Anda di halaman 1dari 6

Film Sang Pencerah

Pendahuluan

Film religi Sang Pencerah yang mengangkat perjuangan seorang tokoh pendiri
organinisasi masa Islam Muhammadiyah, KH. Achmad Dahlan, pada dasarnya merupakan
transformasi budaya masa lalu (sejarah). Bangsa besarlah yang mau becermin pada sejarah,
dalam arti sejarah masa lalu dijadikan guru bagi menata visi dan misi bangsa ke depan. Film
karya sutradara Hanung Bramantyo, SP, berisi kisah biografi atau biopics pahlawan nasional
pendiri Muhammadiyah, KH Achmad Dahlan. Tentu pesan utama film tersebut berisi nilai-nilai
juang sang tokoh. Konkretnya, nilai-nilai dakwah Islam dalam konteks menjawab problematika
masyarakat saat itu. Bagaimanapun, agama harus dikontekstualisasikan mengikuti dinamisasi
zaman yang terus berubah. Lukman Sardi yang memerankan sang tokoh menyatakan bahwa film
tersebut diperuntukkan bagi kaum muda.2 Dalam usia 21 tahun, Achmad Dahlan telah membuat
perubahan besar di negeri ini.

Film Sang Pencerah diawali dengan gambaran kaum Muslim Jawa yang banyak
dipengaruhi oleh ajaran Syekh Siti Jenar. Digambarkan bahwa sultan merupakan representasi
Tuhan yang memegang otoritas agama. Hal itu terlihat jelas dengan gelar sultan sebagai
khalifatullah ponatagama. Kekuasaan itu didelegasikan kepada Kiai Khalil sebagai hoofd
penghulu. Karena itu, penghormatan terhadap raja dan kiai sangat istimewa, disembah layaknya
Tuhan.

Pembahasan

Fragment 1

Dahlan lahir pada 1868, ayahnya bernama K.H. Abu Bakar dan ibunya Siti Aminah, putri
K.H. Ibrahim, seorang penghulu Kasultanan yang cukup terpandang. Nama kecil KH. Ahmad
Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara
yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang
kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo,
yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik
Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen),
Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang
Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar,
dan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan).

Pada usia 15 tahun KH.ahmad Dahlan sudah menolak ajaran ajaran sesajen dan ajaran
ajaran yang berbau kesyirikan ia pun telah menjabat menjadi penghulu di keraton di usianya
yang masih 15 tahun beliau pergi ke kemekah untuk belajar ilmu agama selama 5 tahun di
Mekah beliau mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti
Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke
kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan dan menikah dengan Siti
Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai
Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Pada bulan sya'ban 1869
ayah beliau wafat beliau lah yang di tunjuk sebagai pengganti ayahnya baik sebagai pemimpin
langgar kidul dan khotib masjid Gede kauman.

Fragment 2

Setelah belajar di Mekkah belajar selama 5 tahun, ia mencoba melihat apakah arah
sholat yang berada pada meswjid besar itu benar atau salah. Ia sudah mengukurnya dengan
kompas dan menghitung jarak di peta, apakah arah yang selama ini diyakini sebagai arah kiblat
menghadap Mekkah apa tidak. Ia juga bertanya pada Kyai-Kyai dari masjid lain. Malahan ada
Masjid yang menghadap ke arah timur laut. Dengan keyakinan bahwa perkiraan arah kiblat yang
sebelumnya mengarah pada Afrika menjadi arah Ka’bah di Mekkah dengan mengubah arah
kiblat menghadap barat laut, yaitu 23 derajat dari arah sebelumnya.

Melalui langgar/ surau-nya, Ahmad Dahlan mengawali pergerakan mengubah arah kiblat
yang salah di masjid besar kauman. Akan tetapi, perubahan itu ditentang oleh kyai penghulu
cholil kamalidiningrat marah. Ditengah kemarahan emosi yang memuncak, kyai penghulu
memerintahkan untuk membongkar surau yang telah didirikan Ahmad Dahlan karena sudah
dianggap merusak tradisi yang berlaku ketat di Yogyakarta dan dianggap mengajarkan agama
aliran sesat.

Karena merasa sakit hati, Ahmad Dahlan dan Istrinya yaitu Siti Walidah memutuskan
untuk pergi dari desa Kauman. Tetapi keputusannya itu tidak disetujui olek kakak Ahmad
Dahlan. Ia mengatakan bahwa keluarganya masih butuh pemikiran-pemikiran pembaharuan yang
dilakukan oleh Ahmad Dahlan. Kakaknya juga berjanji akan mendirikan surau untuk Ahmad
Dahlan sebagai sarana belajar mengaji dan tempat ibadah. Dengan dana dari kakak dan istrinya,
Ahmad Dahlan Akhirnya dapat mendirikan Suraunya dan membuka sekolah yang menyadarkan
bahwa Islam tidak hanya mengajarkan tentang tauhid, tetapi juga mampu memperbaiki
kesejahteraan melalui pendidikan.

KH. Ahmad Dahlan sukses menyampaikan pesan penting dari inti surat Al-Ma’un yang
menjadi gerakannya dalam mengelola sebuah masyarakat yang mengalami kemiskinan,
kesengsaraan untuk memperoleh kesejahteraan sekaligus kesehatan. Ahmad Dahlan ingin
mengajarkan ilmunya, ia mencoba untuk mengajarkan agama Islam di sekolah pemerintah
Belanda. Awalnya pengurus sekolah itu tidak yakin akan berhasil, tetapi Ahmad Dahlan
membujuknya agar ia diberi kesempatan sekali untuk mengajarkan agama islam. Dan akhirnya
beliau diijinkan untuk mencoba.

Pada saat percobaan itu, ketika Ahmad Dahlan memberi salam, tidak ada satupun murid
yang menjawab salam itu. Ketiga kalinya memberi salam, salah satu murid ada yang
mengeluarkan kentut. Ahmad Dahlan tidak marah, ia menerangkan tentang kebesaran Allah yang
telah memberikan manusia lubang untuk membuang gas-gas yang berada dalam perut. Karena
cara mengajar yang asyik, murid-murid tertaruk untuk diajar Ahmad Dahlan, dan Beliau pun
resmi mengajar di sekolah itu.

Namun hal itu tidak disetujui oleh keluarga dan murid-muridnya dulu seperti sudja.
Ahmad Dahlan dianggap kafir karena telah mengajar di sekolah pemerintah Belanda. Beliau juga
dituduh sebagai kyai kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi
Utomo. Tetapi tuduhan itu tidak membuat pemuda Kauman itu surut untuk menegakkan agam
islam yang telah melenceng dari ajaran sebelumnya.
Para murid yang berada di sekolah pemerintah Belanda tertarik belajar pada Ahmad
Dahlan karena mereka tahu bahwa Ahmad Dahlan akan mendirikan sekolah disuraunya. Bagi
Ahmad Dahlan, Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin, memberikan kedamaian bagi siapa
saja termasuk non muslim. Selama masih dalam koridor membangun kesejahteraan masyarakat.
Baginya, hal pertama yang seharusnya dikedepankan umat Islam adalah akhlaq yang baik,
terbuka dan toleran seperti Rasulullah SAW. Secara perlahan, kiprah Dahlan muda yang
dianggap kontroversi mampu mengubah tidak hanya pandangan umat Islam kebanyakan, tetapi
kaum barat terhadap Agama Islam.

Fragment 3

Disamping aktif dalam menggulirkan gasanya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah,


Kyai Haji Ahmad Dahlan juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil
dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di
masyarakat

Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-
gagasan cemerlang, kyai Haji Ahmad Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di
tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi
Jami’iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad
SAW.

Pada tahun 1912, Kyai Haji Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah
untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. kyai Haji Ahmad Dahlan
ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpiikir dan beramal menurut tuntunan agama
Islam. Ia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an
dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri pada tanggal 18 November 1912. Dan sejak awal kyai
Haji Ahmad Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi
bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga


maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi
kepadanya. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang
menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di
sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan
priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam
di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi.
Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan
cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada


pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan
pada tahun 1914, dengan surat ketetapan pemerintah No.81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu
hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta. Dari pemerintahan Hindia Belanda timbul kekhawatiran
akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun
Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari , Imogiri dan lain-
lain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan
pemerintahan Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya
dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain.
Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut.
Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang
mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia
menganjurkan adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan
kepentingan islam.

Berbagai perkumpulan dan jama’ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah,


diantaranya ialah Ikhwanul-Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi –suci , Khayatul
Qulub, Thaharatul-Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’aruf bima kanu wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul
Muslimin, Syahratul Mubtadi.

Penutup

Pada film Sang Pencerah, sebagian besar konflik batin yang menyelimuti tokoh utama
berasal dari dorongan internal jiwa tokoh untuk melakukan perubahan ajaran Islam. Pada waktu
masih remaja Kyai Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) banyak melihat tradisi sesajen yang
berbaur dengan agama Islam yang menurutnya dapat menyesatkan dan pelaksanaan syariat Islam
yang melenceng ke arah Bid’ah karena Islam dianggap sebagai agama mistik dan tahayul.
Konflik-konflik yang dialami oleh tokoh Kyai Ahmad Dahlan disebabkan pertentangan-
pertentangan antardirinya dan tokoh-tokoh lain serta situasi sosial yang sedang dihadapinya.
Pembaharuan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pembaharuan seperti Jamaluddin Al Afghani,
Muhammad Abduh, hingga Kyai Haji Ahmad Dahlan mengalami penentangan di awalnya,
bahkan keluarga sendiripun ikut menolak dakwah yang dibawa oleh KH. Ahmad Dahlan.
Namun, berkat ketabahan hati serta niat yang tulus akhirnya Muhammadiyah mampu
berkembang dan bertahan sampai saat ini dan mudah-mudahan sampai dunia ini kiamat.

Daftar Pustaka :

Amin, Edi,. 2010. Nilai-nilai Dakwah dalam Film Sang Pencerah. Jurnal Kontekstualita:
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Vol. 25, No. 2.

Film “Sang Pencerah”, diunduh dari www.witul4r’sblog.htm pada 20 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai