Tawas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

PEMBUATAN ALUM

TEORI
Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari dari molekul air dan dua
jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3. Alum kalium, juga sering dikenal
dengan alum, mempunyai rumus formula yaitu K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O. Alum
kalium merupakan jenis alum yang paling penting. Alum kalium merupakan senyawa
yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika
kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan
alum kalium tersebut bersifat asam. Alum kalium sangat larut dalam air panas.
Ketika kristalin alum kalium dipanaskan terjadi pemisahan secara kimia, dan
sebagian garam yang terdehidrasi terlarut dalam air.
Alum kalium memiliki titik leleh 900ºC.
Tipe lain dari alum adalah aluminium sulfat yang mencakupi alum natrium, alum
amonium, dan alum perak. Alum digunakan untuk pembuatan bahan tekstil yang
tahan api, obat, dan sebagainya (http://encarta.com).
Aluminium sulfat padat dengan nama lain: alum, alum padat, aluminium alum, cake
alum, atau aluminium salt adalah produk buatan berbentuk bubuk, butiran, atau
bongkahan, dengan rumus kimia Al2(SO4)3. xH2O.
Kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia
yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat
[Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly
Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai
koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang
akan digunakan dalam proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan
dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika,
1984).
Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan
pencemar dalam bentuk koloid. Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini
disebabkan:

a. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang
pendek (beberapa jam).
b. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel
yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan, elektrostatis
antara muatan partikel satu dan yang lainnya.
Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini dapat diganggu dengan pembubuhan
koagulan.
Dalam proses penjernihan air secara kimia melibatkan dua proses yaitu koagulasi dan
flokulasi (Alearts & Santika, 1984).
Proses koagulasi adalah suatu proses pertumbuhan dan pencampuran dilakukan
secara tepat dari suatu proses koagulan, stabilisasi dan partikel-partikel koloid
tersuspensi, serta agregasi awal dari partikel-partikel terstabilisasi (Reynold, 1982).
Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk dihilangkan jika
hanya dengan pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila koloid-koloid tersebut
distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang lebih besar
maka koloid-koloid tersebut dapat dihilangkan dengan cepat (Metcalf & Eddy, 1978).
Terdapat tiga mekanisme koagulasi yaitu komponen lapisan ganda (doeble layer
compression), adsorbsi (adsorbtion) dan absorbsi oleh polimer (absorption by
polymer).
Koagulasi merupakan proses penambahan bahan kimia (koagulan) yang memiliki
kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap
membentuk flok.
Flokulasi merupakan proses pembentukan dan penggabungan flok dari partikel-
partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar sehingga mudah
mengendap. Flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini
karena pengotor banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan
polimer yang bersifat negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses
pengendapan lebih cepat (Soeparman & Suparmin, 2002).
PEMBAHASAN
Air merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi kehidupan selain
udara. Makhluk hidup yang ada tidak dapat lepas dari penggunaan air dalam
kehidupannya. Namun pada akhir-akhir ini persoalan ketersediaan air bersih menjadi
suatu masalah karena banyaknya air yang telah kerkotori oleh kontaminan.
Kontaminan-kontaminan berasal dari limbah rumah tangga dan industri. Sehingga
secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara
kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan ini adalah dengan pengolahan
air. Terdapat tiga tahap penting pada proses pengolahan air dengan penambahan zat
kimia seperti tawas yaitu: tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi, tahap
pemisahan flok dengan cairan.
Koagulasi dan flokulasi merupakan suatu proses yang umum dilakukan dalam
pengolahan limbah cair industri. Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia
atau koagulan kedalam air limbah yang bertujuan untuk mengurangi daya tolak
menolak antar partikel koloid, sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung
menjadi flok-flok kecil. Flokulasi adalah proses penggabungan flok-flok kecil
sehingga menjadi flok-flok yang lebih besar sehingga akan mudah mengendap.
Biasanya pengolahan air dengan menggunakan tawas ini, dilakukan pada awal proses
pengolahan air kotor. Tawas ditambahkan ke dalam air sehingga menyebabkan
partikel-partikel tersuspensi akan mengendap dan kemudian air dapat diolah lebih
lanjut. Salah satunya dengan proses filtrasi. Kemudian didesinfeksi lalu dapat
dikonsumsi.
Tawas merupakan alumunium sulfat yang dapat digunakan sebagai penjernih air
seperti sedimentasi (water treatment) karena tawas yang dilarutkan dalam air mampu
mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkan kotoran dalam air sehingga
menjadikan air menjadi jernih. Tawas dikenal sebagai koagulan didalam pengolahan
air limbah. Sebagai koagulan tawas sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang
melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Selain digunakan sebagai
penjernih air, tawas juga dapat digunakan sebagai zat aditif untuk antiperspirant
(deodorant).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan proses produksi tawas (alum). Tawas sendiri
adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Tawas
ini dikenal dengan nama potassium aluminium sulfat dodekahidrat atau
KAl(SO4)2.12 H2O yang dikenal banyak sebagai koagulan didalam pengolahan air
maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan
partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Tawas ini
dipasaran dibedakan atas 2 jenis berdasarkan bentuknya, yaitu tawas butek dan tawas
bening. Tawas atau alum ini dibuat melalui dua cara yaitu :
1. Proses Bauxite
Dengan proses bauxite ini tawas dibuat langsung dari bauxite dan asam sulfat.
Dimana bauxite mengandung kurang lebih 50% Al(OH)3.
2. Proses Al(OH)3
Dengan proses Al(OH)3 ini tawas dibuat dari Al(OH)3 yang direaksikan dengan
asam sulfat membentuk alum sulfat.
Sedangkan pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tawas dari Al(OH)3 yang
direaksikan dengan asam sulfat. Pada prosedurnya yang pertama dilakukan adalah
dengan menimbang Al(OH)3 sebanyak 100 gram dengan 300 mL air. Air ini
digunakan untuk mengencerkan tawas sehingga tawas tersebut berubah dari padatan
menjadi larutan, karena tawas dalam bentuk padatan akan sulit bereaksi dengan asam
sulfat encer. Kemudian ditambahkan 200 mL asam sulfat pekat 98% secara perlahan-
lahan dan diaduk pelan-pelan selama kurang lebih 60 menit sampai homogen.
Penggunaan asam sulfat disini berfungsi sebagai reaktan. Proses pencampuran
tersebut dilakukan di ruang asam, hal ini dilakukan karena salah satu bahan pembuat
tawas adalah asam sulfat pekat yang merupakan zat kimia berbahaya yang apabila
terhisap dapat mengganggu kesehatan dan proses pencampuran tersebut
menghasilkan reaksi eksoterm (mengeluarkan panas) sehingga bersifat eksplosif dan
dapat meledak. Setelah semua bahan dicampurkan, kemudian diaduk agar homogen.
Setelah itu tunggu beberapa saat, kemudian cetak pada wadah yang telah disediakan.
Pada saat dikemas ke dalam wadah, tawas tidak boleh terlalu dingin. Jika terlalu
dingin, tawas akan mengkristal dan mengendap karena kelarutannya rendah dalam
suasana dingin, akibatnya tawas sulit untuk dicetak. Untuk menguji tawas yang telah
dibuat dapat dilakukan dengan menggunakan air limbah (air yang sudah tidak jernih
lagi) yaitu dengan cara tawas ditambahkan dengan koagulan, koagulan tersebut
memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel
siap membentuk flok. Setelah itu ditambahkan flokulan yang terbuat dari polimer,
flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini karena pengotor
banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan polimer yang bersifat
negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses pengendapan lebih cepat. Lalu
campuran tersebut diaduk dan dibiarkan beberapa saat hingga kotoran-kotoran yang
terdapat di air mengendap semuanya. Tawas yang baik adalah tawas yang mampu
mengikat banyak kotoran-kotoran dan mengendapkannya sehingga air menjadi
jernih.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional.
Anonim. 2001. Alum. Diperoleh dari http://www.encarta.com (diakses Maret
2007).
Metcalf & Eddy. 1991. Waste Water and Engineering Treatment. Graw Hill.
Reynold, T.D. 1982. Unit Operation and Process in Enviromental Engineering.
California: Broks/Cole Engineering.
Soeparman & Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
tawas, salah satu dari kelompok garam
ganda terhidrasi, biasanya terdiri dari
aluminium sulfat, air hidrasi, dan sulfat
unsur lain. Serangkaian terhidrasi seluruh
hasil garam ganda dari hidrasi sulfat dari
kation bermuatan tunggal (misalnya, K +)
dan sulfat dari salah satu dari sejumlah
kation Tripoli dibebankan (misalnya, Al3
+). Aluminium sulfat sehingga dapat
membentuk alum dengan sulfat dari
kation bermuatan tunggal kalium, sodium,
amonium, cesium, dan elemen lainnya dan
senyawa. Dalam cara yang sama, sulfat
dari Tripoli kation bermuatan besi,, kobalt
kromium mangan,, dan logam lain
mungkin mengambil tempat aluminium
sulfat. Yang paling alum penting adalah
kalium sulfat aluminium, amonium sulfat
aluminium, dan aluminium sulfat natrium.
Kalium aluminium sulfat, juga dikenal
sebagai tawas tawas kalium atau
potasium, memiliki rumus molekul K2
(SO4) · Al2 (SO4) 3.24 H2O atau Kal (SO4)
2.12 H2O.
Alum mudah dapat diproduksi dengan
presipitasi dari larutan. Dalam
memproduksi tawas kalium, misalnya,
aluminium sulfat dan kalium sulfat yang
dilarutkan dalam air, dan kemudian pada
penguapan tawas yang mengkristal keluar
dari solusi. Sebuah metode produksi yang
lebih umum adalah untuk mengobati bijih
bauksit dengan asam sulfat dan kemudian
dengan kalium sulfat. Amonium alum
dihasilkan oleh penguapan air yang
mengandung larutan amonium sulfat dan
aluminium sulfat. Hal ini juga dapat
diperoleh dengan memperlakukan
campuran aluminium sulfat dan asam
sulfat dengan amonia. Alum terjadi secara
alami di berbagai mineral. Kalium tawas,
misalnya, ditemukan dalam mineral
kalinite, nontronit, dan leucite, yang dapat
diobati dengan asam sulfat untuk
memperoleh kristal dari tawas ini.

