TINJAUAN PUSTAKA
Divisi Hematologi Klinik
Rita Rachmayanti
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1,8-18 per
negara maju angka kejadian sepsis 3 per 1000 kelahiran hidup dengan angka
pasti. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi
mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi
1
3
yang tidak spesifik. Pada neonatus, gejala sepsis klasik jarang terlihat karena
Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang seperti biakan darah perlu dilakukan.
Pemeriksaan tersebut hasilnya baru dapat diketahui setelah 48-72 jam dan
sering memberikan hasil yang kurang memuaskan. Gambaran klinis yang tidak
yang sering dipakai sebagai penunjang diagnosis sepsis pada neonatus dan bayi
adhesi, pemeriksaan Cell surface markers pada Netrofil, limfosit dan Monosit
Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai sepsis neonatorum, diagnosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi
sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan. 2 The
(SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari
infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multi organ,
sepsis).7
Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi pada
72 jam pertama kehidupan dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran
atau in utero. Pada kasus berat gejala muncul saat lahir biasanya dengan distres
pernafasan dan pneumonia. Sumber infeksi pada SAD biasanya berasal dari
5
persalinan.
Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi yang terjadi setelah 72 jam
atau lebih setelah kelahiran yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah
pada SAL adalah berat badan lahir rendah, prematuritas, perawatan di intencive
2.3. Etiologi
oleh World Health Organization Young Infants Study Group pada tahun 1999 di
6
empat negara berkembang yaitu Etiopia, Filipina, Papua New Guinea dan
pada awitan lambat selain bakteri Gram negatif juga ditemukan Streptococcus
2.4 Patofisiologi
amnion, khorion, dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion.
a. Infeksi bakteri, parasit atau virus yang diderita ibu dapat mencapai janin
melalui aliran darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
misalnya saat pengambilan contoh darah janin, bahan villi khorion atau
janin.
c. Pada saat ketuban pecah, paparan bakteri yang berasal dari vagina akan
menyebabkan infeksi pada janin. Pada keadaan ini bakteri vagina masuk ke
dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi bakteri melalui saluran
yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah lebih dari 18-
24 jam.
Kontaminasi bakteri setelah bayi lahir terjadi dari lingkungan bayi baik
paparan bakteri ini berlanjut dan memasuki aliran darah, akan terjadi respons
tubuh yang berupaya untuk mengeluarkan bakteri dari tubuh. Berbagai reaksi
pada penderita.10
2.5 Diagnosis
Gambaran klinis awal sepsis neonatorum seringkali tidak tampak dan tidak
spesifik. Neonatus dengan sepsis kemungkinan akan menampakan satu atau lebih
a. Hipotermi atau demam (sering terjadi pada bayi berat lahir rendah)
h. Asidosis metabolik
9
pitched cry, stupor sampai koma, kejang dan kaku kuduk. Adanya gejala
walupun hasil positif hanya terdapat pada 10-60% kasus dan pemeriksaan tersebut
sepsis neonatorum awitan dini maupun lanjut. Apabila hasil biakan positif,
pemeriksaan biakan LCS diulang 24-36 jam setelah pemberian antibiotik untuk
Biakan urin dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi di saluran
kemih. Biakan urin lebih baik dilakukan pada kasus sepsis neonatorum awitan
lambat. Spesimen urin diambil melalui kateterisasi steril atau aspirasi suprapubik
kandung kemih.
bakteri penyebab termasuk golongan bakteri Gram positif atau Gram negatif. 7
pemeriksaan untuk identifikasi awal bakteri ini dapat dilaksanakan pada rumah
a. Pemeriksaan hematologi
- Jumlah leukosit
- Jumlah netrofil
bakteri interseluler
- Jumlah trombosit
- a1 Antitrypsin
- Fibronectin
- Haptoglobin
- Lactoferrin
- Neopterin
- Orosomucoid
- Procalcitonin (PCT)
- C3a-desArg
- C3bBbP
- sC5b-9
- Interleukin (IL)1b, IL1ra, IL2, sIL2R, IL4, IL5, IL6, IL8, IL10
- Interferon c (IFNc)
- E-selectin
- L-selectin
CD11c CD19
CD13 CD25
CD15 CD26
CD33 CD45RO
CD64 CD69
CD66b CD71
f. Pemeriksaan lain
- Lactat
Pada bayi baru lahir jumlah pada 10 hari pertama kehidupan jarang
dari 100.000/μL) dan mean platelet volume (MPV) serta platelet distribution
walaupun jumlah leukosit yang normal dapat ditemukan pada 50% kasus
sepsis dengan kultur bakteri positif. Pemeriksaan ini tidak spesifik. Bayi
yang tidak terinfeksi pun dapat memberikan hasil yang abnormal, bila
berkaitan dengan stress saat proses persalinan. Jumlah total neutrofil (sel-sel
PMN dan bentuk imatur) lebih sensitif dibandingkan dengan jumlah total
leukosit (basofil, eosinofil, batang, PMN, limfosit dan monosit). Jumlah neutrofil
abnormal yang terjadi pada saat mulainya onset ditemukan pada 2/3 bayi.
diagnosis sepsis karena neutropenia ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu
Pemeriksaan rasio neutrofil imatur dan neutrofil total (rasio I/T) ini sering
imatur dihitung, dan rasio maksimum yang dapat diterima untuk menyingkirkan
kebanyakan neonatus, rasio turun menjadi 0,12 pada 60 jam pertama kehidupan.
Sensitivitas rasio I/T berkisar antara 60-90%, dan dapat ditemukan kenaikan
rasio yang disertai perubahan fisiologis lainnya; oleh karena itu, rasio I/T ini
pendekatan diagnosis.
dapat memprediksi ada atau tidaknya suatu infeksi pada neonatus. 4 Beberapa
hematologis yang dijadikan kriteria dalam sistem skoring sebagai uji saring sepsis
neonatorum.13-15
menderita infeksi apabila skor lebih besar atau sama dengan 3. Pada keadaan ini
penderita harus segera mendapat antibiotik. Sistem skoring dari Spector dkk
dalam sistem skoring. Philip dan Hewitt pada tahun 1980 melakukan penapisan
Penderita ditetapkan sepsis bila terdapat 2 atau lebih faktor tersebut dan
Sistem skoring yang terdiri dari beberapa faktor laboratorium ini juga
dikemukakan oleh Rodwell dkk pada tahun 1987. Faktor yang dipakai adalah
scoring system (HSS) atau sistem skoring hematologi (tabel 2.2).14 Sistem skoring
hematologi ini merupakan suatu sistem yang sederhana, cepat dan murah yang
dapat digunakan sebagai uji saring dalam diagnosis awal sepsis neonatorum. 16
Sistem skoring hematologi yang dikemukakan oleh Rodwell dkk ini lebih baik
secara akurat dan dapat dipercaya sebagai petanda sepsis.4 Sistem skoring ini
memberikan angka 1 pada setiap parameter hematologi yang ditemukan dan total
signifikan dengan keadaan sepsis.4 Parameter pada sistem skoring hemalogi dapat
yang ditemukan dan jumlah skor yang didapat secara signifikan berhubungan
b. Hitung jenis leukosit untuk menghitung jumlah total netrofil (T), jumlah
Rasio I/T merupakan hasil pembagian antara jumlah total granulosit immatur
dengan jumlah total netrofil, sedangkan rasio I/M merupakan hasil pembagian
Perubahan degeneratif pada netrofil yang dinilai dapat berupa granula toksik,
vakuolisasi pada sitoplasma dan adanya badan Dӧhle, seperti terlihat pada gambar
Interpretasi pada sistem skoring hematologi ini berupa angka dengan nilai paling
rendah 0 dan nilai paling tinggi 8, seperti terlihat pada tabel 2.3
membedakan neonatus yang terinfeksi dan tidak terinfeksi serta dapat dijadikan
20
Sistem tersebut sangat sederhana, cepat dan murah serta memiliki sensitivitas dan
BAB III
RINGKASAN
tidak spesifik. Pada neonatus, gejala sepsis klasik jarang terlihat dan
dilakukan sebagai penunjang diagnosis sepsis pada neonatus dan bayi prematur
yaitu jumlah trombosit, jumlah trombosit, jumlah PMN, rasio I/T, rasio I/M dan
cepat dan murah serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam
PUSTAKA ACUAN
20