Anda di halaman 1dari 14

1

I. PENDAHULUAN
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan
dari seni dan budaya Manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan,
karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Bidang ilmu
pendidikian dengan berbagai cabang-cabangnya merupakan landasan ilmiah
bagi pelaksanaan pendidikan, yang terus berkembang secara
dinamis, perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus menerus di lakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Pemikiran ini mengandung konsekwensi bahwa penyempurnaan atau perbaikan
pendidikan menengah kejuruan untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan
masa depan perlu terus menerus dilakukan penyelarasan dengan
perkembangan kebutuhan dunia usaha kerja, perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan budaya.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk
pendidkan formal setingkat pedidikan menengah. Berdasarkan Paturan
Pemerintah Noor 19 Tahun 2005 Tenang Standar Pendidikan Pasal 26 Ayat (3)
Standar Kompeensi Lulusan Pada satuan pendidikan menengah kejuruan
betujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya dengan karakteristik pendidikan kejuruan sebagai
berikut :
1. Mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu;
2. Didasarkan kebutuhan dunia kerja “Demand-Market-Driven”;
3. Penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja;
4. Kesuksesan siswa pada “Hands-On” atau performa di dunia kerja;
5. Hubungan erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan
kejuruan;
6. Responsif dan antisipatif terhadap kemajuan Teknologi
7. Learning By Doing dan Hands On Experience;
8. Membutuhkan fasilitas mutakhir untuk praktik;
9. Memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dari
pendidikan umum
Pendidikan vokasi memiliki nilai dasar yang khas yakni adanya hubungan
antara perolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan nilai kekaryaan
(jabatan) khususnya terkait dengan dengan keahlian yang dibutuhkan oleh tenaga
kerja, nilai dasar ini merupakan hakikat penyelenggaraan pendidikan vokasi secara
2

terorganisir dari zaman ke zaman di setiap negara, teristimewa pada negara industri.
Hal tersebut sebagai mata rantai dari pendidikan teknologi.
Pendidikan kejuruan sebagai program pendidikan yang menyiapkan tenaga
kerja yang profesional, produktif yang mampu menciptakan produk
unggul yang dapat bersaing di pasar bebas juga siap untuk dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Sejatinya sistem pendidikan merupakan
suatu tolak ukur Pembangunan suatu bangsa. Sistem Pendidikan yang baik akan
menghasilkan mutu Pendidikan yang baik pula. Mutu Pendidikan dapat dinilai dari
kualitas produk pendidikan itu sendiri yaitu Sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia yang berkualitas inilah yang menjadi salah satu modal
penting dari kemajuan pembangunan suatu Bangsa. Human Capital sering
diistilahkan dalam konteks Pembangunan. Dan memang tidak dapat dipungkiri
sekaya apapun suatu Negara dengan modal sumberdaya alamnya tanpa ada
sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mengelola dan mengembangkannya
mustahil Negara tersebut dapat maju. Apalagi pengelolaan dan pengembangan
sumberdaya alam tersebut harus menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Sumber daya alam yang banyak tanpa didukung dengan SDM yang
berkualitas, maka siap saja sumber daya alam itu akan habis termakan zaman.
II. Teori-Teori Filosofi PTK, Landasan Yuridis, dan Kebijakan PTK
Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan prinsip metodologi
keilmuan. Metodologi mengkaji perurutan langkah-langkah yang ditempuh sehingga
pengetahuan yang diperoleh memenuhi pengetahuan ilmiah. Untuk memahami
prinsip metode filsafat, perlu dibahas pengertian metodologi, unsure metodologi dan
beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf. Menurut Anton
Baker unsur-unsur metodologi ilmiah sebagai berikut (Dr.Beni Ahmad Saebani,
2015): 1) Interpretasi (penafsiran) 2) Induksi dan deduksi (menarik kesimpulan dari
pemikiran khusus pada pemikiran umum dan menarik kesimpulan dari pemikiran
umum ke pemikiran khusus.
Harsoyo menyatakan bahwa ilmu yang dimiliki umat manusia saat ini belum
seberapa dibandingkan dengan rahasia alam semesta yang melindungi manusia. Ia
mengemukakan bahwa kebenaran ilmiah tidaklah absolute dan final, kebenaran
ilmiah selalu terbuka untuk peninjauan kembali berdasarkan fakta-fakta baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Filsafat sebagai ilmu khusus merupakan salah satu
cabang dari ruang lingkup filsafat ilmu secara umum, selanjutnya ilmu merupakan
suatu bagian dari filsafat. Dengan demikian pembahasan lingkup filsafat tidak
terlepas dari persoalan filsafat ilmu.
3

Filsuf terkemuka Clarence Irving Lewis juga mengemukakan dua gugus


persoalan yaitu problem reflektif dalam suatu ilmu khusus yang dapat dikatakan
membentuk filsafat dari ilmu tersebut dan problem mengenai asas permulaan dan
ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi semua ilmu ataupun aktivitas kehidupan
manusia secara umum. Sebagai salah satu pendidikan, pendididkan kejuruan
memiliki suatu landasan yang bertujuan untuk memperkuat keberadaannya bahwa
pelaksanaan pendidikannya memiliki dasar yang kuat. Selain itu, agar pendidikan
kejuruan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya di
dunia kerja/ dunia industry. Adapun landasan pendidikan kejuruan adalah :
1. LANDASAN FILOSOFIS
Filosofi adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup yang
dianggap benar dan baik. Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filosofi yang
sesuai dengan keberadaanya yaitu : Eksistensialisme dan Essensialisme.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus
mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan hidup dengan
berbuat /melakukan sesuatu agar tetap eksis / ada diantara manusia yang
lainnya serta menekankan situasi manusia dan prospek (harapan) manusia di
dunia.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna serta berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus
mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial,
ketenaga kerjaan serta religi dan moral. Aliran esensialisme merupakan salah satu
bentuk aliran yang muncul dalam filsafat pendidikan modern, dengan corak
berfikirnya yang fleksibilitas, terbuka dalam perubahan, toleran dan tidak ada
keterikatan dengan doktrin tertentu. Charles Prosser dalam Vocational Education in
Democracy (1949) yang dikutip oleh William G. Camp dan John H. Hillison (1984,
15-16) Berikut terjemahannya yang saya kutip dari materi kuliah Prof. Herminarto
Sofyan dari Universitas Negeri Yogyakarta adalah :
a. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas
latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang
ditetapkan di tempat kerja.
b. Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan
berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu
memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang
paling tinggi.
4

d. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan
hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang
menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.
e. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk
kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga
sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
f. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman
yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi
dan proses kerja yang akan dilakukan.
g. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh
seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
h. Kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
i. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika
pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
j. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu
okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
k. Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain.
l. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai
dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling
efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
m. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan
hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta
didik tersebut.
n. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
o. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka
pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
p. Walaupun pendidikan kejuruan telah diusahakan dengan biaya investasi
semaksimal mungkin, nmaun apabila sampai dalam batas minimal tersebut
tidak efektif, maka lebih baik penyelenggaraan pendidikan kejuruan
dibatalkan. pendidikan kejuruan dibatalkan.
2. KEBIJAKAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Banyak ragam kebijakan pendidikan kejuruan yang sedang dilaksanakan
saat ini, tetapi lima kebijakan pendidikan kejuruan berikut memerlukan kajian kritis,
yaitu proporsi jumlah siswa SMA:SMK, fungsi SMK, Kurikulum 2013, pendidikan
kewirausahaan, dan kespesifikan daerah.
1. Kebijakan pembalikan proporsi jumlah siswa SMA:SMK dari 70%:30% pada
tahun 2008 menjadi 30%:70% pada tahun 2015 juga merupakan keputusan
hedonis tanpa mendasarkan kajian yang luas dan mendalam berdasarkan
konteks Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional
(sekarang Mendikbud) dalam bentuk perintah lisan, kemudian dituliskan dalam
Renstra Kemendikbud 2010-2014 (Permendiknas 44/2010), dirinci dalam
5

Renstra Pendidikan Menengah 2010-2014, dan diluweskan proporsinya sesuai


konteks daerah melalui Permendikbud 80/2013 tentang Pendidikan Menengah
Universal.
2. Hampir seluruh SMK saat ini hanya menyelenggarakan fungsi tunggal, yaitu
menyiapkan lulusannya untuk bekerja. Fungsi-fungsi lain yang juga tidak kalah
penting belum dilaksanakan secara maksimal, misalnya pelatihan bagi
penganggur, pelatihan bagi karyawan perusahaan, pengembangan unit
produksi/teaching factory, industri masuk SMK/teaching industry, lembaga
sertifikasi profesi (LSP), tempat uji kompetensi (TUK), dan pengembangan
bahan pelatihan. Akibatnya, sumber daya SMK terutama guru dan fasilitas
sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga terjadi idle
capacity/under utilization.
3. Hampir seluruh SMK saat ini menyiapkan siswanya hanya untuk bekerja pada
bidang keahlian tertentu sebagai pekerja/karyawan/pegawai. Sangat sedikit
sekali SMK yang sengaja menyiapkan siswanya untuk menjadi wirausahawan
(pengusaha). Padahal, menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(2010), lulusan SMK yang diterima sebagai karyawan di sektor formal hanya
30% dan yang 70% bekerja di sektor informal (usaha mikro/kecil) yang tidak
pernah dipersiapkan dengan baik oleh SMK. Oleh karena itu, SMK harus
menyiapkan siswanya untuk menjadi karyawan dan wirausahawan/pengusaha.
4. Pelaksanaan Kurikulum 2013 secara mendadak mengakibatkan tingkat
kesiapan pelaksanaan di sekolah kurang memadai. Secara rasional, kita tidak
bisa mendesakkan pekerjaan yang terlalu besar dalam waktu yang terlalu
singkat.
5. Kebijakan pendidikan kejuruan Indonesia semestinya harus mencurahkan
perhatiannya terhadap kespesifikan daerah seraya tetap memenuhi kebutuhan
nasional dan tuntutan internasional
Tantangan masa depan bagi sistem pendidikan di Indonesia tidak semata-mata
menyangkut bagaimana meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan dan kejuruan secara internal,
namun juga menyangkut bagaimana meningkatkan kesesuaian pendidikan kejuruan dengan
bidang-bidang kehidupan yang lain. Terkait dengan kondisi ekonomi nasional,
dengan berkembangnya era globalisasi menyebabkan persaingan semakin ketat, tajam dan
suasana yang mudah meledak, apabila SDM tidak siap untuk menghadapi tantangan yang
akan terjadi, ini akan sangat berbahaya bagi masa depannya. Oleh sebab itu perlu
diciptakan program pengembangan peningkatan mutu lulusan yang bertujuan
meningkatkan mutu lulusan agar masa tunggu untuk memperoleh pekerjaan pasca
studi tidak lama, menciptakan perluasan kesempatan kerja, melalui penyebaran informasi
dan pemetaan lulusan, kesempatan berusaha pembinaan manajemen produktifitas,
pemagangan, pelatihan kelembagaan.
6

III. Model Penyelenggaraan PTK Berdasarkan Sistem Perundang-Undangan


Republik Indonesia
Perkembangan zaman menuntut pembinaan sumber daya manusia yang
berkualitas. Daya saing Indonesia dalam menghadapi persaingan antar negara
maupun perdagangan bebas sangat ditentukan oleh outcome dari pembinaan SDM-
nya. Salah satu upaya negara dalam pemenuhan SDM level menengah yang
berkualitas adalah pembinaan pendidikan kejuruan. Rumusan arti pendidikan
kejuruan sangat bervariasi. Menurut Rupert Evans (1978), pendidikan kejuruan
adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih
mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada
bidang-bidang pekerjaan lainnya. Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan kejuruan terdiri dari Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (Kemendikbud, 2016). Model Sekolah; Pada model ini pembelajaran
dilaksanakan sepenuhnya di sekolah. Model ini berasumsi bahwa segala hal yang
terjadi di tempat kerja dapat diajarkan di sekolah dan semua sumber belajar ada di
sekolah. Model ini banyak di adopsi di Indonesia sebelum Repelita VI.
Model Magang; Pada model ini pembelajaran dasar-dasar kejuruan
dilaksanakan di sekolah dan inti kejuruannya diajarkan di industri melalui sistem
magang. Model ini banyak diadopsi di Amerika Serikat. Model Sistem Ganda; Model
ini merupakan kombinasai pemberian pengalaman belajar di sekolah dan
pengalaman kerja di dunia usaha. Dalam sistem ini sistem pembelajaran tersistem
dan terpadu dengan praktik kerja di dunia usaha/industri.
Model School-based Enterprise; Model ini di Indonesia dikenal dengan unit produksi.
Modul ini pada dasarnya adalah mengembangkan dunia usaha di sekolahnya
dengan maksud sesain untuk menambah penghasilan sekolah, juga untuk
memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada siswanya. Model ini
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan sekolah kepada industri.
(Kemendikbud, 2016) karakteristik pendidikan kejuruan (Djojonegoro, 1998) adalah
sebagai berikut :
1. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki
lapangan kerja.
2. Pendidikan kejuruan didasarkan atas “demand-driven” (kebutuhan dunia
kerja).
3. Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja
4. Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa harus pada “hands-
on” atau performa dalam dunia kerja.
5. Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan
kejuruan.
7

6. Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap


kemajuan teknologi.
7. Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” dan “hands-on
experience”.
8. Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik.
9. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih
besar daripada pendidikan umum.
Model perencanaan dan pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan
kejuruan tidak terlepas dari tujuan pendidikan kejuruan yang telah ditetapkan
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
(SDM.Kemendikbud). Tujuan pendidikan kejuruan seara umum adalah untuk
mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja dengan dibekali kompetensi
yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut, diterjemahkan dalam kurikulum yang dikembangkan sesuai
karakteristik pendidikan kejuruan. Perencanaan dan pengembangan kurikulum
pendidikan kejuruan didasarkan pada landasan konseptual yaitu: landasan
filosofis, yuridis, sosiologi, dan psikologi. Model pengembangan kurikum
pembelajaran vokasi (pendidikan kejuruan) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Untuk merumuskan tujuan umum pendidikan kejuruan yang memiliki
karakteristik kurikulum pendidikan kejuruan bersumber dari Siswa, Masyarakat
DU/DI, dan Keilmuan sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
2) Hasil analisis data dari ketiga sumber tersebut sebagai dasar dalam
merumuskan tujuan (goal) dan sasaran (objective) pendidikan kejuruan.
3) Rumusan tujuan yang telah ditetapkan, untuk selanjutnya disaring
berdasarkan landasan filosofi dan psikologi yang telah dirumuskan yang
sesuai dengan pendidikan kejuruan.
4) Hasil dari penyaringan tujuan umum oleh landasan filosofi danpsikologi,
merupakan rumusan tujuan khusus pembelajaran yang menjadi dasar untuk
melakukan pemilihan pengalaman belajar, organisasi, dan orientasi
pembelajaran (tahap implementasi kurikulum).
5) Tahap akhir dari model tersebut adalah evaluasi proses yang digunakan
sebagai balikan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan sebagai
evaluasi hasil belajar siswa untuk menentukan masing-masing bidang.
6) Evaluasi secara keseluruhan terhadap kurikulum yang diimplementasikan
diperlukan untuk mengetahui keberhasilan kurikulum dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan, hal tersebut dapat diukur dari keberhasilan peserta didik
(lulusan) yang diserap oleh dunia kerja (outcome).
8

Pendidikan kejuruan adalah Pendidikan yang bertujuan memberilkan


keterampilan tertentu kepada peserta didik agar siap bekerja sesuai bidang
pekerjaan tertentu. Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan Undang-Undang
dapat dibedakan menjadi dua : a) Jalur pendidikan dan b) Jalur pendidian
profesional atau pendidikan teknologi dan kejuruan (vokasi). Dalam rangka
memperoleh lulusan yang kompeten, kreatif, dan siap kerja, maka dalam
penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan berbagai Model atau cara
antara lain:

Jalur akademik Jalur Professional

TK Setara Dengan TK
SD Setara Dengan SD
SMP Setara Dengan KURSUS / teknisi
SMU Setara Dengan SMK
D1 Ahli muda pembantu
D2 Ahli muda/ teknisi
D3 Ahli madya
S1 Setara Dengan D4 Ahli
S2 Setara Dengan Spesialis 1
S3 Setara Dengan Spesialis II

a. Pendidikan System Ganda (PSG)


Model ini merupakan kombinasai pemberian pengalaman belajar di sekolah dan
pengalaman kerja di dunia usaha. Dalam sistem ini sistem pembelajaran tersistem
dan terpadu dengan praktik kerja di dunia usaha/industri. Model School-based
Enterprise. Dewey meyakini bahwa tujuan dasar pendidikan kejuruan dan vokasi
adalah untuk pemenuhan kebutuhan individu dan penyiapan menjalani kehidupan.
Bagaimana siswa belajar memecahkan permasalahan hidupnya dengan cara-cara
berbeda sesuai dengan kondisinya masing-masing. Dewey menawarkan model
pendidikan kejuruan dan vokasi demokratis dimana siswa memiliki kebebasan
mengembangkan kemampuan intelektualitas serta kesempatannya dalam
mengembangkan kompetensi kerja di industri. Pemikiran Dewey pada umumnya
diadopsi oleh negara-negara maju yang mengarahkan pada penciptaan atau
membangun market atau pasar tenaga kerja yang memiliki kemmampuan inovasi
tinggi. Penerapan teori Dewey pun sering terkendala dalam implementasinya,
apabila siswa di biarkan dalam memilih sendiri sesuai dengan minatnya tanpa di
bekali dengan pre-vocational maka di khawatirkan dapat terjadi kesalahan dalam
memilih bidang yang akan digeluti.
Kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang
dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
adalah Link and Match, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya
dan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri khususnya. Beberapa
prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link and Match
diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
9

Penerapan pendidikan sistem ganda dilaksanakan sejak tahun 1993/1994 yang


merupakan bagian dari implementai link and match. PSG ini diilhami oleh model
pendidikan dual sistem yang diterapkan di jerman yang merupakan bench mark bagi
banyak Negara yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan. Sistem ini
memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan yang
diperoleh disekolah dengan penguasaan keahlian yang diperoleh secara langsung
di dunia industry. Prakerin adalah bagian dari pendidikan sistem ganda yang
bertujuan untuk :
1) Pemenuhan Kompetensi sesuai tuntutan Kurikulum.
Penguasaan kompetensi dengan pembelajaran di sekolah sangat
ditentukan oleh fasilitas pembelajaran yang tersedia. Jika ketersediaan
fasilitas terbatas, sekolah perlu merancang pembelajaran kompetensi di luar
sekolah (dunia kerja mitra). Keterlaksanaan pembelajaran kompetensi
tersebut bukan diserahkan sepenuhnya ke dunia kerja, tetapi sekolah perlu
memberi arahan tentang apa yang seharusnya dibelajarkan kepada peserta
didik.
2) Implementasi Kompetensi ke dalam dunia kerja.
Kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki peserta didik, melalui
latihan dan praktik di sekolah perlu diimplementasikan secara nyata sehingga
tumbuh kesadaran bahwa apa yang sudah dimilikinya berguna bagi dirinya
dan orang lain. Dengan begitu peserta didik akan lebih percaya diri karena
orang lain dapat memahami apa yang dipahaminya dan pengetahuannya
diterima oleh masyarakat.
3) Penumbuhan etos kerja/Pengalaman kerja.
SMK sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan dapat
menghantarkan tamatannya ke dunia kerja perlu memperkenalkan lebih dini
lingkungan sosial yang berlaku di dunia kerja. Pengalaman berinteraksi
dengan lingkungan dunia kerja dan terlibat langsung di dalamnya,
diharapkan dapat membangun sikap kerja dan kepribadian yang utuh
sebagai pekerja.
b. Penerapan teori belajar Konsep Situated Learning
Situated Learning adalah merupakan teori belajar yang mempelajari akuisisi
pengetahuan dan keterampilan yang digunakan di dunia kerja sebagai proses
belajar yang mengarah pada upaya untuk memahami the fusion point antara
pengalaman-pengalaman belajar siswa yang telah dipunyai dengan pengetahuan-
pengetahuan bam yang secara substantif disusun atas dasar collective agreement
dari para praktisi yang berpengalaman yang tergabung dalam satu komunitas
keilmuan.
c. Work-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Kerja)
Work-Based Learning (WBL) adalah bentuk pembelajaran kontekstual
dimana proses pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program
yang terencana dari pelatihan formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman
kerja yang mendapatkan gaji.
10

d. Model Pasar
Merupakan sitem pendidikan yang tanggung jawab industri dan dijalankan
sepenuhnya oleh industri. Pada model pasar pemerintah tidak terlibat dalamproses
kualifikasi kejuruan
e. Informal Vocantional Education
Sistim pendidikan yang lahir dengan sendirinya, atas inisiatif pribadi atau
kelompok untuk memenuhi ketrampilan yang tidak dapat dipenuhi di pendidikan
formal. Semua model pendidikan di atas sebetulnya bertujuan sama, yaitu
menciptakan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai
tuntutan kerja selain itu mampu mengembangkan potensi diri dan beradaptasi
dengan perkembangan teknologi.
A. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
(Studi Kasus)
Model pengembangan kurikum pembelajaran vokasi
(pendidikankejuruan) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Untuk merumuskan tujuan umum pendidikan kejuruan yang memiliki
karakteristik kurikulum pendidikan kejuruan bersumber dari Siswa,
Masyarakat DU/DI, dan Keilmuan sesuai dengan bidang yang
dikembangkan,
2) Hasil analisis data dari ketiga sumber tersebut sebagai dasar dalam
merumuskan tujuan (goal) dan sasaran (objective) pendidikan kejuruan,
3) Rumusan tujuan yang telah ditetapkan, untuk selanjutnya disaring
berdasarkan landasan filosofi dan psikologi yang telah dirumuskan yang
sesuai dengan pendidikan kejuruan,
4) Hasil dari penyaringan tujuan umum oleh landasan filosofi danpsikologi,
merupakan rumusan tujuan khusus pembelajaran yang menjadi dasar
untuk melakukan pemilihan pengalaman belajar, organisasi, dan orientasi
pembelajaran (tahap implementasi kurikulum),
5) Tahap akhir dari model tersebut adalah evaluasi proses yang digunakan
sebagai balikan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan sebagai
evaluasi hasil belajar siswa untuk menentukan masing-masing bidang,
6) Evaluasi secara keseluruhan terhadap kurikulum yang diimplementasikan
diperlukan untuk mengetahui keberhasilan kurikulum dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan, hal tersebut dapat diukur dari keberhasilan
peserta didik (lulusan) yang diserap oleh dunia kerja (outcome).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka makalah ini penulis mengambil
sampel model pembelajaran pada SMK Negeri 2 Gowa Kabupaten Gowa
Provinsi Sulawesi Selatan. (Drs.Asman Nur, 2016)
1. Profil Sekolah
SMK Negeri 2 Gowa beralamatkan Jl. Mesjid Raya No 46
Sungguminasa, Bonto-bontoa, SOMBA OPU Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan, Kode Pos: 92111, Telpon: 0411-866451, Email:
smknegeri2sombaopu@yahoo.co.id.
Visi:
“Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan yang
11

menghasilkan sdm yang bertaqwa, profesional, terpercaya dan


terkemuka serta berwawasan lingkungan.”
Misi:
1) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kejuruan sesuai
karakteristik wilayah.
2) Meningkatkan kerjasama dengan dunia industri, instansi, lembaga
terkait dan partisipasi masyarakat
3) Meningkatkan kesadaran berbudaya dan peduli lingkungan.
2. Kurikulum Pokok
Kurikulum di SMK Negeri 2 Gowa menggunakan KTSP dengan
proses penyelarasan kompetensi dari Dunia Industri. Pengembangan
Kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan. Dengan proses singkronisasi kurikulum
tersebut, mendukung keterserapan alumni SMK Negeri 2 Gowa
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan terserap dalam dunia
industri kerja, dimana 60 persen alumni SMK Negeri 2 Gowa
melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, 30 persen bekerja
sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan 10 persen yang bekerja
tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan. Cara penerapan model
pembelajaran kurikulum 2013 dengan menggunakan 5 M
1. Mengamati (membaca,menyimak dan melihat)
2. Menanyai
3. Mengumpulkan Informasi
4. Mengolah Informasi
5. Mengkomunikasikan data
Sistem penilaian untuk kurikulum 2013 adalah mengacu pada
PERMENDIKBUD No. 53. Thn 2016 tentang penilaian hasil belajar
oleh pendidik dan satu pendidikan pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Kerja sama industri yang dilibatkan dalam sinkronisasi kurikulum
diantaranya : Samsung, Akari, Panasonic Sharp, Sanken dan LG,
Hotel Clarion dan Hotel Qualitysedangkan untuk Instansi Pemerinta
bekerja sama dengan RRI, TVRI, TelKom dan untuk Lembaga Diklat
bekerja sama dengan P4TK Malang, P4TK Cianjur P4TK
Bandung.Dengan proses sinkronisasi kurikulum tersebut mendukung
keterserapan alumni di dunia kerja.
3. Sistem Pembelajaran
Pola penyelenggaraan pembelajaran pada SMK Negeri 2 Gowa
dilaksanakan secara terpadu melalui pola pendidikan sistem ganda
dengan pengaturan sebagai berikut ;
a. Pembelajaran di sekolah yaitu melakukan pembelajaran prograan
normatif, adaptif dan produktif, untuk pembelajaran produktif
12

ditekankan pada penguasaan dasar-dasar keahlian serta


penguasaan alat dan teknik bekerja yang tepat.
b. Pembelajaran di Industri / dunia kerja Kegiatan pelatihan di
industri / dunia usaha dilaksanakan sesuai program bersama yang
telah disepakati dengan dunia industry, dimana sebelum
melakukan praktik industry (Prakerin), peserta didik melaksanakan
praktek di sekolah sesuai dengan komptensi keahlian masing-
masing.

4. Kompetensi Keahlian :
Ada 9 kompetensi keahlian yang ada di SMK Negeri 2 Gowa yaitu :
Seni Tari, Seni Karawitan, Seni Musik Non Klasik, Seni Teater, Teknik
Komputer & Jaringan (TKJ), Multimedia, Tata Busana, Tata
Kecantikan (tata rias) dan Tata Boga
5. Sarana dan Prasarana
a) Ruang Kelas sebanyak 56 ruangan
b) Ruang belajar lain seperti: bengkel umum, lab fisika, lab
komputer sebanyak 6 ruangan , bengkel Elektronika, bengkel
Elektro, bengkel Produksi Grafika , lab. Gbr. Bangunan, lab.
Bahasa , lab. Agribisnis.
c) Ruang Kantor
d) Ruang Penunjang Seperti : aula, gudang,ruang guru,ruang
komite, ruang pimpinan, perpustakaan, ruang arsip, ruang
bahasa, ruang istirahat, ruang konseling, ruang sarpras, ruang
Bk, ruang organisasi, ruang Koperasi, ruang Satpam,ruang
invest, ruang tata usaha,ruang uks, ruang usaha unit produksi,
kamar mandi siswa, kamar mandi guru, Musholla, tempat
parkir.
e) Lapangan Upacara dan Lapangan Olahraga
f) Status Kepemilikan Tanah SHM dengan luas lahan sekolah
3.4903 Ha, luas bangunan sekolah 8.025.125
13

IV. KESIMPULAN
Filosofi memandang pendidikan kejuruan sebagai pihak yang harus
bertanggungjawab atas penyiapan orang untuk bekerja atau mandiri, oleh karena itu
pendidikan kejuruan diharapkan mampu menghasilkan alumni yang berkualitas,
mampu mengembangkan dirinya dan memiliki keahlian baik bekerja di dunia industri
maupun membuka lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran
untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja baik bekerja secara mandiri
(wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan
dunia industri. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan menengah kejuruan
diorientasikan pada penentuan permintaan pasar kerja. Secara makro arah
pengembangan pendidikan menegah kejuruan mengacu pada prinsip demand
driven.
SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut
mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh dunia kerja.
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya
saing yang tinggi serta berkwalitas. Kwalitas merupakan :”suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi bahkan melebihi harapan”(nurkholis : 2003). Untuk memperoleh sumber
daya manusia yang berkualitas, diterapkan model penyelenggaraan pendidikan yang
diadopsi dari kunci kesuksesan pendidikan kejuruan di Jerman dengan bekerjasama
dengan dunia industry.
Dalam rangka memperoleh lulusan yang kompeten, kreatif, dan siap kerja,
maka dalam penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan berbagai Model atau
cara antara lain: 1) Pendidikan Sistem Ganda, 2) Penerapan teori belajar
konsep Situated Learning, 3) Work-Based Learning, 4) Model Pasar, 5) Informal
Vocational Education, meskipun konsep kurikulum sangat ideal tetapi tidak didukung
dengan sarana dan prasarana maka akan sangat berpengaruh terhadap keluaran
lulusan. Selain itu, dukungan pemerintah sangat berperan dalam system pendidikan.
Impelementasi pendidikan dan kejuruan yang terjadi di SMK Negeri 1
Pallangga sudah memenuhi standar kurikulum pendidikan kejuruan sesuai dengan
peraturan Kepmendikbud No. 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Sistem Ganda di SMK, peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan, yang disusul dengan nomor 40 tahun 2008 tanggal 31 juli 2008
Tentang Standar sarana dan prasarana sekolah menengah Kejuruan/madrasah
aliyah kejuruan (smk/mak).Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 53 tahun 2015 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
14

DAFTAR PUSTAKA

Asman Nur (2016). Profile SMKN 2 Somba Opu dan Sistem Pembelajaran. Gowa
Sulawesi Selatan.
Haryoko, Sapto (2016). Materi Kuliah Filsafat Ilmu. Makassar
Putu Sudira (2016). Filosofi Teori dan Pendidikan Vokasi dan Kejuruan.UNY Press
http://documents.tips/documents2016/pendidikan-teknologi-dan-kejuruan.html
diakses 02 Oktober 2019
http://www.slideshare.net/2016/0894krishadi/landasan-filosofis-kurikulum-
pendidikan-kejuruan diakses diakses 02 Oktober 2019
https://www.scribd.com2016/documen/23997 http://wacana.siap.web.id/2015/03/filos
ofi-dan-perspektik-pendidikan-teknologi-kejuruan.html#.WB997PRRJLc
9094/PENGEMBANGAN-KEBIJAKAN- PENDIDIKAN-DAN diakses 02
Oktober 2019
https://ainamulyana.blogspot.com/2018/06/undang-undang-uu-nomor-20-tahun-
2003.html diakses 03 Oktober 2019
www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/10/KEJURUAN diakses diakses 02 Oktober
2019

Anda mungkin juga menyukai