Kebanyakan alum memiliki rasa dan zat


asam. Mereka tidak berwarna, tidak
berbau, dan eksis sebagai bubuk kristal
putih. Alum umumnya larut dalam air
panas, dan mereka dapat dengan mudah
diendapkan dari larutan air membentuk
kristal oktahedral besar.
Alum memiliki banyak kegunaan, tetapi
mereka telah sebagian digantikan oleh
aluminium sulfat sendiri, yang mudah
didapat dengan memperlakukan bijih
bauksit dengan asam sulfat. Menggunakan
komersial alum terutama berasal dari
hidrolisis ion-ion aluminium, yang
mengakibatkan pengendapan hidroksida
aluminium. Kimia ini telah menggunakan
berbagai industri. Kertas ini berukuran,
misalnya, dengan mendepositokan
aluminium hidroksida dalam celah serat
selulosa. Aluminium hidroksida adsorbsi
partikel dari air dan dengan demikian
agen flokulasi berguna dalam pabrik
pemurnian air. Ketika digunakan sebagai
(binder) pedas untuk pencelupan, maka
perbaikan pewarna untuk kain katun dan
lainnya, rendering pewarna larut. Alum
juga digunakan dalam pengawetan, di
baking powder, di alat pemadam
kebakaran, dan sebagai astringent dalam
pengobatan.
LINKS
Artikel Terkait

Pembuatan Tawas KAl(SO4)2.12H2O


Judul : Pembuatan Tawas KAl(SO4)2.12H2O
Tujuan Perc. :
1.Memahami beberapa aspek kimia
tentang unsur aluminium
2.Membuat tawas
Dasar Teori
Tawas atau alum merupakan
persenyawaan garam kompleks yaitu yang
mempunyai rumusan kimia K 2 SO 4 Al 2
(SO 4 ) 3 24H 2 O dan Na 2 SO 4 Al 2 (SO
4 ) 3 24H 2 O. Bahan galian ini banyak
kegunaannya yaitu sebagai bahan untuk
membersihkan air, bahan cat, bahan
penyamak kulit, bahan persenyawaan
kimia, sumber natrium dan kalium pada
bahan-bahan antiseptik, pengawet
minuman dan obat-obatan.
Persenyawaan kedua zat kimia ini
membutuhkan media. Media atau medium
berasal dari kata latin “medius” yang
berarti ‘tengah’ atau ‘antara’. Secara
umum pengertian media simulasi adalah
semua bentuk perantara yang dipakai
orang menyebar ide, sehingga ide atau
gagasan itu sampai pada penerima. Di lain
pihak media simulasi pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (message) ,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar.

embentukan stalaktit merupakan suatu


model yang biasa digunakan sebagai
media simulasi. Pembuatannya
memerlukan bahan yang sederhana yaitu
air, tepung boraks dan tepung tawas. Agar
reaksi antara boraks dan tawas bisa
menjadi tiruan stalaktit yang sempurna,
maka harus mengkuti langkah-langkah
seperti ini:
Menyediakan alat dan bahan yang
diperlukan. Alat dan bahan tersebut
berupa air suling, sendok, bejana (volume
1 liter), serbet kertas, tepung boraks, dan
tepung tawas; menuangkan
(menambahkan) tepung boraks ke dalam
bejana lalu mengaduk hingga rata;
Melipat selembar serbet kertas dua kali di
tengah-tengahnya;
Memasukkan sudut serbet kertas yang
terlipat ke dalam bejana sampai ujungnya
tercelup;
Membuka satu helai lipatan ke pinggir-
pinggir sehingga membentuk corong;
Menuangkan tawas ke dalam corong.
Tawas harus sampai ke dasar corong
sehingga menyentuh cairan.
Stalaktit tiruan yang muncul adalah
bangun ramping yang panjang dan halus
bergantung pada kertas. Hal ini dapat
terjadi diakibatkan di dalam corong
kertas, tawas dan boraks bersatu
membentuk bahan padat yang disebut
alumunium boraks. Gravitasi menarik
butir-butir kecil zat padat itu melewati
lubang-lubang pada serbet kertas. Gaya
tarik gravitasi ke bawah terhadap partikel
renik memindahkan zat padat melalui
cairan ke dasar bejana. Sebagian partikel
terlalu besar sehingga tidak dapat ditarik
melalui lubang diantara serat-serat kertas.
Media simulasi tersebut menggantung ke
dalam cairan. Dalam keadaan
sesungguhnya bahan padat yang berupa
butir-butir kecil jatuh melalui lubang pada
atap gua dan menempel pada kalsit (CaCO
3 ) yang disebut stalaktit. Pada awal
pengendapannya, butir-butir tersebut
bergerak lambat dan mudah menempel
pada bentukan stalaktit yang sudah ada.
Hal ini menyebabkan bagian atas struktur
stalaktit menjadi lebih kecil daripada
dasarnya sehingga daerah yang menempel
pada atap gua lebih lebar dengan paku-
paku panjang dan ramping menggantung
ke bawah.
Percobaan dilakukan dalam 2 macam
simulasi. Perlakuan yang sama hanya
dibedakan pada jumlah tawas dan boraks
yang direaksikan. Pada simulasi pertama,
massa tawas tetap (10 gram), massa
boraks bervariasi (10 gr dan 70 gr). Pada
simulasi kedua massa tawas bervariasi (10
gr dan 30 gr), sedang massa boraks tetap
(10 gr). Kesemua zat ini direaksikan dalam
perhitungan waktu yang sama, 10 menit.
Berdasarkan data percobaan
pengembangan hasil simulasi maka dapat
dikatakan bahwa faktor konsentrasi
boraks berpengaruh pada kecepatan
pembentukan stalaktit tiruan, sedangkan
konsentrasi tawas hanya mempengaruhi
pada jumlah (banyaknya) stalaktit tiruan
yang terbentuk. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor ion boraks yang tersedia di
dalam larutan lebih berperanan besar
dalam pembentukan alumunium borat
dibanding ketersediaan kation Al 3+ (dari
tawas)
Alat Dan Bahan
Beker gelas 1000 ml Bahan: gelas
borosilikat. Volume : 1000 ml. Berskala
teratur dan permanen warna putih,
tingkatan untuk percobaan siswa.
Kegunaan Tempat untuk percobaan,
proses difusi osmosis.
Cawan : terbuat dari porselen dan biasa
digunakan untuk menguapkan larutan

