Tawas
Tawas
Tawas
TEORI
Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari dari molekul air dan dua
jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3. Alum kalium, juga sering dikenal
dengan alum, mempunyai rumus formula yaitu K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O. Alum
kalium merupakan jenis alum yang paling penting. Alum kalium merupakan senyawa
yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika
kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan
alum kalium tersebut bersifat asam. Alum kalium sangat larut dalam air panas.
Ketika kristalin alum kalium dipanaskan terjadi pemisahan secara kimia, dan
sebagian garam yang terdehidrasi terlarut dalam air.
Alum kalium memiliki titik leleh 900ºC.
Tipe lain dari alum adalah aluminium sulfat yang mencakupi alum natrium, alum
amonium, dan alum perak. Alum digunakan untuk pembuatan bahan tekstil yang
tahan api, obat, dan sebagainya (http://encarta.com).
Aluminium sulfat padat dengan nama lain: alum, alum padat, aluminium alum, cake
alum, atau aluminium salt adalah produk buatan berbentuk bubuk, butiran, atau
bongkahan, dengan rumus kimia Al2(SO4)3. xH2O.
Kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia
yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat
[Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly
Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai
koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang
akan digunakan dalam proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan
dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika,
1984).
Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan
pencemar dalam bentuk koloid. Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini
disebabkan:
a. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang
pendek (beberapa jam).
b. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel
yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan, elektrostatis
antara muatan partikel satu dan yang lainnya.
Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini dapat diganggu dengan pembubuhan
koagulan.
Dalam proses penjernihan air secara kimia melibatkan dua proses yaitu koagulasi dan
flokulasi (Alearts & Santika, 1984).
Proses koagulasi adalah suatu proses pertumbuhan dan pencampuran dilakukan
secara tepat dari suatu proses koagulan, stabilisasi dan partikel-partikel koloid
tersuspensi, serta agregasi awal dari partikel-partikel terstabilisasi (Reynold, 1982).
Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk dihilangkan jika
hanya dengan pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila koloid-koloid tersebut
distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang lebih besar
maka koloid-koloid tersebut dapat dihilangkan dengan cepat (Metcalf & Eddy, 1978).
Terdapat tiga mekanisme koagulasi yaitu komponen lapisan ganda (doeble layer
compression), adsorbsi (adsorbtion) dan absorbsi oleh polimer (absorption by
polymer).
Koagulasi merupakan proses penambahan bahan kimia (koagulan) yang memiliki
kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap
membentuk flok.
Flokulasi merupakan proses pembentukan dan penggabungan flok dari partikel-
partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar sehingga mudah
mengendap. Flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini
karena pengotor banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan
polimer yang bersifat negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses
pengendapan lebih cepat (Soeparman & Suparmin, 2002).
PEMBAHASAN
Air merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi kehidupan selain
udara. Makhluk hidup yang ada tidak dapat lepas dari penggunaan air dalam
kehidupannya. Namun pada akhir-akhir ini persoalan ketersediaan air bersih menjadi
suatu masalah karena banyaknya air yang telah kerkotori oleh kontaminan.
Kontaminan-kontaminan berasal dari limbah rumah tangga dan industri. Sehingga
secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara
kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan ini adalah dengan pengolahan
air. Terdapat tiga tahap penting pada proses pengolahan air dengan penambahan zat
kimia seperti tawas yaitu: tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi, tahap
pemisahan flok dengan cairan.
Koagulasi dan flokulasi merupakan suatu proses yang umum dilakukan dalam
pengolahan limbah cair industri. Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia
atau koagulan kedalam air limbah yang bertujuan untuk mengurangi daya tolak
menolak antar partikel koloid, sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung
menjadi flok-flok kecil. Flokulasi adalah proses penggabungan flok-flok kecil
sehingga menjadi flok-flok yang lebih besar sehingga akan mudah mengendap.
Biasanya pengolahan air dengan menggunakan tawas ini, dilakukan pada awal proses
pengolahan air kotor. Tawas ditambahkan ke dalam air sehingga menyebabkan
partikel-partikel tersuspensi akan mengendap dan kemudian air dapat diolah lebih
lanjut. Salah satunya dengan proses filtrasi. Kemudian didesinfeksi lalu dapat
dikonsumsi.
