
a. Tingkat agitasi; e. Berikan informasi faktual terkait
b. Kontrol kecemasan diagnosis,perawatan,dan
diri; prognosis
c. Konsentrasi; f. Dorong keluarga untuk
d. Koping; mendampingi pasien dengan
e. Pembuatan cara yang tepat
keputusan; g. Berikan objek yang
f. Status neurologi: menunjukkan perasaan aman
otonomik; h. Lakukan usapan pada punggung
g. Tidur; atau leher dengan cara yang
h. Tanda-tanda vital. tepat
i. Dorong aktivitas yang tidak
kompetitif secara tepat
Outcome yang berkaitan j. Dengarkan pasien
dengan faktor yang k. Puji atau kuatkan perilaku yang
berhubungan atau outcome baik secara tepat
menengah l. Ciptakan atmosfer rasa aman
a. Penerimaan status untuk meningkatkan
kesehatan kepercayaan
b. Status kenyamanan: m. Dorong verbalisasi perasaan ,
lingkungan, fisik, persepsi , dan kecemasan
psikospiritual n. Indentifikasi pada saat terjadi
c. Keparahan infeksi; perubahan tingkat kecemasan
d. Keseimbangan o. Berikan aktivitas pengganti
gaya hidup; yang bertujuan untuk
e. Keterampilan mengurangi tekanan
interaksi social; p. Bantu pasien mengidentifikasi
f. Kesehatan spiritual; situasi yang memicu kecemasan
g. Tingkat stres; q. Kontrol stimulus untuk
h. Keparahan kebutuhan pasien secara tepat
ketagihan zat; r. Dukung pengguanaan
i. Kontrol gejala. mekanisme koping yang sesuai
s. Bantu pasien untuk
mengartikulasikan deskripsi
yang realitis mengenai kejadian
yang akan datang
t. Pertimbangkan kemampuan
pasien dalam mengambil
keputusan
u. Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
v. Atur penggunaan obat-obatan
untuk mengurangi kecemasan
secara tepat
w. Kaji tanda verbal dan non verbal
kecemasan

4.
Gangguan
tidur
berhubungan a. Pasien mampu Peningkatan tidur
dengan faktor mengidentifikasi a. Tentukan pola tidur atau
psikologis atau faktor-faktor yang aktivitas pasien
biologis menghalangi atau b. Perkirakan tidur atau siklus
mengganggu tidur bangun pasien didalam
b. Pasien perawatan perencanaan
mengungkapkan c. Jelaskan pentingnya tidur cukup
cukup beristirahat d. Tentukan efek dari obat(yang di
c. Pasien tidak konsumsi) pasien terhadap pola
menunjukkan tidur
tanda-tanda fisik e. Monitor pola tidur pasien serta
deprivasi tidur catat kondisi fisik (misalnya
d. Pasien mampu apnea tidur, sumbatan jalan
melakukan nafas, nyeri atau ketidak
relaksasi sebelum nyamanan, dan frekuensi buang
tidur air kecil), dan atau psikologis
(missal ketakutan atau
kecemasan) keadaan yang
menganggu tidur
f. Anjurkan pasien untuk
memantau pola tidur
g. Monitor partisipasi dalam
kegiatan yang melelahkan
selama terjaga untuk mencegah
penat yang berlebihan
h. Sesuaikan lingkungan (misalnya
cahaya, kebisingan, suhu, dan
tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
i. Fasilitasi untuk mepertahankan
rutinitas waktu tidur pasien yang
biasa, tanda-tanda sebelum tidur
atau alat peraga, dan benda-
benda yang lazim
digunakan(misalnya,untuk anak-
anak, selimut atau mainan
favorit, ayunan, dot, atau cerita
untuk orang dewasa, buku untuk
dibaca dan lain-lain.) (yang
sesuai)
j. Bantu utnuk menghilangkan
situasi stress seblum tidur
k. Monitor makanan sebelum tidur
dan intake minuman yang dapat
memfasilitasi atau menganggu
tidur
l. Anjurkan pasien menghindari
makanan sebelum tidur dan
minuman yang mengganggu
tidur
m. Bantu pasien membatasi tidur
siang dengan menyediakan
aktifitas terjaga (yang sesuai)
n. Ajarkan pasien melakukan
relaksasi otot autogenic atau
bentuk nonfarmakologi lainnya
untuk memancing tidur
o. Bantu meningkatkan jumlah jam
tidur(jika diperlukan)
p. Anjurkan untuk tidur disiang
hari, jika diindikasikan, untuk
memenuhi kebutuhan tidur
q. Kelompokkan kegiatan
perawatan untuk meminimalkan
jumlah (jam) terbangun,
memungkinkan untuk siklus
tidur minimal 90 menit
r. Sesuaikan jadwal pemberian
obat untuk mengandung siklus
bangun pasien
s. Ajarkan pasien dan orang
terdekat mengenai faktor yang
berkontribuksi tehadap
gangguan pola tidur
(misalny,fisiologis,psikologis,po
la hidup),perubahan shift kerja
yang sering,perubahan zona
waktu yang cepat,jam kerja
yang panjang dan
berlebihan,dan faktor
lingkungan lainnya.
t. Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi pasien
u. Dorong penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung (zat)
penekan tidur REM
v. Atur rangsangan lingkungan
untuk mempertahankan siklus
ruang malam yang normal
w. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga yang mengenai
teknikuntuk meningkatkan tidur
x. Berikan pamphlet dengan
informasi mengenai teknik
untuk meningkatkan tidur

Intervensi keperawatan lainnya;


a. Dukungan pengasuhan
(caregiver support)
b. Manajemen demensia;
c. Manajemen lingkungan;
d. Manajemen lingkungan:
kenyamanan;
e. Terapi penggantian hormon;
f. Pemberian obat;
g. Manajemen pengobatan;
h. Fototerapi: pengaturan alam
perasaan/ pengaturan tidur;
i. Pengaturan posisi
j. Terapi relaksasi;
k. Peningkatan keamanan;
l. Bantuan perawatan diri:
eliminasi;

Pilihan intervensi tambahan


a. Pengurangan kecemasan;
b. Latihan autogenik;
c. Memandikan;
d. Teknik menenangkan;
e. Peningkatan koping;
f. Manajemen energi;
g. Peningkatan latihan;
h. Terapi latihan; ambulasi;
i. Pemijatan;
j. Fasilitasi meditasi;
k. Terapi musik;
l. Manajemen nutrisi;
m. Manajemen nyeri;
n. Relaksasi otot progresif.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai