SKENARIO A BLOK 26
Kelompok G2
Tutor : Dr. H. MA. Husnil Farouk, MPH, PKK.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul "Laporan Tutorial Skenario A Blok 26" dengan baik. Penulis juga
berterima kasih kepada Dr. H. MA. Husnil Farouk, MPH, PKK yang telah memberikan
pedoman dalam melakukan tutorial, membuat makalah hasil tutorial dan telah memberi
bimbingannya sebagai tutor sehingga kami bisa menyelesaikan masalah skenario yang telah
diberikan.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, kritik dan
saran sangat diharapkan untuk memperbaiki dan mengembangkan isi dari makalah ini.
Akhir kata, apabila ada kesalahan kata-kata, penulis meminta maaf dan diharapkan makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok G2
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Blok Kegawatdaruratan adalah blok ke-25 semester 5 dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial menelaah skenario sebagai bahan pembelajaran
untuk berpikir kritis mengenai suatu kasus.
C. DATA TUTORIAL
Waktu :
1. Senin, 16 September 2019
Pukul 13.00 – 15.30 WIB
2. Rabu, 18 September 2019
Pukul 13.00 – 15.30 WIB
3
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO A BLOK 26
Dr. Santi telah bertugas sebagai kepala puskesmas “Sumber Sehat” di kecamatan Waras
selama 3 tahun. Kecamatan Waras mempunyai luas wilayah 375 Ha dengan jumlah penduduk
sebanyak 38.000 jiwa yang terdiri dari 4 desa. Pada setiap Desa terdapat Bidan Desa, 3
Posyandu, 2 SD, 2SMP dan Poskesdes. Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat”
terdiri dari 56% pria yang mayoritas bekerja sebagai petani Karet. Jumlah ibu hamil saat ini di
wilayah kerja Puskesmas “sumber Sehat” sebanyak 135 orang dan tahun yang lalu tercatat 4
ibu meninggal karena melahirkan.
Seminggu yang lalu, poliklinik KIA puskesma “Sumber sehat” kedatangan Ny. Ani
berumur 27 tahun untuk ANC kehamilan yang ke 2, dengan usia kehamilan 32 minggu. Pada
saat ANC, Ny. A terdiagnosa Herpes Simplex, sehingga dr. santi memutuskan untuk merujuk
Ny. A ke RSUD BUGAR untuk mencegah penularan kepada anak. Di RSUD BUGAR, Ny. A
ditangani oleh dokter spesialis. Dokter spesialis yang menangani Ny. A kebetulan sedang
melakukan sebuah penelitian yang bertujuan unyuk menilai efektivitas terapi IVIG
(Intravenous Immunoglobulin) dalam mencegah penularan virus kepada anak dikandung. Pada
saat ke puskesmas, Ny. Ani juga membawa nina, anak perempuannya yang berumur 3,5 tahun
dengan riwayat tidak mendapat ASI eksklusif. Riwayat kelahiran Nina, anak Nina, berlangsung
normal di rumah, cukup bulan dan dibantu oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny. Ani sagat
jarang membawa Nina ke Posyandu, pada kunjungan terakhirnya di posyandu Nina dinyatakan
Stunting oleh petugas Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai dokter Santi, apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pada wilayah kerja puskesmas tersebut.
4
I. KLARIFIKASI ISTILAH
3. Nilai ambang batas : Nilai Ambang Batas menunjukkan kadar dimana manusia
(NAB) dapat bereaksi fisiologis terhadap suatu zat
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.
1407/MENKES/SK/XI/2002
5
objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji
sesuatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip umum
Sumber: KBBI
6
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Dr. Santi telah bertugas sebagai kepala puskesmas “Sumber Sehat” di kecamatan
Waras selama 3 tahun. Kecamatan Waras mempunyai luas wilayah 375 Ha dengan
jumlah penduduk sebanyak 38.000 jiwa yang terdiri dari 4 desa. Pada setiap Desa
terdapat Bidan Desa, 3 Posyandu, 2 SD, 2SMP dan Poskesdes. Penduduk di Wilayah
kerja Puskesmas “Sumber Sehat” terdiri dari 56% pria yang mayoritas bekerja sebagai
petani Karet. Jumlah ibu hamil saat ini di wilayah kerja Puskesmas “sumber Sehat”
sebanyak 135 orang dan tahun yang lalu tercatat 4 ibu meninggal karena melahirkan.
3. Seminggu yang lalu, poliklinik KIA puskesma “Sumber sehat” kedatangan Ny. Ani
berumur 27 tahun untuk ANC kehamilan yang ke 2, dengan usia kehamilan 32 minggu.
Pada saat ANC, Ny. A terdiagnosa Herpes Simplex, sehingga dr. santi memutuskan
untuk merujuk Ny. A ke RSUD BUGAR untuk mencegah penularan kepada anak. Di
RSUD BUGAR, Ny. A ditangani oleh dokter spesialis. Dokter spesialis yang
menangani Ny. A kebetulan sedang melakukan sebuah penelitian yang bertujuan
unyuk menilai efektivitas terapi IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dalam mencegah
penularan virus kepada anak dikandung
4. Pada saat ke puskesmas, Ny. Ani juga membawa nina, anak perempuannya yang
berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak mendapat ASI eksklusif. Riwayat kelahiran
Nina, anak Nina, berlangsung normal di rumah, cukup bulan dan dibantu oleh bidan.
Dan karena kesibukannya, Ny. Ani sagat jarang membawa Nina ke Posyandu, pada
kunjungan terakhirnya di posyandu Nina dinyatakan Stunting oleh petugas Dinas
Kesehatan Provinsi
7
III. ANALISIS MASALAH
1. Dr. Santi telah bertugas sebagai kepala puskesmas “Sumber Sehat” di
kecamatan Waras selama 3 tahun. Kecamatan Waras mempunyai luas wilayah
375 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 38.000 jiwa yang terdiri dari 4
desa. Pada setiap Desa terdapat Bidan Desa, 3 Posyandu, 2 SD, 2 SMP dan
Poskesdes. Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” terdiri dari
56% pria yang mayoritas bekerja sebagai petani Karet. Jumlah ibu hamil saat
ini di wilayah kerja Puskesmas “sumber Sehat” sebanyak 135 orang dan tahun
yang lalu tercatat 4 ibu meninggal karena melahirkan.
a. Apa yang dimaksud dengan puskesmas?
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan di tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif, preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. (PMK No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas)
9
e. Bagaimana kedudukan puskesmas?
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan
kesehatan di kecamatan (Kemenkes, 2011).
10
i. Apa yang dimaksud dengan posyandu?
Tabel 3. Pelayanan yang diberikan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas di
puskesmas
Ibu Hamil Ibu Bersalin Ibu Nifas
13
Gambar 3. Alur pelayanan ibu hamil di KIA puskesmas
(sumber KEMENKES RI No. 97 tahun 2014)
14
Gambar 4. Penyebab kematian ibu terbanyak tahun 2010-2013
Sumber: Direktorat kesehatan ibu, 2013
15
(Badan Standarisasi Nasional, 2005)
2) Rujukan medis
Rujukan medis berlaku unutk pelayanan kedokteran yang dikaitka
dengn upya penyembuhan penyakit. Terdapat beberapa macam
yaitu:
a. Rujukan pasien, yaitu penatalaksanaan pasien dari strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan
kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan
tindak lanjut.
b. Rujukan pengetahuan, yaitu pengiriman dokter atau tenaga
kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang
lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu
untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya unutk mengikuti
pendidikan dan pelatihan.
c. Rujukan bahan-bahan pemeriksaan yaitu pengiriman bahan-
bahan pemeriksaan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu.
17
Sumber: Syafrudin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Trans Info
Media: Jakarta.
Masalah Kesehatan
Langkah-langkah rujukan:
1) Menentukan kegawatdaduratan penderita
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2) Menentukan tempat rujukan
Prinsip menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai wewenang dan terdekat termasuk fasilitas
pelayanan swasta denan tidak mengabaikan kesediaan da
kemampuan penderita.
3) Memberikan informasi pada tempat rujjkan yang dituju
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
18
• Dengan memberitahukan bahwa aka nada penderita yang
dituju
• Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiaan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
• Meminta petunjuk dan cara penangan dan cara penangan unutk
menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim
5) Persiapan penderita
Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang dan Donor
Darah.
6) Pengiriman penderita
7) Tindak lanjut penderita. Untuk penderita yang telah dikembalikan
Sumber: Syafrudin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Trans Info
Media: Jakarta.
19
karena anak akan merasa lebih terlindungi dan beradaptasi dengan
dunia baru di sekitar mereka.
4. ASI membuat anak lebih cerdas. Meskipun demikian, masih
diperdebatkan oleh para pakar, apakah kecerdasan itu dipicu
kandungan asam lemak dalam ASI ataukah ikatan emosional yang
terbentuk antara orang tua dan anak selama proses menyusui
berlangsung.
5. ASI mengurangi risiko obesitas. ASI membantu bayi untuk
memilih makanan lebih baik di kemudian hari, yang pada akhirnya
memperkecil risiko obesitas. ASI adalah makanan yang mudah
dicerna bayi, sangat bergizi, dan membantu bayi memutuskan
berapa banyak yang bisa dia konsumsi dan kapan meminumnya.
6. ASI menjadikan anak-anak berperilaku lebih baik. Anak-anak yang
minum ASI dan mampu membentuk ikatan emosional dengan
kedua orang tuanya selama proses menyusui, mampu
mengembangkan perilaku yang lebih baik daripada yang tidak.
Namun jika ikatan itu tidak terbentuk, dampaknya bisa berlawanan.
7. Nutrisi dalam ASI membantu otak anak berkembang sempurna dan
lebih baik daripada nutrisi dalam susu formula.
8. ASI membantu ibu menurunkan berat badan. Proses menyusui
membakar banyak kalori dalam tubuh ibu, sehingga berat badan
berlebih selama hamil dapat cepat turun.
9. ASI mengurangi risiko kanker pada ibu, terutama kanker payudara
dan indung telur.
10. ASI membantu keluarga menghemat anggaran rumah tangga
karena gratis.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016)
4. Pada saat ke puskesmas, Ny. Ani juga membawa nina, anak perempuannya
yang berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak mendapat ASI eksklusif.
Riwayat kelahiran Nina, anak Nina, berlangsung normal di rumah, cukup
bulan dan dibantu oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny. Ani sagat jarang
membawa Nina ke Posyandu, pada kunjungan terakhirnya di posyandu Nina
dinyatakan Stunting oleh petugas Dinas Kesehatan Provinsi
20
a. Kapan seorang anak dinyatakan stunting?
21
d. Apa saja peranan dinas kesehatan provinsi?
22
Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendekatan keluarga oleh
Puskesmas.
3. Pemantauan dan Pengendalian
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan
mengembangkan sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi, sehingga Dinas
Kesehatan Provinsi dapat mengetahui IKS tingkat kabupaten/kota
dari masing - masing kabupaten dan kota di wilayah kerjanya, dan
menghitung IKS tingkat provinsi.
23
kemudian menyelenggarakan pelatihan untuk pelatih (training of
trainers – TOT), dengan memanfaatkan Balai Pelatihan Kesehatan
yang ada di provinsi bersangkutan.
2. Koordinasi dan Bimbingan
Dinas Kesehatan Provinsi dapat mengundang Kepala-kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya untuk membahas
dan menetapkan hal-hal apa yang dapat dilaksanakan secara
terkoordinasi (misalnya pelatihan, pengadaan, dan lain-lain) dan
bagaimana mekanisme koordinasinya. Selain itu juga untuk
menentukan jadwal kunjungan Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya dalam rangka bim-
bingan. Bimbingan terutama dilakukan untuk memecahkan
masalah- masalah yang dihadapi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendekatan keluarga oleh
Puskesmas.
3. Pemantauan dan Pengendalian
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan
mengembangkan sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi, sehingga Dinas
Kesehatan Provinsi dapat mengetahui IKS tingkat kabupaten/kota
dari masing - masing kabupaten dan kota di wilayah kerjanya, dan
menghitung IKS tingkat provinsi.
5. Apa yang akan dilakukan sebagai dokter untuk meningkatkan derajat kesehatan pada
wilayah kerja puskesmas?
Berdasarkan Teori H.L. Bloom, ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan.
(Syafrudin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: CV. Trans Info Media)
a. Faktor lingkungan/Environment
Contoh: akses terhadap air bersih, jamban/tempat BAB, sampah, lantai rumah,
breeding places, polusi, sanitasi tempat umum, bahan beracun berbahaya (B3),
kebersihan TPU (Tempat Pelayanan Umum).
b. Faktor perilaku/Life styles
24
Contoh: alkohol, rokok prinuscuity: tempat-tempat berisiko, narkoba, olahraga dan
health seeking behavior: kalau tidak sakit parah tidak akan pergi ke puskesmas.
c. Faktor pelayanan/Medical care services
Contoh: ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan (balai pengobatan) maupun
rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga, peralatan kesehatan bersumber daya
masyarakat; kinerja/kecakupan serta pembiayaan/anggaran.
d. Faktor herediter atau kependudukan/Heredity
Contoh: penyakit-penyakit yang sifatnya turunan dan mempengaruhi sumber daya
masyarakat, jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk serta jumlah kelompok
khusus/rentan: bumil, persalinan, bayi dan lain-lain.
25
IV. HIPOTESIS
Dokter Santi sebagai dokter Puskesmas “Sumber Sehat” ingin meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di kecamatan Waras secara komprehensif dan memerlukan
bantuan dari semua pemangku kesehatan.
26
V. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN DAN LEARNING ISSUE
27
VI. KERANGKA KONSEP
Kepala Puskesmas
Mengadakan Mini
lokakarya
28
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Skenario ini menggambarkan bahwa sebagai pimpinan puskesmas dibutuhkan
keterampilan dalam berkomunikasi (communicator), memberi motivasi (motivator),
memimpin masyarakat (community leader), membuat keputusan (decision maker), memberi
pelayanan kesehatan (care provider) dan sebagai manajer (manager).
29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2005. Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di
udara tempat kerja. SNI 19-0232-2005.
Kemendesa PDTT. 2017. Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Kementerian Kesehatan RI. 1997. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency).
30
Leavell, H.R dan Clark, E.G., 1965. Preventive Medicine for Doctor in his
Community. New York: McGraw-Hill Book Compan
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
001 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan. Sekretariat Kabinet RI.
Jakarta.
31