Tawas merupakan alumunium sulfat yang dapat digunakan sebagai penjernih air
seperti sedimentasi (water treatment) karena tawas yang dilarutkan dalam air mampu
mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkan kotoran dalam air sehingga
menjadikan air menjadi jernih. Tawas dikenal sebagai koagulan didalam pengolahan
air limbah. Sebagai koagulan tawas sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang
melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Selain digunakan sebagai
penjernih air, tawas juga dapat digunakan sebagai zat aditif untuk antiperspirant
(deodorant).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan proses produksi tawas (alum). Tawas sendiri
adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Tawas
ini dikenal dengan nama potassium aluminium sulfat dodekahidrat atau
KAl(SO4)2.12 H2O yang dikenal banyak sebagai koagulan didalam pengolahan air
maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan
partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Tawas ini
dipasaran dibedakan atas 2 jenis berdasarkan bentuknya, yaitu tawas butek dan tawas
bening. Tawas atau alum ini dibuat melalui dua cara yaitu :
1. Proses Bauxite
Dengan proses bauxite ini tawas dibuat langsung dari bauxite dan asam sulfat.
Dimana bauxite mengandung kurang lebih 50% Al(OH)3.
2. Proses Al(OH)3
Dengan proses Al(OH)3 ini tawas dibuat dari Al(OH)3 yang direaksikan dengan
asam sulfat membentuk alum sulfat.
Sedangkan pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tawas dari Al(OH)3 yang
direaksikan dengan asam sulfat. Pada prosedurnya yang pertama dilakukan adalah
dengan menimbang Al(OH)3 sebanyak 100 gram dengan 300 mL air. Air ini
digunakan untuk mengencerkan tawas sehingga tawas tersebut berubah dari padatan
menjadi larutan, karena tawas dalam bentuk padatan akan sulit bereaksi dengan asam
sulfat encer. Kemudian ditambahkan 200 mL asam sulfat pekat 98% secara perlahan-
lahan dan diaduk pelan-pelan selama kurang lebih 60 menit sampai homogen.
Penggunaan asam sulfat disini berfungsi sebagai reaktan. Proses pencampuran
tersebut dilakukan di ruang asam, hal ini dilakukan karena salah satu bahan pembuat
tawas adalah asam sulfat pekat yang merupakan zat kimia berbahaya yang apabila
terhisap dapat mengganggu kesehatan dan proses pencampuran tersebut
menghasilkan reaksi eksoterm (mengeluarkan panas) sehingga bersifat eksplosif dan
dapat meledak. Setelah semua bahan dicampurkan, kemudian diaduk agar homogen.
Setelah itu tunggu beberapa saat, kemudian cetak pada wadah yang telah disediakan.
Pada saat dikemas ke dalam wadah, tawas tidak boleh terlalu dingin. Jika terlalu
dingin, tawas akan mengkristal dan mengendap karena kelarutannya rendah dalam
suasana dingin, akibatnya tawas sulit untuk dicetak. Untuk menguji tawas yang telah
dibuat dapat dilakukan dengan menggunakan air limbah (air yang sudah tidak jernih
lagi) yaitu dengan cara tawas ditambahkan dengan koagulan, koagulan tersebut
memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel
siap membentuk flok. Setelah itu ditambahkan flokulan yang terbuat dari polimer,
flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini karena pengotor
banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan polimer yang bersifat
negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses pengendapan lebih cepat. Lalu
campuran tersebut diaduk dan dibiarkan beberapa saat hingga kotoran-kotoran yang
terdapat di air mengendap semuanya. Tawas yang baik adalah tawas yang mampu
mengikat banyak kotoran-kotoran dan mengendapkannya sehingga air menjadi
jernih.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional.
Anonim. 2001. Alum. Diperoleh dari http://www.encarta.com (diakses Maret
2007).
Metcalf & Eddy. 1991. Waste Water and Engineering Treatment. Graw Hill.
Reynold, T.D. 1982. Unit Operation and Process in Enviromental Engineering.