Kaki tiga Satu ring diamater 80 mm


dengan tiga kaki panjang 8 cm. Diameter
luar : 8 mm. Kegunaan Untuk penyangga
pembakar spirtus

Pembakar spirtus Kapasitas 100 ml,


bertutup untuk mencegah penguapan,
bahan kaca. Kegunaan Untuk membakar
zat atau memanasi larutan.

Batang pengaduk Batang gelas, dengan


ujung bulat dan ujung yang lain pipih.
Panjang 15 cm. Kegunaan Pengocok
larutan

Bahan yang digunakan


AL2(SO4)3 18 H2O
K2SO4
Pengamatan
Perlakuan
Hasil
Lart. 33,4 Al2(SO4)3. 12 H2O + 25 ml H2O
80 0C
larutkan 8,7 gram K2SO4 dalam 50 ml air
Kedua larutan dicampurkan
Didinginkan pada suhu kamar

Tidak melarut sempurna

Tidak ada perubahan warna

Larutanya menjadi keruh


Terbentuknya tawas

Pembahasan
Tawas sudah digunakan dibidang obat-
obatan dan pencelupan tekstil selama
kurang lebih 4000 tahun. Aluminium
adalah logam yang ringan, stabil diudara,
mudah dibuat, kuat dan tahan terhadap
korosi.
Aluminium adalah logam terpenting.
Berdasarkan massa, aluminium
menempati urutan ketiga unsur-unsur
yang terbesar kelimpahannya dikerak
bumi. Biji aluminium yang terpenting
adalah bauksit yang mengandung Al2O3.
Untuk ekstraksi aluminium, bauksit perlu
dimurnikan berdasarkan sifat amfoter dari
aluminium dan senyawanya. Mula-mula
bauksit ditambahkan larutan NaOH pekat,
yang akan melarutkan Al2O3, kemudian
zat pengotor yang tidak melarut dapat
dipisahkan dengan cara penyaringan.
Al2O3 + 2 OH - 2 AlO2- + H2O
Pada percobaan ini dilakukan dengan
menimbang 33,4 gram Al2(SO4)3. 12 H2O
dalam 25 ml air 80 0C. Tujuan adalah
untuk mengetahui berat Al2(SO4)3. 12
H2O sebelum dicampurkan. Dimana terjadi
persamaan reaksi
Al2(SO4)3. 12 H2O H2O Al2(SO4)3 + 13
H2O
80 C
Kemudian menimbang 8,7 gram K2SO4
dilarutkan dalam 50 ml air. Dimana larutan
tersebut menghasilkan persamaan reaksi
K2SO4 + H2O KOH + H2SO4
Kemudian kedua larutan dicampurkan.
Dan dipindahkan kedalam cawan
penguapan,

selanjutnya didinginkan pada suhu kamar


sehingga terbentuk kristal. Dicuci dengan
sedikit air dan keringkan kristal dengan
kertas saring.

Kesimpulan

Reaksi – reaksi ion Al3+ dalam air, dimana


bila garam aluminium dilarutkan dalam air,
ion Al3+ mengalami hidrasi
Al3+ + 6 H2O Al(H2O)63+
Atau disingkat Al3+ (aq)
Sesuai dengan harga potensial
elektrodanya dapat diramalkan bahwa
aluminium lebih reaktif dari seng dan
logam ini lebih mudah bereaksi dengan
oksigen, melarut dalam asam encer dan
membebaskan hidrogen. Sebenarnya
aluminium bereaksi dengan oksigen.
Namun setiap permukaan aluminium yang
baru segera dilapisi oleh aluminium
bereaksi dengan oksigen. Namun setiap
permukaan aluminium yang baru segera
dilapisi oleh aluminium oksida yang
sangat tipis.
Cara pembuatan tawas membuat larutan
33,4 Al2(SO4)3. 12 H2O + 25 ml H2O 80 0C
dan melarutkan 8,7 gram K2SO4 dalam 50
ml air kemudian larutan tersebut
dicampurkan dan didinginkan pada cawan
penguapan.

Daftar Pustaka

Team Teaching Prakt. Kimia anorganik.


2008. Modul praktikum kimia anorganik.
Gorontalo: UNG.
http:\\boraks dan tawas jadi salatit. Htm
Tawas atau alum ini dibuat melalui dua cara
yaitu :

1. Proses Bauxite
Dengan proses bauxite ini tawas dibuat
langsung dari bauxite dan asam sulfat.
Dimana bauxite mengandung kurang lebih
50% Al(OH)3(alumuniun hidroksida).
Spoiler for aloh3:

2. Proses Al(OH)3 (alumunium hidroksida)


Dengan proses Al(OH)3 ini tawas dibuat
dari Al(OH)3 yang direaksikan dengan
asam sulfat membentuk alum sulfat.
Spoiler for asam sulfat:

Sedangkan pada praktikum kali ini


dilakukan pembuatan tawas dari Al(OH)3
yang direaksikan dengan asam sulfat.
Pada prosedurnya yang pertama dilakukan
adalah dengan menimbang Al(OH)3
sebanyak 100 gram dengan 300 mL air. Air
ini digunakan untuk mengencerkan tawas
sehingga tawas tersebut berubah dari
padatan menjadi larutan, karena tawas
dalam bentuk padatan akan sulit bereaksi
dengan asam sulfat encer. Kemudian
ditambahkan 200 mL asam sulfat pekat
98% secara perlahan-lahan dan diaduk
pelan-pelan selama kurang lebih 60 menit
sampai homogen.

Penggunaan asam sulfat disini berfungsi


sebagai reaktan. Proses pencampuran
tersebut dilakukan di ruang asam, hal ini
dilakukan karena salah satu bahan
pembuat tawas adalah asam sulfat pekat
yang merupakan zat kimia berbahaya yang
apabila terhisap dapat mengganggu
kesehatan dan proses pencampuran
tersebut menghasilkan reaksi eksoterm
(mengeluarkan panas) sehingga bersifat
eksplosif dan dapat meledak.

Setelah semua bahan dicampurkan,


kemudian diaduk agar homogen. Setelah
itu tunggu beberapa saat, kemudian cetak
pada wadah yang telah disediakan. Pada
saat dikemas ke dalam wadah, tawas tidak
boleh terlalu dingin.

Jika terlalu dingin, tawas akan mengkristal


dan mengendap karena kelarutannya
rendah dalam suasana dingin, akibatnya
tawas sulit untuk dicetak. Untuk menguji
tawas yang telah dibuat dapat dilakukan
dengan menggunakan air limbah (air yang
sudah tidak jernih lagi) yaitu dengan cara
tawas ditambahkan dengan koagulan,
koagulan tersebut memiliki kemampuan
untuk menjadikan partikel koloid tidak
stabil sehingga partikel siap membentuk
flok.

Setelah itu ditambahkan flokulan yang


terbuat dari polimer, flokulan yang
digunakan untuk penjernihan air yaitu
NaOH. Hal ini karena pengotor banyak
mengandung ion positif sehingga dengan
penambahan polimer yang bersifat negatif
dapat mengikat flok lebih besar dan
proses pengendapan lebih cepat. Lalu
campuran tersebut diaduk dan dibiarkan
beberapa saat hingga kotoran-kotoran
yang terdapat di air mengendap
semuanya.

Tawas yang baik adalah tawas yang


mampu mengikat banyak kotoran-kotoran
dan mengendapkannya sehingga air
menjadi jernih.
Tawas adalah garam sulfat rangkap terhidrat
dengan formula M+M3+ (SO4)2.12H2O.
M+ merupakan kation univalen, umumnya
Na+, Fe+, Cr+, Ti3+ atau Co3+, tawas
biasa dikenal dalam kehidupan sehari-hari
adalah amonium sulfat dodekahidrat.

Beberapa contoh tawas, cara membuat


dan kegunaannya:

1. Natrium aluminium sulfat dodekahidrat


(tawas natrium) dengan formula
NaAl(SO4)2. 12h2O digunakan sebagai
serbuk pengembang roti.

2. Kalium aluminium sulfat dodekahidrat


(tawas kalium) dengan rumus KAl(SO4)2.
12H2O digunakan dalam pemurnian air,
pengolahan limbah, dan bahan pemadam
api. Tawas kalium dibuat dari logam
aluminium dan kalium hidroksida. Logam
aluminium bereaksi secara cepat dengan
KOH panas menghasilkan larutan garam
kalium aluminat.

2Al(s) + 2K+(aq) + 2OH-(aq) + 6H2O(l) ——


> 2K+(aq) + 2Al(OH)4-(aq) + 3H2(g)

ion aluminium, Al(OH)4- yang bersifat


ampoter jika direaksikan dengan asam
sulfat, diendapkan sebagai aluminium
hidroksida, tetapi larut pada pemanasan.
2K+(aq) + 2Al(OH)4-(aq) + 2H+(aq) +
SO42-(aq) —–> 2Al(OH)3(s) + 2K+(aq) +
SO42-(aq) + 2H2O(l)

2Al(OH)3(s) + 6H+(aq) + 3SO42-(aq) —–>


2Al3+(aq) + 3SO42-(aq) + 6H2O(l)

jika larutan kalium aluminium sulfat


dodekahidrat yang hampir jenuh
didinginkan maka akan terbentuk kristal-
kristal yang berbentuk oktahedron.

3. Amonium aluminium sulfat


dodekahidrat (tawas amonium) dengan
formula NH4Al(SO4)2.12H2O digunakan
sebagai acar ketimun.

4. Kalium kromium(III) sulfat dodekahidrat


(tawas kromium) dengan formula
KCr(SO4)2.12H2O digunakan sebagai
penyamak kulit dan bahan pembuat kain
tahan api. tawas kromium dapat diperoleh
dengan cara mereduksi ion dokronat dari
kaliium dikromat K2Cr2O7, menjadi
kromium(III) dalam larutan asam sulfat
dengan reduktor etanol, C2H5OH.

8H+(aq) + CrO72-(aq) + 3C2H5OH(aq) —–>


3CH3CHO(aq) + 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)

ion sulfat dari asam sulfat dan ion kalium


dari kalium dikromat bergabung dengan
ion kromium(III) membentuk kristal tawas
kromium yang terbentuk oktahedron dan
berwarna violet sampai hijau gelap jika
larutan yang pekat didinginkan.

K+(aq) + Cr3+(aq) + 2O42-(aq) + 12H2O(l)


—–> KCr(SO4)2. 12H2O(c)

5. Amonium besi(III) sulfat dodekahidrat


(tawas besi(II)) dengan formula
NH4Fe(SO4)2.12H2O digunakan untuk
mordan pada pewarnaan tekstil. Tawas ini
dibuat dengan mengoksidasi ion besi(II)
menjadi ion besi(III) dengan asam nitrat
dalam larutan amonium sulfat.

2H+(aq) + NO3-(aq) +Fe2+(aq) —–> Fe3+


(aq) + NO2(g) + H2O(l)

ion amonium dan ion sulfat dari amonium


sulfat, (NH4)SO4, mengkristalkan ion
besi(III) sebagai tawas besi(III).

NH4+(aq) + Fe3+(aq) + 2SO42-(aq) +


12H2O(l) —–> NH4Fe(SO4)2. 12H2O(c)

Untuk setiap kali pembuatan tawas,


sebagian pelarut mungkin perlu dikurangi
dengan cara penguapan untuk
menghasilkan larutan jenuh yang
kemudian menghasilkan kristal tawas
pada waktu didinginkan. Untuk
mendapatkan kristal yang berukuran
besar, pendinginan larutan jenuh harus
dilakukan secara pelan-pelan.

Anda mungkin juga menyukai