Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTHRITIS

DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA WLINGI, BLITAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Gerontik


di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werda Wlingi, Blitar

Oleh:
YOEL BAGUS GIARTO
180070300011012

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
A. DEFINISI

Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi
degeneratif, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi,
termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral (wiken,2009). Osteoarthritis (OA)
merupakan sindroma klinis nyeri sendi yang disertai dengan berbagai derajat limitasi fungsi
dan berkurangnya kualitas hidup. Penyakit ini merupakan bentuk arthritis yang paling sering
terjadi di seluruh dunia,menyerang lebih dari 20 juta orang hanya di negara Amerika Serikat
saja(Lozada, 2009). Osteoarthritis adalah peradangan sendi yang bersifat kronis dan
progresif disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi (pecah) dan perlunakan
progresif permukaan sendi dengan pertumbuhan tulang rawan sendi (osteofit) di tepi tulang.
(anonym,2007). Osteoartritis merupakan suatu penyakit dengan perkembangan slow
progressive, ditandai adanya perubahan metabolik, biokimia, struktur rawan sendi serta
jaringan sekitarnya, sehingga menyebabkan gangguan fungsi sendi.

B. EPIDEMIOLOGI
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia,
termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75
juta orang mengalami simtom OA. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita OA.
Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab
ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. Secara
keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita
OA.(reginster,2002) Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak
hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan.
Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui
dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
(WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat 8,1% dari total
penduduk. Sebanyak 29% di antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau
71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Di Kabupaten Malang dan Kota Malang
ditemukan prevalensi OA sebesar 10% dan 13,5%. Di Jawa Tengah, kejadian penyakit OA
sebesar 5,1% dari semua penduduk.
Osteoartritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi
penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal dan servikal. Pada
OA primer / generalisata yang pada umumnya bersifat familial, dapat pula menyerang
sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan interfalang proksimal
(PIP).(setyohadi,2003)

C. ETIOLOGI/ FAKTOR RISIKO


Beberapa penyebab dan factor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang
harus dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoarthritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya
salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibatpenyakitradangsendi lain
Infeksi (artritisrematord; infeksiakut, infeksikronis) menimbulkan reaksi peradangan
dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membrane synovial dan
sel-sel radang.

7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi akan
menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam – garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan ,tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat /
pirofosfat dalam rawan sendi
10. Factor gaya hidup
Merokok. Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang rawan
sendi, meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi hilangnya tulang rawan,
merokok meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah sehingga terjadi
hipoksia jaringan yang dimana hal ini akan menghambat pembentukan tulang
rawan. Konsumsi vit. D. tidak biasa mengonsumsi vitamin D beresiko 3x lebih besar
11. Histerektomi. Prevalensi OA lutut pada wanita yanh melakukan pengangkatan
rahimlebih besar dari yang tidak melakukan pengangkatan rahim.
12. Menistektomi. Operasi yang dilakukan di daerah lutut dan telah diidentifikasi sebagai
factor resiko penting bagi OA lutut.
 Hilangnya jaringan meniscus akibat menisektomi membuat tekanan berlebih
pada tulang rawan sendi sehingga memicu timbulnya OA lutut
 Bagi pasien yang mengalami menistektomi, degenerasi meniskal dan robekan
mungkin menjadi lebih luas dan perubahan pada tulang rawan sendi akan lebih
besar daripada mereka yang tidak melakukan menistektomi

D. KLASIFIKASI
OSTEOATRITIS DI BAGI MENJADI 2 :

1. Osteoarthritis primer
OA primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa adanya
abnomalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban tubuh
(weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakan akibat
proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga
ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari I pada kaki.
 Dialami setelah usia 45 tahun, dapat engenai lebih dari satu persendian
 Pada wanita kulit putih, di tandai dengan rasa nyeri akut disertai rasa panas pada
bagian distal interfalangeal, selanjutnya terjadi pebengkakan tulang (nodus
Heberden

2. Osteoarthritis sekunder

 OA sekunder adalah paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat dari suatu
pekerjaan, atau dapat pula terjadi kongenital dan adanya penyakit sistemik.
Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal dari
osteoarthritis primer.
 faktor genetik kelainan genetik dan perkembangan sepertti dyspasia epifisial
acetabulus , dislokasi sendi pinggul
3. Stadium Osteoatritis
 Stadium I : Celah sendi menyempit : tulang rawan sendi mulai kasar
 Stadium II : Celah Sendi makin menyempit : permukaan tulang rawan berserabut
 Stadium III : Celah sendi sangat sempit : permukaan tulang rawankeras, menipis
 Stadium IV : Celah sendi menghilang : Permukaan tulang rawan hilang, tulang paha
dan tulang kering saling menempel

E. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan
tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini ( secara radiologis ).
Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya
bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (
seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan saja ) ( Soeroso,
2006 ).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri ( Soeroso, 2006 ).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 )
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan
adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak
tertentu ( Soeroso, 2006 ).

e. Pembesaran sendi ( deformitas )


Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar ( Soeroso, 2006 ).
f. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena
adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut (
Soeroso, 2006 ).
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia.
Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan
terutama pada OA lutut ( Soeroso, 2006)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan osteoarthritis:
1. Pemeriksaan fisik :
a. Memeriksa pergerakan ekstrimitas atas dan bawah
b. Membandingkan sisi yang cidera dengan normal
c. Mengamati proses mobilitas klien; cara berjalan, cara duduk dll.
d. Ada tidaknya kekakuan pada sendi
2. X-ray;
Merupakan foto untuk mengetahui kondisi anatomis dan sejauh mana sendi
mengalami kerusakan
3. MRI
tujuannya sama dengan X-ray, namun gambar yang di tampilkan jaringan akan lebih
jelas, biasanya di gunakan untk pemeriksaan jika foto X-ray tidak jelas atau kurang
membantu.
4. Pemeriksaan laboratorium;
a. Pemeriksaan serum darah lengkap
b. Pemeriksaan imunologi
c. Pemeriksaan urin
5. Radiografi
Sebagaian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA sudah cukup
memberikan gambaran. Berikut adalah gambar atau cirri-ciri yang bisa menjadi
landasan untuk menegakkan diagnose:
a. Penyempitan celah/rongga sendi yang sering kali asimetris ()lebih berat pada
bagian yang memanggul beban)
b. Terdapat osteofit pada penggir sendi
c. Perubahan struktur anatomi sendi

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis. Tindakan preventif:
- Menurunkan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha. Terapi konservatif: kompres dingin, kompres hangat,
mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat orthotic untuk menyangga sendi yang
mengalami inflamasi.
- Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki deformitas atau mengganti sendi
a. Terapi non-farmakologi
Edukasi. Hal ini yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, tidak
selalu tergantung pada orang lain.
Olahraga. Dimana olahraga ini dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu
mengontrol berat badan
Vitamin C, D, E, dan beta karoten untuk mengurangi laju perkembangan OA

b. Terapi farmakologi
Untuk analgesiknya diberikan parasetamol karena cenderung lebih aman.
Dosisnya 1 gram diminum 4 kali sehari. Jika parasetamol tidak membantu maka bisa
diberikan kombinasinya parasetamol/opiate seperti coproxomal. Penggunaan opiate
yang lebih kuat usahakan dihindari
Acetaminophen merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter
karena relative aman dan efektif mengurangi nyeri
NSAID dapat mengatasi rasa nyeri dan inflamasi pada sendi tapi berefek samping
yakni menyebabkan sakit perut dan gangguan ginjal
Topical pain dalam bentuk krim atau spray yan digunakan langsung pada kulit
yang terasa sakit
Milk narcotic pankillers mengandung analgesic seperti codein atau hydrncodone
yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita OA
c. Terapi local
Injeksi intraartikular steroid atau hialuronan bisa diberikan apabila terdapat infeksi
local atau efusi sendi
d. Terapi alternative
Yakni penggunaan glukosamin dan kondrotin. Kondrotin untuk merangsang
pertumbuhan tulang rawan dan menghambat perusakan tulang rawan sedangkan
glukosamin untuk pembentukan proteoglycan, bekerja dengan merangsang
pembentukan tulang rawan dan menghambat perusakan tulang rawan
H. KOMPLIKASI
1. Komplikasi kronis
a) Malfungsi tulang yang signifikan
b) Kelumpuhan
c) Kecacatan yang mengganggu mobilitas
2. Komplikasi akut
a) Crystalline arthrophaty adalah jenis arthrophy yang ditandai dengan akumualasi
Kristal di sendi (pengendapan bahan mineral dalam sendi dan jaringan lunak
periartikular)
b) Osteeonekrosis adalah kematian jaringan tulang yang muncul akibat kurangnya
suplai darah ke tulang yang mengakibatkan pengeroposan tulang terutama pada
pangkal tulang seperti sendi
c) Rupture Baker cyst adalah pembengkakan dari beberapa semimembranous,
jarang ditemukan pada bursa synovial di sendi lutut belakang. Baker cyst timbul
pada tendon medial gastrocnemous dan otot semimembranous. Ketika benjolan
ini menjadi lebih besar maka akan menjadi fibrosis
d) Bursitis adalah peradangan satu atau lebih bursae sendi dari cairan synovial di
dalam tubuh. Bursitis umumnya disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan
berlebih pada siku dan lutut. Bursitis juga dapat disebabkan oleh kondisi
inflamasi lain seperti rheumathoid arthritis dan gout.

Anda mungkin juga menyukai