California: Broks/Cole Engineering.
Soeparman & Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
tawas, salah satu dari kelompok garam
ganda terhidrasi, biasanya terdiri dari
aluminium sulfat, air hidrasi, dan sulfat
unsur lain. Serangkaian terhidrasi seluruh
hasil garam ganda dari hidrasi sulfat dari
kation bermuatan tunggal (misalnya, K +)
dan sulfat dari salah satu dari sejumlah
kation Tripoli dibebankan (misalnya, Al3
+). Aluminium sulfat sehingga dapat
membentuk alum dengan sulfat dari
kation bermuatan tunggal kalium, sodium,
amonium, cesium, dan elemen lainnya dan
senyawa. Dalam cara yang sama, sulfat
dari Tripoli kation bermuatan besi,, kobalt
kromium mangan,, dan logam lain
mungkin mengambil tempat aluminium
sulfat. Yang paling alum penting adalah
kalium sulfat aluminium, amonium sulfat
aluminium, dan aluminium sulfat natrium.
Kalium aluminium sulfat, juga dikenal
sebagai tawas tawas kalium atau
potasium, memiliki rumus molekul K2
(SO4) · Al2 (SO4) 3.24 H2O atau Kal (SO4)
2.12 H2O.
Alum mudah dapat diproduksi dengan
presipitasi dari larutan. Dalam
memproduksi tawas kalium, misalnya,
aluminium sulfat dan kalium sulfat yang
dilarutkan dalam air, dan kemudian pada
penguapan tawas yang mengkristal keluar
dari solusi. Sebuah metode produksi yang
lebih umum adalah untuk mengobati bijih
bauksit dengan asam sulfat dan kemudian
dengan kalium sulfat. Amonium alum
dihasilkan oleh penguapan air yang
mengandung larutan amonium sulfat dan
aluminium sulfat. Hal ini juga dapat
diperoleh dengan memperlakukan
campuran aluminium sulfat dan asam
sulfat dengan amonia. Alum terjadi secara
alami di berbagai mineral. Kalium tawas,
misalnya, ditemukan dalam mineral
kalinite, nontronit, dan leucite, yang dapat
diobati dengan asam sulfat untuk
memperoleh kristal dari tawas ini.
Pembahasan
Tawas sudah digunakan dibidang obat-
obatan dan pencelupan tekstil selama
kurang lebih 4000 tahun. Aluminium
adalah logam yang ringan, stabil diudara,
mudah dibuat, kuat dan tahan terhadap
korosi.
Aluminium adalah logam terpenting.
Berdasarkan massa, aluminium
menempati urutan ketiga unsur-unsur
yang terbesar kelimpahannya dikerak
bumi. Biji aluminium yang terpenting
adalah bauksit yang mengandung Al2O3.
Untuk ekstraksi aluminium, bauksit perlu
dimurnikan berdasarkan sifat amfoter dari
aluminium dan senyawanya. Mula-mula
bauksit ditambahkan larutan NaOH pekat,
yang akan melarutkan Al2O3, kemudian
zat pengotor yang tidak melarut dapat
dipisahkan dengan cara penyaringan.
Al2O3 + 2 OH - 2 AlO2- + H2O
Pada percobaan ini dilakukan dengan
menimbang 33,4 gram Al2(SO4)3. 12 H2O
dalam 25 ml air 80 0C. Tujuan adalah
untuk mengetahui berat Al2(SO4)3. 12
H2O sebelum dicampurkan. Dimana terjadi
persamaan reaksi
Al2(SO4)3. 12 H2O H2O Al2(SO4)3 + 13
H2O
80 C
Kemudian menimbang 8,7 gram K2SO4
dilarutkan dalam 50 ml air. Dimana larutan
tersebut menghasilkan persamaan reaksi
K2SO4 + H2O KOH + H2SO4
Kemudian kedua larutan dicampurkan.
Dan dipindahkan kedalam cawan
penguapan,
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Proses Bauxite
Dengan proses bauxite ini tawas dibuat
langsung dari bauxite dan asam sulfat.
Dimana bauxite mengandung kurang lebih
50% Al(OH)3(alumuniun hidroksida).
Spoiler for aloh3: